C. Identifikasi Spesimen
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Manajemen Penangkaran .1Kondisi Kandang .1Kondisi Kandang
Kandang merupakan salah satu aspek penting bagi kesejahteraan hidup satwa, karena semua aktivitas satwa dilakukan di dalam kandang. Kondisi kandang yang baik adalah kandang yang dibuat sesuai dengan habitat aslinya, dengan tujuan agar satwa dapat mengekspresikan perilakunya seperti di alam. Selain itu kandang yang baik juga harus memperhatikan kualitas kekayaan kandang seperti batang kayu, tempat minum, shelter, tempat memanjat, dan fasilitas lainnya yang mendukung perilaku satwa.
28
a. Jenis, Bentuk, dan Ukuran kandang
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian (2008) menyebutkan bahwa terdapat beberapa persyaratan dalam ukuran dan struktur kandang untuk amfibi dan reptil, diantaranya yaitu :
1. Cukup ruang untuk bergerak dalam posisi normal.
2. Dapat menjaga hewan tetap kering, tidak kontak dengan kotoran dan sisa pakan-minum.
3. Sesuai ukuran/berat dan regulasi. 4. Struktur sesuai sifat biologis spesies.
Jenis kandang di PT. Mega Citrindo terdiri dari dua jenis kandang yang disesuaikan dengan fungsi masing-masing kandang. Kandang permanen berfungsi sebagai tempat indukan remaja, dan dewasa. Kandang boks berfungsi sebagai tempat penampung anakan. Saat melakukan wawancara dengan keeper kandang boks berfungsi juga sebagai tempat penampung biawak dewasa yang cacat fisiknya, karena jika disatukan di dalam kandang permanen ada kemungkinan bersaing dengan biawak lainnya. Kandang biawak ekor biru dan biawak dumeril memiliki bentuk kandang yang tidak jauh berbeda yaitu segi empat. Sedangkan untuk biawak kuning memiliki bentuk kandang segi empat dengan pola yang berbeda di tiap sisi-sisinya. Komposisi kandang permanen dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Komposisi kandang permanen
No Komposisi Kandang Permanen
Biawak kuning Biawak ekor biru Biawak dumeril
1 Bahan kandang
Campuran semen, kawat loket, substrat tanah
Campuran semen, kawat loket, substrat pasir, kerikil dan batu-batuan
Campuran semen, kawat loket, substrat lantai semen
2 Ukuran kandang
(p x l x t) cm 600 x 750 x 170 200 x 300 x 200 200 x 300 x 150
3 Jumlah kandang 1 unit 7 unit 2 unit
4 Jumlah biawak ± 13 ekor 2 ekor 1 ekor
Biawak kuning dewasa hidup bersama-sama di dalam satu kandang besar, dengan jumlah individu kurang lebih 13 ekor, oleh karena itu ukuran kandang
biawak kuning lebih besar dibandingkan dengan kandang biawak lainnya. Biawak kuning memiliki ukuran kandang dengan panjang 400 cm, lebar 750 cm, dan tinggi 170 cm. Bahan kandang biawak kuning terbuat dari campuran semen, untuk pengamanan kandang menggunakan kawat loket di setiap sisi kandang dengan lubang berbentuk persegi 1 cm x 1 cm, dan gembok kecil di pintu luar. Substrat yang digunakan adalah tanah dan sebagian lantai semen. Kandang tidak memiliki atap tertutup, sehingga cahaya matahari dapat masuk dengan mudah. Gambar kandang biawak kuning dapat dilihat di bawah ini (Gambar 14).
Gambar 14 Kandang permanen biawak kuning.
Kandang biawak ekor biru terdiri dari tujuh unit. Di dalam setiap kandang terdapat 2-3 ekor biawak ekor biru. Bahan kandang biawak ekor biru terbuat dari campuran semen dan kawat loket. Sebagian atap dari kandang ditutupi oleh asbes, ini menyebabkan sinar matahari tidak sepenuhnya masuk ke dalam kandang sehingga rentan bagi biawak ekor biru untuk terkena penyakit. Ukuran kandang biawak ekor biru panjang 200 cm, lebar 300 cm, dan tinggi 200 cm. Substrat yang digunakan adalah batu-batuan, kerikil dan pasir. Bentuk kandang biawak ekor biru dapat dilihat pada Gambar 15.
30
Gambar 15 Kandang permanen biawak ekor biru.
Ukuran dan bentuk kandang biawak dumeril tidak begitu berbeda dengan ukuran kandang biawak ekor biru. Kandang biawak dumeril terdiri dari dua unit, masing-masing kandang ditempati oleh satu ekor biawak dumeril. Pengelola kandang memisahkan kandang biawak dumeril jantan dan biawak dumeril betina. Hal ini dikarenakan biawak betina lebih agresif menyerang biawak jantan, pemisahan kandang bertujuan untuk mengurangi luka fisik pada biawak jantan maupun betina. Biawak dumeril memiliki ukuran kandang dengan panjang 200 cm, lebar 300 cm, dan tinggi 150 cm. Atap kandang sebagian ditutup oleh asbes. Substrat tidak menggunakan tanah ataupun pasir, melainkan hanya menggunakan lantai semen. Berikut adalah kondisi kandang biawak dumeril pada Gambar 16.
Kandang boks di PT. Mega Citrindo berfungsi sebagai kandang sementara untuk anakan. Tabel 7 menunjukkan komposisi kandang boks.
Tabel 7 Komposisi kandang boks
No Komposisi Kandang boks
1 Bahan kandang Boks plastik, substrat
kertas koran 2 Ukuran kandang (p x l x t) cm Besar : 64 x 35 x 32 Sedang : 43 x 30 x 29 Kecil : 41 x 28 x 18
3 Fungsi Penampung anakan
Bahan kandang terbuat dari plastik, dan untuk substrat yang dipakai adalah kertas koran. Kertas koran ini berfungsi sebagai alas untuk biawak anakan. Kandang yang digunakan sudah disesuaikan dengan ukuran tubuh masing-masing biawak anakan. Kandang boks untuk biawak jumlahnya sekitar 200 boks.
Menurut hasil wawancara dengan pemilik penangkaran, kandang boks ini hanya sebagai kandang sementara untuk anakan karena kurang dari satu minggu anakan biawak akan langsung dikirim ke pihak pemesan. Berikut adalah gambar kandang boks (Gambar 17)
Gambar 17 Kandang boks ukuran: (a) besar, (b) sedang, (c) kecil.
a b
32
b. Konstruksi Kandang
Kandang yang baik adalah kandang yang dibuat dengan konstruksi yang kokoh. Hasil pengamatan ditempat penelitian, PT. Mega Citrindo mempunyai kandang permanen yang bervariasi yang disesuaikan dengan fungsi masing-masing kandang. Hampir seluruh kandang permanen dibuat dari campuran semen, dengan kondisi yang kurang baik karena di setiap sudut kandang ditumbuhi banyak lumut. Hal ini disebabkan karena kelembaban yang cukup tinggi di PT. Mega Citrindo.
Kandang permanen di PT. Mega Citrindo terbuat dari rangka besi yang kokoh. Menurut Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian (2008) terdapat pedoman yang harus dipenuhi dalam kontruksi kandang pada reptil, yaitu :
1. Kandang harus mudah dibersihkan.
2. Lantai harus kuat dan mudah dibersihkan , dapat menjamin sanitasi dan higienis.
3. Atap harus menutupi keseluruhan atau sebagian kandang, dan tidak mudah bocor.
4. Kemiringan atap harus diatur, agar pada saat hujan air tidak meluncur masuk ke dalam kandang.
5. Tinggi bangunan harus disesuaikan, agar tetap menjaga sirkulasi udara. 6. Ventilasi kandang harus dibuat sesuai dengan tempat dan kebutuhan
jenis reptil atau amfibi.
7. Dinding kandang harus kokoh, untuk keamanan kandang.
8. Letak bangunan harus dibuat dengan strategis, untuk memudahkan kegiatan sehari-hari.
Kandang boks atau kandang sementara terbuat dari plastik dengan rangka yang kokoh. Ventilasi atau lubang udara pada kandang boks yaitu pada tutup yang sudah dilubangi. Menurut Maulidzar (2010) pertimbangan boks plastik sebagai bahan kandang, didasarkan bahwa bahan tersebut memenuhi syarat perkandangan yang baik diantaranya :
1. Berdinding kuat, aman dari gangguan satwa lain, dan dapat dilihat dari luar.
3. Mudah dibersihkan dan memiliki penampilan yang menarik untuk koleksi reptil.
c. Pengkayaan Kandang (Enrichment Kandang)
Pengkayaan kandang atau enrichment kandang merupakan suatu upaya yang dilakukan agar satwa seperti berada di habitat aslinya. Dengan adanya pengkayaan kandang, satwa dapat mengekspresikan perilakunya seperti di alam dan untuk menghindari satwa dari stres, kebosanan, kegelisahan, dan perilaku menyimpang maupun untuk meningkatkan kualitas hidup satwa di dalam kandang. Tabel 8 menunjukkan pengkayaan kandang yang terdapat di PT. Mega Citrindo.
Tabel 8 Pengkayaan kandang PT. Mega Citrindo
No Jenis Kandang Perlengkapan Kandang
Biawak kuning Biawak ekor biru Biawak dumeril
1 Kandang
permanen
Batang kayu, tempat minum, shelter alami (lubang) dan buatan, tumbuhan
Batang kayu, shelter
buatan, tempat minum
Batang kayu,
tempat minum
2 Kandang boks Kertas koran Kertas koran Kertas koran
Terdapat beberapa jenis pengkayaan kandang (Suara Satwa 2008) diacu dalam Eccleston (2008) yakni pengkayaan struktural, misalnya pemberian kandang yang ukurannya cukup luas agar satwa dapat melakukan gerakan alami, seperti terbang, lari, dan tempat untuk berteduh. Kedua adalah pengkayaan objek. Objek yang diberikan untuk mengurangi rasa bosan, dan merangsang perilaku alami. Ketiga adalah pengkayaan sosial, yaitu mensosialisasikan satwa dengan sejenisnya, atau tidak karena tidak semua jenis satwa hidup berkelompok. Dan keempat adalah pengkayaan makanan. Pemberian makanan yang bervariasi meningkatkan kualitas hidup satwa, selain itu dengan makanan yang bervariasi menghindari rasa bosan atau jenuh satwa terhadap makanannya. Berikut adalah gambar kekayaan kandang permanen di PT. Mega Citrindo (Gambar 18).
34
Gambar 18 Pengkayaan kandang (enrichment) : (a) kandang biawak dumeril, (b) kandang biawak ekor biru, dan (c) kandang biawak kuning.
Biawak merupakan satwa yang memiliki perilaku memanjat di batang pohon, oleh karena itu setiap kandang permanen diberikan batang kayu yang disesuaikan dengan ukuran kandang agar biawak dapat berperilaku seperti di alam. Kondisi batang kayu di setiap kandang sudah tidak begitu baik, kondisi ini dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada biawak yakni batang yang sudah rapuh kapan pun dapat patah, dan batang pohon dapat menjadi habitat untuk ektoparasit. Menurut Bennett (1998) dalam pemilihan batang pohon untuk biawak di kandang, hindari batang yang sudah busuk dan yang memiliki getah atau resin. Pada kandang biawak dumeril tidak dilengkapi dengan fasilitas shelter
atau tempat berteduh. Shelter di kandang biawak kuning berbentuk lubang-lubang yang ada di tanah sekitar kandang dan shelter buatan yang terbuat dari campuran semen dan dibentuk seperti terowongan. Menurut keeper, kemungkinan lubang-lubang yang ada sekarang dibuat oleh biawak kuning. Sedangkan untuk shelter
biawak ekor biru terbuat dari bahan campuran semen yang dibentuk seperti
a b
terowongan. Berikut adalah gambar shelter pada biawak kuning dan biawak ekor biru (Gambar 19).
Fasilitas di kandang boks tidak banyak jika dibandingkan dengan kandang permanen. Hal ini karena ukuran kandang yang jauh berbeda, sehingga di dalam kandang boks hanya diberikan substrat yang berasal dari kertas koran. Kertas koran ini juga memiliki fungsi untuk menyerap cairan pada kotoran biawak, sehingga keadaan kandang tidak basah. Selain itu pemilihan alas dari koran karena mudah dibersihkan.
Gambar 19 Jenis shelter : (a) alami, (b) buatan, kandang biawak kuning, (c) buatan, kandang biawak ekor biru.
d. Perawatan Kandang
Kegiatan perawatan kandang dilakukan oleh para keeper setiap hari dimulai dari jam 06.00 WIB. Pembersihan kandang dilakukan di luar maupun di dalam kandang. Pembersihan kandang di luar dilakukan dengan menyapu halaman sekitar depan kandang. Pembersihan kandang permanen biasanya dilakukan dengan menyemprotkan air yang mengalir lewat selang ke semua permukaan kandang. Sedangkan untuk kandang boks kegiatan perawatan kandang dengan mengganti kertas koran dan membersihkan kandang dengan air. Gambar 20 menunjukkan kegiatan pembersihan kandang.
36
Gambar 20 Kegiatan pembersihan kandang : (a) luar kandang (b) dalam kandang (c) kandang boks.
Hasil pengamatan di PT Mega Citrindo menunjukkan kegiatan pembersihan kandang tidak hanya dilakukan dengan menyapu atau menyemprot kandang dengan air. Tetapi juga menyemprot halaman di luar dan dalam kandang dengan menggunakan zat kimia, hal ini bertujuan untuk mencegah dan memperlambat tumbuhnya hama dan penyakit. Penyemprotan halaman menggunakan insektisida, dan di dalam kandang dengan akarisida atau obat anti kutu dan caplak. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah sprayer
pestisida. Berdasarkan hasil wawancara kegiatan penyempotan dilakukan setiap 1 bulan sekali, jika cuaca panas namun apabila cuaca hujan penyemprotan dilakukan 2 kali dalam 1 bulan. Hal ini dikarenakan, jika musim hujan larutan yang sudah diberikan dikhawatirkan hilang terbawa air hujan.
Pengamatan di lapang tidak ditemukan ektoparasit caplak pada biawak kuning. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah letak kandang yang jauh dari kandang lain, sehingga kecil kemungkinan caplak melakukan translokasi ke kandang tersebut. Kemudian, pada siang hari di kandang biawak kuning seluruhnya terkena sinar matahari, sehingga caplak ada kemungkinan menghindari kandang tersebut. Jika dibandingkan dengan kandang biawak ekor biru dan biawak dumeril, kondisi di masing-masing kandang tidak seluruhnya terkena sinar matahari dan letak kandang bersebelahan dengan kandang lainnya. Sehingga apabila satu kandang sudah terinfestasi oleh caplak, besar kemungkinan caplak melakukan translokasi ke kandang lainnya.
a
b
5.2.2 Manajemen Pakan
Pakan merupakan aspek utama dalam pengelolaan penangkaran satwaliar, karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi aktivitas dan kesehatan satwa di dalam kandang. Di dalam manajemen pakan perlu diperhatikan kandungan-kandungan pakan yang akan diberikan kepada satwa. Kandungan umum yang penting untuk menunjang aktivitas satwa adalah pakan yang mengandung vitamin, mineral, lemak, dan protein.
a. Jenis Pakan
Hasil pengamatan menunjukkan beberapa pakan yang disediakan oleh PT Mega Citrindo sebagai pakan utama untuk biawak diantaranya adalah anak ayam, tikus putih, tikus sawah, jangkrik dan hamster. Menurut hasil wawancara dengan
keeper tikus sawah dikirim langsung dari daerah Cilacap dengan jumlah 1500-2000 ekor tiap bulan. Tikus sawah lalu disimpan di dalam freezer yang berada di gudang sebagai stok makanan biawak. Untuk mengurangi biaya pengelolaan, PT Mega Citrindo membuat budidaya tikus putih. Selain tikus putih, dan tikus sawah biawak juga diberikan anak ayam dan jangkrik. Suplier dapat mengirim anak ayam sekitar 250-350 setiap minggunya. Berikut adalah pakan-pakan yang disediakan untuk biawak (Gambar 21).
Gambar 21 Pakan biawak : (a) tikus putih, (b) tikus sawah, (c) anak ayam (d) jangkrik.
a b
c
38
b. Cara Pemberian dan Penyajian Pakan
Pemberian pakan dilakukan dengan melepaskan secara langsung pakan di dalam kandang biawak, jumlah pakan tergantung dari bobot biawak. Biawak yang berukuran besar diberikan 5-9 ekor sedangkan untuk yang berukuran sedang 3-5 ekor. Pakan dalam keadaan hidup yang disebarkan didalam kandang, namun untuk tikus sawah dalam keadaan mati karena sudah dimasukkan ke dalam
freezer. Untuk biawak yg masih baby (±5 bulan), pakan yang diberikan adalah jangkrik. Jumlah jangkrik sekitar 5-10 ekor tergantung dari ukuran tubuh biawak tersebut.
c. Waktu Pemberian Pakan
Pakan diberikan sebanyak satu minggu sekali, yaitu pada hari rabu. Suplier biasanya datang pada pukul 12.00 WIB, lalu keeper memberikan makan kepada biawak sekitar pukul 13.00 WIB.
5.2.3 Manajemen Kesehatan Satwa
Hasil wawancara dengan pemilik PT Mega Citrindo ada beberapa penyakit yang sering menyerang biawak, maupun reptil lainnya seperti kura-kura, dan ular. Penyakit yang sering muncul pada biawak adalah caplak, dan cacingan. Upaya pencegahan dan penanggulangan untuk penyakit caplak dengan menggunakan semprotan akarisida. Akarisida ini sudah digunakan semenjak tahun 2000-an hingga sekarang. Sedangkan untuk upaya penanggulangan cacingan pada biawak,dan reptil lainnya dengan memberikan obat cacing.
Di alam bebas satwa liar memiliki kekebalan tubuh yang tidak sama dengan satwa yang berada di dalam penangkaran. Thohari (1987) menjelaskan bahwa satwa liar yang dipelihara secara intensif akan berkurang kemampuannya dalam melawan bibit penyakit, karena kemampuan tubuh menghasilkan antibodi yang berbeda dibandingkan apabila satwa hidup di alam liar. Kegiatan pengendalian berupa perawatan dan penyemprotan kandang belum berhasil, karena masih ditemukan biawak yang terinfeksi dengan derajat infestasi yang tinggi. Menurut hasil wawancara, penggunanan akarisida menyebabkan caplak yang menempel pada tubuh biawak akan berjatuhan ke lantai. Penggunaan
akarisida sudah berlangsung lama, kemungkinan terbesar caplak sudah membuat sistem kekebalan tubuh atau antibodi, sehingga penggunaan akarisida sudah tidak berpengaruh besar terhadap caplak. Solusi yang dapat dilakukan pihak PT Mega Citrindo adalah dengan menggunakan akarisida dari golongan yang berbeda, dan penggunaannya dilakukan secara bergantian. Hal ini untuk menghindari caplak membuat sistem immune. Cara lain yang lebih sederhana dan tidak menghabiskan biaya besar adalah dengan melakukan pemindahan biawak ke tempat yang tidak terinfestasi caplak dalam kurun waktu yg cukup lama, minimal selama 3 bulan. Tujuannya adalah agar caplak mati secara alami karena tidak dapat menemukan inang untuk menghisap darah. Selain itu penanggulangan infestasi caplak yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan vaksinasi. Vaksin diperoleh dari ekstrak caplak penuh untuk mendapatkan antigen. Dari hasil penelitian Astyawati dan Wulansari (2007) penggunaan antigen caplak dapat menginduksi resistensi melalui imunisasi langsung. Ekstrak caplak Rhiphicephalus sanguineus dewasa cenderung untuk menginduksi resistensi baik pada kelinci, domba dan anjing, dengan tingkat resistensi yang berbeda. Imunitas yang tidak didapat selama infestasi alami cenderung berkembang dengan vaksinasi ekstrak caplak.