• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PIUTANG

Dalam dokumen Manajemen Keuangan Bisnis (Halaman 78-83)

71 | Manajemen Piutang konsumen sebelum melakukan transaksi penjua-lan secara kredit. Pada umumnya perusahaan akan memperha-tikan 5 C untuk meminimalkan risiko kredit, yaitu:

1. Caracter : kemungkinan pelanggan untuk membayar.

2. Capacity : pendapat subjektif mengenai pelanggan dari history pembayarannya.

3. Capital : diukur dengan kondisi finansial secara umum atau performance perusahaan

4. Collateral : jaminan/kontrak dari pelanggan

5. Condition : menunjukkan impact pengaruh dari trend ekonomi terhadap perusahaan konsumen.

Mempertimbangkan Risiko Piutang

Risiko tidak tertagihnya piutang yang merupakan suatu kerugian bagi manajemen harus telah dipertimbangkan. Pertim-bangan ter-sebut baik mengenai jumlah dan type perusahaan yang mem-punyai risiko piutang. Dalam mempertimbangkan risiko kredit ada eberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen, yaitu: 1. Penentuan jumlah risiko piutang yang sanggup ditanggung

perusahaan

Perusahaan perlu mempertimbangkan adanya risiko tidak tertagihnya piutang atau batas risiko yang sanggup ditang-gung. Misalnya manajmen menetapkan besarnya risko sebe-sar 5% dari saldo rata-rata piutang. Apabila kelak pada akhir tahun usaha (periode akuntansi) ada piutang yang tidak terbayar (diragukan), maka hal tersebut merupakan hal yang sudah dipertimbangkan oleh manajemen (bukan merupakan hal yang tidak terduga sebelumnya).

2. Penyelidikan historis tentang kemampuan konsumen memenuhi kewajiban

Manajemen perlu untuk mengkalsifikasikan golongan risiko para pelanggan/konsumen. Besarnya risiko kredit dapat di-tentukan berdasarkan data masa lalu, misalnya dengan data 5

72 | Manajemen Piutang tahun terkahir dan probabilitasnya (kemungkinan) yang terjadi pada masa yang akan datang dihitung dari mean.

Risiko Kredit 5th Prob. Y.a.d Mean

4% 25% 1% 3% 10% 0,3% 5% 20% 1% 6% 25% 1,5% 5% 20% 1% Mean 4,8%

Berdasarkan pengalaman masa lalu, maka pelanggan dapat dikelompokkan pada golongan risiko:

Golongan I : Risiko kredit di bawah 4,8% Golongan II : Risiko kredit pada 4,8% Golongan III : Risiko kredit di atas 4,8%

Sebenarnya penilaian ini tidak sebatas materiil saja, akan tetapi juga karakter pelanggan (kesediaan membayar/itikad baik) dan kepercayaan pihak luar terhadap pelanggan tersebut.

3. Mengadakan Seleksi Pelanggan

Manajemen perlu membuat suatu keputusan kredit, yaitu menyeleksi pelanggan – pelanggan yang tidak memperoleh fasilitas kredit, khususnya yang masuk dalam golongan diatas 4,8%.

PERTIMBANGAN KREDIT BAGI PELANGGAN

Tidak berbeda jauh dengan perusahaan atau organisasi, kebi-jakan kredit yang diterapkan untuk pelanggan perseorangan perlu ditetapkan manajemen untuk menghindari risiko kredit. Usaha manajemen dalam bidang bisnis untuk memperkecil risi-ko kredit antara lain:

1. Penilaian terhadap pelanggan

Secara umum penilaian dapat menggunakan kriteria 5 C di atas. Selain itu, manajemen dapat pula menilai berdasarkan

73 | Manajemen Piutang besar kecilnya isi dompet yang dibawa oleh pelanggan dibandingkan dengan lama waktu jatuh tempo.

2. Batas kredit

Manajemen perlu menetapkan batas jumlah kredit yang diberikan kepada pelanggan selama menginap. Misalnya, ditetapkan sebesar 7 juta rupiah, sehingga meskipun pelang-gan masih menginap akan tetapi Bill telah mencapai 7 juta, pelanggan tersebut hendaknya memberikan deposit.

3. Batas Waktu

Manajemen perlu menetapkan dalam waktu berapa lama pelanggan harus memberikan uang muka selama rentang waktu kredit. Penetapan waktu ini dapat ditentukan berda-sarkan waktu rata-rata pelanggan dapat menyelesaikan ang-suran dalam setiap bulan atau waktu yang disepakati.

4. Sistem Informasi Manajemen yang baik

Penggunaan sistem komputer jaringan memudahkan mana-jemen dalam memantau kebijakan kredit yang diterapkan selama pelanggan menginap.

Analisa Terhadap Saldo Piutang

Selain pertimbangan terhadap risiko piutang di atas, maka kebijakan piutang dapat juga dibuat berdasarkan analisa rasio finansial.

1. Rasio Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur seberapa cepat piutang dapat ditagih dalam jumlah tertentu ( rata-rata piutang)

Acct.Receivable Turn Over = Credit Sales = 9.000.000 = 18 kali Average Act.Recvbl 500.000

74 | Manajemen Piutang Average Acct.Receivable = Begining + Ending Sales = 400.000 + 600.000 2 2 Collection Period = 365 days in the year = 365 = 20,27 days A/R Turn Over 18

2. Analisa Umur Piutang

Metode lain yang dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam mengambil kebijakan kredit yaitu analisa umur piutang. Metode ini melakukan klasifikasi piutang berdasarkan umur atau lamanya piutang tersebut ada. Daftar umur piutang bermanfaat untuk mengetahui piutang yang telah jatuh tempo segera untuk ditagih, dan piutang yang telah kadaluwarsa, serta piutang yang tidak mungkin untuk ditagih dan harus dihapuskan.

Umur Maret April

0 – 30 hari 29.500 79,5% 28.200 74,2% 31 – 60 hari 5.900 15,9% 4.400 11,6% 61 – 90 hari 1.200 3,2% 4.300 11,3% *) 91 hari lebih 500 1,4% 1.100 2,9% *) 37.100 100% 38.000 100% Jika trend ini berlangsung terus menerus dimana jumlah prosentase piutang yang umur mendekati kadaluarsa sema-kin besar, maka manajemen perlu mengambil kebijakan baru untuk mempercepat pebnagihan piutang atau memperkecil risiko piutang.

75 | Manajemen Persediaan PENDAHULUAN

Persediaan barang merupakan aktiva atau modal kerja peru-sahaan yang selalu dalam keadaan berputar untuk membiayai opera-sional perusahaan. Persediaan memerlukan pengelolaan yang baik, kesalahan dalam perencanaan dan pengelolaan dapat menyebabkan kerugian perusahaan. Pembiayaan persediaan mempunyai efek lang-sung terhadap keuntungan perusahaan.

Investasi /penempatan dana dalam bentuk persediaaan yang terlalau besar atau melebihi kebutuhan operasional akan memper-besar biaya penyimpanan dan berisiko terjadinya kerusakan. Ini akan menyebabkan kerugian bagi manajamen. Sebaliknya perse-diaan yang jumlahnya terlalu sedikit dibandingkan kebutuhan opera-sional, akan mempunyai efek terhadap keuntungan perusahaan pula. Keterbatasan juml;ah persediaaan akan menghambat produktifitas usaha. Tidak terpenuhinya pesanan/penjualan akibat kekurangan per-sediaan akan menyebabkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan.

Umumnya operasional bisnis, paling tidak memiliki sediaan bahan produksi, produk, dan supplies. Persediaan hampir seluruhnya merupakan bahan metah yang masih memerlukan pengelolaan/ pro-ses produksi untuk siap dijual. Berbeda dengan perusahaan manu-faktur, selain beberapa berupa persediaaan bahan baku, namun juga terdapat persediaan barang jadi yang siap dijual.

Sebagian besar persediaan yang berupa bahan mentah tersebut mempunyai tingkat biaya pemeliharaan yang besar dan mempunyai risiko kerusakan yang besar pula. Sebaliknya sedikitnya persediaan produk misalnya, akan berakibat banyaknya pesanan pelanggan yang tidak dapat dipenuhi atau kurangnya kualitas produk karena terbatas menggunakan bahan yang tersedia.

Dalam dokumen Manajemen Keuangan Bisnis (Halaman 78-83)

Dokumen terkait