• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri farmasi sebagai produsen obat-obatan harus dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan terus menjaga konsistensi mutunya dalam setiap pembuatan. Salah satu pedoman yang digunakan industri farmasi untuk menghasilkan produk yang bermutu adalah Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

PT. MUTIFA Medan sebagai salah satu PMDN yang memproduksi obat telah menerapkan CPOB sejak bulan April tahun 1994. Penerapan CPOB dan seluruh aspek rangkaian produksi merupakan suatu langkah untuk menjamin mutu obat jadi, sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam prosesnya, mutu dalam produk harus dibentuk di dalam produk tersebut, tidak cukup hanya lulus dari pemeriksaan mutu. Aspek-aspek yang mempengaruhi proses pembentukan mutu terhadap produk tertuang dalam aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam CPOB. Selama Praktek Kerja Profesi (PKP), penulis melakukan pengamatan terhadap proses pembentukan mutu melalui penerapan CPOB.

A. Manajemen Mutu

Untuk menjamin khasiat, keamanan dan mutu produknya, PT. MUTIFA memiliki manajemen mutu sesuai dengan CPOB 2006. Hal ini dapat dilihat dari adanya pemisahan kewenangan dan tanggung jawab departemen QA dan QC.

Departemen QA bertanggung jawab dalam menjamin mutu produk mulai dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi konsumen, termasuk di dalamnya pemilihan pemasok. Sistem mutu ditetapkan berdasarkan CPOB. Beberapa hal yang ditangani departemen QA antara lain:

• Penyelenggaran pelatihan CPOB kepada karyawan yang bekerja di area produksi dan pengawasan mutu.

• Penanganan dan pengendalian sistem dokumentasi. • Menyusun dan mengendalikan protap.

• Mengadakan audit terhadap pemasok. • Melaksanakan inspeksi diri.

• Penolakan dan pelulusan obat jadi. • Penyelidikan terhadap kegagalan. • Penanganan hasil uji di luar spesifikasi.

• Penanganan keluhan, penarikan kembali obat jadi dan penanganan obat kembalian.

Departemen QC memiliki kewenangan dan tanggung jawab melaksanakan pengawasan dan pengujian seluruh bahan awal yang akan digunakan dalam produksi, melakukan pengawasan selama proses produksi dan pengujian obat jadi. Sedangkan departemen QA memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menyusun kebijakan mutu perusahaan berdasarkan CPOB yang dapat menjamin mutu obat yang dihasilkan agar sesuai dengan persyaratan mutu obat yang telah ditetapkan dan memastikan seluruh kegiatan yang terlibat dalam proses pembuatan obat, melaksanakan kebijakan tersebut. Departemen QA menjadi polisi yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai dari rencana design industri (R&D), pembelian bahan, proses produksi hingga distribusi obat jadi.

B. Personalia

PT. MUTIFA memiliki struktur organisasi di mana departemen produksi, QA dan QC dipimpin oleh manager yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu dengan yang lain. Manager produksi dan QA merupakan seorang apoteker yang terdaftar dan memiliki pengalaman praktis yang memadai pada bidang masing-masing sehingga memiliki keterampilan manajerial untuk melaksanakan tugas secara profesional. Sedangkan manager QC adalah seorang sarjana kimia yang berpengalaman dalam bidangnya.

Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, PT. MUTIFA memerlukan personil yang terampil dan terlatih. Status dan jumlah personil dilihat pada tabel 4. Dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB, langkah-langkah yang diambil PT. MUTIFA Medan di bidang personalia adalah dengan cara mengirim pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai CPOB. Selanjutnya diharapkan

pimpinan atau staf tersebut dapat memberikan bimbingan dan pelatihan tentang CPOB kepada karyawan sehingga kegiatan perusahaan akan memenuhi ketentuan CPOB. Berdasarkan jenjang pendidikan, maka personil PT. MUTIFA Medan dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3.

C. Bangunan dan Fasilitas

Lokasi PT. MUTIFA Medan dibangun di kawasan yang jauh dari pusat kota dan keramaian. Bangunan produksi antibiotik beta laktam terpisah dengan bangunan produksi non beta laktam. Area penimbangan bahan awal dilakukan di area penimbangan yang terpisah dan didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini merupakan bagian dari area produksi.

Ruang produksi dirancang mengikuti alur proses produksi sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan proses produksi. Di dalam area produksi terdapat ruang pengawasan selama proses (in process control).

Area produksi diventilasi menggunakan AHU termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang serta mengendalikan suhu dan kelembaban. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu seperti penimbangan bahan, pencampuran dan pencetakan tablet memiliki dust collector. Tetapi dust collector belum berfungsi dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan tersebut berlangsung, ruangan terdapat debu di lantai dan di sela-sela peralatan. Debu tersebut hanya dibersihkan pada saat selesai kegiatan produksi dengan vacum cleaner.

Area penyimpanan PT. MUTIFA terdiri dari gudang bahan baku, gudang bahan kemasan, dan obat jadi. Gudang bahan baku terdiri dari ruang administrasi, karantina, penolakan, penyimpanan bahan baku psikotropik yang terkunci, pengambilan sampel, penyimpanan bahan baku setelah diluluskan. Gudang bahan kemasan terdiri dari ruang administrasi, karantina, produk kembalian, produk ditolak, penyimpanan aluminium foil, penyimpanan brosur dan label, penyimpanan kemasan sekunder seperti master dus, kotak karton dan botol. Gudang bahan jadi terdiri dari ruang karantina, penolakan, penyimpanan produk jadi setelah diluluskan. Penyusunan bahan baku, bahan kemasan dan produk jadi

di gudang masing-masing, menggunakan palet yang terbuat dari kayu, berfungsi agar tidak berkontak langsung dengan lantai, tidak tercemar debu, kotoran dan terhindar dari rembesan air.

Area pengawasan mutu memiliki ruangan terpisah untuk memberi perlindungan terhadap instrumen seperti spektrofotometri UV-Visibel. Ruang istirahat, kantin, toilet dan bengkel tidak berhubungan langsung dengan area produksi, laboratorium pengawasan mutu dan area penyimpanan.

D. Peralatan

Alat timbang dan alat ukur untuk proses produksi dan pengawasan dikalibrasi secara berkala. Dalam tiap ruang produksi hanya terdapat satu peralatan yaitu :

• Ruang pencampuran hanya terdapat satu alat drum mixer.  • Ruang granulasi hanya terdapat satu alat granulator. 

• Ruang pengeringan hanya terdapat satu alat fluid bed dryer.  • Ruang lubrikasi hanya terdapat satu alat lubrikator. 

Hal ini bertujuan untuk menghindari resiko kekeliruan dan pencemaran silang. E. Sanitasi dan Higine

Setiap personil yang masuk ke dalam area produksi (grey area) harus mengenakan pakaian pelindung, masker, sarung tangan dan penutup kepala. Hal ini dilakukan untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil mencuci tangan sebelum memasuki area produksi. Sarana toilet dan tempat cuci tangan mudah diakses dari area produksi.

Pembersihan ruangan dan peralatan produksi dilakukan setiap hari setelah kegiatan produksi berakhir dengan vacum cleaner dan kuas. Penyimpanan peralatan dan bahan pembersih pada ruangan terpisah dengan ruang pengolahan. F. Produksi

Produksi adalah semua kegiatan dari penerimaan bahan awal, pengolahan sampai pengemasan untuk menghasilkan obat jadi. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan rencana produksi mingguan. Manager produksi akan menurunkan Surat Perintah Produksi (SPP) kemudian melampirkan catatan pengolahan dan

pengemasan batch. Bersama dengan dikeluarnya SPP, manager produksi juga mengeluarkan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) kepada kepala gudang.

Seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang diterima diperiksa kesesuiannya dengan pemesanan kemudian dikarantina. Apabila memenuhi persyaratan spesifikasi maka diluluskan dan bahan awal serta bahan pengemas tersebut dapat dipakai. Apabila bahan awal dan bahan pengemas tersebut berlebih maka dikembalikan ke gudang penyimpanan.

Bahan awal tersebut kemudian diserahkan ke ruang penimbangan. Untuk tiap penimbangan dilakukan pembuktian kebenaran identitas, jumlah bahan yang ditimbang oleh dua petugas penimbangan dan pembuktian tersebut dicatat. Sebelum dilakukan pengolahan, peralatan diperiksa kebersihannya dan dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikusi prosedur pengolahan induk. Pengawasan selama proses produksi dilakukan pada produk antara dan produk ruahan.

Kegiatan pengemasan dilakukan pada produk ruahan agar dihasilkan produk jadi. Produk jadi dikarantina pada area produksi. Bagian pengawasan mutu melakukan finished pack analysis dan pengambilan sampel pertinggal. Setelah produk jadi memenuhi persyaratan spesifikasi, departemen pemastian mutu meluluskannya. Produk jadi kemudian diserahkan ke gudang obat jadi dan siap didistribusikan.

Dokumen terkait