• Tidak ada hasil yang ditemukan

WILAYAH RAWAN BENCANA

NA

Wilayah Rawan Bencana Gempa dan Tsunami Di kawasan ini pemanfaatan ruang harus mengakomodasikan beberapa instrumen mitigasi bencana antara lain pengembangan kawasan atau jalur penyelamatan, pengembangan buffer/sabuk penyangga dan pada daerah yang sangat rawan, yakni di Distrik Nabire, Napan dan sebagian Wanggar diterapkan bangunan tanah gempa.

Wilayah Rawan Longsor dan Banjir

Di kawasan ini pemanfaatan ruang harus mengakomodasikan kawasan lindung, pengembangan sistem drainage yang baik serta disyaratkan pembangunan fisik bangunan dengan struktur dan pondasi yang kuat.

Zona Pengembangan Sangat Terbatas.

Pengembangannya diprioitaskan untuk kawasan jasa berdagangan, perkantoran dengan kepadatan rendah, dihindari untuk permukiman/tempat tinggal, atau permukiman dengan kepadatan sangat rendah dengan teknologi bangunan tahan gempa. Kota Distrik Nabire merupakan kota di zona ini;

Zona Pengembangan Terbatas (Pt).

Pengembangannya diprioritaskan untuk kawasan pertanian lahan kering, permukiman kepadatan rendah dengan teknologi bangunan tahan gempa. Zona ini terletak di Kota Distrik Wanggar, Napan dan Distrik Topo;

Zona Pengembangan Terbatas (Pt), dan Zona Pengembangan Sangat Terbatas Terletak pada kawasan pantai utara, dikembangkan zona-zona pengembangan kawasan budidaya dengan pengendalian khusus. Zona tersebut antara lain zona pengembangan terbatas (Pt), dan zona pengembangan sangat terbatas (Pst);

Sabuk Pengamanan Pantai atau Buffer Zone.

Kawasan ini berbentuk koridor sepanjang pantai yang berfungsi sebagai perlindungan dari bencana tsunami.

ARAHAN PENATAAN RUANG DALAM WILAYAH RAWAN BENCANA

No. Tahun Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) Laki-laki Perempuan

1 2003 77.454 66.432 143.886 0,204

2 2004 87.395 75.452 162.847 6,104

3 2005 88.050 76.018 164.068 8,852

4 2006 92.476 79.839 172.315 9,014

5 2007 93.527 80.747 174.274 7,259

6 2008 93.527 80.747 174.272 ?

Sumber: Mengenal Nabire dari Data dan Informasi, 2007 dan 2008

Penduduk Asli terdiri dari di Kabupaten Nabure : Suku Mee, Dani, Damal, Dauwa, Moni, Auye, Wate, Waropen, Mo or-Mambor, Yerisiam), dan lainnya.

Penduduk Pendatang terdiri dari: Suku Sulawesi (Toraja, Manado, Makasar/Bugis), Jawa, dan Maluku, Flores, dan lainnya

Masyarakat Kabupaten Nabire merupakan masyarakat yang multi etnis dan multi agama khususnya daerah perkotaan.

Agama yang dianut oleh masyarakat Kabupaten Nabire seperti halnya masyarakat Indonesia pada umumnya yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha. Tahun 2006, jumlah pemeluk agama Kristen Katolik masih merupakan jumlah yang terbesar yakni mencapai 43,23 persen dari total penduduk. Kemudian diikuti pemeluk agama Protestan (41,88 persen), Islam (14,69 persen) dan agama lainnya (0,20 persen).

SOSIAL BUDAYA

GAMBARAN UMUM § DEMOGRAFI DAN SOSBUD

2005 2006 2007 2008 JLH PDDK

No. Sektor

Kontribusi Setiap Sektor Terhadap PDRB (%)

2005 2006 2007

1 Pertanian 48,71 47,88 46,43

2 Pertambangan & Penggalian 13,19 12,38 11,65

3 Industri Pengolahan 0,70 0,69 0,67

4 Listrik & Air Bersih 0,51 0,51 0,51

5 Bangunan 8,85 9,76 10,54

6 Perdagangan,Hotel & Restoran 8,69 9,40 10,30 7 Pengangkutan& Komunikasi 4,00 4,44 4,86 8 Keuangan,Persewaan & Jasa

Perusahaan 1,42 1,14 1,46

9 Jasa-jasa 13,94 13,80 13,57

PERSAWAHAN DI DISTRIK NABIRE

GAMBARAN UMUM § PEREKONOMIAN

Sumber: BPS Kabupaten Nabire, 2008

DISTRIK POTENSI EKONOMI

Nabire Marmer sebanyak 50.000.000 m3, minyak bumi, koalin, lempung, lumpur dan nikel serta emas.

Uwapa Terutama emas yang saat ini dijadikan lokasi penambangan rakyat seluas 30 km2, bahan galian tambang lainnya adalah kaolin dan batu gamping.

Yaur Marmer sepanjang 1 km volumenya sekitar ratusan juta m3 dan ditemukannya kandungan emas serta terkenal dengan kawasanTaman LautTeluk Cenderawasih seluas 566.500 Ha.

Napan Minyak bumi, batubara dan emas serta potensi dataran rendah yang luas dan subur untuk pengembangan tanaman pangan dan tambak rakyat seperti budidaya udang, kepiting dan ikan bandeng.

Mapia Batubara dan emas serta potensi perkebunan kopi, kakao dan kelapa sawit.

Kamu Dataran Lembah Kamu yang subur dan luas berpotensi untuk pertanian tanaman produksi, terutama kopi yang saat ini terkenal sebagai penghasil Kopi Arabica (Kopi Moanemani) dan coklat

Ikrar Emas dan lahan pertanian kopi, kakao dan kelapa sawit serta hutan produksi.

Sukaikai Emas dan lahan pertanian kopi, kakao dan kelapa sawit serta hutan produksi Wanggar Emas dan lahan pertanian khususnya sawah.

Siriwo Emas dan lahan pertanian kopi, kakao, kelapa sawit serta hutanproduksi.

Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di wilayah ini tersedia 2 bandar udara, yaitu Bandara Moanamani, Bandara Nabire.

Untuk transportasi laut tersedia 1 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Nabire.

BANDAR UDARA NABIRE

GAMBARAN UMUM § PEREKONOMIAN

ARAH PERKEMBANGAN PERKOTAAN

a) Kabupaten Nabire terdiri atas 14 distrik dan penyebaran permukiman penduduk di Kab. Nabire terkonsentrasi di wilayah perkotaan, yakni : Kota Nabire sebagai ibukota Kabupaten, Kota Topo di Distrik Uwapa, kota Yaur ( Kwartirsore ) di distrik Yaur, kota Napan di distrik Napan, kota di lingkup Distrik Wanggar dan Teluk Kimi.

b) Pada umumnya pemukiman yang ada merupakan pemukiman yang teratur dengan pola linier mengikuti jaringan jalan yang ada.

c) Pengembangan pemukiman di perkotaan diharapkan agar kondisi masyarakat menjadi nyaman, aman dan sejahtera dengan adanya pemukiman yang memadai dan memenuhi syarat – syarat minimal dari sebuah permukiman.

d) Dengan pertambahan penduduk yang cukup cepat di Kab. Nabire, pengembangan pemukiman merupakan suatu kebutuhan mendesak bagi masyarakat, penyediaan lahan – lahan pemukiman merupakan syarat utama pengembangan pemukiman.

KOTA NABIRE

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

§ PERMUKIMAN

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

PROFIL PERMUKIMAN

1) Kebutuhan akan pemukiman di Kab. Nabire yang cukup besar belum terakomodir dengan baik.

Dengan melihat tingkat hunian pada rumah – rumah sewa milik masyarakat di perkotaan , terlihat bahwa tingkat kebutuhan akan rumah cukup tinggi di kab. Nabire. Belum adanya investor di bidang pengembangan pemukiman membuat tingkat kepadatan penduduk pada beberapa kelurahan di ibukota kabupaten menjadi cukup tinggi. Diharapkan dalam waktu dekat akan ada pihak swasta yang dapat membuka lokasi – lokasi pemukiman baru sehingga penyebaran penduduk tersebar ke wilayah – wilayah yang kepadatan penduduknya rendah.

2) Pemukiman masyarakat asli pada pesisir kab. Nabire pada umumnya masih sangat dibawah standar di tilik dari luas lantai bangunan yang berukuran antara 20 – 50 M2 dengan kondisi yang tidak layak huni diperkirakan sebanyak ± 8000 rumah tangga. Penanganan pemukiman pada masyarakat asli Nabire yang berada dipesisir belumlah tersentuh mengingat keterbatasan anggaran di Kab. Nabire.

3) Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Nabire saat ini diarahkan pada pengembangan perumahan dan permukiman pada masyarakat yang berada di daerah terpencil dengan pendapatan atau penghasilan yang rendah.

4) Pembangunan perumahan dan permukiman serta prasarana dan sarananya dilaksanakan dengan

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

PROFIL SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN

Prasarana dan sarana dasar permukiman di pemukiman penduduk di Kab. Nabire belumlah memenuhi syarat. Kebutuhan pemukiman akan jalan lingkungan, drainase, penanganan limbah rumah tangga, sanitasi, penanganan penyediaan air minum dan penanganan sampah termasuk juga sarana utilitas lainnya belum terpenuhi sehingga kualitas lingkungan pemukiman menjadi rendah

PERMUKIMANTRANSMIGRASI

DI KABUPATEN NABIRE KONDISI JALAN DI KOTA NABIRE

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ISU PERMUKIMAN PERKOTAAN

1) Kondisi wilayah kabupaten Nabire yang rawan gempa, rawan banjir dan rawan longsor serta tsunami

2) Sebagai kota yang relatif baru terbentuk, Penataan Bangunan belumlah dapat sejalan dengan amanat yang di inginkan melalui UU No 28 Th 2002 dan PP No. 36 Tahun 2005. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang belum di susun dan Perda No. 7 tahun 2002 tentang bangunan gedung yang belum jelas mengatur tentang batasan – batasan KDB, KLB, Garis Sempadan dan Batas Tepi Bangunan menyebabkan belum adanya keteraturan dalam penataan bangunan.

3) 3. Sebagai kota yang memiliki kepadatan rendah, kota Nabire belumlah nampak semrawut dalam penataan bangunan namun sebelum terlambat, sebaiknya hal – hal mengenai penataan bangunan harus segera di susun dalam suatu dokumen perencanaan penataan bangunan.

4) Kondisi daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi, menyebabkan hampir semua jenis bangunan di kab. Nabire memakai material kayu. Dengan penggunaan material ini menyebabkan potensi bencana yang baru yaitu kebakaran sehingga perlu sekali bagi pemerintah Daerah untuk segera menyusun Rencana Induk Sistem Penanggulangan Kebakaran

5) Kesiapan Pembiayaan

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ISU SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

1. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

a) Rendahnya fungsi jaringan perpipaan yang ada karena usia tua.

b) Ketidakmampuan PDAM untuk menghidupi dan mengembangkan perusahaan (kendala manajemen)

c) SDM pengelola air minum yang masih perlu ditingkatkan

d) Tidak adanya rencana induk pengembangan jaringan perpipaan sehingga pembangunan / penambahan jaringan baru oleh PDAM tidak mengikuti kaidah teknis yang berlaku e) Pemerintah daerah tidak dapat membangun jaringan air minum di wilayah yang telah ada

jaringan PDAM walaupun daerah tersebut samasekali tidak memperoleh air minum (air tidak pernah mengalir)

2. Sistem Pengelolaan Sampah

a. Belum adanya suatu manajemen pengelolaan sampah yang dituangkan dalam dokumen perencanaan sehingga pengelolaan sampah terkesan semrawut mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ISU SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

2. Sistem Pengelolaan Sampah

b. Kota .Nabire dengan 11.870 rumah tangga yang tersebar di 12 kelurahan, 5 pasar dan 2 pusat perdagangan di kel. Oyehe dan Karang Tumaritis, sangat membutuhkan sarana penampungan sampah yang cukup. Saat ini, sarana kontainer baru di tempatkan pada lokasi pasar dan pertokoan sehingga arah penyediaan sarana dan prasarana persampahan diarahkan ke lokasi pemukiman. Sasaran ke lokasi pemukiman penduduk sudah harus segera di laksanakan mengingat volume sampah terbesar berasal dari akumulasi sampah rumah tangga. Tidak adanya sarana penampung menyebabkan masyarakat membuang sampah di sembarang tempat yang sangat mencemari lingkungan.

c. Minimnya alokasi dana untuk pengelolaan sampah yang merimbas pada kurangnya sarana dan prasarana persampahan

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ISU SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

3. Sistem Pengelolaan Air Limbah

a) Pengelolaan air limbah masih setempat – setempat di karenakan belum adanya sarana pendukung pengelolaan air limbah seperti truck tinja, IPAL di kab. Nabire.

b) Belum semua masyarakat menyadari tentang pentingnya pengolahan air limbah.

c) Pembuangan air limbah di kawasan perkotaan Nabire menggunakan system setempat (on site sanitation) dengan system pengumpulan menggunakan saluran tertutup menuju septic tank.

d) Belum tersedia sistem sanitasi terpusat

e) Sedangkan untuk mengalirkan air limbah domestik (kamar mandi,cucian dan dapur) dan non domestic umumnya menggunakan peresapan alami, belum menyatu dengan saluran drainase pada permukiman.

f) Belum tersedianya sarana penunjang pengolahan air limbah g) Kelembagaan pemerintah belum maksimal

h) Pendanaan yang tidak memadai untuk melaksanakan pengeloaan air limbah

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Strategi pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Nabire dilakukan dengan pemantapan fungsi kawasan perkotaan sebagai:

a) Pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan transportasi, pergudangan dan sebagainya;

b) Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis;

c) Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya;

d) Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya menjaga keseimbangan wilayah terbangun dan tidak terbangun, mengembangkan hutan kota dan menjaga eksistensi wilayah yang bersifat perdesaan di sekitar kawasan perkotaan.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

a) Dengan mempertimbangkan kondisi sebagian wilayah Kabupaten Nabire yang rawan gempa, rawan longsor, dan rawan banjir, maka kawasan permukiman diarahkan berlokasi ke area-area yang relatif lebih aman.

b) Bangunan - bangunan rumah pada kawasan permukiman di Kabupaten Nabire selayaknya menggunakan bahan atau material yang tidak membahayakan seandainya terjadi gempa.

Untuk bangunan rumah yang sifatnya temporer bisa menggunakan bahan berupa kayu atau papan dan anyaman bambu. Untuk bangunan permanen, diupayakan menggunakan konstruksi yang relatif tahan gempa.

c) Pola pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Nabire sebaiknya menggunakan pola KASIBA dan LISIBA guna meminimilisasi risiko bencana alam.

d) Mengingat keterbatasan aksebilitas dan kondisi morfologisnya, tampaknya kawasan permukiman akan menyebar dan masing-masing membentuk satuan pusat permukiman.

Fasilitas umum dan fasilitas sosial pendukungnya pun perlu disesuaikan dengan kondisi seperti ini, dan diarahkan berlokasi menyebar mengikuti konsentrasi permukiman penduduk.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERKOTAAN

e. Strategi pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Nabire diarahkan terjadinya keterkaitan yang positif antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Pengembangan keterkaitan Perdesaan dan Perkotaan tersebut direncanakan melalui pengembangan Model Agropolitan Nabire.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

2. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

a. Kondisi pelayanan air minum diperkotaan oleh PDAM masih sangat rendah. Idealnya setiap rumah tangga di kota Nabire dapat dilayani sambungan rumah, dengan demikian masih harus memenuhi target peningkatan debit menjadi 100 Ltr/detik dengan minimal 2 unit IPA kapasitas 15 L/detik untuk melayani 12.000 rumah tangga di kota Nabire.

a. Kebutuhan air saat ini untuk wilayah perkotaan di distrik Nabire membutuhkan peningkatan kapasitas menjadi 100 Ltr/detik. Sebaiknya PDAM Nabire dapat mengelola juga SPAM yang telah terbangun di 3 distrik yang berada di sekitar distrik Nabire mengingat perkembangan kota yang mengarah kesana dan jumlah penduduk yang cukup banyak pada distrik-distrik tersebut yaitu distrik Wanggar, Nabire Barat dan distrik Teluk Kimi.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

Sejalan dengan konsep pemanfaatan ruang yang mengakomodasikan mitigasi bencana, maka strategi penyediaan sarana dan prasarana juga mengikuti konsep tersebut. Strategi yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan sarana dan prasarana dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pemenuhan kebutuhan dan pelayanan masyarakat, sehingga arah pengembangannya mengikuti pola distribusi penduduk;

b) Distribusi penduduk sangat erat kaitannnya dengan pola pemanfaatan ruang yang direncanakan.

Oleh karenanya, pengembangan sarana dan prasarana mengikuti arah dan pola pemanfaatan ruang;

c) Untuk pengembangan prasarana skala regional seperti jaringan jalan regional, pelabuhan laut dan bandar udara, pengembangannya diarahkan pada peningkatan kualitas dan pemenuhan standar-standar nasional maupun internasional yang berlaku;

d) Kekhususan pengembangan sarana dan prasarana di Kabupaten Nabire adalah terletak pada spesifikasi dan struktur bangunan yang wajib tahan gempa, terutama di zona terbatas dan sangat terbatas.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

2. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

a) Sistem prasarana dan sarana air minum diarahkan pada sistem perpipaan, kecuali untuk beberapa lokasi yang tidak memiliki sumber air baik air permukaan ataupun air tanah, diarahkan pada sistem tadah hujan

b) Kebutuhan mendesak saat ini lebih dititik beratkan pada lokasi perkotaan, mengingat kosentrasi penduduk yang besar dan kerawanan akan air minum.

c) Pemerintah Pusat dapat membantu menangani kebutuhan air minum dalam kota Nabire agar penambahan kapasitas debit dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air dapat di bangun sehingga target nasional penambahan 10 juta sambungan rumah dapat terealisasi.

d) Pemerintah Daerah Nabire dapat membenahi manajemen pada jajaran PDAM sehingga dapat berjalan dengan baik.

e) Pemerintah Daerah Nabire dapat memberi perhatian lebih pada Penyediaan Air Minum sehingga tidak bergantung sepenuhnya pada sumber dana DAK Air Minum dari pemerintah pusat.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

4. Sistem Pengelolaan Air Limbah

a. Masalah kebiasaan masyarakat yang BAB di sembarang tempat perlu di ubah dengan cara meningkatkan volume penyuluhan peningkatan kesadaran dan promo kesehatan agar dapat merubah kebiasaan tersebut.

b. Masalah pendanaan untuk menjalankan program pemerintah daerah di bidang pengelolaan air limbah, perlu mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi. Juga di dalam pemerintah daerah sendiri kiranya dapat memprioritaskan program ini sebab sangat berhubungan erat dengan tingkat kesehatan masyarakat.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

5. Sistem Drainase

a. Kota Nabire sebagai kota sedang dengan permasalahan yang masih mudah diatasi, sistem drainase yang dibutuhkan masih berupa sistem drainase terbuka dengan perencanaan yang menyeluruh. Perhatian khusus untuk distrik Nabire dalam penanggulangan banjir mengingat banjir selalu menimpa kota Nabire.

b. Kabupaten Nabire sebagai kabupaten penunjang bagi 3 kabupaten lain hasil pemekaran dari kabupaten Nabire yaitu kabupaten Puncak Jaya, Paniai dan Dogiyai menyebabkan kabupaten Nabire merupakan daerah yang perkembangan kotanya cukup pesat yang mana berimbas pada terjadinya perubahan tata guna lahan dan meningkatnya kebutuhan lahan permukiman dan lahan kegiatan ekonomi dan jasa. Berdasarkan hal tersebut maka sistem drainase perkotaan mengalami perubahan serta peningkatan kebutuhan drainase

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

DOKUMENTASI

Dokumen terkait