i
MANAJEMEN PESANTREN
“Di
Pondok Pesantren Nurul Amal Kenteng Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2017
/2018”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LINDA ISTIROH
11113064
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
MANAJEMEN PESANTREN
“Di
Pondok Pesantren Nurul Amal Kenteng Kecamatan Bandungan
Kabupaten SemarangTahunAjaran 2017
/2018”
SKRIPSI
DiajukanuntukMemperolehGelar
SarjanaPendidikan
Oleh
LINDA ISTIROH
11113064
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
vii MOTTO
Motivator yang handal adalah dirimu sendiri, bukan orang
lain.
(
Linda Istiroh
)
ُهَرَياًرْيَخ ٍةَّرَذ َلاَقْثِم ْلَمْعَي ْنَمَف
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)Nya”
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Kedua orang tuaku bapak Ihrom dan ibu Muslikhah tersayang yang telah
membesarkanku dengan penuh kasih saying dan kesabaran.
Dan untuk adikku tersayang (Azka Anwalul Khaq ) yang sudah memberikan
support selalu.
Mbah kakung dan mbah putri terimakasih atas doa&motivasi yang mbah selalu
berikan kepadaan anda.
Seluruh keluarga besar ku terimakasih atas motivasi dandukungan nya.
Dan untuk si dia yang selalu menemaniku di saat susah maupun senang, thank’s banget tuk support & dukungan selama ini,
semogaperjalananhidupkitakanselamanyaabadi... Amiinn.
Sahabatku Anisa Ainur rofi, Siti Lailatul Munawaroh & Tamara Islami Diani
Rakasiwi yang selama ini memberikan support dan membantu dalam kelancaran
penyelesaian skripsi ini.
Keluarga besar MI Ma’arif Bandungan yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.
Untuk teman-teman ku seangkatan PAI 2013 terimakasih telah menjadi bagian
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillairabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Aamiin.
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Manajemen Pesantren di Pondok Pesantren Nurul Amal Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun ajaran
2017/2018” Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
progam studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri
(IAIN).
Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
x
4. Bapak Sutrisna, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara
ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya
memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses
penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. Selaku dosen pembimbing akademik (PA).
Terimakasih atas bimbingannya selama empat tahun membimbing penulis.
6. Segenap dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali
pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kepada kedua orang tua penulis bapak Ihrom dan Ibu Muslikhah terimakasih
atas segalamotivasi, dukungan, dan do’a restu kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Keluarga besar ku yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis
untuk kesuksesan penulis.
9. Yayasan Pendidikan Nurul Amal, khususnya Pondok Pesantren Nurul Amal
yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.
10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11.Teman-teman satu angkatan tahun 2013 yang telah memberikan semangat
belajar dan motivasi.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan
xi
Penulis yakin bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih sangat
jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca semua, aamin.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Salatiga, 13 September 2017 Penulis
xii ABSTRAK
Istiroh, Linda. 2017.Manajemen Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Amal Desa
Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang TahunAjaran
2017/2018.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.
Kata Kunci : Manajemen Pesantren
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pesantren di Pondok Pesantren Nurul Amal. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah pelaksanaan manajemen Pesantren di Pondok Pesantren Nurul Amal? (2) Apa sajakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan manajemen Pesantren?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Pengasuh Pesantren, lurah Pesantren, ketua Pesantren, bagian bendahara serta para ustadz yang merupakan pengurus di Pondok Pesantren Nurul Amal.Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
DEKLARASI ... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 5
C. TujuanPenelitian ... 5
D. ManfaatPenelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Peneletian ... 9
G. Sistematika Penulisan... 18
xiv
B. Manajemen Pendidikan Pesantren ... 33
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51
B. Lokasi Penelitian ... 51
C. Sumber Data... 52
D. Prosedur Pengumpulan Data... 53
E. Analisis Data... 55
F. Pengecekan Keabsahan Data... 55
G. Tahap-Tahap Penelitian... 56
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ... 58
B. Temuan Data ... 66
C. Analisis Data ... 78
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA
xv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Surat Permohonan Ijin Penelitian
3. Surat Telah Melakukan Penelitian
4. Pengajuan Pembimbing
5. Lembar Konsultasi Skripsi
6. Pedoman Wawancara
7. Transkip Hasil Wawancara
8. Dokumentasi Foto Penelitian
9. Laporan SKK
17 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Podok pesantren mempunyai peranan yang besar dalam dunia pendidikan,
terutama dalam pendidikan Islam. Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas
dan berakhlak mulia diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti
mencakup semua potensi baik dari aspek kognitif, afektif, psikomotor. Pondok
pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga
aspek tersebut, tidak hanya menekankan spek kecerdasan kongnitif semata, akan
tetapi juga menekankan pada aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan
mengajarkan nilai-nilai dan norma yang sesuai dengan syari’at Islam serta membekali para santri dengan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari.
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan kegamaan yang berperan besar dalam
pengembangan masyarakat terutama pada masyarakat desa, sejak awal fungsi
pondok pesantren adalah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan terutama
lebih dititik beratkan pada kegiatan belajar mengajari ilmu-ilmu keagamaan.
Anggapan yang salah masyarakat awam kerap menyamaratakan kehidupan
pesantren. Di mana para santri hanya mengkaji ilmu-ilmu agama, tanpa mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari padahal tidak semuanya
anggapan itu benar (Setyorini. 2003:19-20).
Pesantren disebut juga sebagai lembaga non-formal, karena eksistensinya berada
18
yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari ketentuan formal. Program ini
mengandung proses pendidikan formal, non formal dan informal yang berjalan
sepanjang hari dalam sistem asrama. Dengan demikian pesantren bukan saja
tempat belajar, melainkan proses hidup itu sendiri (Hasan Nashihin. 1988:110).
Sebagaimana yang kita ketahui, banyak sekali pondok pesantren yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi dari sekian banyak
pesantren yang ada dapat di golongkan menjadi dua jenis. Menurut (Ghazali,
2003:14) Pondok pesantren terbagi menjadi dua macam, pertama yaitu pondok
pesantren tradisional pondok yang masih mempertahankan bentuk aslinya dengan
semata-mata mengajarkan kitab kuning yang ditulis oleh Ulama abad ke 15
dengan menggunakan bahasa arab. Kedua adalah pondok pesantren modern
merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya cenderung
mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem belajar
secara tradisional.
Setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal pasti
bertujuan untuk mengembangkan peserta didiknya kearah yang lebih baik, salah
satu cara agar tujuan tersebut dapat taercapai adalah dengan melaksanakan
manajemen pendidikan berkualitas dalam suatu lembaga pendidikan. Pondok
pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal juga menerapkan
manajemen pendidikan agar peserta didik (santri) yang belajar di pondok tersebut
dapat berkembang secara maksimal bair dari aspek kongnitif, afektif dan
psikomotor. Tidak mungkin lembaga pendidikan itu mengeluarkan lulusan yang
19
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional yang isinya
menetapkan tentang ujian akhir nasional program wajib belajar 9 tahun pada
Pondok pesantren salafiyah, pendidikan keagamaan terbentuk madrasah diniyah,
pesantren, peasramaan, dan bentuk lain yang sejenis (UU No 20 tahun 2003).
Menurut Undang-Undang no 20 tahun 2003 Pesantren menjadi salah satu
komponen terpenting dalam pendidikan keagamaan, berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agama Islam dan menjadi ahli dalam bidang agama. Pondok pesantren dan
semua sistem yang ada di dalamnya mendapat pengakuan setelah diberlakukannya
UU No 20 tahun 2003.
Pondok pesantren Nurul Amal adalah salah satu pesantren yang menjadi
lembaga pendidikan non formal dan berbasis kajian salafi dengan fasilitas modern
yang berada di Jl. Wijaya Kusuma 01, Rt03, Rw03 Desa Kenteng Kec.
Bandungan Kab. Semarang. Pondok pesantren Nurul Amal ini berdiri sebagai
salah satu lembaga pendidikan non formal sekaligus sebagai tempat pembelajaran
pendidikan agama Islam yang meliputi berbagai ilmu keagamaan dan ilmu nahwu
shorof yang berguna untuk memahami isi dari kitab-kitab kuning yang menjadi
ciri khas pondok pesantren salafi.
Pondok pesantren Nurul Amal juga memiliki lembaga pendidikan formal.
Didalamnya yaitu MTs PSA, MA PSA dan PAUD. Siswa-siswi yang sekolah di
sekolahan tersebut adalah santri-santri yang ada di pesantren Nurul Amal. Untuk
20
pendidikan formal yang ada di dalamnya harus melakukan pengelolaan dalam
mengembangkan pendidikan yang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin memfokuskan penelitiannya
tentang bagaimana manajemen pendidikan pondok dalam menyikapi dan
mengelola pondok pesantren, yang harus mampu menyeimbangkan antara
kebutuhan nilai-nilai pondok. Tantangan dunia modern dan persoalan santri dalam
mengembangkan khasanah pendidikan pesantren yaitu mengkaji kitab-kitab
kuning yang terbentur budaya dengan metode sekolah formal serta bagaimana
pesantren dalam mengatasi persoalan yang dihadapinya dalam membagi revolusi
pendidikan dan tekhnologi yang mempengaruhi pendidikan, baik pendidikan
pesantren serta pendidikan formal.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui beberapa hal yang melatarbelakangi
serta menghantarkan kepada penulis untuk membahas dalam sebuah skripsi yang
berjudul MANAJEMEN PESANTREN di Pondok Pesantren Nurul Amal Desa
Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun ajaran 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki beberapa hal
sebagai rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian manajemen pondok
pesantren Nurul Amal yang meliputi:
1. Bagaimana manajemen pesantren di Pondok Pesantren Nurul Amal
Desa Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang tahun ajaran
21
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat manajemen pesantren
Nurul Amal Desa Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang tahun
ajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Manajemen Pesantren di Pondok Pesantren
Nurul Amal Desa Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang. Tahun
ajaran 2017/2018.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Manajemen
Pesantren di Pondok Pesantren Nurul Amal Kec. Bandungan Kab.
Semarang. Tahun ajaran 2017/2018.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan Pesantren
b. Berguna untuk mengangkat citra bimbingan Pendidikan
keagamaan khususnya dalam dunia Pendidikan Pesantren.
c. Menberikan sumbangan fikiran dan informasi kepada
pengelolaan Pesantren dalam menghadapi perkembangan
Pendidikan Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca yaitu memberi pengetahuan tentang Manajemen
22
mengetahui bagaimana pengorganisasian pesantren terkait
faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.
b. Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan pengetahuan
pesantren dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi para santri dan
memberikan sumbangsih pemikiran dan ide terhadap penyelenggaraan pendidikan
pesantren.
c. Bagi peneliti
Mempunyai ilmu yang baru dan bermanfaat serta sebagai pengetahuan dalam
bidang keilmuan dunia pesantren yang terus akan menghadapi tantangan
tekhnologi dan karakter santri dan pesantren.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu
adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak terjadi
pembiasaan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu di
ketahui maksud dan istilah dari istilah dalam judul di atas.
1. Manajemen
Manajemenadalah sama halnya dengan administrasi, manajemen juga dari bahasa
latin yaitu manus berarti tangan, agree melakukan, pengelolaan (Usman, 2006:3).
Manajemen adalah usaha-usaha setiap lembaga ataupun organisasi dalam
23
satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada yang memiliki tujuan
tertentu dalam suatu organisasi (A. Halim Dkk, 2005:70).
Pendidikan adalah usaha sadar terencana dan untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dalam
dirinya (Usman, 2006:30).
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan
(Purwanto, 2007:5).
Sedangkan maksud dari manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi di dalam
dirinya (Usman, 2006:7).
Jadi, manajemen pendidikan yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini
yaitu bagaimana pengelolaan pendidikan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Nurul Amal Desa Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang.
2. Pesantren.
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan
tersedndiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya (Departemen Agama RI,
24
pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama di bawah
bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih di kenal dengan sebutan “kyai” (Ghofur, 2009:80). Jadi dalam pesantren para santri atau murid tinggal bersama
kyai atau guru mereka dalam satu komplek tertentu sehingga dapat menimbulkan
kekhasan pesantren.
Pesantren yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah tempat bagi
para santri untuk melakukan kegiatan yang ada di dalam pondok sehingga lebih
mudah dalam mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan pondok.
Berdasarkan penegasan istilah yang telah diterangkan secara terperinci maka,
yang dimaksud dalam judul penelitian secara keseluruhan adalah bagaimana
pengelolaan pendidikan yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren Nurul Amal
sehingga Pondok Pesantren Nurul Amal mampu mengelola dengan baik sistem
manajemen yang ada didalamnya, serta dapat mengembangkan potensi-potensi
yang ada didalam diri siswa ke arah yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang
diharapkan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif, menurut Bogdam dan Tylor dalam Moelong (2009:4). Metode
Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa
25
laporan dan foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau
gambaran manajemen pesantren Nurul Amal Kenteng Kec. Bandungan Kab.
Semarang tahun 2017
2. Kehadiran Penelitian
Peneliti hadir secara langsung pada objek penelitian dalam rangka pengumpulan
data yang dilaksanakan, sehingga peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam
rangka pengumpulan data.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat atau lokasi penelitian ini adalah di pondok pesantren Nurul Amal Desa
Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang tahun 2017, sedangkan yang menjadi
fokus subjek penelitian ini adalah semua komponen yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan pesantren, sarana prasarana penunjang
penyelenggaraan pendidikan pesantren, personalia (dewan guru), kesiswaan
(santri) dan hubungan sosial masyarakat sekitar pesantren.
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 juni 2017 sampai selesai.
4. Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber
data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini
26 a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
pertanyaan (Suryabrata, 2003:39). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai
sumber data primer adalah:
Tabel 1.1
No. Nama Jabatan
1. KH. M Muwan Adzani S.Ag Pengasuh Pesantren PA
2. Nyai Siti Rokhfatun Pengasuh Pesantren PI
3. Kholik Lurah Pesantren PA
4. Marfi’atun Lurah Pesantren PI 5. M. Choirul Umam Ketua Pesantren PA
6. Nur Hanifah Ketua Pesantren PI
7. Mahmudiyanto Dewan Ustadz
8. Nur Khamim Dewan Ustadz
9. Nesia Dewan Ustadzah
10. Eka Dewan Ustadzah
11. Ayu Andika Dewan Ustadz
12. Binta Lutfiana Dewan Ustadzah
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah dijadikan dalam
27
Adapun sumber data sekunder di sini adalah buku-buku yang terkait dengan
Manajemen Pendidikan, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan Pondok
Pesantren Nurul Amal.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penulisan naskah skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode yang menitik beratkan pada
penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif. Metode penelitian
kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam mengenai kegiatan
suatu program. Perilaku peserta dan interaksi manusia secara luas. Dalam hal ini
untuk pengumpulan data yang akan digunakan sebagai penunjang dalam
penelitian. Maka penulis menggunakan beberapa langkah yang berkaitan dengan
metode penelitian tersebut.
a. Wawancara
Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186)
menjelaskan bahwa wawancara digunakan oleh peneliti apabila ingin melakukan
studi pendahuluan dari suatu penelitian, untuk menemukan suatu permasalah yang
diteliti, digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal responden yang mendalam,
dan selanjutnya dari jumlah respondennya yang sedikit/kecil. Dalam arti lain
28
dimaksud wawancara adalah cara penghimpunan bahan-bahan keterangan yang di
laksanakan dengan melakukan dan dengan arahan serta dengan tujuan yang lebih
ditentukan, dalam penelitian ini metode wawancara digunakan sebagai metode
pengumpulan data dalam pengelolaan pesantren dan bagaimana peran
masing-masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan
mengorganisir sistem pendidikan pesantren.
b. Observasi
Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dari sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 2005:136). Metode observasi
adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan
pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Adapun cara yang
digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di pondok pesantren Nurul
Amal dengan cara melihat dan pengindraan lainnya. Observasi secara langsung
mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kegiatan
manajemen yang dilakukan. Dalam observasi ini yang menjadi ojeknya antara lain
aktifitas kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan oleh pengasuh dan
dewan asatidz.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atai variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan
sebagainya (Arikunto, 2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan
29
mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari Pondok Pesantren Nurul
Amal.
6. Analisis Data.
Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang
bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi
reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperoleh hal ini
dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan.
Menurut Pavon dalam Moelong (2009: 280), tekhnik analisis data adalah proses
kategori urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan suatu
uraian dasar, membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan
diantara dimensi-dimensi uraian.
a. Pengumpulan data.
Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data baik
menggunakan metode wawancara, pengamatan, maupun observasi, data yang
terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu
dipilih yang penting dan tidak.
b. Reduksi data.
Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih fokus dan tajam,
karena data yang menumpuk belum dapat memberi gambaran yang jelas. Reduksi
data merupakan penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai
30 c. Penyajian data.
Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung disajikan sebagai
kumpulan informasi terusan yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna
memperjelas hasil penelitian ini.
d. Kesimpulan.
Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan diverivikasi, pengertian
verivikasi adalah pembuktian yaitu proses-proses mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola dan penjelasan, kemudian data disajikan dan
disimpulkan. Kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk
mencari kesimpulan akhir.
7. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas Data)
Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena
sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas
membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang
sesuai yang sebenarnya atau kejadian (Nasution, 2003:105). Tekhnik pengujian
validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
triangulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan dengan
memanfaatkan suatu yang lain dari data itu sendiri (Moleong, 2009:330). Dalam
penelitian ini tekhnik triangulasi yang digunakan yaitu:
a. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari
31
b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang
sama dengan metode yang berbeda.
8. Tahap-tahap penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkajikan
referensi-referensi yang berkaitan dengan manajmen-manajemen pendidikan pesantren,
sekaligus mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pondok pesantren
Nurul Amal.
b. Pengembangan Desain
Sebelum tahap pendahuluan, penulis menyediakan waktu guna mengembangkan
desain penelitian, menyusun petunjuk guna memperoleh data yang dibutuhkan,
seperti petunjuk wawancara dan pengamatan.
c. Pelaksanaan Penelitian
Peulis melaksanakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian sekaligus
melihat secara seksama, agar lebih mengetahui secara detail berbagai hal yang
berhubungan dengan penelitian dan untuk memperoleh data-data yang
dibutuhkan.
d. Penulisan laporan
Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan
penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya
mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal penelitian sampai
tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan.
32
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional,
rumusan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi
landasan teoritik penelitian. Manajemen yang meliputi, pengertian manajemen,
pengertian manajemen pendidikan, manajemen kurikulum, manajemen peserta
didik, manajemen sarana prasarana.
Pesantren yang meliputi, pengertian pondok pesantren, macam-macam pondok
pesantren, elemen-elemen pondok pesantren, sistem pengajaran dan pendidikan
pondok pesantren.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Paparan data dan hasil temuan. Paparan data berisi tentang sejarah berdirinya
pondok pesantren Nurul Amal, maksud dan tujuan pondok pesantren Nurul Amal,
Visi dan Misi, usaha pondok pesantren Nurul Amal, pengurus dan pengasuh
pondok pesantren Nurul Amal, santri pondok pesantren Nurul Amal, sarana dan
prasarana. Paparan data berisi tentang pemaparan sistem pendidikan di pondok
pesantren Nurul Amal, manajemen pondok pesantren Nurul Amal, faktor
pendukung dan penghambat manajemen Pesantren di pondok pesantren Nurul
33 BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, dengan
pentahapan, menyimpulkan landasan teori, mendeskripsikan hasil wawancara
tentang bagaimana komponen lembaga pendidikan pesantren dalam
memanajemen para santri dan kegiatan pendidikan dalam menyeimbangkan
kebutuhan keilmuan dan kemampuan skill para santri dalam mengikuti segala
kegiatan pendidikan yang diikuti baik pendidikan pesantren maupun pendidikan
umum.
BAB V PENUTUP
Mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke lima menguraikan mengenai
kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini, saran-saran yang berhubungan dengan
pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Pondok Pesantren dan Pondok Pesantren
1. Hakikat Manajemen Pondok Pesantren
a. Pengertian Manajemen Secara Etimologi dan Terminologi
Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu
menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu asal dari kata ”manus” yang
berarti tangan dan “agree” yang berarti melakukan kata-kata itu digabung menjadi
34
Menurut Manullang Manajemen adalah seni dan ilmu pencatatan, perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para
anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumny.
Manajemen memiliki kegiatan memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan,
dan mengembangkan.
b. Manajemen Pondok Pesantren
Manajemen Pondok Pesantren adalah proses kegiatan dalam menangani,
mengelola, membawa, mengembangkan baik di dalam pendidikannya ataupun
yang lainnya di dalam Pondok Pesantren (Suhartini, 2005:39).
2. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok Pesantren berasal dari kata funduk, (bahasa arab) yang berarti rumah
penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang
memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan
agama Islam (Nasir, 2005:80). Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren yang
membedakan dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang
berkembang di kebanyakan wilayah negara-negara lain (Muliawan,
2005:156-157). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam
Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam
35
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama,
tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah
pesantren adalah lembaga pendidikan islam, dimana para santri biasanya tinggal
dipondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) dan
kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama islam secara detail,
serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan
pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat (Fenomena, 2005:72).
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh
serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama (pemondokan di dalam
komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian
atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau
beberapa orang Kyai (Farida, 2007: 8).
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang membahas dan mengkaji
pendidikan keagamaan terutama agama Islam. Keberadaan pesantren telah lama
tumbuh dan berkembang di masyarakat, dengan pengajaran yang modern dalam
mengembangkan kualitas pendidikannya untuk menjadikan santriwan dan
santriwati yang sesuai dengan tujuan pendidikan dalam pesantren itu sendiri.
Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan batasan yang tegas,
melainkan mengandung pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan
pengertian pondok pesantren setidaknya ada 5 ciri yang berada dalam lembaga
suatu pondok Kyai, Santri, Pengajian, Asrama, dan masjid dengan akivitasnya,
Sehingga bila dirangkumkan semua unsur-unsur tersebut, dapatlah dibuat suatu
36
Pondok adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai dan ada
muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami ilmu agama Islam
dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok pesantren ini berkembang luas
mempunyai pengertian yang luas sesuai dengan kebutuhan di era sekarang ini.
3. Macam-Macam Pesantren
Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok pesantren baik tempat,
sistem pengajaran, sistem pengorganisasianyapun telah mengalami perubahan.
Pesantren di zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan
tradisional pada zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan
sesuai dengan berkembangnya zaman dimasa sekarang.
a. Pondok Pesantren Tradisional
Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan
tanpa di berikan pengetahuan umum, model pengajarannyapun lazim diterapkan
dalam pesantren salafi yaitu dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali,
2003:14).
Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau
kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab.
Penjenjangan tidak di dasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan tamatnya
kitab yang dipelajari.
37
Yaitu pesantren yang menerapkan system pengajaran klasikal (madrasah)
memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan
keterampilan (Ghazali, 2003:14).
Pembelajaran pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan dengan secara
berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada suatu
waktu, seperti caturwulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pondok
pesantren khalafiyah lebih banyak yang berfungsi sebagai asrama yang
memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama.
c. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi
Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah
salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali, kenyataan di
lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah
dengan pengertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok
pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas (Departemen
Agama RI, 2003:30).
Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren
salafiyah pada umunya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan
berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah, Demikian juga
pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan
menggunakan pendekatan kitab klasik (pengajian menggunakan kitab kuning)
itulah yang diakui selama ini diakui sebagai salah satu identitas pokok
pesantren.Tanpa menyelenggarakan kitab kuning agak janggal disebut sebagai
38
Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada masa sekarang, pasti
mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk mencetak manusia sebagai khalifah di
bumi (khalifatu filard), untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara
menurut ajaran agama Islam.
4. Elemen-elemen pondok pesantren.
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan
keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga
pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren sejak semula
merupakan ajang mempersiapkan keder masa depan dengan perangkat-perangkat
sebagai berikut (Ghazali, 2003:18).
a. Masjid
Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi
ukhrawi maupun maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan
seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya
masjid (Ghazali, 2003:19).
Keberadaan masjid juga digunakan para kyai untuk menyelenggarakan pengajian
yang sifatnya umum yakni pengajian kitab-kitab klasik yang diikuti para santri
dengan masyarakat sekitar pesantren.
b. Pondok
Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional dimana para siswa tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan
39
Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai operasionalisasi
pendidikan yakni mendidik dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung
di pondok sedangkan mengajarnya berlangsung di kelas dan mushola. Hal inilah
merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia sehingga ia bisa
tampil sebagai kader masa depan, oleh karena itu pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang pertama mengembangkan lingkungan hidup dalam arti
kata pengembangan manusia dari segi mentalnya.
Selain sebagai tempat tinggal pondok/asrama merupakan tempat belajar,
bermasyarakat baik dengan sesame santri maupun masyarakat sekitar serta tempat
untuk menimba ilmu agama Islam sebanyak-banyaknya sebagai bekal di
masyarakat dan bekal di akhirat nanti.
c. Kyai
Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada
hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu
dibidang agama dalam hal ini agama Islam (Ghazali, 2003:22).
Keberadaan kyai sangat sentral sekali suatu lambaga pendidikan Islam disebut
pesantren apabila memiliki tokoh sentral yang di sebut kyai, kyai di dalam dunia
peantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren
sesuai dengan pola yang di kehendaki, dengan demikian kemajuan dan
kemunduran pondok pesantren benar-benar terletak pada kemampuan kyai dalam
mengatur operasionalisasi pendidikan di dalam pesantren, sebab kyai sebagai
penguasa baik dalam pengertian fisik ataupun yang non fisik yang
40
Kyai selain menjadi bagian pondok pesantren kyai juga menjadi imam atau
pemimpin dalam suatu daerah dalam urusan agama bahkan ilmu umum lainya,
realita masyarakat pada masa sekarang memandang kyai adalah kunci dari suatu
daerah sebagai panutan untuk orang banyak.
d. Santri
Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta
didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang
memimpin sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat
dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24).
Santri terbagi menjadi dua yaitu:
1) Santri Mukim
Santri mukim adalah para santri datang dari tempat yang jauh sehingga ia tinggal
dan menetap di pondok (asrama) pesantren (Maksum, 2003:14).
Santri yang mukim ini biasanya memang yang datang dari luar daerah sekitar
pondok pesantren tersebut, jadi santri tersebut dinamakan dengan santri yang
mukim atau santri yang tinggal di pondok pesantren.
2) Santri Kalong
Santri Kalong adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga
mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren mereka
bolak-balik dari rumahnya masing-masing (Maksum, 2003:15).
Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari desa sekitar
41
pesantren, melainkan semata-mata belajar dan secara langsung juga pulang ke
rumah setelah belajar di pesantren.
e. Pengkajian Kitab-kitab Kuning
Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai kitab yang berwarna
kuning, karena kertas-kertas yang dipergunakan berwarna kuning atau karena
terlalu lamanya kitab tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur,
2009:28).
Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh
warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama-ulama zaman dahulu yang
berisikan tentang ilmu keislaman seperti: Fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang
akhlaq.
5. Metode Pembelajaran Dalam Pondok Pesantren.
Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren sebagai
berikut:
a. Sorogan
Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi para santri yaitu menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu) di bawah ini
adalah bimbingan seorang asatidz atau kyai (Departemen Agama RI, 2003:74).
Model pembelajaran sorogan ini akan lebih mudah dalam memahamkan pelajaran
bagi santri karena antara pengajaran dengan santri berhadapan langsung dalam
42
ustadz langsung bisa menerangkan sesuai dengan apa yang dimaksud dalam kitab
tersebut.
Sistem sorogan santri juga akan merasakan hubungan yang khusus ketika
berlangsung kegiatan membaca kitab yang langsung disimak oleh ustadz.
b. Bandongan
Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini berbeda dengan
metode sorogan. Metode bandongan biasanya dilakukan oleh seorang kyai atau
ustadz terhadap sekelompok peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau
menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI,
2003:86).
Sistem pengajaran bandongan ini biasanya dilaksanakan dalam bentuk jama’ah atau bersama-sama yang terdiri dari beberapa kelas di suatu pondok pesantren
dengan diajar oleh seorang ustadz, para santri mendengarkan dan memaknai kitab
kuning yang di bacakan oleh ustadz, biasnya sistem bandongan ini memakai
model ceramah dengan menjabarkan isi dari kitab kuning serta memberikan
keterangan yang lebih luas pada santri.
c. Metode Musyawarah (Bahtsul Masail)
Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut dengan bahtsul masail
merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau
seminar (Departemen Agama RI, 2003:92).
Proses pelaksanaanya, para santri bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau
pendapatnya, dengan demikian metode musyawaroh ini lebih menitik beratkan
43
persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu, jadi
metode ini juga melatih mental santri untuk tampil di depan orang banyak.
d. Metode Hafalan
Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah
bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai, santri diberi tugas untuk
menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu (Departemen Agama RI,
2003:100).
Metode ini juga menjadikan santri untuk berlatih kebiasaan istiqomah (ajek)
karena dalam menghafal ini santri harus mengulang-ulang bacaan atau lafadz
yang di hafalkan sesuai target yang di tentukan, juga melatih kecerdasan otak
santri untuk mengingat-ingat materi pelajaran, biasanya metode ini di tekankan
pada pelajara alatnya (nahwunya) seperti tafsir, jurumiyah, imriti, dan alfiyah ibnu
malik, tetapi ada juga pelajaran lain di pondok pesantren yang menggunakan
metode hafalan ini.
6. Fungsi Pondok Pesantren
(Ghozali, 2003:35) menyebutkan: Dimensi fungsional pondok pesantren tidak
bisa di lepas dari hakekat bahwa pondok pesantren tumbuh berawal dari
masyarakat sebagai lembaga informal desa dalam bentuk yang sangat sederhana,
oleh karena itu perkembangan masyarakat sekitarnya tentang pemahaman
keagamaan (Islam) lebih jauh mengarah kepada nilai-nilai ajaran agama Islam.
Fungsi pondok pesantren adalah sebagai berikut:
a. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan.
44
c. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial.
Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi perkembangan pesantren
tersebut selain perkembangannya dengan masyarakat sekitar juga menjadikan
citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak generasi yang Islami dan
siap untuk terjun di dalam tengah-tengah masyarakat untuk diharapkan
menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang telah di dapatkannya ketika di pondok
pesantren.
B. Manajemen Pendidikan Pesantren
1. Pengertian manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu asal kata dari “manus” yang
berarti tangan dan “agree” yang artinya melakukan kata-kata itu digabung
menjadi kata kerja menjadi “manager” yang artinya menangani (Usman, 2006:6).
Manajemen adalah kata manajemen yang berasal dari kata “to manage”
yang berarti mengatur manajemen juga bisa diartikan sebagai kegiatan mengatur
secara substantif (Mahduri, 2005:27).
Manajemen merupakan usaha-usaha setiap lembaga ataupun organisasi
dalam mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama atau kelompok orang
dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumber daya yang memiliki tujuan
45
Berdasarkan pengertian manajemen di atas maka makna manajemen yang
dimaksud penulis meliputi tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian,
penggiatan, dan juga perawatan terkait pendidikan pesantren, hal ini dilakukan
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan juga sumberdaya lainnya, (George R Terry, 1972).
Penulis mendevinisikan yang dimaksud manajemen disini adalah suatu usaha
untuk mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama atau kelompok orang
dalam satu kesatuan untuk menangani, mengembangkan, membawa, mengelola,
suatu lembaga baik lembaga pendidikan atau yang lainnya.
Dari pengertian di atas dapat diketahui manajemen adalah applied science (ilmu
aplikatif), dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan melaliputi
beberapa hal (A Halim Dkk Dalam Manajemen Pesantren 2005 : 73).
Adapun manajemen ini juga mempunyai fungsi, ada empat fungsi dalam
manajemen ini:
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan di lakukan pada waktu yang akan datang, sedangkan
perencanaan menurut ( Usman, 2006:48) adalah :
Perencanaan dilakukan dalam suatu organisasi untuk mengambil keputusan yang
akan dilaksanakan sebagai rencana awal jalannya suatu organisasi yang normal,
supaya mencapai tujuan yang akan dicapai, meliputi pemilihan atu penetapan
46
program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang di gunakan untuk
mencapai kebutuhan.
Fungsi perencanaan mencakup penetapan tujuan, standar, penetapan atau
prosedur, dan pembuatan rencana serta ramalan apa yang dikirakan akan terjadi
dalam manajemen pendidikan perencanaan memiliki manfaat-manfaat antara lain
senagai berikut:
1) Standar pelaksanaan dan pengawasan dalam setiap program
pendidikan yang akan dilaksanakan.
2) Penyusunan skala prioritas baik secara sasaran maupun
kegiatan pendidikan yang akan diselenggarakan dan akan
ditetapkan.
3) Alat dalam memudahkan untuk berkoordinasi dengan pihak
terkait semua komponen penyelenggaraan pendidikan (Usman,
2006:49).
Fungsi di atas memberikan dukungan yang penuh dalam merencanakan suatu
perencanaan yang mengacu kepada penetapan tujuan, standar, atau aturan
prosedur dan pembuatan rencana, juga memberikan kemudahan dalam koordinasi
dengan semua pihak komponen penyelenggara pendidikan untuk mencapai tujuan
yang hendak di capai.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah kegiatan dasar manajemen sebagai kegiatan memadukan
47
lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam mencapai
tujuan (Mahdzuri, 2005:46).
Pengorganisasian yang baik adalah organisasi yang baik, tertib, kegiatan berjalan
lancar sesuai rencana sehingga tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan
di kuar dugaan, akan menjadikan suatu hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan.
Proses organizing meliputi beberapa kegiatan yaitu:
1) Perumusan tujuan
Sebagai dasar penyusunan organisasi, tujuan harus dirumuskan secara jelas
dengan lengkap baik mengenai bidang, ruang lingkup sasaran yang diperlukan,
serta jangka waktu pelaksanaan tujuan.
2) Penetapan tugas pokok
Tugas pokok adalah sasaran yang diberikan kepada organisasi untuk dicapai,
tugas pokok merupakan landasan dalam penyelenggaraan semua kegiatan dalam
organisasi.
3) Perincian kegiatan
Dalam kegiatan ini selain harus disusun secara lengkap dan terperinci, perlu juga
diidentifikasi kegiatan-kegiatan yang penting dan kegiatan-kegiatan yang kurang
penting.
4) Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi
Kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya satu sama lain, masing-masing
dikelompokkan menjadi satu. Kelompok kegiatan sebagai hasil pengelompokan
ini disebut fungsi.
48
Departemenasi adalah proses konversasi fungsi-fungsi menjadi satuan organisasi
dengan berpedoman dengan prinsip-prinsip organisasi (Bahharudin,
2010:102-103).
Lima pendapat tentang organizing di atas penulis menyimpulkan bahwa suatu
lembaga atau organisasi perlu adanya perumusan tujuan, prinsip-prinsipnya
sehingga pengorganisasiannya bisa terkendalikan dan sesuai dengan aturan.
c. Actualing (penggerakan)
Usaha menggerakan anggota-anggota sehingga mereka berkeinginan dan berusaha
untuk mencapai tujuan berorganisasi. Tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan
perencanaan manajer dan usah-usaha organisasi (Mahdzuri, 2005:47).
Penggerakan sebagai wujud tindakan-tindakan untuk mengarahkan suatu
pekerjaan atau program dalam suatu organisasi yang perlu dilaksanakan oleh
setiap elemen-elemen/bagian yang berwenang dalam suatu organisasi.
Menurut (Bahharudin, 2010:106) Manajemen sebagian besar dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu:
1) Mendapatkan orang-orang yang cakap.
2) Memberikan otoritas kepada mereka.
3) Mengatakan kepada mereka apa yang ingin kita capai
4) Menginspirasi dengan kepercayaan terhadap mereka untuk
mencapai sasaran.
49
Pengawasan adalah proses manajerial dimana sebuah organisasi akan bergerak
apabila para manajernya mengerti dan paham secara benar akan apa yang
dilakukannya (Suhartini, 2005:72).
Melalui empat tahap itulah manajemen dapat bergerak, namun hal ini sangat
tergantung tingkat kepemimpinan seorang ketua atau manajer. Artinya adalah
suatu proses kepemimpinan akan bergerak apabila manajernya mengerti dan
faham secara benar akan apa yang dilakukan melalui empat prinsip di atas yang
prosesnya saling berkaitan dan saling menentukan satu sama lain antar komponen
organisasi.
2. Pengertian Manajemen pendidikan
Pengertian manajemen pendidikan mempunyai empat pengertian sebagai berikut:
a. Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan
b. Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir
sistem
c. Manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk
mencapai tujuan pendidikan.
d. Manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi efektifitas
pemanfaatan sumber (Suryosubroto, 2004:15-20).
Manajemen pendidikan adalah seni ilmu mengelola sumberdaya pendidikan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
50
pengendalian diri, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara (Usman, 2006:7).
Manajemen pendidikan adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk
keterlaksanaan proses belajar mengajar yang mencakup tujuan umum dan khusus
yang semuanya bermaksud mengubah nasib kaum yang berada dalam kebodohan
dan berusaha menjadi hamba yang di harapkan.
3. Pengertian Manajemen Pendidikan Pesantren
(Hamzah, 1994 : 32) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Manajemen Pendidikan Pesantren adalah aktivitas memadukan sumber-sumber
pendidikan pesantren agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan pesantren, yang telah ditentukan. Dengan kata lain manajemen
pendidikan merupakan mobilisasi segala sumberdaya pendidikan pesantren untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan.
Manajemen dalam arti mengatur (mobilisasi) segala sesuatu agar
dilakukan dilakukan dengan baik dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan
dalam ajaran Islam sebab dalam Islam arah tujuan yang jelas landasan yang kokoh
dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang di cintai Allah SWT.
Dalam setiap organisasi termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki
aktifitas-aktifitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dengan pengetahuan manajemen
51
dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an dan Hadist ke dalam lembaga pesantren.
Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam
mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain komponen
tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum, kompetensi dan profesionalisme
guru, pola hubungan guru dan murid, metodelogi pembelajaran, sarana prasarana,
evaluasi dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini dilakukan tanpa
perencanaan konsep yang matang seringkali berjalan apa adanya, alami dan
tradisional.
4. Manajemen Kurikulum Pesantren
a. Pengertian kurikulum
Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah
kepada seluruh anak didiknya, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar
sekolah (Suryosubroto, 2004:32).
Kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada dalam pesantren tidak hanya
dalam hal pengajian, madrasah diniyah melainkan semua kegiatan yang di
lakukan santri selama 24 jam di pesantren (Abdul Aziz Dkk. 2007: 86).
Dalam pengertian konvensional, kurikulum sering dimaksud sebagai perangkat
mata pelajaran yang harus ditempuh atau diterima peserta didik untuk
memperoleh ijazah (Makin, 2010:56).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh di atas dapat
disimpulkan bahwa pendapat ini memiliki makna yang sangat luas, apapun yang
52
berupa materi pelajaran, kondisi lingkungan sekolah maupun pondok pesantren,
figur para ustadz, kyai, hubungan antara personalia pengajar dengan semua murid
yang ada di sekolah/madrasah/pesantren, serta metode-metode yang di lakukan
dalam pembelajaran dinamakan kurikulum.
Kurikulum sebagai dasar atau aturan untuk membuat pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan yang di harapkan, yang dilakukan di dalam atau di luar kelas untuk
membuat pembelajaran yang lebih efektif dan teratur.
b. Prinsip Kurikulum Pesantren
Kurikulum yang berkembang di pesantren menunjukkan prinsip yang tetap antara
lain:
1) Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan
agama dalam segenap tingkatan dan layanan pendidikan
dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan
kelompok
2) Kurikulum ditunjuk untuk mencetak ulama’ dikemudian hari, di dalamnya terdapat paket data pelajaran pengalaman,
dan kesempatan yang harus di tempuh oleh santri.
3) Secara keseluruhan kurikulum bersifat fleksibel, setiap
santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri
secara penuh. Karena kebutuhan santri berbeda-beda sesuai
dengan panggilan dengan dirinya, misi keluarga, tuntutan
53
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal dalam proses pendidikan harus
adanya sumber kurikulum yang di gunakan untuk pedoman atau aturan dalam
mengembangkan kualitas pendidikan itu sendiri.
5. Manajemen Personalia
a. Pengertian Manajemen Personalia/Sumber Daya Manusia
(SDM)
Manajemen personalia adalah tekhnik atau prosedur yang berhubungan dengan
pengelolaan sumber daya manusia didalam suatu organisasi. Pada prinsipnya yang
dimaksud “personel” atau personalia adalah orang-orang yang melaksanakan suatu tugas untuk mencapai tujuan, dalam hal ini sekolah dibatasi dengan sebutan
pegawai (Suryosubroto, 2004:86).
Dalam dunia pendidikan, guru atau orang-orang yang melaksanakan tugas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid-murid atau santri didalam pondok
pesantren sangatlah menjadi bagian yang penting demi lancarnya suatu kegiatan
pembelajaran.
b. Prinsip Dasar Manajemen Personalia Meliputi
1) Dalam pengembangan suatu lembaga pendidikan baik
sekolah/madrasah/pesantren, sumber daya manusia adalah
komponen paling penting dalam menunjang berlangsungnya
kegiatan baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga.
2) Kultur dan suasana organisasi lembaga pendidikan serta
perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian
54
3) Sumber daya manusia akan berperan secara optimal, jika
dikelola dengan baik, sehingga menunjang tercapainya
tujuan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan.
4) Manajemen personalia di sekolah/ madrasah, pesantren
pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru,
ustadz, staf adm inistrasi, peserta didik, orang tua) dapat
bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan
sekolah, madrsah dan pesantren (Hasbullah, 2006:11).
Manajemen yang terorganisasi dengan baik dan adanya kerjasama yang baik maka
kan mencapai tujuan yang baik pula sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu
untuk mencetak anak-anak didik yang baik.
c. Perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia
Perencanaan SDM merupakan inti manajemen karena semua kegiatan organisasi
Pondok Pesantren didasarkan atas rencana itu. Dengan perencanaan
memungkinkan para pengambil keputusan untuk menggunakan SDM mereka
secara efektif dan efisien (Suhartini, 2005:8).
Perencanaan SDM merupakan serangkaian kegiatan yang di lakukan untuk
mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis lingkungan pada organisasi Pondok
pesantren masa depan, dan untuk mengetahui hal kebutuhan tenaga kerja yang
ditimbulkan dari kondisi tersebut.
55
Aktifitas pokok fungsi pengadaan meliputi pelaksanaan rekrutmen calon tenaga
yang sesuai dengan profesi dan bidang serta karakteristik yang sesuai dengan
tenaga yang diperlukan dan penempatan tugas dan penugasan staf (Bahharudin,
2010:73).
Rekrutmen adalah suatu usaha untuk mencari dan mendapatkan tenaga kerja yang
profesional dengan mutu yang memadahi, sehingga organisasi dapat memilih
personalia atau dewan pengajar yang cocok dan sesuai dengan jabatan yang
tersedia.
6. Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan
pencatatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid
meninggalkan sekolah, madrasah, pesantren atau lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tertentu (Suryosubroto, 2004:74).
Dari penjelasan diatas dapat di pahami bahwa manajemen peserta didik adalah
upaya penataan peserta didik, mulai masuk pada lembaga penyelenggaraan
pendidikan sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik
mungkin kepada peserta didik.
Beberapa ruang lingkup manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan kebijakan,
penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik.
b. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan kebijakan
56
kriteria penerimaan, prosedur penerimaan pemecahan
problem-problem penerimaan peserta didik.
c. Orientasi peresta didbik baru.
d. Mengatur kehadiran/ketidakhadiran peserta didik baru di sekolah
ataupun madrasah.
e. Mengatur pengelompokan peserta didik.
f. Mengatur evaluasi peserta didik, mengatur kenaikan tingkat
peserta didik.
g. Mengatur peserta didik yang mutasi dan droup out.
h. Mengatur kode etik, keadilan, dan pengangkatan peserta didik.
i. Mangatur layanan peserta didik.
j. Mengatur organisasi peserta didik (Bahharudin, 2010:71-72).
Dari penjelasan diatas dapat di pahami bahwa manajemen peserta didik adalah
upaya penataan peserta didik, mulai masuk pada lembaga penyelenggaraan
pendidikan sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik
mungkin kepada peserta didik.
7. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur dan mengelola
sarana dan prasarana pendidikan, yang bertujuan agar dapat memberikan
kontribusi yang optimal terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuannya
(Makin, 2010:62).
Sarana dan prasarana dalam lembaga pendidikan sangatlah penting karena untuk
57
dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh dewan pengajar.
Mengigat di sekolah-sekolah kita, saat ini belum terdapat tenaga profesional yang
menangani manajemen dalam pemeliharaan sarana tersebut, maka tugas-tugas
dalam hal ini biasanya diserahkan kepada salah seorang atau lebih karyawan
(pegawai sekolah) yang ditunjuk.
Manajemen sarana dan prasarana meliputi 5 hal yaitu:
a. Penentuan kebutuhan
Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain lebih dahulu harus
melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada.
b. Proses pengadaan
Pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa di tempuh
1) Pembelian dengan biaya pemerintah
2) Pembelian dengan biaya dari SPP
3) Bantuan dari BP3
4) Bantuan dari masyarakat lainnya
c. Pemakaian
Penggunaan barang habis dipakai harus secara maksimal dan
dipertanggungjawabkan pada setiap triwulan sekali, sedangkan penggunaan
barang tetap dipertanggungjawabkan satu tahun sekali, maka perlu pemeliharaan
dan barang-barang itu disebut barang inventaris.
d. Pengurusan dan pencatatan
Perlunya untuk disediakan instrumen administrasi antara lain, buku inventaris,