• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PESISIR SIBOLGA

3.3. Tinjauan Umum Upacara Perkawinan pada Masyarakat Pesisir Sibolga

3.4.6.2 Malam Bacilok (Bahaning-haning)

Malam Bacilok (Bahaning-haning) atau juga dikenal dengan sebutan baiani Ketek dilakukan di rumah calon pengantin perempan. Acara yang dilakukan sama seperti di rumah calon pengantin laki-laki, memakaikan calon pengantin perempuan inai di tangan dan kakinya, dimalam bacilok atau bahaning-haning ini semua keluarga dan sanak saudara dari pihak perempuan juga ikut memakai inai. Dalam acara ini juga dilakukan adat malam sikambang dan tepung tawar yang mana calon pengantin perempuan mengenakan pakaian pengantin adat pesisir.

Gbr. Malam Bacilok (Bahaning-haning)

Pada mulanya memasang inai tidak saja upaya menampilkan kecantikan pada bagian dari anggota tangan anak daro, namun juga menurut kepercayaan kat zaman dahulu, kegiatan memeahkan kuku-kuku jari calon anak daro ini juga mengandung arti magis. Ujung-ujung jari yang dimerahkan dengan daun inai dan dibalut daun sirih, mempunyai kekuatan untuk melindungi si calon anak daro dari kemungkinan ada manusia yang iri dengan si calon anak daro. Kuku-kuku yang telah diberi pewarna merah yang berarti juga selama ia berada dalam kesibukan menghadapi berbagai macam perhelatan perkawinannya itu ia akan tetap terlindung dari segala mara bahaya. Setelah selesai melakukan pesta-pesta, warna merah pada kuku-kukunya menjadi tanda kepada orang-orang lain bahwa ia sudah berumah tangga sehingga bebas dari gunjingan kalau ia pergi berdua dengan suaminya kemana saja.

Setelah kedua pengantin melakukan adat malam bainai dirumah masing-masing keesokan harinya dilangsungkan Akad Nikah atau Mato Karajo. Dimana kedua pengantin diresmikan menjadi sepasang suami isteri. Dan pada malam hari setelah akad nikah dilangsungkan lah acara Adat Malam Sikambang Basanding (Bersanding) dimana pada malam ini kedua mempelai disandingkan dalam satu pelaminan, acara ini biasanya dilakukan di rumah pengantin perempuan.

Gbr. Pengantin dan Pelaminan Pesisr Sibolga Tapanuli Tengah

Dalam acara Adat Malam Sikambang Basanding ini kedua mempelai tidak langsung didudukkan dalam satu tempat, ada urutan-urutan acara adat yang harus diikuti oleh pihak pengantin laki-laki. Awalnya pengantin laki-laki didudukkan dalam sebuah Kereta-Kereta yang merupakan tempat duduk pengantin laki-laki yang juga berada di satu ruangan dengan pengantin wanita yang duduk di Tampek Anak Daro (Pelaminan).

Acara dibuka dengan Tari Saputangan yang diiringi Lagu kapri. Tarian ini menggambarkan suatu cerita/kisah pergaulan diantara muda-mudi masyarakat di daerah Sibolga Tapanuli Tengah dalam mengikat tali persaudaraan antara satu dengan lainnya sehingga masyarakat Pesisir bisa menjalin keakraban dan terbuka terhadap siapapun.

Gbr. Tari Saputangan

Setelah Tarian Saputangan acara dilanjutkan dengan penampilan Tarian Selendang yang diitingi Lagu Duo. Tarian ini menggambarkan kisah seorang pemuda dan sorang pemudi yang sedang dalam memadu janji untuk melanjutkan hubungan mereka hingga

menjadi suami isteri, agar orang tua kedua pihak dapat menentukan sikap sehingga orang tua laki-laki tidak enggan mengutus seorang “Telangke” untuk merisik keluarga perempuan agar dapat dijadikan sebagai menantu.

Gbr. Tari Selendang

Setelah Tarian Selendang, dilanjutkan dengan Tari Payung yang diiringi lagu Kapulo Pinang. Tarian ini menggambarkan suatu kisah sepasang suami isteri yang baru saja melangsungkan perkawinan,. Pada suatu hari sang suami akan meninggalkan isterinya pergi berlayar mengarungi lautan untuk mencari nafkah di negeri orang dalam memenuhi tanggung jawab sebagai suami dengan mempergunakan kapal yang membawa dagangannya dari Pulau Poncan Ketek ke Pulau Pinang Malaysia.

Gbr. Tari Payung

Selanjutnya pengantin laki-laki (Marapulai/Marapule) akan bersanding dengan pengantin perempuan (Anak Daro), tetapi sebelumnya prosesi ini diselingi dengan acara adat

pantun yang akan menghantarkan Marapule untuk disandingkan dengan Anak Daro. Biasanyan Alek bisa bernyanyi sampai 12 lirik pantun yang dinyanyikan, lalu pengantin laki- laki (Marapule) perlahan berjalan diatas kain kuning hingga alek selesai menyanyikan 12 lirik pantun, dan pengantin laki-laki (Marapule) bersanding dengan Anak Daro di Tampe Anak Daro (pelaminan).

Setelah kedua mempelai bersanding di pelaminan acara malam Sikambang dilanjutkan dengan penampilan Tari Kipas yang diiringi Lagu Perak-Perak. Tarian ini menggambarkan kesedihan seorang ibu yang akan melepaskan anaknya untuk pergi meninggalkannya dan memasuki keluarganya yang baru. Tarian terakhir yang dipertunjukkan adalah Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang. Tarian ini mengisahkan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi, mulai dari rasa gembira hati menyambut kelahiran sibuah hati sampai kepada perjalanan mencari seorang tabib atau dukun dan obat bagi seorang anak yang sakit. Tetapi pada initinya Tari Anak Tersebut bermaksud unutk mendoakan agar hubungan orang tua dan anak berlangsung dengan baik dan semakin di berkati kedepannya. Serta kedua mempelai didoakan semoga segera mendapatkan keturunan yang semakin menyempurnakan keluarga mereka.

Akhirnya acara Adat Malam Sikambang ditutup dengan Talibun. Talibun merupakan sebuah nyanyian panjang yang dipersembahkan kepada kedua mempelai pengantin yang sedang bersanding. Nyanyian Talibun ini pada initinya memuja kebesaran raja Bandahari, yaitu seorang penguasa yang berkedudukan di Pulau Poncan Sibolga. Menurut ketentuan adat istiadat, sebelum menyanyiakan lagu Talibun terlebih dahulu pihak keluarga (yang punya hajatan) menghidangkan bermacam-macam kuekepada rombongan pesikambang. Kue dihidangkan didalam “abun” (tempat kue), bila abun sudah disodorkan maka kuenya tadi harus pula diambil dan dicicipi. Sedangkan yang mengambil kue berhutang budi kepada yang

punya hajatan. Hutang budi tidak ditebus dengan uang melainkan membayarnya dengan Talibun.

3.4.7 Manjalang-jalang dan Pertunjukan ( Mohon doa restu dari orang tua )

Menurut tradisi masyarakat suku Pesisir Sibolga Tapanuli tengah seminggu setelah pesta perkawinan dilaksanakan, kedua pengantin diwajibkan untuk mengunjungi Ibu-Bapak pihak laki-laki untuk menyampaikan sembah sujud dan memohon Doa Restu, karena pengantin laki-laki akan berpisah dengan kedua orang tuanya dan akan bertempat tinggal dirumah orang tua istrinya (Mertuanya) sehingga pasangan Suami Isteri in memperoleh seorang anak dari perkawinan mereka.

Pengantin akan ditemani kaum kerabat dari keluarga perempuan untuk mengunjungi mertua mereka, maka terlebih dahulu dipersiapkan makanan serta kue-kue untuk dibawa dan diberikan kepada orang tua laki-laki. Kedua pengantin memakai pakaian tradisi Pesisir, yang perempuan memakai pelekat dan selendang Maduara dan laki-laki memakai baju Gunting Cino, Sarung Sesamping dan memakai Peci. Pada kesempatan yang sama juga kedua orangtua atau Mertua mereka juga membuat persiapan untuk menyambut menantu dan anak mereka dengan menyiapkan tempat duduk khusus untuk kedua pengantin secara Adat Pesisir. Pada umunya masyarakat susku Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah bila telah mempunyai seorang menantu, mertuanya sangat sayang kepada menantunya, walaupun laki- laki ataupun perempuan. Hubungan kekeluargaan pada masyarakat suku Pesisir sangat erat antara satu dengan yang lainnya, baik sesama menantu maupun sesama besan.

Dokumen terkait