• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PESISIR SIBOLGA TAPANUL

2.2 Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sibolga Kota

Kota Siboga merupakan daerah Otonomi Tingkat II yang dipimpin oleh seorang Walikota. Pada Tahun 2002 berdasarkan SK Walikota Sibolga, Kota Sibolga dibagi menjadi 4 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Sibolga Utara 2. Kecamatan Sibolga Kota

3. Kecamatan Sibolga Selatan, dan 4. Kecamatan Sibolga Sambas

Sesuai dengan lokasi penelitian yang dietapkan oleh penuli, maka Kecamatan Sibolga Kota adalah lokasi yang tepat, karena hamper semua masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sibolga Kota ini adalah orang-orang Pesisir dan masih memakai Kesenian Sikambang dalam acara-acara mereka terutama acara adat perkawinan, walaupun tidak semua dikarena biaya nya yang cukup mahal.

2.2.1 Mata Pencaharian.

Masyarakat Suku Pesisir sebagai penduduk asli dikawasan Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara mempunyai mata pencaharian sebagai Nelayan, Petani, Pedagang, Pegawai Negeri, ABRI, Buruh, Pengerajin, Penarik becak, dan lain-lain.

Sesuai dengan alam pantai, tentunya sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan. Namun perlu kita ketahui bahwa dulunya masyarakat sibolga juga memiliki karya seni kerajinan tenun Kain Pelekat dan Selendang Maduara serta Kendang- Kendang Suji Malako yang sampai sekarang masih dikenal walaupun tidak seperti dahulu kala, karena Selendang Maduara merupakan suatu kebanggaan dan tradisi yang telah diadatkan apabila pengantin baru wanita (Anak Daro) berkunjung kerumah mertuanya maka pengantin wanita tesebut akan memakai Selendang Maduara. Kendang-kendang Suji Malako

dipakaikan kepada pengantin wanita sebagai penutup dada, sebagian bagian dari pakaian adat yang dipakai wanita bernama Sanggu Gadang ketika berlangsungnya Peresmian Perkawinan.

Brerikut merupakan beberapa jenis nelayan serta cara menangkap ikan : a. Nelayan Pamukek

Nelayan Pamukek adalah nelayan yang menggunakan pukat atau jaring untuk menangkap ikan dilaut, yang digerakkan oleh mesin maupun tenaga manusia untuk menarik jaring dan mengangkat ikan tangkapannya.

b. Nelayan Penjaring

Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dilaut dengan mempergunakan jaring yang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia bersama-sama baik ditengah laut maupun ditepi pantai.

c. Pukek Tapi

Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dengan pukat ditepi pantai dengan mempergunakan tenaga manusia yang ditarik dari kejauhan 1 km dari pantai bersama- sama dan biasanya para Nelayan Pamuge akan membeli ikan yang telah siap dipasarkan kepada masyarakat ditempat penangkapan ikan.

d. Nelayan Pamuge

Nelayan pamuge adalah nelayan yang pekerjaannya membeli ikan dari nelayan ditengan laut, dari para nelayan penjaring atau nelayan yang menangkap ikan ditengah laut.

e. Nelayan Paralong-alaong/Parlanja

Nelayan Paralong-along dan Parlanja adalah nelayan yang pekerjaannya membeli ikan dari para Nelayan Pamuge ditepi pantai dan para nelayan paralong-along/parlanja menjajakan ikan kepada masyarakat dalam kampong.

f. Nelayan Panjamu

Nelayan Panjamu adalah nelayan yang pekerjaannya hanya menjemur ikan yang telah dibelinya dari nelayan penjaring dan kemudian setelah ikan kering maka akan dijual kepada nelayan pagudang (orang yang membeli ikan yang sudah kering untuk dipasarkan kedaerah lain).

g. Nelayan Pagudang

Nelayan Pagudang adalah nelayan yang pekerjaannya sebagai pembeli ikan yang sudah dijemur oleh nelayan panjamu untuk dikumpulkan ditempat pergudangannya dan dijual kepada para pedagang ikan dari luar kota sibolga.

2.2.2 Sistem Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan keinginan dan maksud seseorang kepada orang lain dengan berbagai cara dan lambang, antara lain dengan tulisan, lisan, isyarat dan gerakan yang seusaha mungkin dimengerti orang lain.

Bahasa pesisir merupakan bahasa yang dipakai masyarakat pesisir Sibolga dalam berinteraksi antara sesamanya, bahasa pesisir merupakan percampuran bahasa dari daerah lain diluar daerah pesisir Sibolga, seperti bahasa Minang dan Batak walaupun bahasa Pesisir mempunyai persamaan kalimat dengan daerah lain, namun fungsi dan penempatannya sangat berbeda menurut artinya misalnya perkataan :

Kau kata ini hanya digunakan sebagai kata panggilan bagi orang yang berkelamin perempuan dan tidak berlaku untuk laki-laki.

Ang khusus dipakai untuk panggilan kepada laki-laki. • Ta’uti khusus kepada kakak ipar.

Ta’ajo khusus kepada abang ipar. •

Angku sebutan untuk kakek.

Aya merupakan panggilan kepada Ayah kandung. • Umak merupakan panggilan kepada Ibu kandung.

Ambo dalam bahasa pesisir Sibolga dipakai kata yang menyatakan Saya atau Aku. • Munak untuk menyatakan orang kedua dan orang ketiga tunggal.

Bahasa pesisir Sibolga sendiri terdapat beberapa kosa kata yang digunakan untuk menyatakan waktu seperti kata Nanti atau Besok didalam bahasa pesisir Sibolga kata tersebut dinyatakan melalui kata be’ko sebagai kata menyatakan Nanti dan kata Barisuk untuk menyatakan Besok, kata Kapatang dalam bahasa pesisir kata ini digunakan untuk menyatakan Kemarin dan kata Sabanta yang memiliki arti Sebentar.

Sedangkan untuk menyatakan suatu bentuk dalam bahasa pesisir Sibolga menggunakan kata-kata seperti kata Kepeng untuk menyatakan uang, kata ini meliliki persamaan dengan kata hepeng dalam bahasa Batak. Kata lain yang sering digunakan adalah kata Gadang untuk menyatakan Besar dan kata Ketek untuk menyatakan Kecil, dimana dalam hal ini kata Gadang dan Ketek ini juga digunakan oleh masyarakat Minang untuk menyatakan Ruang dan Bentuk.

Selanjutnya dalam bahasa pesisir Sibolga terdapat beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan Parange9, seperti kata Jahek dan Songe untuk menyatakan sifat jahat dan Songe = rupa yang buruk, kata Rancak untuk menyatakan rupa yang Cantik. Dalam keberadaannya bahasa pesisir ini lebih dominan dipakai oleh masyarakat Sibolga yang berdomisili didaerah Sibolga bagian selatan, bagian utara, dan sibolga sambas dimana didaerah tersebut masyarakatnya mayoritas adalah masyarakat dengan mata pencaharian nelayan, yang mana dalam besosialisasinya sehari-hari selalu menggunakan bahasa pesisir ini.

Beberapa kalimat dalam bahasa Pesisir :

1. Kamarin ambo ala pai karuma Ta’uti nandak manyalasekan utang piutang kitotu, tapi katonyo diamisuk sajola karano inyo nandak pai pulo ka siboga.

2. Ala dikecekkan Uci kadimunak, jangan bamain juo disanjo barebuktu baiko tasapo, tapi munak indak picayo, kiniko rasaila.

Artinya :

1. Kemarin saya sudah pergi kerumah kakak ipar untuk menyelesaikan hutang piutang kita, tapi katanya dua hari lagilah karena dia mau pergi ke Sibolga.

2. Sudah dikatakan Nenek kepada kalian, jangan bermain juga diwaktu senja menjelang Magrib, nanti kalian keteguran, tapi kalian tidak percaya, sekarang rasakanlah.

2.2.3 Sisten Religi

Selain dari keberagaman etnis, kota Sibolga juga meiliki keberagaman agama yang dianut masyarakatnya, berdasarkan sensus yang diadakan oleh biro pusat statistik kota Sibolga untuk laporan tahun 2008, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam yang mencapai 47.763 jiwa atau sekitar 58,46 % dari total penduduk Sibolga, dan agama Kristen Protestan sekitar 26.436 jiwa atau sekitar 32,36%, Budha 3000 jiwa, Hindu 115 jiwa dan penganut agama kepercayaan sekitar 0,1%10.

Sekitar tahun 1858 masyarakat Kuria Sibolga masih menganut kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan orang-orang yang tinggal dipulau-pulau sekitar Teluk Tapian Nauli sudah beragama Islam, yang masuk melalui pantai Barus orang-orang yang tinggal dikepulauan sekitar Teluk Tapian Nauli menyebut orang-orang yang tinggal di Kuria Sibolga dengan sebutan “orang Topi” (orang-orang daratan yang masih parbegu). Setelah tahun 1860 orang-orang yang ada di Kuria Sibolga mulai memeluk Agama Islam dan mengikat perkawinan dengan keluarga Datuk Pasar (Datuk yang mengepalai pulau-pulau kecil disekitar teluk Tapian Nauli) dan mulai mempergunakan adat Sumando.

2.2.4 Kesenian

Seni budaya zaman dahulu seperti Tari, Nyanyi, Pantun Rande dan Talibun maupun Teater, Puisi, Seni Bela diri, Pencak Silat dan lain-lain di Sibolga Tapanuli Tengah Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara merupakan gayung bersambut dengan menunjukkan kepribadian dari masyarakat Etnis Pesisir yang mempunyai perasaan halus. Kesenian pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dikenal dengan nama SIKAMBANG yang mempunyai ciri khas tersendiri naik dalam bentuk alat music, irama, maupun lirik lagunya.

Kesenian Sikambang pada umumnya ditampilkan dalam upacara-upacara adat di masyarakat pesisir Sibolga yang dimainkan oleh anak Alek11 . Salah satu upacara adat yang sering di jadikan sarana pertunjukan kesenian Sikambang adalah upacara pernikahan. Dimana dalam Sikambang itu sendiri dalam setiap penyajiannya selalu diiringi Nyanyian.

Beberapa Tarian Tradisional masyarakat Pesisir dalam hal ini Tarian dan Nyanyian yang diiringi dengan beberapa instrument alat musik itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan dari penggabungan tersebut menjadikan kesenian Sikambang ini menjadi kesenian utama masyarakat Pesisir Sibolga. Disamping kesenian lainnya yang meiliki bentuk dan ciri tersendiri yang juga menjadi warna kesenian masyarakat Pesisir Sibolga seperti kesenian Talibun dan Pantun.

Dalam masyarakat Pesisir Sibolga terdapat ragam bentuk dan jenis tari yang biasa dipertunjukkan dalam acara-acara adat di masyarakat Pesisir Sibolga seperti acara adat pernikahan dan acara adat lainnya. Berikut ini merupakan jenis tari-tarian yang ada pada masyarakat Pesisir Sibolga :

1. Tari Saputangan yang diiringi dengan lagu Kapri

2. Tari Payung atau Tari Lagu Pulo Pinang, dimana dalam tari ini para penari menggunakan payung.

3. Tari Selendang diiringi dengan Lagu Duo, tari ini dimainkan oleh sepasang pria dan wanita.

4. Tari Pedang yang diiringi Lagu Sikambang Botan. 5. Tari Kipas, tari ini diiringi dengan Lagu Perak-perak.

6. Tari Pahlawan tari yang diiringi dengan Lagu Simati dibunuh. 7. Tari Adok atau Tari Kain yang diiringi dengan Lagu Adok. 8. Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang.

11

Musik pada masyarakat Pesisir Sibolga secara umum adalah Sikambang, dimana Sikambang tersebut merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan musik yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari kelompok masyarakat laut/nelayan. Dimana dari beberapa informasi melalui buku maupun wawancara mengenai keberadaan musik Sikambang dalam hal ini awal munculnya Sikambang secara vocal berawal dari berlayarnya seorang pelaut yang melantunkan syair-syair pantun dengan memukul-mukul papan perahunya sebagai alat musiknya dan disini mulai dikenal dengan Sikambang secara vocal dan selanjutnya dikembangkan oleh masyarkat nelayan yang sudah mengenal nyanyian Sikambang tersebut sehingga dalam perkembangan selanjutnya Sikambang menjadi salah satu kesenian di masyarakat Pesisir Sibolga.

Dalam sejarahnya awal Sikambang T.Luckman Sinar dan kawan-kawan menggambarkan Sikambang berawal dari nama seorang pemuda yang merupakan nahkoda dari puteri Runduk yang berlayar daro Lobu Tua ke Pulau Mursala (Tapanuli tengah). Dalam pelayarannya pemuda tersebut selalu melantunkan syair-syair sambil memukul-mukul papan didinding perahunya, berikut merupakan syair yang dilantunkan pemuda tersebut “pulo banamo haram dewa tampek malape laying-layang, biar diancam samo sewa jangan diputus kasih sayang”,yang selanjutnya dikenal sebagai Sikambang yang dinyanyikan secara vokal.

Dalam Sikambang sendiri lagu yang menjadi lagu pokok adalah lagu sebagai berikut, Lagu Duo, Lagu Pulo Pinang, Lagu Perak-perak, Lagu Adok, Lagu Simati Dibunuh, Lagu Sikambang Botan, dan Lagu Kapri atau yang dikenal dengan (Sikambang Lawik). Sikambang Lawik ini merupakan repertoar yang paling tua dimana keberadaaanyapada awalnya merupakan salah satu syair yang biasa dinyanyikan oleh seorang dukun untuk mengendalikan angin agar tidak terjadi badai saaat berada di tengah lautan.

Alat Musik Pesisir terdiri dari :

1. Gandang Sikambang (Membranophone Single skin frame drums) yang berfungsi sebagai rithem.

2. Gandang Batapik (Double skin cylindrical drums) berfungsi sebagai peningkah dari rithem gandang sikambang.

3. Biola (Chordophone bow lutes) berfungsi sebagai pembawa melodi untuk lagu. 4. Singkadu (Aerophone) berfungsi sebagai pembawa melodi.

5. Carano (Struc idiophone) sejenis tempat yang terbuat dari tembaga dan berfungsi sebagai penentu tempo.

Kesenian Sikambang tersebut biasanya dipertunjukkan dalam acara-acara adat/upacara sebagai berikut :

1. Upacara adat pesta Perkawinan 2. Upacara pesta khinatan/sunat rasul

3. Upacara penyambutran tamu/pembesar negeri 4. Upacara penobatan/pemberian gelar

5. Upacara turun karai (turun tanah) mengayun dan menabalkan nama anak (pemberian nama).

6. Menempati /memasuki rumah baru. 7. Pertunjukkan kesenian/pergelaran. 8. Peresmian-peresmian.

Dokumen terkait