• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Ungkapan Kedua dan fungsinya

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Makna Ungkapan Kedua dan fungsinya

Antong nunga uli jala denggan, tapungka ma kataion.

Kalau begitu sudah bagus supaya baik, dimulai lah pembicaraan.

Nunga nian dipasahat hamu nangkin tudu-tudu sipanganon

Sudah selesai disampaikan kalian tadi petunjuk makan ini

Na pinarade muna tu hami, asa dibege amanta raja

yang dipersiapkan kalian ke kami, supaya didengar kaum bapak

dohot inanta soripada, patangkas hamu ma muse pasahathon”.

Dengan kaum ibu , perjelas kalian lah lagi penyampain.”

”Anak perempuan kami, kami sambut dengan baik. Sudah nian disampaikan tadi

tudu-tudu sipanganon kepada kami, demikian lazimnya, agar sah didengar raja-

raja adat, baiklah diperjelas kembali penyerahannya.”

Lawan Tutur (Raja Parsaut)

”Na uli nami, patangkason nami ma pasahathon.

Boru nami, mangarade ma hamu maniop, asa

Anak(perempuan) kami menyiapkan lah kalian memegang agar

tahatahon tu Raja i. Raja nami, dison Tudu-tudu Ni Sipanganon

dibicarakan ke Raja itu. Raja kami, disini petunjuk di makanan

na huparade hami. Tudu-tudu ni adat nami ma i,

yang kupersiapkan kami. Petunjuk di adat kami lah itu,

hupasahat hami tu hula-hula dipamasumasuon ni Boru

kusampaikan kami ke tulang dipemberkatan di anak

ni raja i dohot anakhon nami. Nunga ojak Parsaripeon i

di raja itu dengan anakku kami. Sudah mapan pencaharian itu

marhite agama, hot ma antong sipanganon na

berlandaskan agama, teguh lah pula makanan yang

hupasahat hami, uli ma roha muna manjalo”.

kusampaikan kami baik lah perasaan kalian menerima”.

Raja Parsahut

”Kami penuhi dengan baik. Boru kami, harap bersedia dalam penyerahan ini. Raja ni hula-hula, kira baru saja selesai makan bersama dari makanan yang kami sajikan. Inilah tudu-tudu sipanganon sebagai tanda bukti sajian itu yang menjadi bukti adat, yang kami sampaikan kepada hula-hula dalam rangka pesta pemberkatan perkawinan yang sudah berlandaskan agama, hendaklah teguh pula dalam adat kita. Demikian adanya, agar hula-hula senang menerimanya

4.2.1 Pelibat

Partisipan ialah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima

pesan. Partisipan dalam tuturan yang kedua ini pembicara dan pendengar. Seorang

raja parsinabung dari pihak wanita dan raja parsinabung dari pihak wanita,

mereka saling bergantian dalam hal berbicara dan melibatkan keseluruhan para

keluarga yang hadir di upacara pernikahan itu sebagai partisipannya. Oleh karena

itu, penyampaian tuturan yang kedua ini melibatkan dua pihak, yaitu raja

pembicara yang dilakukan secara bergantian. Pihak pendengar adalah keseluruhan

keluarga yang hadir dari berbagai latar belakang seperti masyarakat umum,

guru/dosen, polisi dan lain-lain.

4.2.2 Tindakan Pelibat

Peristiwa tutur kedua ini mempunyai tujuan persuatif. Yang maksudnya

tuturan yang berupa ajakan. Dalam tuturan kedua ada ajakan untuk melanjutkan

pembicaraan yang disampaikan raja parsinabung dari pihak wanita.

Contoh:

Nunga nian dipasahat hamu nangkin tudu-tudu sipanganon

Sudah selesai disampaikan kalian tadi petunjuk makan ini

Na pinarade muna tu hami, asa dibege amanta raja

yang dipersiapkan kalian ke kami, supaya didengar kaum bapak

dohot inanta soripada, patangkas hamu ma muse pasahathon”.

Dengan kaum ibu, perjelas kalian lah lagi penyampain.”

” Sudah nian disampaikan tadi tudu-tudu sipanganon kepada kami, demikian lazimnya, agar sah didengar raja-raja adat, baiklah diperjelas kembali penyerahannya.”

4.2.3 Ciri-ciri situasi lainnya

Seperti yang kita ketahui pada bagian sebelumnya bahwa upacara adat

pernikahan masyarakat Batak Toba ini dilaksanakan di wisma atau gedung yang

sudah ditentukan oleh para penyelenggara pesta.

Pada peristiwa tutur kedua ini perwakilan dari pihak wanita dan

perwakilan dari pihak pria mengelilingi meja yang sudah disiapkan dan di

atasnya terdapat jambar(daging) yang disebut tudu-tudu sipanganon. Tudu-tudu

sipanganon dipegang oleh masing-masing pihak keluarga pengantin yang sudah

pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebagai tanda bukti sajian yang menjadi

bukti adat sudah berlangsung.

Raja parsinabung berada disudut dari keluarga inti dari pihak pria dan

sambil memegang alat pengeras suara, raja parsinabung menyampaikan

percakapanya. Posisi keluarga dalam menyampaikan makanan adat ini adalah

dalam keadaan berdiri.

Suasana saat menyampaikan tudu-tudu sipanganon(makanan adat)

diliputi suasana yang serius menyimak perkataan yang disampaikan raja

parsinabung. Tetapi para undangan yang datang untuk menghadiri pesta

perkawinan itu dalam keadaan santai, ada yang menyimak penyampaian tudu-tudu

sipanganon itu, dan ada juga yang saling bercerita dengan orang-orang

disebelahnya.

Gambar 1. Penyerahan Tanda Makanan Adat (Tudu-tudu Sipanganon)

Tanda makanan adat yang pokok adalah: kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk

melingkar (somba-somba) , pangkal paha (soit), punggung dengan ekor (upasira),

4.2.4 Dampak-dampak

Bentuk bahasa dalam tuturan yang berupa mengajak di atas hanya biasa

saja, tidak ada yang berbeda seperti puitis dengan gaya bahasa. Jadi, bentuknya

biasa saja karena bentuk tutur orang yang memandu acara mengandung urutan

tutur yang biasa terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk tuturan

dalam peristiwa tutur itu sudah mapan dan orang tidak demikian mudah

mengganti dan mudah mengerti urutan bentuk tutur itu.

Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk dalam bentuk tuturan

mengandung satu pokok pikiran, yakni menghantarkan tuturan untuk

menyampaikan memberikan makanan adat yaitu tudu-tudu sipanganon

Dilihat dari ungkapan di atas dapat yang bersifat ajakan diketahui bahwa

reaksi dari pihak pendengar hanya berupa reaksi menyimak dan berusaha

mengerti apa yang diucapkan oleh penutur. Reaksi dari pihak penutur, lawan tutur

dan para keluarga penyelengara pesta tidak ada yang berbeda. Ungkapan yang

berupa ajakan yang kemudian diterima untuk dilakukan.

Jadi dalam hal ini maksud dari percakapan adalah menyampaikan tanda makanan

adat yaitu tudu-tudu sipanganon yang sudah dipersiapkan pihak paranak untuk

diserahkan kepada pihak parboru.

Terbukti dari ciri-ciri situasi lainnya yang relevan yang di kemukakan oleh

J. R. Firth yang dikatan terdapat benda-benda dikejadian sekitar. Dalam ungkapan

ini jelas terbukti ada benda pada tempat dimana ungkapan itu berlangsung yaitu

berupa tudu-tudu sipanganon yang disediakan pihak paranak kepada pihak

parboru yang isinya berupa daging kerbau yang diletakkan di tempat yang sudah

Dilihat dari ciri-ciri situasi lainnya ini, disimpulkan bahwa ungkapan diatas

merupakan tahap acara dalam pemberian makanan adat yaitu tudu-tudu

sipanganon.

4.3 Makna Ungkapan Ketiga dan Fungsinya

Dokumen terkait