• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Biaya Kualitas PT. Mojo Agung

Dalam dokumen T1 232009015 Full text (Halaman 30-35)

Manajemen biaya kualitas yang dilakukan oleh Mojo Agung belum secara eksplisit tertuang dalam laporan keuangan yang dihasilkan, termasuk klasifikasi untuk biaya mutu belum dilakukan secara khusus. Identifikasi untuk biaya kualitas dilakukan dengan mengklasifikasikan aktivitas produksi yang berdampak pada biaya kualitas. Klasifikasi aktivitas produksi yang berdampak pada pembebanan biaya kualitas di Mojo Agung dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Produksi dan Pembebanan Biaya Kualitas

Kategori Biaya

Kualitas Aktivitas Produksi

Pembebanan Biaya Kualitas

Biaya Pencegahan (Prevention cost)

Pemilihan barang baku mentah yang layak

Gaji kepala bagian produksi

Pelatihan karyawan baru Gaji karyawan produksi Memperketat pengawasan di tiap

tahap produksi

Gaji kepala bagian produksi

Biaya Penelaahan (Appraisal cost)

Memeriksa output dalam tiap tahap proses produksi

Gaji kepala bagian produksi

Mengecek persediaan baik mentah, setengah jadi maupun barang jadi

Gaji karyawan gudang Pemeliharaan mesin pengoven Pemeliharaan mesin Biaya Kegagalan

Internal (Internal failure cost)

Penyortiran yang tidak sempurna Gaji karyawan produksi Pengerjaan ulang yang dilakukan

karyawan

Gaji karyawan produksi Biaya Kegagalan

Eksternal

(External failure cost)

Kesalahan dalam pengemasan ukuran

Kerugian perusahaan

18

Pembahasan

CV. Mojo Agung belum mengklasifikasikan secara khusus biaya kualitas dalam akun khusus maupun laporan keuangan biaya kualitas secara terpisah. Biaya kualitas masih tergabung dengan biaya operasional lainnya. Sehingga penelusuran yang diakibatkan oleh aktivitas manajemen kualitas juga tidak mudah dilakukan. Manajemen kualitas memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Kegiatan manajemen kualitas yang dilakukan oleh CV. Mojo Agung pada saat ini lebih ditekankan pada penyortiran dan pemilihan bahan baku yang baik.

Pada CV. Mojo Agung belum diadakan perencanaan yang matang mengenai manajemen biaya kualitas. Perusahaan selama ini mempertahankan kualitas dengan kegiatan-kegiatan yang sudah ada di perusahaan. Kegiatan-kegiatan produksi yang telah ada dalam prosesnya diawasi oleh kepala bagian produksi agar kualitas produk tetap terjamin. Pada perkembangan CV. Mojo Agung masih melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah ada dan dipertahankan sampai sekarang. Hal ini dilakukan karena perusahaan sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan sistem tersebut dirasa sudah baik. Dengan demikian perusahaan cenderung diam tidak melakukan perencanaan-perencanaan baru.

Pengorganisasian pada CV. Mojo Agung belum dapat terlaksanakan dengan baik. Perusahaan belum memiliki daftar tugas yang jelas untuk setiap karyawannya.

19 Bahkan untuk tugas kepala bagian produksi pada CV.Mojo Agung merangkap beberapa pekerjaan sekaligus, yaitu memilih bahan baku, memeriksa output di tiap tahap produksi dan sebagai pengawas dalam tiap proses produksi. Pekerjaan merangkap yang dilakukan oleh kepala bagian produksi jelas menunjukkan bahwa belum ada pengorganisasian yang baik. Perusahaan belum terlalu memperhatikan pengorganisasian yang baik disebabkan karena sudah nyaman dengan sistem yang lama yang menitikberatkan semua pekerjaan pada sumber daya manusia. Namun, hal ini menjadi tidak optimal jika beberapa pekerjaan dibebankan pada satu orang atau dapat disebut dengan istilah one man show. Jika diperhatikan lebih jauh one man show memiliki kelebihan juga yaitu dengan menitikberatkan beberapa pekerjaan pada satu orang akan menghemat pekerja sehingga meringankan perusahaan pada gaji, tetapi kelemahannya perusahaan menjadi bergantung pada satu orang ini. Hal ini mengakibatkan jika satu orang inti ini tidak masuk atau keluar maka kegiatan produksi akan terganggu, selain itu beberapa pekerjaan yang dilakukan sekaligus oleh satu orang tidak dapat optimal. Kekurangan lainnya ketergantungan pada satu orang akan menjadikan karyawan lain pasif dan tidak kreatif dalam menyalurkan pendapat.

Pengarahan yang dilakukan oleh CV. Mojo Agung sudah cukup baik. Kepala bagian produksi CV. Mojo Agung melakukan pengarahan yang cukup jelas kepada bawahannya, tetapi belum sepenuhnya baik karena kepala bagian produksi masih memegang peranan dominan dalam kegiatan produksi. Suasana kerja yang terbentuk juga masih belum kondusif, setiap tahap produksi masih bergantung kepada

20 pengawasan kepala bagian produksi. Suasana yang demikian membuat para karyawan segan terhadap kepala bagian produksi karena kepala produksi terkesan memerintah dan menyuruh para karyawannya. Selain itu, para karyawan terkesan tidak memperhatikan setiap pekerjaannya karena pasti akan diawasi lagi oleh kepala bagian produksi.

Pengawasan jelas menjadi kegiatan yang diperhatikan pada CV. Mojo Agung, tetapi pada pelaksanaannya pengawasan ini tidak akan berjalan optimal jika dilakukan oleh kepala bagian produksi. Bukan berarti pengawasan yang dilakukan kepala bagian produksi tidak baik, pengawasan yang dilakukan sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari kepercayaan pemilik perusahaan yang masih menggunakan sistem lama sampai sekarang. Kenyamanan perusahaan menggunakan sistem lama tentu bukan hanya karena malas beralih ke sistem baru saja, tetapi jelas penggunaan sistem lama masih dapat mempertahankan kualitas produk, menjalankan perusahaan serta mendapat profit yang cukup. Namun, pengawasan yang dilakukan dengan merangkap pekerjaan lain tanpa tambahan gaji menjadi tidak optimal.

Adapun klasifikasi aktivitas produksi yang telah dilakukan CV. Mojo Agung pada tabel yang telah disajikan akan dijabarkan agar lebih jelas. Kelompok biaya pencegahan (prevention cost) menunjukkan biaya yang dikeluarkan sangat minimum untuk biaya pencegahan. Seluruh biaya yang muncul dibebankan pada beban gaji yaitu gaji Kepala Bagian Produksi dan karyawan produksi. Hal ini memang menekan biaya yang keluar, tetapi dengan pembebanan pada satu orang atau beberapa orang

21 tanpa memberikan upah tambahan, maka kegiatan yang dilakukan dapat tidak maksimal. Tidak adanya pemisahan tugas yang jelas dan pembebanan tugas yang bertumpu pada satu orang dapat berdampak hasil kinerja yang diperoleh menjadi tidak optimal. Kondisi ini disebabkan manajemen usaha yang dilakukan dalam CV Mojo Agung masih bersifat manajemen keluarga yang menekankan orang sebagai pengendali. Karena inti pada manajemen keluarga adalah kepemimpinan yang memutuskan pengambilan keputusan dan menentukan kemajuan organisasi. (Manurung, Hattie Hal 16)

Kelompok biaya Penelaahan (appraisal cost) menunjukkan ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk pemeriksaan dan pengecekan masih dibebankan pada gaji karyawan. Hal ini menekan biaya yang timbul, tetapi tidak ada arahan yang jelas dalam pelaksanaan. Tanpa aturan dan arahan yang jelas bagi tiap-tiap karyawan maka dapat timbul kesimpang-siuran. Sebaliknya jika dilakukan daftar pekerjaan yang jelas untuk tiap bagian akan lebih terarah dan terkoordinasi. Pada akhirnya akan berdampak pada pekerjaan yang lebih terstruktur dan pekerjaan yang dilakukan tiap karyawan akan lebih optimal.

Kelompok biaya kegagalan internal (internal failure cost) menunjukkan bahwa tidak ada gaji lembur yang diberikan pada pekerjaan ulang jika terdapat kesalahan pada pekerjaan yang dilakukan karyawan. Perusahaan bermaksud untuk mengajarkan pentingnya tanggung jawab dalam pekerjaan. Namun, tanggung jawab yang harus diemban oleh setiap karyawan tidak diimbangi dengan mekanisme yang

22 jelas dan terarah dari perusahaan. Seharusnya ada aturan dan arahan yang jelas dari perusahaan baik dalam pembagian tugas, pelaksanaan maupun koordinasi bagian satu dengan yang lainnya. Sehingga akan mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh karyawan. Selain itu perlu diberikan pula gaji lembur jika jam kerja sudah melewati batas jam kerja normal meskipun dalam hal ini untuk memperbaiki kesalahan karyawan yang bersangkutan sehingga menjadikan motivasi pada karyawan untuk lebih baik kedepannya.

Kelompok biaya kegagalan ekternal (external failure cost) menunjukkan adanya akun kerugian perusahaan jika terjadi kesalahan dalam pengemasan produk. Hal ini sudah cukup baik, karena perusahaan memiliki antisipasi jika terdapat kegagalan eksternal, meskipun pada kenyataanya hal ini sangat jarang terjadi.

Dalam dokumen T1 232009015 Full text (Halaman 30-35)

Dokumen terkait