• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

B. Manajemen Pendidikan Pesantren

1. Pengertian manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu asal kata dari “manus” yang berarti tangan dan “agree” yang artinya melakukan kata-kata itu digabung

menjadi kata kerja menjadi “manager” yang artinya menangani (Usman, 2006:6). Manajemen adalah kata manajemen yang berasal dari kata “to manage

yang berarti mengatur manajemen juga bisa diartikan sebagai kegiatan mengatur secara substantif (Mahduri, 2005:27).

Manajemen merupakan usaha-usaha setiap lembaga ataupun organisasi dalam mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama atau kelompok orang dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumber daya yang memiliki tujuan tertentu dalam suatu organisasi (Suhartini, 2005:70).

45

Berdasarkan pengertian manajemen di atas maka makna manajemen yang dimaksud penulis meliputi tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga perawatan terkait pendidikan pesantren, hal ini dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan juga sumberdaya lainnya, (George R Terry, 1972).

Penulis mendevinisikan yang dimaksud manajemen disini adalah suatu usaha untuk mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama atau kelompok orang dalam satu kesatuan untuk menangani, mengembangkan, membawa, mengelola, suatu lembaga baik lembaga pendidikan atau yang lainnya.

Dari pengertian di atas dapat diketahui manajemen adalah applied science (ilmu

aplikatif), dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan melaliputi beberapa hal (A Halim Dkk Dalam Manajemen Pesantren 2005 : 73).

Adapun manajemen ini juga mempunyai fungsi, ada empat fungsi dalam manajemen ini:

a. Planning (perencanaan)

Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan di lakukan pada waktu yang akan datang, sedangkan perencanaan menurut ( Usman, 2006:48) adalah :

Perencanaan dilakukan dalam suatu organisasi untuk mengambil keputusan yang akan dilaksanakan sebagai rencana awal jalannya suatu organisasi yang normal, supaya mencapai tujuan yang akan dicapai, meliputi pemilihan atu penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan tujuan organisasi, kebijakan, proyek,

46

program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang di gunakan untuk mencapai kebutuhan.

Fungsi perencanaan mencakup penetapan tujuan, standar, penetapan atau prosedur, dan pembuatan rencana serta ramalan apa yang dikirakan akan terjadi dalam manajemen pendidikan perencanaan memiliki manfaat-manfaat antara lain senagai berikut:

1) Standar pelaksanaan dan pengawasan dalam setiap program pendidikan yang akan dilaksanakan.

2) Penyusunan skala prioritas baik secara sasaran maupun kegiatan pendidikan yang akan diselenggarakan dan akan ditetapkan.

3) Alat dalam memudahkan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait semua komponen penyelenggaraan pendidikan (Usman, 2006:49).

Fungsi di atas memberikan dukungan yang penuh dalam merencanakan suatu perencanaan yang mengacu kepada penetapan tujuan, standar, atau aturan prosedur dan pembuatan rencana, juga memberikan kemudahan dalam koordinasi dengan semua pihak komponen penyelenggara pendidikan untuk mencapai tujuan yang hendak di capai.

b. Organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah kegiatan dasar manajemen sebagai kegiatan memadukan sumber-sumber yaitu manusia yang akan mendayagunakan sumber-sumber

47

lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam mencapai tujuan (Mahdzuri, 2005:46).

Pengorganisasian yang baik adalah organisasi yang baik, tertib, kegiatan berjalan lancar sesuai rencana sehingga tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di kuar dugaan, akan menjadikan suatu hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan. Proses organizing meliputi beberapa kegiatan yaitu:

1) Perumusan tujuan

Sebagai dasar penyusunan organisasi, tujuan harus dirumuskan secara jelas dengan lengkap baik mengenai bidang, ruang lingkup sasaran yang diperlukan, serta jangka waktu pelaksanaan tujuan.

2) Penetapan tugas pokok

Tugas pokok adalah sasaran yang diberikan kepada organisasi untuk dicapai, tugas pokok merupakan landasan dalam penyelenggaraan semua kegiatan dalam organisasi.

3) Perincian kegiatan

Dalam kegiatan ini selain harus disusun secara lengkap dan terperinci, perlu juga diidentifikasi kegiatan-kegiatan yang penting dan kegiatan-kegiatan yang kurang penting.

4) Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi Kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya satu sama lain, masing-masing dikelompokkan menjadi satu. Kelompok kegiatan sebagai hasil pengelompokan ini disebut fungsi.

48

Departemenasi adalah proses konversasi fungsi-fungsi menjadi satuan organisasi dengan berpedoman dengan prinsip-prinsip organisasi (Bahharudin, 2010:102-103).

Lima pendapat tentang organizing di atas penulis menyimpulkan bahwa suatu lembaga atau organisasi perlu adanya perumusan tujuan, prinsip-prinsipnya sehingga pengorganisasiannya bisa terkendalikan dan sesuai dengan aturan.

c. Actualing (penggerakan)

Usaha menggerakan anggota-anggota sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan berorganisasi. Tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajer dan usah-usaha organisasi (Mahdzuri, 2005:47).

Penggerakan sebagai wujud tindakan-tindakan untuk mengarahkan suatu pekerjaan atau program dalam suatu organisasi yang perlu dilaksanakan oleh setiap elemen-elemen/bagian yang berwenang dalam suatu organisasi.

Menurut (Bahharudin, 2010:106) Manajemen sebagian besar dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

1) Mendapatkan orang-orang yang cakap. 2) Memberikan otoritas kepada mereka.

3) Mengatakan kepada mereka apa yang ingin kita capai 4) Menginspirasi dengan kepercayaan terhadap mereka untuk

mencapai sasaran. d. Controlling (pengawasan)

49

Pengawasan adalah proses manajerial dimana sebuah organisasi akan bergerak apabila para manajernya mengerti dan paham secara benar akan apa yang dilakukannya (Suhartini, 2005:72).

Melalui empat tahap itulah manajemen dapat bergerak, namun hal ini sangat tergantung tingkat kepemimpinan seorang ketua atau manajer. Artinya adalah suatu proses kepemimpinan akan bergerak apabila manajernya mengerti dan faham secara benar akan apa yang dilakukan melalui empat prinsip di atas yang prosesnya saling berkaitan dan saling menentukan satu sama lain antar komponen organisasi.

2. Pengertian Manajemen pendidikan

Pengertian manajemen pendidikan mempunyai empat pengertian sebagai berikut: a. Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk

mencapai tujuan pendidikan

b. Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem

c. Manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan.

d. Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi efektifitas pemanfaatan sumber (Suryosubroto, 2004:15-20).

Manajemen pendidikan adalah seni ilmu mengelola sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

50

pengendalian diri, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (Usman, 2006:7).

Manajemen pendidikan adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang mencakup tujuan umum dan khusus yang semuanya bermaksud mengubah nasib kaum yang berada dalam kebodohan dan berusaha menjadi hamba yang di harapkan.

3. Pengertian Manajemen Pendidikan Pesantren

(Hamzah, 1994 : 32) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Manajemen Pendidikan Pesantren adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan pesantren agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan pesantren, yang telah ditentukan. Dengan kata lain manajemen pendidikan merupakan mobilisasi segala sumberdaya pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan.

Manajemen dalam arti mengatur (mobilisasi) segala sesuatu agar

dilakukan dilakukan dengan baik dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam sebab dalam Islam arah tujuan yang jelas landasan yang kokoh dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang di cintai Allah SWT. Dalam setiap organisasi termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki aktifitas-aktifitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dengan pengetahuan manajemen pengelola pondok pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-prinsip

51

dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an dan Hadist ke dalam lembaga

pesantren.

Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain komponen tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dan murid, metodelogi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang seringkali berjalan apa adanya, alami dan tradisional.

4. Manajemen Kurikulum Pesantren a. Pengertian kurikulum

Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah (Suryosubroto, 2004:32).

Kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada dalam pesantren tidak hanya dalam hal pengajian, madrasah diniyah melainkan semua kegiatan yang di lakukan santri selama 24 jam di pesantren (Abdul Aziz Dkk. 2007: 86).

Dalam pengertian konvensional, kurikulum sering dimaksud sebagai perangkat mata pelajaran yang harus ditempuh atau diterima peserta didik untuk memperoleh ijazah (Makin, 2010:56).

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat ini memiliki makna yang sangat luas, apapun yang di dapat memberikan pengalaman belajar secara positif bagi peserta didik baik

52

berupa materi pelajaran, kondisi lingkungan sekolah maupun pondok pesantren, figur para ustadz, kyai, hubungan antara personalia pengajar dengan semua murid yang ada di sekolah/madrasah/pesantren, serta metode-metode yang di lakukan dalam pembelajaran dinamakan kurikulum.

Kurikulum sebagai dasar atau aturan untuk membuat pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan, yang dilakukan di dalam atau di luar kelas untuk membuat pembelajaran yang lebih efektif dan teratur.

b. Prinsip Kurikulum Pesantren

Kurikulum yang berkembang di pesantren menunjukkan prinsip yang tetap antara lain:

1) Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan kelompok

2) Kurikulum ditunjuk untuk mencetak ulama’ dikemudian

hari, di dalamnya terdapat paket data pelajaran pengalaman, dan kesempatan yang harus di tempuh oleh santri.

3) Secara keseluruhan kurikulum bersifat fleksibel, setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri secara penuh. Karena kebutuhan santri berbeda-beda sesuai dengan panggilan dengan dirinya, misi keluarga, tuntutan masyarakat (Aziz, 2007:86).

53

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal dalam proses pendidikan harus adanya sumber kurikulum yang di gunakan untuk pedoman atau aturan dalam mengembangkan kualitas pendidikan itu sendiri.

5. Manajemen Personalia

a. Pengertian Manajemen Personalia/Sumber Daya Manusia (SDM)

Manajemen personalia adalah tekhnik atau prosedur yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya manusia didalam suatu organisasi. Pada prinsipnya yang

dimaksud “personel” atau personalia adalah orang-orang yang melaksanakan suatu tugas untuk mencapai tujuan, dalam hal ini sekolah dibatasi dengan sebutan pegawai (Suryosubroto, 2004:86).

Dalam dunia pendidikan, guru atau orang-orang yang melaksanakan tugas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid-murid atau santri didalam pondok pesantren sangatlah menjadi bagian yang penting demi lancarnya suatu kegiatan pembelajaran.

b. Prinsip Dasar Manajemen Personalia Meliputi

1) Dalam pengembangan suatu lembaga pendidikan baik sekolah/madrasah/pesantren, sumber daya manusia adalah komponen paling penting dalam menunjang berlangsungnya kegiatan baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga. 2) Kultur dan suasana organisasi lembaga pendidikan serta

perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan sekolah/madrasah atau pesantren.

54

3) Sumber daya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga menunjang tercapainya tujuan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.

4) Manajemen personalia di sekolah/ madrasah, pesantren pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, ustadz, staf adm inistrasi, peserta didik, orang tua) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah, madrsah dan pesantren (Hasbullah, 2006:11). Manajemen yang terorganisasi dengan baik dan adanya kerjasama yang baik maka kan mencapai tujuan yang baik pula sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu untuk mencetak anak-anak didik yang baik.

c. Perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia

Perencanaan SDM merupakan inti manajemen karena semua kegiatan organisasi Pondok Pesantren didasarkan atas rencana itu. Dengan perencanaan memungkinkan para pengambil keputusan untuk menggunakan SDM mereka secara efektif dan efisien (Suhartini, 2005:8).

Perencanaan SDM merupakan serangkaian kegiatan yang di lakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis lingkungan pada organisasi Pondok pesantren masa depan, dan untuk mengetahui hal kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan dari kondisi tersebut.

55

Aktifitas pokok fungsi pengadaan meliputi pelaksanaan rekrutmen calon tenaga yang sesuai dengan profesi dan bidang serta karakteristik yang sesuai dengan tenaga yang diperlukan dan penempatan tugas dan penugasan staf (Bahharudin, 2010:73).

Rekrutmen adalah suatu usaha untuk mencari dan mendapatkan tenaga kerja yang profesional dengan mutu yang memadahi, sehingga organisasi dapat memilih personalia atau dewan pengajar yang cocok dan sesuai dengan jabatan yang tersedia.

6. Manajemen Peserta Didik

Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan pencatatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah, madrasah, pesantren atau lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tertentu (Suryosubroto, 2004:74).

Dari penjelasan diatas dapat di pahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik, mulai masuk pada lembaga penyelenggaraan pendidikan sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik.

Beberapa ruang lingkup manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan kebijakan, penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik.

b. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan kebijakan penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik,

56

kriteria penerimaan, prosedur penerimaan pemecahan problem-problem penerimaan peserta didik.

c. Orientasi peresta didbik baru.

d. Mengatur kehadiran/ketidakhadiran peserta didik baru di sekolah ataupun madrasah.

e. Mengatur pengelompokan peserta didik.

f. Mengatur evaluasi peserta didik, mengatur kenaikan tingkat peserta didik.

g. Mengatur peserta didik yang mutasi dan droup out.

h. Mengatur kode etik, keadilan, dan pengangkatan peserta didik. i. Mangatur layanan peserta didik.

j. Mengatur organisasi peserta didik (Bahharudin, 2010:71-72). Dari penjelasan diatas dapat di pahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik, mulai masuk pada lembaga penyelenggaraan pendidikan sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik.

7. Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan, yang bertujuan agar dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuannya (Makin, 2010:62).

Sarana dan prasarana dalam lembaga pendidikan sangatlah penting karena untuk menunjang berlangsungnya proses pendidikan sekaligus untuk memudahkan

57

dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh dewan pengajar. Mengigat di sekolah-sekolah kita, saat ini belum terdapat tenaga profesional yang menangani manajemen dalam pemeliharaan sarana tersebut, maka tugas-tugas dalam hal ini biasanya diserahkan kepada salah seorang atau lebih karyawan (pegawai sekolah) yang ditunjuk.

Manajemen sarana dan prasarana meliputi 5 hal yaitu: a. Penentuan kebutuhan

Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain lebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada.

b. Proses pengadaan

Pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa di tempuh 1) Pembelian dengan biaya pemerintah

2) Pembelian dengan biaya dari SPP 3) Bantuan dari BP3

4) Bantuan dari masyarakat lainnya c. Pemakaian

Penggunaan barang habis dipakai harus secara maksimal dan dipertanggungjawabkan pada setiap triwulan sekali, sedangkan penggunaan barang tetap dipertanggungjawabkan satu tahun sekali, maka perlu pemeliharaan dan barang-barang itu disebut barang inventaris.

d. Pengurusan dan pencatatan

Perlunya untuk disediakan instrumen administrasi antara lain, buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan, dan kartu barang.

58 e. Pertanggung jawaban

Penggunaan barang-barang inventaris yang dimiliki oleh suatu lembaga harus dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan-penggunaan barang-barang tersebut yang ditunjukkan kepada instansi atasan (Suryosubroto, 2004:115-116).

Berdasarkan lima hal yang telah diuraikan di atas manajemen sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan akan lebih terkondisikan dan akan teratur dengan baik, adanya perawatan, pertanggung jawaban bagi seluruh elemen-elemen yang ada dalam suatu pendidikan tersebut.

8. Manajemen Hubungan Masyarakat

Humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik menyesuaikan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat (Hasbullah, 2006:124).

Hubungan antara suatu lembaga pendidikan madrasah, sekolah dan juga pondok pesantren sangatlah penting, karena perlu adanya dukungan dan apresiasi timbal balik antara lembaga pendidikan dengan masyarakat yang ada disekitarnya, supaya adanya rasa saling menguntungkan dan terjalin ukhwah yang harmonis dan baik.

Hal-hal yang perlu dikemukakan dalam kegiatan kehumasan yakni:

1) Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan sekolah/ madrasah/ pesantren.

59

2) Membantu kepala sekolah/ madrasah/ pesantren bagaimana memperoleh bantuan dan kerjasama dalam mendukung pelaksanaan kegiatan yang berwawasan pendidikan pesantren.

60

Dokumen terkait