• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA

4.5. Hasil Intepretasi Data

4.5.1. Makna Perkawinan Bagi Masyarakat

Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera. Atas dasar kehidupan suami istri di dalam suatu ikatan perkawinan, akan berakibat yang penting dalam masyarakat, yaitu apabila mereka dianugerahi keturunan, maka mereka dapat membentuk suatu keluarga. Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan selanjutnya disingkat Undang-Undang Perkawinan merumuskan, bahwa Perkawinan, ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan adalah merupakan implementasi perintah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah tangga dalam ikatan kekeluargaan, sama konsepnya dengan pasal 1 ayat(1) undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974, mengatakan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

Perkawinan tidak saja menimbulkan hubungan hukum antara suami dan isteri akan tetapi juga menimbulkan hubungan hukum terhadap anak-anak dan harta kekayaan dalam perkawinan, karena itu keharmonisan dalam suatu keluarga harus benar-benar di pertahankan sehingga tujuan untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia dapat terwujud. Perkawinan yang hanya mengandalkan kekuatan cinta tanpa disertai oleh persiapan yang matang untuk melanjutkan proses penelusuran kehidupan akan banyak mengalami kelemahan. Jadi untuk memasuki suatu perkawinan bukan hanya cinta sejati yang dibutuhkan melainkan pemikiran rasional dan dapat meletakkan dasar-dasar lebih kokoh dari suatu perkawinan, sedangkan perkawinan itu sendiri merupakan suatu proses awal dari perwujudan bentuk-bentuk kehidupan manusia.

Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting untuk menjaga keutuhan lembaga tersebut. Setiap perkawinan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Kebahagian lahir dan bathin menjadi dambaan setiap manusia. Berikut menurut pendapat bu I.Y (Pr, tahun)

“Perkawinan adalah ikatan seumur hidup, yang diikat oleh perjanjian, antara seorang pria dan seorang wanita”.

Begitu juga yang dikatakan ibu I.D (Pr,50 tahun)

“hal yang sangat sakral dan suci. perkawinan/pernikahan hanya dialami sekali dalam seumur hidup, dan itu jugalah yang diajarkan setiap agama, agama apa pun mengajarkan perkawinan kalau boleh sekali dalam seumur hidup”

Menurut Ibu L.N (Pr,40 tahun)

“Penyatuan dua hati yang berbeda yang dibungkus dalam ikatan yang suci”.

Secara umum dalam masyarakat dapat ditemukan beberapa pengertian perkawinan yaitu:

1. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri

2. ikatan lahir bathin ditujukan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia , kekal dan sejahtera.

3. dasar ikatan lahir bathin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada KeTuhanan Yang Maha Esa.

Menurut adat pada umumnya di indonesia perkawinan itu bukan saja berarti sebagai ‘perikatan perdata’ tetapi juga merupakan ‘perikatan adat’ dan sekaligus ‘perikatan kekerabatan dan kekeluargaan’. Perkawinan dalam arti’perikatan adat’ adalah perkawinan yang mempunyai hukum adat yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan . dalam hal ini pasangan yang telah menikah mendapat perhatian dari orang tua untuk dapat membina dan memelihara perkawinan yang mereka jalani agar tercipta keluarga yang rukun, utuh dan kekal selama-lamanya.

Bapak U.T ( Lk, 52 tahun) mengemukakan

“Perkawinan berarti bermakna pembentukan suatu rumah yang dibangun bersama-sama dan mempunyai nasib yang sama. Tujuan utama perkawinan adalah menciptakan lingkungan yang ideal bagi anak-anak tetapi juga – dari kata-kata salah satu berkat perkawinan berbunyi memberikan kegirangan dan kesenangan hati, keriangan dan kegembiraan yang meluap-luap, kegemaran dan suka cita, cinta damai dan persahabatan” .

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan E.L (Pr, 39 tahun) mengatakan

“Menyatukan dua orang, dengan kepribadian serta latar belakang yang berbeda dalam satu komitmen. Persatuan dua perbedaan yang akan mencapai satu tujuan demi kebahagiaan bersama, pernikahan tempat saling berkorban, menangis, tertawa, memahami, mengalah satu sama lain, dua untuk menuju satu yang akhirnya akan mendapatkan keturunan ”

Kehidupan yang tenteram (sakinah) di balut dengan perasaan cinta kasih yang ditopang saling pengertian di antara suami isteri, karena baik suami atau isteri menyadari bahwa masing-masing sebagai “pakaian” bagi pasangannya. Itulah yang sesungguhnya merupakan tujuan utama disyar’atkannya perkawinan. Suasana kehidupan keluarga yang demikian, dapat diwujudkan dengan mudah apabila perkawinan dibangun di atas dasar yang kokoh. Pentingnya dasar yang kokoh dalam perkawinan sangat selaras dengan tujuan perkawinan di atas ; suatu kehidupan suami isteri yang betul-betul sakinah dan bahagia. Suami isteri yang sakinah dan bahagia akan mampu mengembangkan hubunga

Hikmah perkawinan sangat berkaitan erat dengan tujuan manusia diciptakannya ke muka bumi. Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan untuk memakmurkan bumi, di mana bumi dan segala isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, demi kemakmuran bumi secara lestari, kehadiran manusia sangat diperlukan sepanjang bumi masih ada. Pelestarian keturunan manusia merupakan sesuatu yang mutlak, sehingga eksistensi bumi di tengah-tengah alam semesta tidak menjadi sia-sia. Pelestarian manusia secara wajar dibentuk melalui perkawinan. Maka, demi memakmurkan bumi, perkawinan mutlak diperlukann yang intim dan penuh kemesraan.

Berikut adalah hasil wawancara dengan A.J(Lk, 60 tahun)

“perkawinan bertujuan meneruskan garis keturunan ayah, dimana Negara kita menganut garis keturunan patrilinial”.

Hal serupa juga dikatan oleh informan E.M (Pr,51 tahun)

“bahwa tujuan perkawinan itu juga adalah meneruskan bagian clan,suku dan keluarga”

Informan P.J (lk, 27 tahun)

“Perkawinan itu menurut saya adalah suatu hubungan yang suci yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang membebtuk satu keluarga dan untuk meneruskan keturunan”.

Sedangkan tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut “garis-garis kebapakan atau keibuan atau keibubapakan untuk kebahagiaan rumah tangga, keluarga/kerabat, dan untuk memeroleh nilai-nilai adat budaya dan

kedamaian dan juga mempertahankan kewarisan”. Oleh karena sistem keturunan dan kekerabatan antara suku bangsa Indonesia yang satu dan yang lainnya berbeda-beda pula, termasuk lingkungan hidup dan agama yang dianut berbeda, maka tujuan perkawinan adat bagi masyarakat adat berbeda-beda diantara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, serta akibat hukum dan upacara perkawinannya berbeda-beda.

Maka, dengan dilaksanakannya perkawinan diharapkan mendapatkan keturunan yang menjadi penerus silsilah orang tuanya, tetapi perkawinan menurut hukum adat itu tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri untuk masksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak isteri dan pihak suami.

Dokumen terkait