• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Pemberian Kredit

5. Manajemen Perkreditan

Dalam bahasa latin, kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya. Artinya pihak yang memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima kredit, bahwa kredit yang diberikan pasti akan terbayar. Dipihak lain, penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak yang memberikan pinjaman.

Beberapa ahli menjelaskan kredit sebagai berikut:

1) Kredit adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang (Amir dalam Ismail, 2010: 93).

2) In a general sense credit is based on confidence in the Debtors ability to make a money payment at some future time (Rollin dalam Ismail, 2010: 93).

3) Dalam undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

a. Unsur-unsur Kredit 1) Kreditur

Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman) kepada pihak lain yang mendapat pinjaman.

2) Debitur

Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain.

3) Kepercayaan

Kreditur memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima pinjaman (debitur) bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya untuk membayar pinjamannya sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan.

4) Perjanjian

Perjanjian merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara koperasi (kreditur) dengan pihak pinjaman (debitur).

5) Risiko

Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran kredit.

6) Jangka Waktu

Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh debitur untuk membayar pinjamannya kepada kreditur.

7) Balas Jasa

Sebagai imbalan atas dana yang disalurkan oleh kreditur, maka debitur akan membayar sejumlah uang tertentu sesuai dengan perjanjian.

b. Fungsi dan Tujuan Kredit Fungsi kredit antara lain:

1) Kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.

2) Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.

3) Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru. 4) Kredit sebagai alat pengendali harga.

5) Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.

Tujuan Kredit dapat dikategorikan sebagai berikut (Raharjo, 2010:5):

1) Bagi Dunia Usaha (Peminjam Kredit)

Untuk memenuhi kebutuhannya akan dana. Dengan kata lain sebagai sumber permodalan dan juga sebagai semangat untuk mencari keuntungan agar kelak dapat mengembalikan uang pokok pinjaman beserta bunganya kepada pemberi kredit.

2) Bagi Pemberi Kredit

Mendapatkan beberapa keuntungan dari pemberian kredit kepada nasabah misalnya bunga ats kredit, di samping itu juga membantu pelaku usaha atau masyarakat dalam rangka mendapatkan dana.

3) Bagi Negara

Untuk menjalankan roda pembangunan nasional di segala sektor dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

c. Analisis Kredit

Analisis kredit adalah suatu proses analisis yang dilakukan oleh koperasi untuk menilai suatu permohonan kredit yang telah diajukan oleh calon debitur. Koperasi perlu menganalisis yang mendalam agar terhindar dari kredit macet. Beberapa prinsip dasar

yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan kredit calon debitur antara lain:

Kriteria kredit yang sehat memiliki 5 prinsip (Ismail, 2010:112), yaitu:

1) Character (kepribadian, watak)

Menunjukkan adanya pelanggan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban untuk membayar kembali.

2) Capital (modal, kekayaan)

Modal yang ada pada peminjam hakekatnya akan mengurangi resiko modal tersebut meliputi barang bergerak serta barang tidak bergerak yang ada dalam perusahaan.

3) Condition (keadaan)

Lembaga keuangan harus menilai sampai di mana dan berapa jauh pengaruh dari adanya suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi terhadap prospek industri di mana perusahaan pemohon kredit termasuk di dalamnya, di sini apakah pelaksanaan usaha dilakukan dalam keadaan baik sehingga dapat berjalan lancar serta menguntungkan.

4) Capacity (kemampuan, kesanggupan)

Kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang

diberikan serta mengendalikan usahanya dan mengembalikan pinjamannya.

5) Collateral (jaminan)

Menunjukkan jaminan untuk mendapatkan kredit yang diberikan oleh pihak lembaga keuangan.

d. Penggolongan Kredit

1) Kredit Performing yang dibedakan menjadi dua kategori yaitu kredit dengan kualitas lancar dan kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus.

2) Kredit Non-Performing yang dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. e. Kredit Pinjaman Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh lembaga keuangan, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh lembaga keuangan dan nasabah. Faktor penyebab kredit bermasalah antara lain:

1) Faktor Intern Lembaga Keuangan, biasanya dilakukan oleh pihak dalam lembaga keuangan atau karyawan lembaga keuangan seperti kemampuan dalam menganalisis kredit.

2) Faktor Ekstern Lembaga Keuangan, biasanya dilakukan oleh pihak calon debitur dan kondisi lingkungan lembaga keuangan. 6. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur dan penilaian kredit oleh lembaga keuangan secara umum antar lembaga keuangan yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. 1) Tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit

Tahap ini dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit, yang meliputi beberapa kegiatan berikut:

a) Kegiatan prakarsa permohonan kredit, kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik utuk permohonan kredit baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit, restrukturasi maupun penyelesaian kredit. b) Kegiatan analisa dan evaluasi kredit, dari data dan informasi yang

diperoleh pejabat pemrakarsa melakukan analisis dan evaluasi tingkat resiko kredit.

c) Perhitungan kebutuhan kredit, perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi kelebihan kredit yang penggunaanya di luar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan.

d) Pembagian resiko kredit, dalam upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, lembaga keuangan membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi kredit, asuransi kerugian maupun asuransi jiwa.

e) Negosiasi kredit, setelah kegiatan-kegiatan di atas, langkah berikutnya adalah menguji kekuatan, kelemahan, dan identifikasi risiko yang merupakan kesimpulan dari seluruh analisa kredit. 2) Tahapan pemberian rekomendasi kredit

Rekomendasi kredit dibuat oleh pejabat perekomendasi kredit berdasarkan analisa/evaluasi yang dibuat oleh pemrakarsa kredit. Dalam memberikan rekomendasi kredit, pejabat perekomendasian dapat meminta kelengkapan data dan analisis lebih lanjut dari pejabat pemarkarsa kredit. Di samping itu juga pejabat perekomendasian kredit dapat melakukan kunjungan ke lapangan.

3) Tahapan pemberian keputusan

Tahapan pemutusan kredit hanya dapat dilakukan oleh pejabat pemutus kredit atau komite kredit yang diberikan kewenangan memutuskan kredit dari direksi lembaga keuangan. Sebelum

memberikan putusan kredit, pejabat pemutus kredit harus memeriksa dan meneliti kelengkapan paket kredit.

4) Tahapan persetujuan pencairan kredit

Pencairan kredit dapat dilakukan setelah instruksi pencairan kredit ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu pejabat administrasi kredit sebagai pembuat instruksi dan setujui oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

7. Pemberian Putusan Kredit

Pejabat pemutus memeriksa dan meneliti paket kredit. Berdasarkan keahliannya dan pengetahuannya, pejabat pemutus dengan melihat analisis dan evaluasi kredit yang dibuat oleh pemarkasa/penganalisis kredit serta rekomendasi kredit yang dibuat oleh pejabat perekomendasi mampu memberikan putusan kredit secara akurat. Pemberian putusan kredit tersebut harus dilakukan oleh pejabat pemutus dan harus dilakukan secara tertulis dan dibuktikan dengan memberikan tanda tangan pada formulir putusan kredit.

Apabila putusan kredit telah diberikan, selanjutnya paket kredit tersebut diserahkan kepada bagian administrasi kredit untuk mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Memberikan surat penawaran putusan kredit (offering letter) kepada pemohon yang memuat struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat dan

ketentuan kredit yang harus dipenuhi oleh pemohon. Dalam surat penawaran tersebut harus dicantumkan batas waktu kepada pemohon untuk memberikan persetutuan atau penolakan.

b. Mempersiapkan dokumen perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok. Perjanjian kredit dapat dibuat sesuai risiko kredit menurut judgment

pejabat pemutus dengan cara notarill maupun dibawah tangan surat perjanjian. Semua perjanjian kredit harus memuat secara lengkap unsur-unsur janji yang dikehendaki seperti yang tertuang dalam putusan kredit dan memuat agunan yang diberikan dan pengikatnya. c. Mempersiapkan dokumen perjanjian accessoir, yaitu perjanjian ikutan

dan keberadaannya dimaksudkan untuk mendukung/menjamin perjanjian pokoknya, sehingga jika perjanjian pokok hapus, maka perjanjian accessoirnya juga turut dihapus.

d. Mempersiapkan dokumen-dokumen untuk pencairan. Apabila semua dokumen yang telah ditetapkan dalam putusan kredit telah lengkap dan telah diperiksa kesahannya serta memastikan bahwa seluruh aspek yudiris.

8. Pertimbangan dan Penilaian Pemberian Kredit

Lembaga keuangan wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dangan yang diperjanjikan. Maksud dari pasal tersebut bahwa kredit yang diberikan

oleh lembaga keuangan mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaanya lembaga keuangan harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

Dalam mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai lembaga keuangan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, lembaga keuangan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur (Suyatno, dkk, 1995).

Dokumen terkait