• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

17

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube) ?.

2. Mengetahui struktur tanda yang terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube)

3. Mengetahui representasi makna dalam Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube)

1.4 Manfaat dan Kegunaan Tesis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan serta meningkatkan wawasan penelitian dengan pendekatan semiotika Ferdinand De Saussure, sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Teoritis

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya tentang perkembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi khususnya pengungkapan makna dalam sebuah visual, dengan penggunaan teori model semiotika Ferdinand De Saussure

2. Memberi sumbangan pemikiran bagi pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi khususnya pengungkapan makna dalam sebuah visual, dengan penggunaan teori model semiotika Ferdinand De Saussure

3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di YouTube)

1.4.2. Praktis

18

1. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan khususnya mengenai Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di YouTube)

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi praktisi untuk mengetahui makna signified dan signifier dalam semiotik model Ferdinand De Saussure yang mengungkapkan sebuah makna yang terkandung dalam YouTube Taqi Malik untuk melihat Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di YouTube) 3. Sebagai referensi bagi pemecahan permasalahan yang relevan dengan

penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini untuk memudahkan penulis untuk mengurutkan pembahasan yang hendak dikaji, serta memberikan gambaran yang lebih jelas pada tesis ini, adapun sistematika penulisan tesis ini adalah :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan secara garis besar dari isi Tesis antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, definisi konseptual yang berisi teori-teori yang relevan dengan permasalahaan penelitian dan kerangka pemikiran yang menjelaskan pola pikir penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

19

Pada bab ini menjelaskan mengenai tipe penelitian yang digunakan, paradigma penelitian, pemilihan metode penelitian yang digunakan, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengelolahan data, unit analisis data dan rencana pengujian keabsahan data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, menjelaskan terkait temuan-temuan dilapangan, serta menganalisa data hasil temuan, dan membahas secara detail hasil temuan tersebut dengan landasan teori yang digunakan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, menjelaskan terkait hasil temuan penelitian dengan memberikan kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

20 2.1. Paradigma Penelitian

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme sebagai paradigma penelitian. Paradigma adalah konstruksi manusia, maka paradigma menentukan pandangan manusia, sehingga bias dikatakan paradigma berurusan dengan serangkaian prinsip-prinsip dasar yang membimbing manusia. (Denzim, et al., 2009)

Menurut Guba dalam (Denzim, et al., 2009) paradigma sebagai serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Paradigma berhubungan dengan prinsip-prinsip utama. Paradigma menentukan pandangan dunia penelitia sebagai bricoleur. Suatu paradigma memiliki 3 (tiga) elemen, yaitu ontologi, epistemologi dan metodologi. Ontologi memunculkan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.

Epistemologi mengajukan pertanyaan bagaimana kita mengetahui dunia. Dan hubungan apa yang muncul antara peneliti dengan yang diketahui. Sedangkan metodologi menfokuskan diri pada cara kita

Pandangan paradigma konstruktivisme adalah pandangan dunia di mana realitas sosial dipandang sebagai kebenaran karena perkembangan sosialnya, dan realitas sosial itu kebenarannya relatif. Pandangan paradigma dunia konstruktivisme ini dalam sudut pandang interpretivisme (terjemahan) yang diisolasi menjadi tiga macam, khususnya keterkaitan representatif, fenomenologis, dan hermeneutik. Pandangan dunia konstruktivisme dalam sosiologi adalah penelitian yang cermat dari pandangan dunia positivis. Menurut pandangan dunia konstruktivisme, realitas sosial yang dilihat oleh individu tidak dapat diringkas ke semua orang, seperti yang biasanya dilakukan oleh positivis. Ide konstruksionisme dikemukakan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger dengan Thomas Luckman.

Dalam gagasan korespondensi merenungkan, hipotesis pembangunan sosial dapat dianggap antara hipotesis realitas sosial dan definisi sosial. (Eriyanto,2004).

Guba dan Lincoln (1985) dalam (Denzim, et al., 2009) menuliskan paradigma dan perspektif utama yang terdapat dalam struktur dan susunan penelitian kualitatif.

21 Sumber: (Denzim, et al., 2009)

Pandangan paradigma konstruktivis memiliki beberapa aturan yang mengenalinya dari berbagai model ideal, yaitu ontologi, epistemologi, dan metodologi. Pada tataran filosofi, pandangan dunia konstruktivis memandang realitas sebagai sesuatu yang ada namun kebenaran itu jamak, dan kepentingannya berbeda-beda bagi setiap individu. Dalam epistemologi, penulis menggunakan pendekatan subjektif karena cara tersebut dapat menggambarkan perkembangan signifikansi manusia yaitu bisa menjabarkan pengkonstruksian makna oleh individu.

Pandangan paradigma konstruktivis memandang sosial sebagai pemeriksaan metodis terhadap signifikansi setiap indikasi atau aktivitas sosial dengan secara lugas memperhatikan perilaku sehari-hari dan landasan keadaan yang terjadi di arena publik.

Secara metodologi, paradigma konstrukstivis memanfaatkan berbagai jenis perkembangan dan mengkonsolidasikannya dalam suatu kesepakatan. Siklus ini mencakup dua sudut pandang: hermeneutis dan dialetik. Hermeunetik adalah tindakan menghubungkan teks-diskusi, mengarang, atau gambar. Sementara itu,

22

dialetika adalah pemanfaatan pertukaran sebagai metodologi sehingga subjek yang diteliti dapat membedah renungan mereka dan membedakannya dengan perspektif spesialis. Dengan cara itu, kesesuaian terbesar dari korespondensi atau komunikasi serta interaksi dapat dicapai.

Pandangan dunia konstruktivis memandang komunikasi sebagai penciptaan dan pertukaran makna , penekanannya bukan pada bagaimana seseorang mengkomunikasikan sesuatu yang spesifik, namun bagaimana setiap pertemuan dalam bertukar informasi memberikan dan mempunyai makna.

Sesuai (Denzim, et al., 2009) alasan penelitian konstruktivisme adalah untuk memahami dan menciptakan kembali dengan mengonstruksi semua hal yang di konstruksi dan memiliki penerimaan terhadap terjemahan baru di samping kemajuan data dan kompleksitas sesuai perkembangan kemajuan teknologi dan kemajuan informasi.

Kegiatan eksplorasi berangkat dari berbagai masalah dan / atau kekhawatiran anggota dan melewati rasionalisasi pendidikan, pemeriksaan, analisis, penekanan, analisis ulang, dll yang akhirnya muncul pada perkembangan bersama (antara analis dan responden) tentang sesuatu ( penemuan atau hasil).

Perkembangan gabungan yang berbeda yang muncul dari latihan ilmuwan dapat dievaluasi mengenai sejauh mana bangunan ini menyesuaikan dengan informasi dan data yang mereka miliki; sejauh mana "kesiapan" pengembangan, dalam perasaan memberikan tingkat meyakinkan tentang klarifikasi; dan sejauh mana ia memiliki "ketepatan" dan "dapat diubah" ((Lincoln dan Guba, 1985 dalam (Denzim, et al., 2009).

Menurut paradigma konstruktivis, realita kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, namuni berbentuk dari hasil konstruksi. Begitu juga dengan yang disajikan dalam channel YouTube Taqi Malik. Dalam YouTube Taqi Malik ini merupakan sebuah realitas yang coba disampaikan melalui konten yang berisikan bahasa, tanda dan makna dengan sangat menarik, sehingga fenomena sosial yang sebenarnya terjadi dan sangat dekat dengan kehidupan hari-hari terasa berbeda ketika sudah dikemas dalam sebuah konten YouTube Taqi Malik.

23

Seperti yang dikatakan Denzin dalam konstruktivisme, dinyatakan bahwa orang belum menemukan atau mendapatkan informasi belum mengumpulkan atau membentuknya. Kami membuat ide, model dan rencana untuk memperjelas pertemuan dan, selain itu, kami secara konsisten menguji dan mengubah perkembangan ini tergantung pada pertemuan baru (Denzim, et al., 2009)

Sentralisasi dalam penelitian pada pandangan dunia konstruktivis adalah untuk menemukan bagaimana peristiwa atau kebenaran dikembangkan, bagaimana perkembangan itu dibingkai. Dalam penelitian atau studi komunikasi , pandangan dunia konstruktivis ini sering disebut sebagai transmisi pandangan dunia. Dalam perspektif konstruktivisme, bahasa tidak dilihat hanya untuk memahami realitas objektif saja, dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.

Konstruktivisme sangat memandang subjek (komunikator / decoder) sebagai factor utama dalam kegiatan komunikasi dan hubungan sosial.

Sehingga dengan paradigma konstruktivis diharapkan dapat menemukan yang di interpretasikan oleh para generasi muslim millennial dengan meneliti bagaimana Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube). Termasuk juga bagaimana konstruksi dari simbol-simbol atau makna-makna yang terdapat di vlog Taqi Malik sebanyak 3 (tiga) episode yaitu episode : Alasan Milih Dia Jadi Istri (Part 1), Hari Meminang Serell Thalib, dan Menjenguk Kai Basri, Kondisi Beliau Sangat Memprihatinkan. Sehingga dapat menciptakan sebuah interpretasi pesan kepada penonton yang mungkin saja dapat berbeda dari satu generasi muslim millennial satu dengan yang lain.

Melalui kajian pandangan paradigma konstruktivis, peneliti mencoba untuk mengungkap bagaimana Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube) ? Hal ini karena semakin lengkap suatu kebenaran yang dibangun maka akan semakin serius maknanya. Penelitian ini menggunakan pandangan dunia konstruktivis. Secara umum, pandangan konstruktivis diuraikan semuanya dalam semua pengaturan penalaran. Pandangan konstruktivis adalah metode esensial untuk melihat, berpikir, mengevaluasi dan melakukan yang diidentifikasikan dengan sesuatu secara eksplisit tentang visi dunia nyata. Dalam pandangan dunia konstruktivis, orang menguraikan dan bertindak

24

sesuai dengan klasifikasi ide yang ada dalam jiwa mereka. Anggapan mendasar dari pandangan dunia konstruktivis adalah memberikan kemampuan beradaptasi kepada setiap orang untuk menguraikan pesan.

Peneliti menganggap pandangan paradigma konstruktivis secara umum sesuai digunakan dalam penelitian yang berjudul Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube). Hal ini dikarenakan dalam konten YouTube Taqi Malik terdapat bahasa, suara, dan gambar visual yang menunjukkan suatu fenomena yang menggambarkan atau menjawab suatu kenyataan.

2.2. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran penelitian terdahulu, penulis mengambil 5 (lima) penelitian relevan dan terkait dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu dikemukakan berdasarkan permasalahan dan tujuan, teori dan konsep, metodologi dan hasil penelitian. Hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

Ni Wayan Viola Deviyanthi, I Dewa Ayu Sugiarica Joni dan Ni Made Ras Amanda Gelgel, dalam terbit pada Jurnal Medium Volume 1 Nomor 1 November 2017, dengan judul Penggambaran Cara Hidup Remaja dalam Blog Video Awkarin berjudul Tahun Baru di Bali Bersama Anya Geraldine. Jurnal ini mengkaji blog video (video blog) yang membahas tentang gaya hidup masyarakat menengah ke atas dilihat dari pemanfaatan produk-produk yang memiliki merek atau brand terkenal, memakai penyangga /atau kawat gigi dan juga gaya hidup dengan menghisap cerutu. Penggambaran gaya hidup bisa dilihat saat Awkarin dan kawan-kawan berada di klub tepi laut, klub malam, bistro, dan pantai laut pribadi. Cara hidup orang barat juga dapat dilihat dari penampilan Awkarin, khususnya dalam pakaian terbuka, dan ada tindikan. Selain itu, fenomena barat juga bisa dilihat saat Awkarin dan kawan-kawannya bersulang, mencium pipi sesama jenis, menggunakan bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari.Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif yang dipergunakan untuk memperjelas realitas saat ini dengan pengkajian secara deskriptif yakni berupa kalimat. Memberikan gambaran analisis menggunakan pendekatan Roland Barthes.

25

Perbedaan antara penelitian dulu dan sekarang adalah terletak di objek penelitian, penelitian terdahulu yaitu di Vlogg Awkarin, dengan penelitian yang membahas tentang video blog (video blog) yang membahas cara hidup tengah atas dilihat dari pemanfaatan tanda produk atau brand terkenal , memakai penyangga /kawat gigi, serta mengisap cerutu dan gambaran analisis menggunakan pendekatan Roland Barthes.

Sedangkan penelitian sekarang dilakukan di Vlog Channel YouTube Taqi Malik, dengan penelitian yang membahas Representasi Budaya Generasi Millenial Muslim (Studi Semiotika Vlog Taqi Malik Di Youtube), dan penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Ferdinand De Saussure.

Sedangkan persamaan penelitian yang saat ini diteliti adalah pada tempat penelitian yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan vlog channel di YouTube.

Ratna Permata Sari,terbit pada Jurnal Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship Volume 3 Nomor 2 Bulan Mei 2018, dengan Judul Representasi Identitas Perempuan Dalam Video Blog Sebagai Budaya Anak Muda (Studi Semiotika Vlog Gitasav Di Youtube). Pada penelitian ini ini berbicara tentang kemajuan pesat inovasi data dan komunikasi baru-baru ini, dilihat dari jumlah klien web yang terus bertambah di seluruhdunia ini. Dibandingkan dengan panggung media online lainnya, Youtube merupakan media berbasis web paling terkenal di kalangan anak muda. Video blog (video blog) yang dibuat oleh Gita Savitri menjadi objek penelitian dalam penelitiannya ini mengingat ragam konten video blog, tidak hanya seputar kuliner, tata rias dan gaya seperti kebanyakan vlogger wanita, namun juga mengulas tentang kehidupan di Jerman, bagian penelitian yang membahas fenomena yang saat ini sedang terjadi. Artikel ini membahas tentang penggambaran karakter perempuan dalam video blog dan diidentikkan dengan gagasan tentang budaya anak muda. Teknik penelitian ini bersifat semiotika dalam video blog Gitasav. Hasil akhir dari penelitian ini adalah ditemukan tiga macam karakter, yaitu karakter sosial tertentu, kepribadian sosial dan kepribadian individu yang sangat erat kaitannya dengan budaya anak muda.

26

Perbedaannya terletak pada model semiotik. Pakar sebelumnya menggunakan model pemeriksaan semiotik Roland Barthes sementara peneliatan sekarang menggunakan model Ferdinand De Saussure.

Persamaan dari pemeriksaan ini adalah bahwa led eksplorasi memanfaatkan pemeriksaan ekspresif dengan metodologi subjektif dan pandangan dunia konstruktivisme. Hasil yang didapat dari penelitian ini berupa cerita, klarifikasi, foto bukan angka atau pengukuran dalam eksplorasi kuantitatif

M. Dani Habibi ( Mashdar : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, Vol. 1 No. 2 Tahun 2019), dengan judul Interpretasi Semiotika Ferdinand De Saussure Dalam Hadis Liwa dan Rayah..Jurnal ini membahas tentang masalah rambu-rambu sebagai spanduk Liwa dan Rayah yang berkaitan dengan asosiasi HTI. HTI dengan panji-panjinya telah menjadi legitimasi kebenaran yang esensial oleh mereka bahwa panji Liwa dan Rayah adalah panji-panji yang digunakan Nabi. Dengan memfokuskan pada gagasan Signifier (petanda dan petanda (signifed) demikian pula dengan berfokus pada Langue dan Parole. Dengan teknik penelitian, penggunaan hipotesis Ferdinand De Saussure. Konsekuensi dari pemeriksaannya mengacu pada gagasan Ferdinand De Saussure dalam terjemahan gambar Spanduk HTI, yang menyimpulkan bahwa setiap pembebasan bersyarat berubah menjadi kerangka kerja keseluruhan. Jadi menjadi Langue yang membangun kerangka, standar tertentu sesuai apa yang berlaku di daerah setempat.

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang yaitu terletak pada variable penelitian, penelitian sebelumnya melakukan penelitan tentang interpretasi Hadis Nabi dalam Bendera Rayah dan Liwa atau Bendera Tauhid.

Persamaannya adalah menggunakan dan memanfaatkan model pengujian Semiotik Ferdinand De Saussure.

Raden Wahyu Utomo Martianto (Tiar) dan Ahmad Toni dengan judul Semiotika Gaya Korespondensi Milenial Bambang Soesatyo Melalui Siaran Digital Youtube, disebarluaskan dalam pada Ekspresi dan Persepsi : Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 4, No. 1, Januari 2021, dengan metode penelitian yang digunakan adalah kualititatif dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Penelitian ini berencana memberikan gambaran secara garis besar gaya komunikasi milenial

27

yang dianut oleh Pimpinan MPR-RI periode 2019-2024, Bambang Soesatyo dalam rekaman web YouTube 'Ngompol' (Ngomong Politik). Hasil eksplorasi mendapatkan garis besar gaya komunukasi Bambang Soesatyo dalam webcast video 'Ngompol' di kanal YouTube 'Bamsoet Channel', ditemukan enam corak korespondensi Bambang Soesatyo, yakni Impression Having, Open, Amicable, Loose, Emotional, dan Perhatian, dengan jenis dengan tipe komunikasi equalitarian untuk mengatasi perbedaan gaya komunikasi antar generasi.

Perbedaan antara penelitian masa lalu dan masa kini adalah terletak pada faktor penelitian , penelitian terdahulu menggunakan penelitian tentang Semiotik Gaya Korespondensi Milenial Bambang Soesatyo melalui rekaman Youtube Digital, dengan pendekatan i semiotik Roland Barthes.

Yovi Dwi Kurniawan dan Farid Pribadi dengan judul Semiotika Roland Barthes Dalam Menganalisis Representasi Tubuh Ideal (Studi Kasus Channel Youtube Deddy Corbuzier). Terbit di Jurnal ParadigmaVol 8, No 1 Tahun 2020.

Didistribusikan dalam Jurnal Paradigma Vol 8, No. 1 Tahun 2020. Alasan penelitian ini adalah untuk membedah penggambaran bentuk tubuh ideal dan memahami makna di balik tanda-tanda yang membentuk perkembangan tubuh ideal di Channel YouTube Deddy Corbuzier. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif d dengan pemeriksaan semiotik Roland Barthes. Semiotika Roland Barthes akan mengkaji tanda dan citra yang membentuk penggambaran tubuh ideal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggambaran tubuh optimal Deddy Corbuzier lebih banyak bergeser ke arah otot bahu yang sangat kuat yang membuat tubuh terlihat lebih besar. Otot bisep juga melengkapi kejantanan pria dengan otot yang besar. Penggambaran Deddy Corbuzier tentang tubuh ideal memiliki tujuan dan alasan di baliknya.

Perbedaan antara pemeriksaan masa lalu dan sekarang adalah terletak pada faktor penelitian, penelitian masa lalu penelitian dengan judul Semiotika Roland Barthes Dalam Menganalisis Representasi Tubuh Ideal (Studi Kasus Channel Youtube Deddy Corbuzier). dengan pendekatan semiotik Roland Barthes . persamaan dalam penelitian adalah strategi eksplorasi yang digunakan bersifat kualitatif dan menggunakan akun YouTube.

28

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

29

30

31

32 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

2.3.1. Komunikasi dan Kajian Budaya

Komunikasi sebagai suatu proses sosial. Komunikasi menjadi proses sosial karena komunikasi selalu melibatkan interaksi antara manusia dan selalu mengandung pertukaran-pertukaran pesan secara tanpa akhir. Dalam pertukaran pesan ini, manusia mempergunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan dan manusia yang menerima simbol-simbol itu berusaha untuk menginterpretasi dan merespon pesan-pesan simbolik itu.

Menurut (LittleJohn, 2002) ada 9 (Sembilan( perilaku yang bisa dipertimbangkan dalam mendefinisikan suatu fenomena, yaitu :

1. Perilaku sugestif yang tidak dirasakan, khususnya pesan sebagai indikasi aktual yang kebetulan oleh pengirim (seperti menguap) dan tidak diketahui oleh penerima.

2. Secara tidak sengaja melihat indikasi, menjadi pesan spesifik sebagai efek samping yang sebenarnya secara tidak sengaja, namun didapat oleh penerima meskipun fakta tersebut terlewatkan.

3. Indikasi diperhatikan, khususnya pesan sebagai manifestasi aktual yang tidak disengaja dan diterima oleh penerima dan kemudian ditanggapi.

4. Pesan nonverbal nonpersepsi adalah pesan nonverbal yang dikirim dengan sengaja, namun tidak diterima.

5. Pesan nonverbal kebetulan adalah pesan yang dikirim dengan sengaja, namun diabaikan.

33

6. Pesan nonverbal dijaga, yaitu pesan nonverbal spesifik yang dikirim dengan sengaja dan ditanggapi.

7. Pesan verbal nonpersepsi adalah pesan verbal yang dikirim dengan sengaja, namun tidak diterima.

8. Pesan verbal yang tidak disengaja, yaitu pesan verbal yang dikirimkan dengan sengaja, didapat namun disinggung.

9. Pesan verbal dijaga, yaitu pesan verbal spesifik yang dikirim dengan sengaja, diterima dan ditanggapi dengan sengaja.

Menurut Motley menyatakan , beragam komunikasi adalah cara untuk mengirimkan pesan dengan sengaja dan selama pesan tersebut dapat diterima(nomor 5, 6, 8, dan 9). Penilaian yang beragam dikenal sebagai model pengirim-penerima. Andersen mengungkapkan bahwa setiap perilaku yang dapat diuraikan oleh penerima harus diatur menjadi komunikasi dengan sedikit mengindahkan harapan pengirim (nomor 2, 5, 6, 7, 8, dan 9). Penilaian Andersen ini dikenal sebagai model penerima. Akhirnya, Clevenger menyatakan bahwa dia setuju dengan Diverse bahwa informasi bertujuan tunggal terdiri dari korespondensi. Namun, maksudnya sulit diketahui, maka ia merekomendasikan agar semua alat bantu , jika disengaja, selama pesan yang dikirim masih ada, dapat dilimpahkan komunikasi (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9). ). Penilaian Clevenger dikenal sebagai model perilaku komunikasi. Littlejohn menyimpulkan dari tiga spesialis terkemuka bahwa semua perilaku yang bertujuan dapat disebut komunikasi.

(LittleJohn, 2002).

Sesuai yang di utarakan oleh Al Kroeber dan C. Kluckholn dalam Budaya terdiri dari contoh yang berbeda, baik tegas dan dipahami, dan untuk perilaku yang didapat dan dikirim melalui gambar, membentuk pencapaian yang berbeda untuk kumpulan orang, mengingat penampilannya yang langka atau kuno, yang merupakan mewujudkan akar budaya yang terdiri dari pemikiran konvensional (misalnya, yang diturunkan dan dipilih dari satu zaman ke zaman lain) dan khususnya kualitas yang dipegang; kerangka sosial dapat, dari satu sudut pandang, menjadi hasil dari aktivitas, sementara sekali lagi, menjadi komponen cetakan

34 untuk aktivitas tambahan. (Jenks, 1993 )

Bersamaan dengan itu (Jenks, 1993 ) mengungkapkan …. Budaya bukanlah perilaku, juga bukan pencarian perilaku secara keseluruhan yang dianggap solid. Beberapa bagian budaya terdiri dari standar pedoman perilaku.

Sekalipun demikian, bagian yang berbeda terdiri dari sistem kepercayaan yang melegitimasi atau mempertahankan keputusan praktik tertentu. Akhirnya, setiap budaya menerima standar luas yang luas untuk cara memilih (variabel bersama yang paling penting) desain tentang, dan untuk menjalankan, di dalam norma -norma berbagai aturan sosial yang dapat dikurangi menjadi spekulasi yang kurang baik.

Semua bersama-sama agar tanda dapat dilihat secara efektif dan setara, itu membutuhkan ide yang sangat sehingga tidak ada kesalahpahaman atau kesalahpahaman. Namun, sebenarnya tanda itu tidak selalu terlihat efektif dan serupa di antara orang-orang. Setiap orang memiliki terjemahan kepentingannya sendiri dan jelas dengan penjelasan yang berbeda untuk itu. Informasi sosial adalah lebih dari bermacam-macam gambar, baik istilah masyarakat maupun jenis gambar yang berbeda. Kebudayaan itu sendiri terdiri dari pikiran, gambaran dan kualitas sebagai hasil dari aktivitas manusia.

Untuk menguji dan mengenali bagaimana bagian dari suatu budaya ditangani menggunakan pendekatan pemeriksaan semiotik. Semiotika sendiri merupakan penyelidikan terhadap tanda dan jalan menuju pemaknaan dari hubungan satu tanda dengan tanda lainnya yang kemudian membingkai suatu kerangka tanda, hal ini diungkapkan oleh Berger. Kekhawatiran semiotika adalah membaca dan mencari tanda-tanda dalam pembicaraan dan untuk mengklarifikasi pentingnya tanda ini dan menemukan hubungannya dengan atribut tanda-tanda ini untuk mendapatkan kepentingannya. (Berger, et al., 1990)

Untuk menguji dan mengenali bagaimana bagian dari suatu budaya ditangani menggunakan pendekatan pemeriksaan semiotik. Semiotika sendiri merupakan penyelidikan terhadap tanda dan jalan menuju pemaknaan dari hubungan satu tanda dengan tanda lainnya yang kemudian membingkai suatu kerangka tanda, hal ini diungkapkan oleh Berger. Kekhawatiran semiotika adalah membaca dan mencari tanda-tanda dalam pembicaraan dan untuk mengklarifikasi pentingnya tanda ini dan menemukan hubungannya dengan atribut tanda-tanda ini untuk mendapatkan kepentingannya. (Berger, et al., 1990)

Dokumen terkait