• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Manajemen Pajak yang Dapat Diterapkan oleh PT Madu

Fokus manajemen pajak ditekankan pada bagaimana mengelola pajak terutang sehingga pajak yang harus dibayar lebih rendah tetapi tetap dalam bingkai aturan pajak. Manajemen pajak bertujuan untuk menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan mengefisiensikan biaya pajak yang harus dibayar, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Manajemen pajak dapat dicapai melalui 3 fungsi, yakni:

1. Perencanaan pajak

Prinsip taxable dan deductible merupakan prinsip yang biasa dipakai dalam perencanaan pajak yang mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau mengubah penghasilan objek pajak menjadi penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak. Perencanaan pajak diharapkan dapat memperkecil jumlah pajak terutang sehingga ada penghematan.

Berdasarkan pada metode penelitian untuk menjawab rumusan masalah kedua, langkah pertama adalah peneliti menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat diterapkan prinsip taxable dan deductible yang mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau mengubah penghasilan objek pajak menjadi penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak pada PT Madu Baru Yogyakarta: a. Harga Pokok Penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk menghasilkan barang yang akan dijual. Berdasarkan UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a memperbolehkan Harga Pokok Penjulan dikurangi dari penghasilan bruto karena berhubungan langsung untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Dalam hal ini, perusahaan sudah menerapkan manajemen pajak sehingga Harga Pokok Penjualan lebih besar dan laba kotor menjadi lebih kecil yakni dengan menerapkan metode saldo menurun untuk menghitung besar penyusutannya. Hal ini didasarkan

pada UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan pasal 11A ayat (1) dan (2) yang memperbolehkan menentukan penyusutan dan amortisasi dengan saldo menurun taat azas.

b. Biaya voucher yang dimaksud perusahaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli voucher isi ulang bagi pegawai tertentu dalam rangka mendukung pekerjaan. Biaya isi ulang voucher ini merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawai tertentu. Biaya voucher hanya dapat dikurangkan sebesar 50% dari jumlah biaya pengisian ulang pulsa dalam tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada Keputusan Dirjen Pajak No. Kep-220/PJ./2002. Apabila perusahaan mengubah biaya voucher menjadi tunjangan voucher maka berdasarkan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf a tunjangan voucher yang diberikan dalam bentuk uang merupakan penghasilan bagi pegawai yang dapat dipajaki dan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 6 ayat (1) huruf a tunjangan voucher sebesar 100% dari jumlah biaya pengisian ulang pulsa dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan sehingga Penghasilan Kena Pajak lebih kecil.

c. Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT Madu Baru Yogyakarta untuk membeli bahan bakar kendaraan perusahaan dalam rangka perjalanan bisnis yang digunakan oleh pegawai tertentu karena jabatannya. Biaya bahan bakar hanya dapat dikurangkan

sebesar 50% dari jumlah biaya bahan bakar dalam tahun pajak bersangkutan. Hal ini didasarkan pada Keputusan Direktur No. Kep-220/PJ./2002. Apabila perusahaan mengubah biaya bahan bakar menjadi tunjangan bahan bakar maka berdasarkan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf a tunjangan bahan bakar yang diberikan dalam bentuk uang merupakan penghasilan bagi pegawai yang dapat dipajaki dan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 6 ayat (1) huruf a tunjangan bahan bakar sebesar 100% dari jumlah biaya bahan bakar dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan sehingga Penghasilan Kena Pajak lebih kecil.

d. Resepsi tamu yang dimaksud perusahaan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memberikan hidangan dalam bentuk makanan dan minuman bagi tamu perusahaan sehubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Biaya resepsi tamu dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai dengan UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak pasal 6 ayat (1) huruf a dan SE-27/PJ.22/1986 tentang biaya entertainment. Dalam hal ini, perusahaan tidak bisa memenuhi syarat agar biaya resepsi tamu dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana tertuang pada SE-27/PJ.22/1986 tentang biaya entertainment. Perusahaan sebaiknya mengisi dan melampirkan daftar nominatif pada SPT sebagai syarat agar biaya resepsi tamu dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sehingga Penghasilan Kena Pajak lebih kecil.

e. Biaya rekreasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT Madu Baru Yogyakarta untuk menyediakan fasilitas yang dapat digunakan saat rekreasi karyawan. Menurut UU RI No.17 tahun 2000 pasal 9 ayat (1) huruf e biaya rekreasi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena berupa pemberian fasilitas. Apabila perusahaan mengubah biaya rekreasi menjadi tunjangan rekreasi maka berdasarkan UU RI No 17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf a tunjangan rekreasi yang diberikan dalam bentuk uang merupakan penghasilan bagi pegawai yang dapat dipajaki dan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 6 ayat (1) huruf a dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan sehingga Penghasilan Kena Pajak lebih kecil.

f. Biaya pengobatan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kesehatan pegawai. Biaya pengobatan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena berupa pemberian fasilitas yang diatur dalam UU RI No.17 tahun 2000 pasal 9 ayat (1) huruf e. Apabila perusahaan mengubah biaya pengobatan menjadi tunjangan pengobatan maka berdasarkan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf a tunjangan pengobatan yang diberikan dalam bentuk uang merupakan penghasilan bagi pegawai yang dapat dipajaki dan UU RI No.17 tahun 2000 pasal 6 ayat (1) huruf a dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan sehingga Penghasilan Kena Pajak lebih kecil.

g. Sumbangan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengadakan kegiatan seperti saat HUT RI, kegiatan imunisasi, pembangunan infrastruktur desa. Sumbangan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto yang telah diatur dalam UU RI No.17 Pasal 9 ayat (1) huruf g karena tidak ada hubungan dengan usaha. Apabila PT Madu Baru Yogyakarta memberikan sumbangan sekaligus melakukan promosi maka biaya sumbangan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Pengurangan tersebut mengakibatkan Penghasilan Kena Pajak PT Madu Baru Yogyakarta menjadi lebih kecil sedangkan bagi yang menerima sumbangan merupakan penghasilan objek pajak yang akan menambah Penghasilan Kena Pajak penerima sumbangan itu sendiri.

h. Penjualan aktiva tetap merupakan penghasilan sebagai keuntungan yang diperoleh perusahaan ketika menjual aktiva tetapnya. UU RI No.17 Tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf d angka 2 keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota merupakan suatu penghasilan yang dikenakan pajak pengjhasilan. Apabila penjualan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dialihkan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha maka menurut UU RI No.17 Tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4, keuntungan atas pengalihan harta tersebut dianggap bukan penghasilan bagi pihak

yang mengalihkan. Keputusan Menteri Keuangan No 604/KMK.04/1994 menjelaskan harta hibahan yang diterima oleh badan-badan dan pengusaha kecil termasuk koperasi tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan. Dengan demikian, keuntungan penjualan aktiva tetap tidak diperhitungkan dalam penghitungan pajak penghasilan sehingga Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih kecil. i. Restitusi angkutan alkohol/spritus merupakan jenis penghasilan

perusahaan yang berasal dari luar usaha. Manajemen pajak dengan menerapkan prinsip taxable dan deductible pada fungsi perencanaan pajak untuk restitusi angkutan alkohol/spritus tidak dapat dilakukan karena didasarkan pada UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan pasal 4 ayat (1) huruf p) yang menyatakan tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak termasuk sebagai penghasilan yang menjadi objek pajak. Jadi, restitusi angkutan alkohol/spritus tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan sehingga tidak mengurangi Penghasilan Kena Pajak. Ketentuan ini juga berlaku untuk penghasilan dari luar usaha untuk penghasilan agrowisata, penjualan drum, besi tua, barang bekas dan penghasilan lainnya.

j. Jasa maklon merupakan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan pasal 23 yang telah dipungut/dipotong pajaknya oleh pihak yang membayar penghasilan untuk jasa maklon. Pajak yang telah dipungut/dipotong tersebut akan dikreditkan pada kredit pajak

dalam negeri yang nantinya akan mengurangi pajak penghasilan terutang sehingga diperoleh pajak penghasilan kurang/lebih/nihil bayar. Untuk menghindari kerugian pajak yang sudah dipotong tidak dapat dikreditkan pada kredit pajak dalam negeri, perusahaan harus selalu menyimpan Surat Setoran Pajak (SSP) dan bukti potong/pungut.

Setelah diketahui faktor apa saja yang dapat diterapkan prinsip taxabledandeductiblemaka langkah kedua untuk rumusan masalah kedua adalah menghitung kembali PKP setelah dilakukan perencanaan pajak melalui prinsiptaxabledandeductible.Penghitungannya sebagai berikut:

PKP Tahun 2007 Rp.8.940.280.806.

Biaya yang masih dapat dikurangkan pada tahun 2007: Tunjangan voucher Rp. 2.400.000

Tunjangan bahan bakar Rp. 2.340.000 Resepsi Tamu Rp. 52.028.481 Tunjangan rekreasi Rp. 9.670.000 Tunjangan pengobatan Rp. 27.000.000 Sumbangan promosi Rp.354.031.600

Jumlah biaya yang masih dapat dikurangkan (Rp.447.470.081) Penghasilan yang dapat dikecualikan dari objek pajak

pada tahun 2007:

Penjualan aktiva tetap (Rp.15.199.998)

Berdasarkan UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan pasal 17 ayat (4) untuk keperluan penetapan tarif pajak, jumlah penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh sehingga PKP menjadi Rp.8.477.610.000 sehingga pajak penghasilan terutang menjadi:

10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000

15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000

30% x Rp. 8.377.610.000 = Rp.2.513.283.000

PPh terutang = Rp.2.525.783.000

PPh terutang sebelum menerapkan perencanaan pajak dengan prinsip taxable dan deductible sebesar Rp.2.664.584.000 dan PPh terutang sesudah menerapkan prinsip taxable dan deductible sebesar Rp.2.525.783.000 sehingga ada selisih Rp.138.801.000

2. Pelaksanaan kewajiban pajak

Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor apa yang akan dimanfaatkan untuk menerapkan prinsip taxable dan deductible, maka selanjutnya adalah mengimplementasikannya. UU RI No.16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 4 ayat (1) menjelaskan bahwa wajib pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, jelas dan ditandatangani. SPT Tahunan PT Madu Baru untuk tahun 2007 dapat dikatakan kurang memenuhi aturan KUP pada pasal 4 ayat (1) karena tidak mengisi dengan benar dan lengkap

lampiran SPT Tahunan 2007. Perusahaan juga sebaiknya membuat daftar nominatif agar biaya resespi tamu sebagai biaya entertainment dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

3. Pengendalian Pajak

Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material. Persyaratan formal tertuang pada UU RI No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sedangkan persyaratan material tertuang pada UU RI No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan.

E. Penerapan Peraturan Pajak UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak

Dokumen terkait