• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

C. Mutu Pendidikan

2. Manajemen Mutu Sekolah

Sekolah apabila dipandang sebagai organisasi mikro merupakan sebuah sistem lingkungan yang memiliki berbagai sub-sistem berupa komponen- komponen yang saling berkaitan di dalamnya seperti halnya pendidik, peserta didik, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sarana dan lain sebagainya. Namun, sekolah sebagai sistem terbuka tidak terlepas dari pengaruh sistem- sistem lain dari berbagai aspek kehidupan. Seperti halnya perekonomian, politik, sosial, budaya, keamanan dan lainnya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga dari konsep tersebut untuk melihat mutu sekolah harus dipandang secara menyeluruh.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup komponen input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2002: 7). Aan Komariah & Cepi Triatna (2006: 64) menyatakan bahwa ditinjau dari karakteristik manajemen mutu sekolah, terdapat tiga aspek yang dapat mendukung terciptanya mutu

lembaga pendidikan pada jenjang persekolahan, yaitu manajemen kelembagaan, layanan pembelajaran, dan aspek kompetensi siswa.

Dalam proses belajar dan pembelajaran, peserta didik dan pendidik memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya rekayasa sistem lingkungan yang mendukung. Penciptaan sistem lingkungan dimaksudkan untuk menyiapkan kondisi lingkungan yang kondusif bagi peserta didik dan pendidik. Maka proses pengajaran atau pembelajaran dirancang sedemikian rupa dengan sebuah manajemen yang berlangsung di sekolah. Sekolah sebagai sistem organisasi yang terbuka akan mengikat seluruh komponen pendidikan yang terbentuk di dalamnya. Berbagai komponen pendidikan perlu dipahami dan dikembangkan secara seksama sehingga benar-benar dapat berfungsi dengan tepat. Keseluruhan komponen yang dibentuk di sekolah termasuk di dalamnya kebijakan merupakan faktor- faktor yang saling berpengaruh dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Maka diperlukan adanya manajemen yang baik dalam sebuah sekolah, yaitu manajemen yang dapat mengolah berbagai komponen pendidikan seperti siswa, guru dan materi keilmuan yang dikemas dalam kegiatan belajar mengajar.

Arcaro (2006: 10) menyatakan pendapatnya sebagai berikut.

Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf, siswa, guru dan komunitas. Prosesnya diawali dengan mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah serta departemen dalam wilayah tersebut. Visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan kostumer, mendorong keterlibatan total komunitas dalam program, mengembangkan sistem pengukuran nilai tambah

mengelola perubahan, serta perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat produk pendidikan menjadi lebih baik.

Selanjutnya (Arcaro, 2006:14) juga menegaskan pendapatnya sebagai berikut.

Sekolah bermutu terpadu ditandai dengan “pilar mutu” untuk pendidikan. Mutu harus berasal dari anggota dewan sekolah, administrator, siswa, dan staf. Paradigma baru pendidikan harus diciptakan oleh dewan sekolah bagi komunitasnya guna menyiapkan siswa sebagai generasi penerus agar lebih baik menghadapi tantangan akademik dan bisnis di masa depan. Komponen terpenting dari mutu adalah fondasi yang mendasari bangunan program mutu, sehingga pilar mutu akan memberikan fokus dan arahan yang diperlukan para staf untuk setiap prakarsa mutu. Keyakinan dan nilai- nilai sekolah atau wilayah akan menentukan kekuatan dan keberhasilan transformasi mutu.

Gambar 1.

Model Sekolah Bermutu Terpadu (Sumber: Arcaro, 2006: 36).

Sekolah bermutu sering dikaitkan dengan bentuk pengelolaan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu sekolah bermutu juga

F ok us pa da K os tum er K et er li b at an T o ta l P engu kur an

Keyakinan dan Nilai-nilai

P er b ai k an B er k el an ju ta n

Sekolah Bermutu Total

K

o

m

itm

dilekatkan pengertiannya dengan sekolah efektif. Kementrian Pendidikan Nasional (2008: 30) memberikan penjelasan tentang ciri-ciri sistem sekolah yang baik, yaitu sebagai berikut: (1) terdapat iklim atau atmosfer akademik sekolah yang kondusif; (2) kultur sekolah mampu mendorong menciptakan kedisiplinan dan tanggung jawab tinggi; (3) terdapat penataan tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi warga sekolah; (4) tidak mudah tergoyahkan oleh permasalahan yang timbul di internal sekolah maupun dari luar sekolah; (5) terdapat jalinan kerjasama kuat dengan pihak lain; (6) didukung oleh penerapan ICT dalam manajemen sekolah; (7) didukung oleh kepemimpinan/ manajerial yang kuat, dan (8) memiliki tingkat sustainabilitas yang tinggi. Menurut Syafaruddin (2002: 109), “ untuk mencapai status sekolah efektif, perbaikan sekolah diusahakan dengan mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan”. Dalam konteks pendidikan, maka manajemen mutu pendidikan mencakup orientasi komitmen manajemen terpadu, selalu mengutamakan pelanggan, komitmen tim kerja, komitmen manajemen pribadi dan kepemimpinan, komitmen perbaikan berkelanjutan, komitmen terhadap kepercayaan individu dan potensi tim, dan komitmen terhadap mutu.

Menurut Wayan Koster (Engkoswara, 1999: 56) terdapat syarat untuk menjadi sekolah yang efektif yaitu dikarenakan sistem sekolah merupakan hal yang kompleks, maka selain terdiri atas input, proses, dan output juga memiliki hubungan yang signifikan serta akuntabilitas antara pasrtisipasi orang tua dengan pengelolaan sekolah. Creemers (Syaiful Sagala, 2007: 66)

berpendapat bahwa model-model keefektifan sekolah terdiri dari tiga level, yaitu:

a. Sekolah Kelas, unsur keefektifan sekolah meliputi manajemen dan kepemimpinan pada level sekolah, kesiapan staf pengajar pada level kelas, dan kesiapan belajar serta hasil belajar pada level siswa.

b. Sekolah Tidak Efektif, sekolah yang memiliki administrasi tidak tepat, guru-gurunya tidak disiapkan belajar dengan baik.

c. Sekolah Efektif, sekolah yang administrasinya tepat dan para guru disiapkan untuk belajar dengan baik.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya sekolah yang efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalisasikan seluruh komponen mulai dari input, proses, dan keluaran pada sistem pendidikan di sekolah. Perbaikan sekolah perlu diusahakan dengan mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan. Upaya optimalisasi dalam manajemen sekolah tersebut akan berdampak kepada pencapaian tujuan sekolah yang sesuai dengan harapan. Beberapa ciri sekolah dikatakan efektif adalah visi misi sekolah yang dinyatakan dengan jelas, kondisi lingkungan sekolah yang kondusif untuk proses pembelajaran, kepemimpinan yang handal, budaya sekolah yang mampu menciptakan kedisiplinan dan tanggung jawab tinggi, pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi seluruh warga sekolah, memiliki komitmen kuat sehingga tidak tergoyahkan dengan permasalahan baik internal maupun eksternal sekolah, serta terdapat kerja sama atau teamwork yang kuat dengan berbagai stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan program di sekolah.

Dokumen terkait