• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pelaksanaan Kontrak

18. Manajemen Mutu

Definisi-definisi yang berhubungan dengan Manajemen Mutu:

 Pengendalian Mutu (Quality Control / QC): Proses memeriksa mutu hasil produk atau jasa pelayanan tertentu dari Penyedia jasa untuk menentukan apakah hasil-hasil tersebut memenuhi standar mutu terkait yang dipersyaratkan di dalam spesifikasi teknis, memperbaiki kesalahan-kesalahan atas mutu yang diperoleh lebih rendah serta cara-cara mengidentifikasi untuk menghilangkan sebab-sebab produk atau kinerja jasa pelayanan yang tidak memenuhi syarat.

 Jaminan Mutu (QA, Quality Assurance): Proses mengevaluasi prosedur standar dan instruksi kerja seluruh produk atau jasa pelayanan, yang dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan atau Direksi Teknik untuk dapat menjamin bahwa mutu hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia jasa dapat diterima atau ditolak sebagai dasar persetujuan pembayaran pekerjaan yang memenuhi syarat kontrak.

Penyusunan Program Mutu;

o Program mutu disusun oleh penyedia paling sedikit berisi : a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;

b. organisasi kerja penyedia;

c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;

d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;

e. prosedur instruksi kerja; dan f. pelaksana kerja.

 Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan.

19. Penyelesaiaan Perselisihan (Dispute)

Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan Kontrak ini atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini. Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam Kontrak dapat dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penyelesaian perselisihan atau sengketa yang dipilih ditetapkan dalam SSKK.

Apabila hal ini tidak diatur dengan baik maka perselisihan atau sengketa akan berlarut-larut atau berkepanjangan tanpa ada penyelesaian. Yang pasti, walaupun perselisihan ini pertama-tama disepakati untuk diselesaikan melalui jalan musyawarh untuk mufakat, teteapi yang sering terjadi adalah tidak ditetapkannya batas waktu musyawarah sehinnga musyawarah terus berlangsung tanpa batas waktu. Walaupun dikatakan bahwa jika musyawaraha tidak menghasilkan mufakat maka perselisihan dapat diselesaikan melalui lembaga Abritase atau pengadilan, masalahnya adalah kapan perselisihan tersebut dapat diserahkan ke Abritase atau pengadilan karena musyawarah terlus berlangsung tanpa batas waktu.

Oleh karena itu, batas waktu musyawarah utuk mufakat hasur ditetapkan. Lembaga yang akan menyelesaikan perselisihan hasrus ditetapkan dengan tegas sesuai ketentuan Undang-Undang No.18 Tahun 1999 Pasal 36 dan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2000 Pasal 49 ayat 1.

20. Kompensasi

Peristiwa Kompensasi yang dapat diberikankepada penyedia yaitu:

a. PPK mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;

b. Keterlambatan pembayaran kepada penyedia;

c. PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;

d. Penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dalam kontrak;

e. PPK menginstruksikan kepada pihak penyedia untuk melakukan pengujian tambahan yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak ditemukan kerusakan/kegagalan/penyimpangan;

f. PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;

g. PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu yang tidak dapat diduga sebelumnya dan disebabkan oleh PPK;

h. Ketentuan lain dalam SSKK.

Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran tambahan dan/atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka PPK berkewajiban untuk membayar ganti rugi dan/atau memberikan perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan.

Ganti rugi hanya dapat dibayarkan jika berdasarkan data penunjang dan perhitungan kompensasi yang diajukan oleh penyedia kepada PPK, dapat dibuktikan kerugian nyata akibat Peristiwa Kompensasi.

Perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan hanya dapat diberikan jika berdasarkan data penunjang dan perhitungan kompensasi yang diajukan oleh penyedia kepada PPK, dapat dibuktikan perlunya tambahan waktu akibat Peristiwa Kompensasi.

Penyedia tidak berhak atas ganti rugi dan/atau perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan jika penyedia gagal atau lalai untuk memberikan peringatan dini dalam mengantisipasi atau mengatasi dampak Peristiwa Kompensasi.

21. Bagian Pekerjaan yang Disubkontrakan

Pekerjaan spesialis atau bagian pekerjaan bukan pekerjaan utama yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam penawaran, yang pelaksanaannya diserahkan kepada penyedia lain dan disetujui terlebih dahulu oleh PPK.

22. Pengalihan dan/atau Subkontrak

Penyedia dilarang untuk mengalihkan sebagian atau seluruh Kontrak ini. Pengalihan seluruh kontrak hanya diperbolehkan dalam hal pergantian nama Penyedia, baik sebagai akibat peleburan (merger) maupun akibat lainnya.

Penyedia dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia spesialis setelah mendapat persetujuan tertulis dari PPK. Penyedia tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang disubkontrakkan.

Jika ketentuan di atas dilanggar maka Kontrak diputuskan dan Penyedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam SSKK.

23. Kerjasama dengan Sub Kontraktor

Penyedia yang mempunyai harga Kontrak di atas Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) wajib bekerja sama dengan penyedia Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi Kecil, yaitu dengan cara men-subkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama.

Penyedia yang mempunyai harga Kontrak di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) wajib bekerja sama dengan penyedia Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi Kecil, yaitu dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa dari lokasi pekerjaan setempat, kecuali tidak tersedia sub penyedia jasa yang dimaksud.

Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut harus diatur dalam Kontrak dan disetujui terlebih dahulu oleh PPK. Penyedia tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang

disubkontrakkan tersebut. Ketentuan-ketentuan dalam subkontrak harus mengacu kepada Kontrak serta menganut prinsip kesetaraan.

24. Buku dan Laporan

Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan kontrak untuk menetapkan volume pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan dituangkan dalam laporan kemajuan hasil pekerjaan.

Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan dilokasi pekerjaan dicatat dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan yang berisi rencana dan realisasi pekerjaan harian. Laporan harian berisi:

a. Jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan;

b. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;

c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan;

d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;

e. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan

f. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.

Laporan harian dibuat oleh penyedia, apabila diperlukan diperiksa oleh konsultan, dan disetujui oleh wakil PPK.

Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

C. SERAH TERIMA PEKERJAAN 1. Serah Terima

Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan. Apabila memerlukan keahlian teknis khusus dapat dibantu oleh tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.

Panitia Penerima Hasil Pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia. Apabila terdapat kekurangankekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, penyedia wajib memperbaiki/menyelesaikannya, atas perintah PPK. PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak sejak tanggal berita acara penyerahan pekerjaan dan telah diterima oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.

Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima perseratus) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan, atau

pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus perseratus) dari nilai kontrak dan penyedia harus menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak.

Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan. Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir pekerjaan. PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.

Apabila penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang retensi untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan Jaminan Pemeliharaan.

a. Penyedia dapat mengajukan secara tertulis PHO setelah pekerjaan selesai 100 % b. Panitia memeriksa dan menilai hasil pekerjaan, kekurangan dan cacat harus diperbaiki c. Belum selesai berlaku denda

d. Jika sdh 100 % pembayaran 95 %, 5 % ditahan sampai FHO atau dapat ditukar dgn jaminan pemeliharaan

Gambar 3.4 Alur Serah Terima Pekerjaan

Gambar 3.5 Masa Pemeliharaan

1) Pekerjaan setelah selesai 100% sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak, penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada pengguna untuk penyerahan pekerjaan.

Atas permintaan penyerahan pekerjaan tsb pengguna:

a. Melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.

b. Pemeriksaan dilakukan baik secara sebagian atau seluruh pekerjaan.

c. Penyedia ditugaskan untuk memperbaiki, melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak, bila ternyata tidak sesuai.

2) Penguna barang/jasa menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak.

3) Penyedia barang/jasa wajib melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan dengan masa pemeliharaan yang ditetapkan dalam kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada waktu penyerahan pertama pekerjaan (PHO=Provisional Hand Over).

4) Penyedia barang/jasa dapat memperoleh uang retensi dengan menyerahkan jaminan pemeliharaan:

a. Retensi pemeliharaan selama masa pemeliharaan sebesar 5% dari nilai kontrak.

b. Pembayaran dapat dilakukan 100% dari nilai kontrak, tetapi penyedia barang/jasa harus menyerahkan jaminan Bank sebesar 5% dari nilai kontrak.

c. Jaminan Bank tsb yang diterbitkan oleh Bank Umum atau perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan ketentuan menteri keuangan.

5) Masa pemeliharaan: Pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan, dan Masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran.

6) Setelah masa pemeliharaan berakhir dan kondisinya tetap seperti pada waktu PHO, pengguna menerima penyerahan kedua pekerjaan tsb (FHO = Final Hand Over) dan jaminan pemeliharaan dikembalikan kepada penyedia barang/jasa.

2. Sanksi

1) Apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat kelalaian penyedia barang/jasa, maka dikenakan sanksi denda sekurang-kurangnya satu perseribu/hari dari nilai kontrak.

Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Bagaimana mekanisme PCM (Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak), dan apa tujuan serta hal apa saja yang dibahas didalamnya?

2. Apa saja ketentuan umum dari SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja)?

3. Bagaimana cara melakukan penyelesaian perselisihan antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa?

Kontrak adalah perjanjian atau persetujuan tertulis yang merupakan tindakan para pihak, dimana masing-masing pihak didalamnya dituntut untuk melakukan prestasi.

Unsur Perjanjian/Kontrak:

 Adanya para pihak.

 Adanya persetujuan antara para pihak tersebut.

 Adanya tujuan yang akan dicapai.

 Adanya prestasi yang akan dilaksanakan.

 Adanya bentuk tertentu (bentuk kontrak).

 Adanya syarat-syarat tertentu.

Pelaksanaan kontrak konstruksi meliputi tahapan sebagai berikut:

 Penyerahan Lapangan;

 Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak ( PCM );

 Prog. Mutu (RMK) dan Rencana Penerapan SMK3;

 SPMK;

 Mobilisasi;

 Pemeriksaan Bersama (MC 0%);

 Pembayaran Uang Muka;

 Pembayaran Prestasi Pekerjaan;

 Perubahan Kegiatan Pekerjaan;

 Denda & Ganti Rugi;

 Keadaan Kahar (Force Majeur);

 Pemberlakuan Kontrak Kritis (SCM);

 Penghentian dan Pemutusan Kontrak;

 Laporan Hasil Pekerjaan;

 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan;

 Kerjasama Antara Penyedia B/J dengdn Subkontraktor;

 Serahterima Pekerjaan;

 KompensasI.

2) Apabila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran akibat kesalahan/kelalaian pengguna, maka pengguna membayar kerugian yang ditanggung penyedia, yang besarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. LATIHAN

E. RANGKUMAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Kontrak yang berdasarkan total biaya yang disepakati oleh para pihak pada waktu dilakukan negosiasi, adalah pengertian Kontrak?

a. Kontrak Lump-Sum b. Kontrak Harga Satuan c. Kontrak Turn-Key d. Kontrak Persentase e. Kontrak Borongan

2. Dibawah ini yang termasuk kedalam kategori kontrak berdasarkan jumlah pengguna adalah?

a. Kontrak Turn-Key b. Kontrak Persentase c. Kontrak Harga Satuan d. Kontrak Pengadaan Tunggal e. Kontrak Lump-sum

3. Dokumen yang disiapkan oleh penyedia barang/jasa yang menjelaskan kemampuan penyedia barang/ jasa dan memiliki minat untuk menyediakan produk, jasa atau hasil sesuai dengan persyaratan dalam dokumen pengadaan.

Adalah pengertian dari dokumen?

a. Dokumen Permintaan b. Dokumen Penawaran c. Dokumen Pengadaan d. Dokumen Penyediaan e. Dokumen Pemberitahuan

4. Berikut ini yang bukan merupakan syarat sahnya suatu perjanjian menurut KUHP 1320 adalah?

a. Adanya sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Adanya hal tertentu (terang & jelas)

d. Adanya suatu sebab yang halal e. Adanya perjanjian terdahulu

5. Berikut ini yang merupakan syarat penandatanganan kontrak adalah?

a. Paling lambat 7 hari setelah SPPJ b. Paling lambat 15 hari setelah SPPJ c. Menyerahkan jaminan pelaksanaan d. Paling lambat 14 hari sebelum SPPJ e. Paling lambat 14 hari tanpa jaminan A. Evaluasi Kegiatan Belajar

PENUTUP 

6. Berikut ini yang bukan merupakan hal penyebab penghentian kontrak adalah?

a. Perang, perang saudara, pemberontakan b. Kekacauan dan huru-hara

c. Ancaman finansial

d. Bencana alam yang dinyatakan resmi oleh pemerintah e. Keadaan yang ditetapkan dalam kontrak

7. Berikut ini yang bukan merupakan bagian dari pembahasan PCM (Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak) adalah?

a. Kompensasi b. Denda c. SPMK d. Mobilisasi

e. Kegiatan Teknis SID

8. Berikut ini yang merupakan ketentuan umum dari SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) Adalah?

a. Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja ditetapkan paling lambat 7 hari setelah tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal

dikeluarkannya SPMK/SP

b. Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja ditetapkan setelah tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkannya SPMK/SP c. Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama

dengan tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkannya SPMK/SP

d. Untuk kontrak umum, tanggal mulai kerja ditetapkan paling lambat 7 hari setelah tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkannya SPMK/SP

e. Untuk kontrak umum, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkannya SPMK/SP.

9. Bagaimana cara penyelesaiakan apabila terjadi perselisishan antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa?

a. Konsiliasi b. Ganti Rugi

c. Penetapan Uang Muka d. Penggantian Objek e. Pengembalian Jaminan

10. Berapa lama masa pemeliharaan dalam pekerjaan semi permanen?

a. Enam bulan b. Dua belas bulan c. Tiga bulan

d. Dua puluh empat bulan e. Sembilan bulan

Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Modul. Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada Modul ini.

Tingkat penguasaan

=

Jumlah Jawaban yang Benar

X 100%

Jumlah Soal

Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100 % = Baik Sekali 80 – 89 % = Baik 70 – 79 % = Cukup

< 70 % = Kurang

Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus mengulangi materi modul, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Tujuan dari Pelatihan Manajemen Konstruksi (SIDLACOM) ialah agar para CPNS memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation and Maintenance) dalam manajemen konstruksi.

Pentingnya kompetensi ini dimiliki agar para CPNS memiliki kualitas dan komitmen yang tinggi dalam bekerja sesuai dengan bidang dan unit organisasiya. Uraian dari materi pokok 1 sampai dengan materi pokok 3, baru menjelaskan mengenai adanya meknisme dari tahapan pra kontral, penandatanganan kontra, dan pasca penandatanganan kontrak konstruksi dalam manajemen konstruksi.

Masih banyak hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini, diantara dari mata pelatihan dalam pelatihan ini, ada pula yang menjadi mata pelatihan pada program pelatihan jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk lebih memahami mengenai Pelaksanaan Konstruksi, peserta dianjurkan untuk mempelajari, antara lain:

1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana tersebut dalam daftar pustaka.

2. Modul mata pelajaran lain seperti Hukum Kontrak Konstruksi dan Modul terkait B. Umpan Balik

C. Tindak Lanjut

Latihan Materi Pokok 1

1. Kebijakan perusahaan/institusi sering memberikan batasan-batasan pada keputusan pengadaan. Contoh: keterbatasan penggunaan bentuk kontrak, kesederhanaan PO (purchase order), keterbatasan kemampuan dalam menetapkan keputusan untuk membuat atau membeli, kapasitas dan kemampuan Penyedia Jasa 2. Tenaga ahli yang sering diperlukan untuk keahlian dalam bidang pembelian juga dapat digunakan untuk mengembangkan atau memodifikasi kriteria yang akan dipakai untuk mengevaluasi penawaran atau proposal yang dibuat oleh penyedia jasa/ penjual. Membantu dalam pembelian/pengadaan dengan persyaratan dan kondisi yang tidak standar.

3. Sistem Kontrak Lumpsum ini lebih tepat digunakan untuk :

a. Jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk masing-masing unsur/jenis item pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana & spek teknisnya.

b. Jenis pekerjaan dengan Budget tertentu yang terdiri dari Jenis pekerjaan dengan Budget tertentu yg terdiri dari banyak sekali Jenis / item pekerjaan atau Multi Paket Pekerjaan yang sangat beresiko bagi Pemberi tugas atas terjadinya

“unpredictable cost” seperti misalnya adanya claim kontraktor akibat adanya ketidak-sempurnaan dari Batasan Lingkup Pekerjaan, Gambar lelang, Spesifikasi teknis, atau Bill of Quantity yang ada. Dengan system kontrak ini diharapkan dapat meminimalize tejadinya unpredictable cost tersebut karena harga yg mengikat adalah Total Penawaran Harga (Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas / Bill of Quantity bersifat tidak mengikat).

4. Menurut PMBOK ed 2004 Jenis jenis Kontrak:

a. Fixed Price or Lump-Sum Contract terdiri dari: Fixed Firm Price (FFP) dan Fixed Price Incentive Fee (FPIF).

b. Cost Reimbursable contract terdiri dari: Cost Plus Fee (CPF) or Cost Plus Percentage of Cost (CPPC), Cost Plus Fixed Fee (CPFF), dan Cost Plus Incentive Fee (CPIF).

c. Time & Material (T&M) Contracts.

5. Pelelangan umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh panitia/pejabat pengadaan, apabila:

a. Jumlah penyedia barang/jasa yang memasukkan penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta; atau

b. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis; atau c. Harga penawaran terendah lebih tinggi dari pagu anggaran yang tersedia.

Pelelangan/seleksi dinyatakan gagal oleh pengguna barang/jasa atau pejabat berwenang lainnya apabila:

a. Sanggahan dari penyedia barang/jasa ternyata benar.

b. Pelaksanaan pelelangan/seleksi tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen pengadaan yang telah ditetapkan.

D. Kunci Jawaban Soal

Latihan Materi Pokok 2

1. Hukum Kontrak adalah norma atau kaidah atau aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antar para pihak berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum dalam melaksanakan suatu obyek perjanjian atau prestasi.

2. Dalam KUH Perdata, pasal 1320 disebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:

a. Adanya sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Adanya hal tertentu (terang & jelas); dan d. Adanya suatu sebab yang halal.

3. Syarat penandatanganan kontrak sebagai berikut:

a. Paling lambat 14 hari setelah surat penunjukan penyedia jasa (SPPJ).

b. Menyerahkan jaminan pelaksanaan.

c. Pek > Rp 100 milyar setelah memperoleh pendapat Ahli Hukum Kontrak Profesional atau ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Latihan Materi Pokok 3

1. PCM Diselenggarakan selambat-lambatnya 7 hari setelah SPMK, diikuti oleh direksi pekerjaan, direksi teknis, unsur perencanaan dan penyedia jasa. Rapat ini bertujuan untuk menghasilkan kesepakatan-kesepakatan beberapa materi yang dapat menimbulkan masalah dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil rapat persiapan pelaksanaan kontrak dituangkan dalam berita acara. PCM antara lain membahas:

 Pasal-pasal dalam dokumen kontrak;

 Tata cara penyelenggaraan pekerjaan;

 Prog. Mutu (RMK) dan Rencana Penerapan SMK3;

 SPMK;

 Mobilisasi;

 Pemeriksaan Bersama (MC 0%);

 Pembayaran Uang Muka;

 Pembayaran Prestasi Pekerjaan;

 Perubahan Kegiatan Pekerjaan;

 Denda & Ganti Rugi;

 Keadaan Kahar (Force Majeur);

 Pemberlakuan Kontrak Kritis (SCM);

 Penghentian dan Pemutusan Kontrak;

 Laporan Hasil Pekerjaan;

 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan;

 Kerjasama Antara Penyedia B/J dengdn Subkontraktor;

 Serahterima Pekerjaan; dan

 Kompensasi.

2. Ketentuan Umum Surat perintah mulai kerja (SPMK)/surat Pesanan (SP).

a. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak penanda tangan kontrak, pengguna barang/jasa sudah harus menerbitkan SPMK./SP

b. Dalam SPMK /SP dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak, yang akan dinyatakan oleh pihak kedua dalam pernyataan dimulainya pekerjaan.

c. Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkannya SPMK./SP.

3. Apabila terjadi perselisihan antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa, maka kedua belah pihak dapat menyelesaikan dengan cara:

a. Cara musyawarah.

b. Cara mediasi.

c. Cara konsiliasi.

d. Cara arbitrase.

e. Melalui pengadilan.

Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Keputusan penyelesaian perselisihan :

a. Keputusan dari hasil penyelesaian perselisihan dengan memilih salah satu cara tsb diatas adalah mengikat.

b. Segala biaya yang timbul untuk menyelesaikan perselisihan tsb ditanggung oleh para pihak sebagaimana diatur dalam kontrak.

Evaluasi Kegiatan Belajar 1. (A)

2. (D) 3. (B) 4. (E) 5. (C) 6. (C) 7. (E) 8. (C) 9. (A) 10. (C)

Undang-Undang No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.

Perpres Nomor 54 Tahun 2010, Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan perubahannya terarakhir melalui Perpres Nomor 4 tahun 2015

Permen PUPR Nomor 31/PRT/M/2015, Perubahan Ketiga atas Permen PU Nomor 07/PRT/M/2011, tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Konsultansi

Peraturan Presiden RI No. 106 tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Presiden RI No. 157 Tahun 2014

Keputusan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, beserta peraturan perubahannya

Modul Dokumen Kontrak, Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi Modul Pelaksanaan Kontrak, Pelatihan Hukum Kontrak Konstruki

Modul Simulasi Hukum Kontrak Konstruksi, Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi Yasin, Nazarkhan. 2003. Mengenal Kontrak Konstruksi. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Jakarta

Dokumen terkait