• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Nabire, MEI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E P R O C E E D I N G S F G D 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kota Nabire, MEI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E P R O C E E D I N G S F G D 1"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PUJI SYUKUR kehadirat TUHAN YME atas tersusunnya Laporan Proceedings FGD 1 kegiatan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Nabire. Sesuai dengan yang diwajibkan dalam Buku Pedoman Penyusunan SPPIP bahwa dalam pelaksanaan kegiatan ini diwajibkan untuk menyusun Laporan Proceedings.

Dengan terselesaikannya buku laporan proceedings FGD 1 ini diharapkan dapat memperlancar dan membantu proses pelaksanaan pekerjaan pada bulan berikutnya. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini kami mengucapkan terima kasih.

Kota Nabire, MEI 2012 TIM PENYUSUN

(2)

1.1 LATAR BELAKANG

Kawasan Permukiman adalah kawasan inti yang seringkali mendominasi dalam suatu kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi pusat berawalnya kegiatan yang keberadaanya seringkali mengikuti perkembangan kawasan lainnya. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktifitas di dalam kawasan yang dikembangkan tersebut.

Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu: (1) permukiman yang berkembang karena faktor historis dan (2) permukiman yang berkembang karena diciptakan (buatan manusia). Permukiman jenis yang pertama adalah permukiman yang berkembang sebelum suatu wilayah atau kota berkembang menjadi sangat pesat. Permukiman jenis ini umumnya ditengarai sebagai titik awal perkembangan suatu wilayah atau kota yang berkembang secara alami pada lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber daya alam yang digunakan manusia untuk hidup seperti sungai dan lahan pertanian yang subur. Berkaitan dengan hal tersebut, umumnya permukiman jenis ini berkembang secara sporadis di sekitar sumber daya alam tersebut. Untuk permukiman jenis yang kedua adalah permukiman yang berkembang karena diciptakan oleh pengembang.Permukiman ini dikembangkan pada untuk memeratakan perkembangan wilayah atau kota, serta memenuhi kebutuhan perumahan penduduk.

(3)

berdampak lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.

Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan permukiman, maka kawasan permukiman merupakan salah satu kawasan yang perlu dilakukan penangan secara khusus, namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Faktor luas kawasan permukiman yang besar di suatu wilayah atau kota dan banyaknya persoalan yang muncul, mengakibatkan tiap kawasan permukiman memiliki upaya penanganan yang berbeda-beda bahkan terkadang bersifat sangat spesifik.

Disebabkan persoalan yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutan pembangunan wilayah atau kota, maka beberapa bagian bahkan perlu ditangani terlebih dahulu atau diberikan prioritas penangan bila dibandingkan dengan kawasan permukiman lainnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu adanya penangan didasarkan pada skala prioritas kawasan atau yang lazim dikenal penangan kawasan permukiman prioritas.

Kawasan permukiman prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Kesalahan mengantisipasi pola penangannan dan pemberian prioritas pada kawasan dengan kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan capaian tujuan pembangunan perkotaan secara keseluruhan.

Adapun dalam konteks suatu wilayah dan kota, kawasan permukiman prioritas tersebut dapat berupa:

a. Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau perdesaan yang memiliki nilai ekonomis dan atau strategis, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah atau kota yang bersangkutan;

b. Kawasan permukiman yang dilengkapi/ disertai dengan fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah kota atau wilayah yang lebih luas.Termasuk dalam criteria ini seperti kawasan pariwisata, kawasan konservasi cultural, kawasan agroindustri, dan sejenisnya;

c. Kawasan perdesaan yang berada di pinggiran areal perkotaan, dan berfungsi sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota induknya; dan

d. Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam maupun konflik sosial) yang perlu diselesaikan segera agar program lain dapat diselenggarakan pada waktunya.

Penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas ini, dalam konteks pembangunan, perlu diwadahi dalam suatu Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPIPP). SPIPP ini adalah suatu rencana yang memuat rencana aksi strategis untuk penangan persoalan permukiman dan pembangunan infrstruktur keciptakaryaan. Adapun dalam pelaksanaannya, SPIPP disusun berdasarkan pada prioritas strategis pengembangan kota dan perlu mengacu pada dokumen-dokumen perencanaan dan kebijakan yang ada di daerah. SPPIP ini menjadi acuan utama bagi penetapan kawasan yang akan diprioritaskan dan dasar arahan bagaimana persoalan pembangunan yang terdapat pada kawasan permukiman prioritas tersebut harus diselesaikan.

(4)

Dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membuka wacana baru dalam sistem perencanaan pembangunan di Indonesia.

Sistem perencanaan pembangunan yang semula berorientasi pada pembangunan yang bersifat sentralisasi berubah menjadi desentralisasi. Sejalan dengan desentralisasi ini maka sebagian besar kewenangan dan tanggung jawab pembangunan dilimpahkan ke daerah, termasuk perencanaan pembangunan dan perencanaan spasial yang merupakan acuan dalam proses pelaksanaan pembangunan.

Agar suatu pembangunan dapat berjalan efektif, maka antara perencanaan pembanunan yang tertuang dalam dokumen rencana pembangunan (Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)/ Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)) dengan perencanaan spasial yang tertuang dalam dokumen rencana tata ruang (Rencana Tata Ruang dan Rencana Detail Tata Ruang) dibutuhkan suatu sinergitas dan keterpaduan. Namun dalam implementasinya dalam suatu wilayah, sinergitas dan keterpaduan tersebut seringkali tidak terjadi. Kondisi yang terjadi adalah kebijakan penataan ruang yang tertuang dalam dokumen rencana tata ruang seringkali tidak sejalan dengan visi misi pembangunan.

Adapun ketidaksinergisan dan ketidakterpaduan tersebut tidak hanya terjadi dalam lingkup substansi dalam suatu wilayah, namun juga antar hirarki wilayah (pusat/nasional, provinsi, kota/ kabupaten) dan antar substansi antar hirarki wilayah.Adanya ketidaksinergisan ini menyebabkan perlunya suatu payung makro dan rencana teknis untuk penerapannya yang diwadahi dalam suatu strategi pengembangan dan suatu rencana operasional. Dalam konteks pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai aspek utama pembentuk ruang dan keterkaitan ruang kota, payung dan rencana operasional tersebut terwadahi dalam Strategi Pembangunan dan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

1.2 TUJUAN DAN SASARAN 1.2.1 TUJUAN

Pekerjaan penyusunan Strategi Pembangunan dan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Nabire adalah sebagai wujud bantuan pemerintah pusat dalam menangani masalah permukiman di Kabupaten Nabire. Adapun tujuan

(5)

1.2.2 SASARAN

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, sasaran pekerjaan dijabarkan menjadi tiga hal penting yaitu :

a. Tersusunnya Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan sebagai acuan dalam penyusunan RPIJM infrastruktur perkotaan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Nabire sampai dengan tahun 2032.

b. Tersusunnya indikasi program pembangunan infrastruktur perkotaan bidang keciptakaryaan selama 5 tahun ke depan, yang dilengkapi dengan indikasi sumber pendanaan serta instansi penanggungjawabnya.

c. Teridentifikasinya kecenderungan perkembangan kawasan permukiman permukiman priorias untuk skala kawasan.

1.3 RUANG LINGKUP 1.3.1 LINGKUP KEGIATAN Lingkup kegiatan terdiri dari :

§ Melakukan persiapan dan pemantapan rencana kerja dengan Satker dan Tim Pokjanis;

§ Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

§ Melakukan identifikasi dan potensi permasalahan;

§ Merumuskan strategi dan kebijakan dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

§ Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 1 guna merumuskan dan menyepakati tujuan dan kebijakan pembangunan permikiman dan infrastruktur perkotaan;

§ Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 2 guna merumuskan dan menyepakati identifikasi kawasan permukiman prioritas;

§ Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 3 guna merumuskan dan meyepakati strategi dan indikasi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

§ Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 4 guna merumuskan dan menyepakati program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

§ Mekaksanakan kolokium dan konsultasi publik;

§ Menyusun laporan SPPIP.

1.3.2 LINGKUP WILAYAH

Lingkup wilayah Penyusunan Strategi Pembangunan dan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Nabire dipahami dilakukan untuk kawasan permukiman prioritas yang terdapat di Kabupaten Nabire dan mengacu

(6)

pada arahan yang terdapat dalam dokumen perencanaan dan dokumen arahan pemanfaatan ruang.

1.4 METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metoda pelaksanaan kegiatan dipahami sebagai pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan, baik untuk kegiatan diskusi maupun kegiatan yang dilakukan dilapangan.Terdapat tiga metoda pendekatan yang dilakukan dalam pekerjaan ini,yaitu :

A. Pendekatan Normatif

Penyusunan SPPIP Kabupaten Nabire dilakukan dengan mengacu pada strategi dan kebutuhan pengembangan kota secara komprehensif dan mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan (development plan) dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang telah terdapat di Kabupaten Nabire, ataupun ketentuan peraturan dan perundangan terkait dengan substansi penyusunan SPPIP.

Adapun dokumen-dokumen dan peraturan yang terkait yang diperlukan dalam review kebijakan antara lain :

1. Rencana Rata Ruang Wilayah Kabupaten Nabire 2008-2028.

2. Dokumen RPIJM Kabupaten Nabire 2010-2015.

3. Materi Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Nabire.

4. Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Nabire 2010.

5. Rencangan Perda Kabupaten Nabire tentang RTRW Kabupaten Nabire 2008-2028.

6. Peta kerja yang akurat.

B. Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif

Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan kota maupun pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan, baik di tingkat kota/kabupaten, propinsi maupun nasional.

Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Pendekatan Fasilitatif dilakukan dalam bentuk memberikan pendampingan dalam proses penyusunan SPPIP kepada tim Pokjanis Nabire. Hal ini selain ditujukan untuk mendapatkan proses pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan daerah, juga untuk mendapatkan hasil dan keputusan yang disepakati bersama seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan penyusunan SPPIP Kabupaten Nabire.

(7)

§ Formulasi permasalahan yang di susun berdasarkan kondisi lapangan;

§ Penyusunan prioritas pembangunan permukiman jangka menengah;

§ Penyusunan garis besar rencana pembangunan permukiman jangka menengah termasuk visi, misi dan kebijakan;

§ Penyusunan program strategis permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dengan melaksanakan FGD yang melibatkan nara sumber yang relevan dengan pengembangan kawasan permukiman baik dari luar Cipta Karya maupun dari dalam Cipta Karya, maka dapat dihasilkan suatu produk yang handal dan berdasarkan kesepakatan stakeholder terkait.

C. Pendekatan Akademik

Selain pendekatan normative, partisipatif dan fasilitatif proses penyusunan SPPIP juga dilakukan dengan cara yang dapat dipertangggungjawabkan secara akademik baik untuk teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pengambilan keputusan dan kesepakatan.

1.5 KELUARAN PEKERJAAN

Keluaran adalah materi teknis/substansi yang dihasilkan hingga berakhirnya kegiatan ini,yang terdiri dari 3 hal sebagai berikut :

a) Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang menekankan kepada strategi yang strategis dan program penanganan persoalan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas sebagai laporan utama, yang memuat mengenai:

§ Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

§ Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan prioritas;

§ Identifikasi kawasan prioritas;

§ Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan;

§ Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan;

§ Analisis korelasi stratgei pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan;

§ Analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan identifikasi dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

§ Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan).

§ Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan;dan

(8)

§ Dokumen spasial terkait dengans strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

b) Dokumen Penyelenggaraan (proceeding) kegiatan, yang memuat mengenai:

§ Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan diseminasi;

§ Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan diseminasi;

§ Materi yang disampaikan;

§ Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan dan;

§ Proses diskusi

1.6 KELOMPOK SASARAN PESERTA

Peserta FGD terdiri dari Tim Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis), Tim Satuan Kerja (SatKer),pihak Konsultan dan Dinas Dinas terkait lainnya.

1.7 SUSUNAN ACARA FGD 1

Nama Kegiatan : Penyelenggaraan FGD 1 Penyusunan SPPIP Kabupaten Nabire.

Tempat : Gedunga (Aula) Bappeda Kabupaten Nabire Hari/Tanggal : Rabu, 16 Mei 2012

Kegiatan Waktu

(WIT) Penanggung Jawab Pembacaan Doa 10.00 sd 10.05 Panitia (Pak Ondo Afi)

Kata Sambutan

Pembukaan 10.05 – 10.20 Kabid Keciptakaryaan Dinas PU

Arahan 10.20 – 10.35 Bapak Sekda Kab.Nabire

Break 10.35 – 10.45 Panitia

Pemaparan 10.45 – 11.45 Tim Konsultan

Ishoma 11.45 – 13.00 Panitia

(9)

1.8 NOTULENSI ACARA

§ Bpk.Hendrik (Dinas Lingkungan Hidup)

- Sampai saat ini sistem permasalahan air minum di kota nabire adalah masalah jaringan yang sering bongkar pasang dengan jaringan yang lain dalam lokasi yang sama,sehingga mengganggu distribusi air minum.

- Banyak pipa air minum yang dibiarkan terutama di kawasan pelabuhan sebaiknya mau dibongkar atau tidak.

§ Bpk.Joko Suyona (Pokjanis/Staff Bappeda)

- Ruang lingkup kegiatan ini sejauh mana,mohon konsultan menjelaskan karena teman-teman pokjanis masih ada yang kurang memahaminya.

- Selama ini tim pokjanis istilah SPPIP dan RPKPP belum familiar,jadi kurang sosialisasi.

- Apakah kegiatan ini Tim Pokjanis dapat biaya operasional (tunjangan)??

- Tupoksi Pokjanis apa saja???

§ Bpk.Yance (Staff Bappeda)

- Dokumen perencanaan yang ada mohon dibuat jadi landasan penyusunan SPPIP seperti RTRW Kabupaten, RPJM Kabupaten dan RPJP Kabupaten.

- Kabupaten Nabire adalah sebagai Kabupaten Penyangga untuk wilayah dibelakangnya,untuk itu dikhawatirkan jumlah penduduk akan naik (bertambah).Bagaimana SPPIP mengatasi ini??

- Diharapkan Output SPPIP ini punya landasan hukum (mis.diperdakan) sehingga dapat dioperasionalisasikan ke depan.

- Sampai saat ini perencanaan Kabupaten Nabire belum berjalan dengan baik,mohon di SPPIP disempurnakan lagi.

- Sampai saat ini SK pokjanis belum keluar SK nya dari Bupati. Mohon secepatnya diurus supaya konsultan bisa bekerja.

- Permasalahan yang paling utama di Kab.Nabire adalah masalah Tanah Hak Ulayat. Dikhawatirkan program SPPIP tidak maksimal.

§ Bpk.Martin (Cipta Karya)

- Jalan protokol seperti jl.Sisingamangaraja dahulu baik,sekarang sudah sempit karena banyak rumah tidak memenuhi aturan.Mohon SPPIP menanggapinya.

- Diperlukan tindakan tegas untuk mengatur jarak bangunan ke jalan.Jangan masyarakat yang disalahkan.

- Pengaturan jaringan jalan harus jelas dari pemerintah daerah.

- Selama ini pengaspalan jalan dibawah naungan PU, jadi kurang maksimal hasilnya.

- Infrastruktur jalan ke pedesaan perlu perbaikan dan peningkatan.

(10)

- Perlu dibuka daerah-daerah yang terisolir terutama perdesaan yang produktif

§ Bpk.Lukas (Bappeda)

- Tolong perencanaan saat ini sudah menganut Bottom Up Planning jadi di PU juga sudah diterapkan.

- Peranan SPPIP untuk mengurangi konflik sektoral selama ini bagaimana?

- SPPIP dapat mereview RPIJM yang sudah ada.

§ Bpk.Untung (Dinas Perkim)

- Masalah permukiman yang paling utama adalah penertiban IMB.

- Sistem perpipaan di Nabire Barat perlu ada.

§ Bpk.Morten (Dinas Perhubungan)

- Pelayanan air bersih sampai ke kawasan pelabuhan dibutuhkan sekali - Bandara saat ini sudah tidak maksimal lagi jadi perlu dipindahkan karena

panjang landasan yang kurang.

- Untuk pembangunan terminal jadi terhalang karena masalah pelepasan tanah hak ulayat.

(11)

STRATEGI PENGEMBANGANPERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)

KABUPATEN NABIRE

FORUM GROUP DISCUSION (FGD) # 1

KOTA NABIRE, 16 MEI 2012

BAHAN PRESENTASI

PENYUSUNAN SPPIP KABUPAATEN NABIRE

(12)
(13)

STRATEGI PENGEMBANGAN

KOTA

LATAR BELAKANG PERLUNYA SPPIP : REALITA PERSOALAN PEMBANGUNAN (4)

STRATEGI PENGEMBANGAN

SEKTORAL tidak memberikan

acuan yang jelas

belum mengacu KEBUTUHAN UNTUK

MENDUDUKKAN:

STRATEGI SEKTOR YANG MENDUKUNG DAN MERUPAKAN BAGIAN

TERINTEGRASI DARI STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA

KEBUTUHAN PENANGANAN DAN NILAI MANFAAT

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOTA

Perlu ada “payung” kebijakan yang jelas yang menjembatani perencanaan pembangunan dan penataan ruang

Perlu arahan pengembangan kota dan sektoral yang didasarkan pada kebutuhan kota

Adanya kebutuhan untuk mendudukkan: strategi sektor yang mendukung dan merupakan bagian terintegrasi dari strategi pengembangan kota

DALAM BIDANG PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR

PERKOTAAN

STRATEGI YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI ACUAN BAGI PENGEMBANGAN SEKTORPERMUKIMAN (TERMASUK INFRASTRUKTUR KECIPTAKARYAAN) TETAPI TETAP MENGACU DAN TERINTEGRASI DENGAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA SECARAKOMPREHENSIF

STRATEGI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR

PERKOTAAN

(SPPIP)

(14)

KEBUTUHAN PENANGANAN

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

akan menjadi dasar

MAKSUD TUJUAN SASARAN KEGIATAN

Memberikan pendampingan bagi pemerintah daerah guna menghasilkan Strategi dalam Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan yang sesuai dengan kebijakan dan strategi serta kebutuhan Pengembangan Kota.

1) Membantu kota/kabupaten dalam penyediaan strategi yang komprehensif untuk mengembangkan kota dengan menekankan kepada strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang memenuhi kaidah perencanaan dan terintegrasi dengan sistem perkotaan, sehingga dapat menjamin keberlanjutan kegiatan pembangunan kawasan perkotaan (bagi kota-kota yang telah memilikinya) 2) Memberikan pendampingan bagi

perangkat perencana dan pelaksana pembangunan di daerah, dalam menyusun strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, yang terintegrasi dengan sektor pembangunan lain, sesuai dengan peran, fungsi dan kontribusi yang diharapkan dalam mencapai tujuan pengembangan kawasan perkotaan.

Proses pembinaan pengembangan kawasan permukiman kota yang terintegrasi dengan kawasan fungsional kota lainnya

Keselarasan Strategi BangKim antara sasaran pembangunan permukiman perkotaan nasional dengan rencana pembangunan permukiman kota

Tersedianya instrumen pengembangan permukiman kota yang dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan Daerah

Tersedianya acuan bagi DJCK dalam melakukan optimalisasi investasi bidang keciptakaryaan yang dapat mendukung percepatan pengembangan permukiman kota sesuai dengan Kebutuhan dan Karakter Kota

MAKSUD,TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

(15)

NO KEGIATAN OUTPUT 1 PERSIAPAN

Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Tim

Penyusunan Metodologi & Rencana Kerja Penyiapan Peta Dasar & Desk Study

Metodologi Pelaksanaan Kegiatan & Rencana Kerja Penyiapan Peta Dasar

Data & Informasi Hasil Desk Study Disain Pengumpulan Data Dan Informasi 2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

PERKOTAAN

a. Kajian Terhadap Kebijakan, Strategi Dan Program

Pembangunan Kab. Nabire Review Kebijakan, Strategi dan Program Dari Tiap Dokumen Kebijakan Yang Tersedia Yang Dijadikan Acuan Pembangunan Bagi Pemerintah Daerah

b. Melaksanakan Kajian Terhadap Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Serta Potensi, Permasalahan, Dan Tantangan Yang Dihadapi Dalam Pembangunan Perkotaan & Infrastruktur Permukiman

Kajian Isu Pembangunan Perkotaan & Infrastruktur Permukiman Perkotaan

Potensi, Permasalahan, dan Tantangan Yang Akan Dihadapi Dlm Pembangunan Perkotaan & Infrastruktur Permukiman Perkotaan

Peta Potensi, Permasalahan., dan Tantangan Dalam Permbangunan Perkotaan Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

RUANG LINGKUP KEGIATAN

NO RUANG LINGKUP OUTPUT

3 PERUMUSAN TUJUAN & KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN a Bersama dengan Pemangku Kepentingan Kota

untuk Menghasilkan Indikasi Arah Pengembangan Kota Serta Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Berdasarkan Hasil Kajian Potensi, Masalah, dan Tantangan Yang Dihadapi

Indikasi Arah Pengembangan Kota

Indikasi Arah Pembangunan Permukiman Kota dan Infrastruktur Perkotaan

b Bersama dengan Pemangku Kepentingan Menghasilkan Rumusan Tujuan Dan Kebijakan PembangunanPermukian dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

Rumusan Tujuan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Rumusan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Penyelenggaraan FGD 1.

c Bersama Pemangku Kepentingan untuk Menghasilkan:

Rumusan Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Perkotaan

Identifikasi Kawasan Permukiman Prioritas

Rumusan Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Prioritas

Kawasan Permukiman Prioritas Penyelenggaraan FGD 2

RUANG LINGKUP KEGIATAN

(16)

NO RUANG LINGKUP OUTPUT 4 PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN a Bersama Pemangku Kepentingan Kota Utk

Menghasilkan Rumusan strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan .

Rumusan Strategi Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Penyelenggaraan FGD 3

b Bersama Pemangku Kepentingan Melaksanakan Analisis Untuk Menghasilkan :

Analisis Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman dan Kebutuhan Infrastruktur Permukiman Perkotaan dan Manajemen Pembangunan Perkotaan

Analisis Konsekwensi Atau Implikasi Penerapan Strategi Dan Identifikasi Dampak Program Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

Analisis Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman dan Kebutuhan Infrastruktur Permukiman Perkotaan dan Manajemen Pembangunan Perkotaan

Analisis Konsekwensi Atau Implikasi Penerapan Strategi Dan Identifikasi Dampak Program Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

RUANG LINGKUP KEGIATAN

NO RUANG LINGKUP OUTPUT

4 PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN ( lanjutan ) b 1. Rumusan Program Pembangunan Permukiman

Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ( Dalam Skala Kota dan Skala Kawasan ) Sebagai Arahan Investasi Pembangunan dan Permukiman Perkotaan Jangka Menengah

2. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

1. Rumusan Progra Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ( Dalam Skala Kota dan Skala Kawasan ) Sebagai Arahan Investasi Pembangunan dan Permukiman Perkotaan Jangka Menengah

2. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan 3. Penyelenggaraan FGD 4 Dan Diskusi Informasi

5 FINALISASI DAN SOSIALISASI

a Mengikuti Kegiatan Kolokium Yang Akan dikoordinasikan Oleh Tim Pusat, Memberikan Pemaparan Capaian Kegiatan Pada Kolokium SPPIP

Masukan Untuk Penyempurnaan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

b Menyelenggarakan Konsiultasi Publik Untuk Menjaring Masukan Terhadap rumusan Strategi Dan Program Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukliman Perkotaan

Masukkan Untuk Penyempurnaan Hasil

RUANG LINGKUP KEGIATAN

(17)

KEGIATAN JUMLAH PESERTA TEMPAT KETERANGAN 1 Sosialisasi/Pelatihan 1 kali Pokjanis dan Tim Konsultan Kota/

Kabupaten Tutor/

Nara sumber

2 FGD 4 kali Pokjanis dan Tim Konsutan Kota/

Kabupaten Nara sumber

3 Konsultasi Publik 2 kali Pokjanis dan pemangku kepentingan Kota/Kab. dan

propinsi

Kota/

Kabupaten Nara sumber

4 Kolokium 2 kali Tim penyusun Pusat Mengirimkan tim penyusun

5 Diseminasi 1 kali Pemangku Kepentingan

Kota/Kab. dan Propinsi Kota/

Kabupaten Nara sumber

6 Diskusi Pembahasan 4 kali Kota/

Kabupaten Pembahasan Laporan

RUANG LINGKUP KEGIATAN

RUANG LINGKUP WILAYAH

No Nama Distrik 1 Nabire 2 Napan 3 Wapoga 4 Yaur 5 Kamu 6 Dogiyai 7 Mapia 8 MapiaTengah 9 Uwapa 10 Wanggar 11 Nabire Barat 12 Kamu Utara 13 Kamu Timur 14 Sukikai 15 Siriwo 16 Makimi 17 Teluk Umar 18 Mapia Barat 19 Kamu Selatan 20 Suikai Selatan 21 Teluk Kimi 22 Yaro

(18)

Landasan Hukum

NO SUMBER DOKUMEN KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM

A UU No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman

UU No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahaan dan Kaw.Perkim V V V

B Permenpera No.34/Permen/M/2006 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan PSU Kawasan Perumahan dan Permukiman

C Agenda 21 Habitat UTK Sektor Permukiman V V V

D KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

1. RPJPD & RPJMD Provinsi Papua V V V

2. RPJPD & RPJMD Kabupaten Nabire V V V

3. RPIJM Kab. Nabire Thn 2009 - 2013 V V V

4. RENSTRA SKPD Terkait Kabupaten Nabire V V V

E KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

1. PP RI No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN V V V

2. RTRW Provinsi Papua Thn Anggaran 2003 V V V

3. Perda Kab. Nabire No. 13 Thn 2008 ttg RTRW Kab.

Nabire Thn 2008- 2028 V V V

TINJAUAN KEBIJAKAN

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Wilayah Perbukitan dan Pegunungan Kabupaten Nabire

LONGSOR TERJADI DI WILAYAH PERBUKITAN DAN PEGUNUNGAN, TERUTAMA PADA LERENG-LERENG TERJAL YANG MENGALAMI PENGGUNDULAN SEKALIGUS SEBAGAI

PEMBATAS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

(24)

NO JENIS

BENCANA LOKASI FISIOGRAFI

1 Gempa Bumi Distrik Nabire, sebagian Wanggar dan Distrik

Napan DISEMUA FISIOGRAFI

Dikaitkan dengan konsentrasi penduduk, infrastruktur, jumlah dan sebaran fasilitas dapat dikategorikan kawasan resiko gempa sangat tinggi mencakup hampir seluruh Distrik Nabire;

sedangkan kawasan resiko gempa tinggi meliputi sebagaian besar Distrik Wanggar, bagian timur Distrik Yaur, sebagian Distrik Uwapa, dan sebagain kecil Distrik Mapia.

2 Tsunami Distrik Wanggar, Nabire, Yaur, Teluk Umar dan

Napan, yang terletak di bagian pantai utara Dataran Pantai/Pesisir 3 Longsor Sebagain besar Distrik Teluk Umar, sebagian

besar Distrik Yaur, sebagian besar Distrik Wanggar, hampir seluruh Distrik Uwapa, sebagian Distrik Makimi, sebagian distrik Siriwo, sebagian Distrik Siriwo, sebagian Distrik Sukikai, sebagian Distrik Mapia, dan sebagian kecil Distrik Kamu.

Perbukitan dan Pegunungan

4 Banjir Distrik Manggar, Distrik Nabire Barat, sebagain Distri Nabire, dan sebagaian kecil Distrik Yaro

Dataran Aluvial Lingkungan Air Sungai

GAMBARAN UMUM § JENIS DAN LOKASI BENCANAI

GAMBARAN UMUM BENCANA§ RESIKO

(25)

Langkah – Langkah Diskripsi

Pengaturan Penataan Ruang Pengaturan pemanfaatan ruang dimulai dengan pemetaan daerah rawan bencana, mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk pembangunan berintensitas tinggi keluar area rawan bencana. Sedangkan pemanfaatan ruang yang rawan berncana diatur secara tepat dan optimal

Keteknikan Berupa rekayasa teknis terhadap lahan, bangunan, infrastruktur yang disesuaikan dengan kondisi, keterbatasan, dan ancaman bencana. Misalnya kontruksi bangunan tahan gempa.

Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Serta

Pemberdayaan Masyarakat

Mengingat permasalahan akibat bencana alam cukup rumit, bahkan seringkali menimpa kawasan dengan kondisi masyarakat yang cukup rentan terhadap kemiskinan, kurangnya kewaspadaan, ketidakberdayaan, berlokasi jauh dari pusat pemerintahan, dan sulitnya aksesibilitas, maka dalam manajemen resiko bencana alam dapat diatasi melalui pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan utk mengurangi tingkat kerentanan dan keterisolasian mereka.

Kelembagaan Terkait dengan kelembagaan, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Struktur organisasi dan tata cara kerja yang jelas ; 2) Fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang aplikatif; 3) Tercukupinya ketersediaan sumberdaya manusia, pembiayaandan perlengkapan

Untuk mewujudkan kelembagaan manajemen resiko bencana yang optimal, diperlukan kerjasama berbagai institusi sesuai dengan Perpres No.83 Tahun 2005

MANAJEMEN RESIKO BENCANA

WILAYAH RAWAN BENCANA

NA

Wilayah Rawan Bencana Gempa dan Tsunami Di kawasan ini pemanfaatan ruang harus mengakomodasikan beberapa instrumen mitigasi bencana antara lain pengembangan kawasan atau jalur penyelamatan, pengembangan buffer/sabuk penyangga dan pada daerah yang sangat rawan, yakni di Distrik Nabire, Napan dan sebagian Wanggar diterapkan bangunan tanah gempa.

Wilayah Rawan Longsor dan Banjir

Di kawasan ini pemanfaatan ruang harus mengakomodasikan kawasan lindung, pengembangan sistem drainage yang baik serta disyaratkan pembangunan fisik bangunan dengan struktur dan pondasi yang kuat.

Zona Pengembangan Sangat Terbatas.

Pengembangannya diprioitaskan untuk kawasan jasa berdagangan, perkantoran dengan kepadatan rendah, dihindari untuk permukiman/tempat tinggal, atau permukiman dengan kepadatan sangat rendah dengan teknologi bangunan tahan gempa. Kota Distrik Nabire merupakan kota di zona ini;

Zona Pengembangan Terbatas (Pt).

Pengembangannya diprioritaskan untuk kawasan pertanian lahan kering, permukiman kepadatan rendah dengan teknologi bangunan tahan gempa. Zona ini terletak di Kota Distrik Wanggar, Napan dan Distrik Topo;

Zona Pengembangan Terbatas (Pt), dan Zona Pengembangan Sangat Terbatas Terletak pada kawasan pantai utara, dikembangkan zona-zona pengembangan kawasan budidaya dengan pengendalian khusus. Zona tersebut antara lain zona pengembangan terbatas (Pt), dan zona pengembangan sangat terbatas (Pst);

Sabuk Pengamanan Pantai atau Buffer Zone.

Kawasan ini berbentuk koridor sepanjang pantai yang berfungsi sebagai perlindungan dari bencana tsunami.

ARAHAN PENATAAN RUANG DALAM WILAYAH RAWAN BENCANA

(26)

No. Tahun Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) Laki-laki Perempuan

1 2003 77.454 66.432 143.886 0,204

2 2004 87.395 75.452 162.847 6,104

3 2005 88.050 76.018 164.068 8,852

4 2006 92.476 79.839 172.315 9,014

5 2007 93.527 80.747 174.274 7,259

6 2008 93.527 80.747 174.272 ?

Sumber: Mengenal Nabire dari Data dan Informasi, 2007 dan 2008

Penduduk Asli terdiri dari di Kabupaten Nabure : Suku Mee, Dani, Damal, Dauwa, Moni, Auye, Wate, Waropen, Mo or-Mambor, Yerisiam), dan lainnya.

Penduduk Pendatang terdiri dari: Suku Sulawesi (Toraja, Manado, Makasar/Bugis), Jawa, dan Maluku, Flores, dan lainnya

Masyarakat Kabupaten Nabire merupakan masyarakat yang multi etnis dan multi agama khususnya daerah perkotaan.

Agama yang dianut oleh masyarakat Kabupaten Nabire seperti halnya masyarakat Indonesia pada umumnya yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha. Tahun 2006, jumlah pemeluk agama Kristen Katolik masih merupakan jumlah yang terbesar yakni mencapai 43,23 persen dari total penduduk. Kemudian diikuti pemeluk agama Protestan (41,88 persen), Islam (14,69 persen) dan agama lainnya (0,20 persen).

SOSIAL BUDAYA

GAMBARAN UMUM § DEMOGRAFI DAN SOSBUD

155.000 160.000 165.000 170.000 175.000 180.000

2005 2006 2007 2008 JLH PDDK

No. Sektor

Kontribusi Setiap Sektor Terhadap PDRB (%)

2005 2006 2007

1 Pertanian 48,71 47,88 46,43

2 Pertambangan & Penggalian 13,19 12,38 11,65

3 Industri Pengolahan 0,70 0,69 0,67

4 Listrik & Air Bersih 0,51 0,51 0,51

5 Bangunan 8,85 9,76 10,54

6 Perdagangan,Hotel & Restoran 8,69 9,40 10,30 7 Pengangkutan& Komunikasi 4,00 4,44 4,86 8 Keuangan,Persewaan & Jasa

Perusahaan 1,42 1,14 1,46

9 Jasa-jasa 13,94 13,80 13,57

PERSAWAHAN DI DISTRIK NABIRE

GAMBARAN UMUM § PEREKONOMIAN

(27)

Sumber: BPS Kabupaten Nabire, 2008

DISTRIK POTENSI EKONOMI

Nabire Marmer sebanyak 50.000.000 m3, minyak bumi, koalin, lempung, lumpur dan nikel serta emas.

Uwapa Terutama emas yang saat ini dijadikan lokasi penambangan rakyat seluas 30 km2, bahan galian tambang lainnya adalah kaolin dan batu gamping.

Yaur Marmer sepanjang 1 km volumenya sekitar ratusan juta m3 dan ditemukannya kandungan emas serta terkenal dengan kawasanTaman LautTeluk Cenderawasih seluas 566.500 Ha.

Napan Minyak bumi, batubara dan emas serta potensi dataran rendah yang luas dan subur untuk pengembangan tanaman pangan dan tambak rakyat seperti budidaya udang, kepiting dan ikan bandeng.

Mapia Batubara dan emas serta potensi perkebunan kopi, kakao dan kelapa sawit.

Kamu Dataran Lembah Kamu yang subur dan luas berpotensi untuk pertanian tanaman produksi, terutama kopi yang saat ini terkenal sebagai penghasil Kopi Arabica (Kopi Moanemani) dan coklat

Ikrar Emas dan lahan pertanian kopi, kakao dan kelapa sawit serta hutan produksi.

Sukaikai Emas dan lahan pertanian kopi, kakao dan kelapa sawit serta hutan produksi Wanggar Emas dan lahan pertanian khususnya sawah.

Siriwo Emas dan lahan pertanian kopi, kakao, kelapa sawit serta hutanproduksi.

Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di wilayah ini tersedia 2 bandar udara, yaitu Bandara Moanamani, Bandara Nabire.

Untuk transportasi laut tersedia 1 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Nabire.

BANDAR UDARA NABIRE

GAMBARAN UMUM § PEREKONOMIAN

ARAH PERKEMBANGAN PERKOTAAN

a) Kabupaten Nabire terdiri atas 14 distrik dan penyebaran permukiman penduduk di Kab. Nabire terkonsentrasi di wilayah perkotaan, yakni : Kota Nabire sebagai ibukota Kabupaten, Kota Topo di Distrik Uwapa, kota Yaur ( Kwartirsore ) di distrik Yaur, kota Napan di distrik Napan, kota di lingkup Distrik Wanggar dan Teluk Kimi.

b) Pada umumnya pemukiman yang ada merupakan pemukiman yang teratur dengan pola linier mengikuti jaringan jalan yang ada.

c) Pengembangan pemukiman di perkotaan diharapkan agar kondisi masyarakat menjadi nyaman, aman dan sejahtera dengan adanya pemukiman yang memadai dan memenuhi syarat – syarat minimal dari sebuah permukiman.

d) Dengan pertambahan penduduk yang cukup cepat di Kab. Nabire, pengembangan pemukiman merupakan suatu kebutuhan mendesak bagi masyarakat, penyediaan lahan – lahan pemukiman merupakan syarat utama pengembangan pemukiman.

KOTA NABIRE

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

(28)

§ PERMUKIMAN

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

PROFIL PERMUKIMAN

1) Kebutuhan akan pemukiman di Kab. Nabire yang cukup besar belum terakomodir dengan baik.

Dengan melihat tingkat hunian pada rumah – rumah sewa milik masyarakat di perkotaan , terlihat bahwa tingkat kebutuhan akan rumah cukup tinggi di kab. Nabire. Belum adanya investor di bidang pengembangan pemukiman membuat tingkat kepadatan penduduk pada beberapa kelurahan di ibukota kabupaten menjadi cukup tinggi. Diharapkan dalam waktu dekat akan ada pihak swasta yang dapat membuka lokasi – lokasi pemukiman baru sehingga penyebaran penduduk tersebar ke wilayah – wilayah yang kepadatan penduduknya rendah.

2) Pemukiman masyarakat asli pada pesisir kab. Nabire pada umumnya masih sangat dibawah standar di tilik dari luas lantai bangunan yang berukuran antara 20 – 50 M2 dengan kondisi yang tidak layak huni diperkirakan sebanyak ± 8000 rumah tangga. Penanganan pemukiman pada masyarakat asli Nabire yang berada dipesisir belumlah tersentuh mengingat keterbatasan anggaran di Kab. Nabire.

3) Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Nabire saat ini diarahkan pada pengembangan perumahan dan permukiman pada masyarakat yang berada di daerah terpencil dengan pendapatan atau penghasilan yang rendah.

4) Pembangunan perumahan dan permukiman serta prasarana dan sarananya dilaksanakan dengan

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

(29)

PROFIL SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN

Prasarana dan sarana dasar permukiman di pemukiman penduduk di Kab. Nabire belumlah memenuhi syarat. Kebutuhan pemukiman akan jalan lingkungan, drainase, penanganan limbah rumah tangga, sanitasi, penanganan penyediaan air minum dan penanganan sampah termasuk juga sarana utilitas lainnya belum terpenuhi sehingga kualitas lingkungan pemukiman menjadi rendah

PERMUKIMANTRANSMIGRASI

DI KABUPATEN NABIRE KONDISI JALAN DI KOTA NABIRE

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ISU PERMUKIMAN PERKOTAAN

1) Kondisi wilayah kabupaten Nabire yang rawan gempa, rawan banjir dan rawan longsor serta tsunami

2) Sebagai kota yang relatif baru terbentuk, Penataan Bangunan belumlah dapat sejalan dengan amanat yang di inginkan melalui UU No 28 Th 2002 dan PP No. 36 Tahun 2005. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang belum di susun dan Perda No. 7 tahun 2002 tentang bangunan gedung yang belum jelas mengatur tentang batasan – batasan KDB, KLB, Garis Sempadan dan Batas Tepi Bangunan menyebabkan belum adanya keteraturan dalam penataan bangunan.

3) 3. Sebagai kota yang memiliki kepadatan rendah, kota Nabire belumlah nampak semrawut dalam penataan bangunan namun sebelum terlambat, sebaiknya hal – hal mengenai penataan bangunan harus segera di susun dalam suatu dokumen perencanaan penataan bangunan.

4) Kondisi daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi, menyebabkan hampir semua jenis bangunan di kab. Nabire memakai material kayu. Dengan penggunaan material ini menyebabkan potensi bencana yang baru yaitu kebakaran sehingga perlu sekali bagi pemerintah Daerah untuk segera menyusun Rencana Induk Sistem Penanggulangan Kebakaran

5) Kesiapan Pembiayaan

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

(30)

ISU SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

1. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

a) Rendahnya fungsi jaringan perpipaan yang ada karena usia tua.

b) Ketidakmampuan PDAM untuk menghidupi dan mengembangkan perusahaan (kendala manajemen)

c) SDM pengelola air minum yang masih perlu ditingkatkan

d) Tidak adanya rencana induk pengembangan jaringan perpipaan sehingga pembangunan / penambahan jaringan baru oleh PDAM tidak mengikuti kaidah teknis yang berlaku e) Pemerintah daerah tidak dapat membangun jaringan air minum di wilayah yang telah ada

jaringan PDAM walaupun daerah tersebut samasekali tidak memperoleh air minum (air tidak pernah mengalir)

2. Sistem Pengelolaan Sampah

a. Belum adanya suatu manajemen pengelolaan sampah yang dituangkan dalam dokumen perencanaan sehingga pengelolaan sampah terkesan semrawut mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

ISU SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

2. Sistem Pengelolaan Sampah

b. Kota .Nabire dengan 11.870 rumah tangga yang tersebar di 12 kelurahan, 5 pasar dan 2 pusat perdagangan di kel. Oyehe dan Karang Tumaritis, sangat membutuhkan sarana penampungan sampah yang cukup. Saat ini, sarana kontainer baru di tempatkan pada lokasi pasar dan pertokoan sehingga arah penyediaan sarana dan prasarana persampahan diarahkan ke lokasi pemukiman. Sasaran ke lokasi pemukiman penduduk sudah harus segera di laksanakan mengingat volume sampah terbesar berasal dari akumulasi sampah rumah tangga. Tidak adanya sarana penampung menyebabkan masyarakat membuang sampah di sembarang tempat yang sangat mencemari lingkungan.

c. Minimnya alokasi dana untuk pengelolaan sampah yang merimbas pada kurangnya sarana dan prasarana persampahan

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

(31)

ISU SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

3. Sistem Pengelolaan Air Limbah

a) Pengelolaan air limbah masih setempat – setempat di karenakan belum adanya sarana pendukung pengelolaan air limbah seperti truck tinja, IPAL di kab. Nabire.

b) Belum semua masyarakat menyadari tentang pentingnya pengolahan air limbah.

c) Pembuangan air limbah di kawasan perkotaan Nabire menggunakan system setempat (on site sanitation) dengan system pengumpulan menggunakan saluran tertutup menuju septic tank.

d) Belum tersedia sistem sanitasi terpusat

e) Sedangkan untuk mengalirkan air limbah domestik (kamar mandi,cucian dan dapur) dan non domestic umumnya menggunakan peresapan alami, belum menyatu dengan saluran drainase pada permukiman.

f) Belum tersedianya sarana penunjang pengolahan air limbah g) Kelembagaan pemerintah belum maksimal

h) Pendanaan yang tidak memadai untuk melaksanakan pengeloaan air limbah

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKOTAAN

Strategi pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Nabire dilakukan dengan pemantapan fungsi kawasan perkotaan sebagai:

a) Pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan transportasi, pergudangan dan sebagainya;

b) Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis;

c) Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya;

d) Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya menjaga keseimbangan wilayah terbangun dan tidak terbangun, mengembangkan hutan kota dan menjaga eksistensi wilayah yang bersifat perdesaan di sekitar kawasan perkotaan.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

(32)

STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

a) Dengan mempertimbangkan kondisi sebagian wilayah Kabupaten Nabire yang rawan gempa, rawan longsor, dan rawan banjir, maka kawasan permukiman diarahkan berlokasi ke area-area yang relatif lebih aman.

b) Bangunan - bangunan rumah pada kawasan permukiman di Kabupaten Nabire selayaknya menggunakan bahan atau material yang tidak membahayakan seandainya terjadi gempa.

Untuk bangunan rumah yang sifatnya temporer bisa menggunakan bahan berupa kayu atau papan dan anyaman bambu. Untuk bangunan permanen, diupayakan menggunakan konstruksi yang relatif tahan gempa.

c) Pola pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Nabire sebaiknya menggunakan pola KASIBA dan LISIBA guna meminimilisasi risiko bencana alam.

d) Mengingat keterbatasan aksebilitas dan kondisi morfologisnya, tampaknya kawasan permukiman akan menyebar dan masing-masing membentuk satuan pusat permukiman.

Fasilitas umum dan fasilitas sosial pendukungnya pun perlu disesuaikan dengan kondisi seperti ini, dan diarahkan berlokasi menyebar mengikuti konsentrasi permukiman penduduk.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERKOTAAN

e. Strategi pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Nabire diarahkan terjadinya keterkaitan yang positif antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Pengembangan keterkaitan Perdesaan dan Perkotaan tersebut direncanakan melalui pengembangan Model Agropolitan Nabire.

GAMBARAN UMUM § PERMUKIMAN

(33)

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

2. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

a. Kondisi pelayanan air minum diperkotaan oleh PDAM masih sangat rendah. Idealnya setiap rumah tangga di kota Nabire dapat dilayani sambungan rumah, dengan demikian masih harus memenuhi target peningkatan debit menjadi 100 Ltr/detik dengan minimal 2 unit IPA kapasitas 15 L/detik untuk melayani 12.000 rumah tangga di kota Nabire.

a. Kebutuhan air saat ini untuk wilayah perkotaan di distrik Nabire membutuhkan peningkatan kapasitas menjadi 100 Ltr/detik. Sebaiknya PDAM Nabire dapat mengelola juga SPAM yang telah terbangun di 3 distrik yang berada di sekitar distrik Nabire mengingat perkembangan kota yang mengarah kesana dan jumlah penduduk yang cukup banyak pada distrik-distrik tersebut yaitu distrik Wanggar, Nabire Barat dan distrik Teluk Kimi.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

Sejalan dengan konsep pemanfaatan ruang yang mengakomodasikan mitigasi bencana, maka strategi penyediaan sarana dan prasarana juga mengikuti konsep tersebut. Strategi yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan sarana dan prasarana dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pemenuhan kebutuhan dan pelayanan masyarakat, sehingga arah pengembangannya mengikuti pola distribusi penduduk;

b) Distribusi penduduk sangat erat kaitannnya dengan pola pemanfaatan ruang yang direncanakan.

Oleh karenanya, pengembangan sarana dan prasarana mengikuti arah dan pola pemanfaatan ruang;

c) Untuk pengembangan prasarana skala regional seperti jaringan jalan regional, pelabuhan laut dan bandar udara, pengembangannya diarahkan pada peningkatan kualitas dan pemenuhan standar- standar nasional maupun internasional yang berlaku;

d) Kekhususan pengembangan sarana dan prasarana di Kabupaten Nabire adalah terletak pada spesifikasi dan struktur bangunan yang wajib tahan gempa, terutama di zona terbatas dan sangat terbatas.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

(34)

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

2. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

a) Sistem prasarana dan sarana air minum diarahkan pada sistem perpipaan, kecuali untuk beberapa lokasi yang tidak memiliki sumber air baik air permukaan ataupun air tanah, diarahkan pada sistem tadah hujan

b) Kebutuhan mendesak saat ini lebih dititik beratkan pada lokasi perkotaan, mengingat kosentrasi penduduk yang besar dan kerawanan akan air minum.

c) Pemerintah Pusat dapat membantu menangani kebutuhan air minum dalam kota Nabire agar penambahan kapasitas debit dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air dapat di bangun sehingga target nasional penambahan 10 juta sambungan rumah dapat terealisasi.

d) Pemerintah Daerah Nabire dapat membenahi manajemen pada jajaran PDAM sehingga dapat berjalan dengan baik.

e) Pemerintah Daerah Nabire dapat memberi perhatian lebih pada Penyediaan Air Minum sehingga tidak bergantung sepenuhnya pada sumber dana DAK Air Minum dari pemerintah pusat.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

4. Sistem Pengelolaan Air Limbah

a. Masalah kebiasaan masyarakat yang BAB di sembarang tempat perlu di ubah dengan cara meningkatkan volume penyuluhan peningkatan kesadaran dan promo kesehatan agar dapat merubah kebiasaan tersebut.

b. Masalah pendanaan untuk menjalankan program pemerintah daerah di bidang pengelolaan air limbah, perlu mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi. Juga di dalam pemerintah daerah sendiri kiranya dapat memprioritaskan program ini sebab sangat berhubungan erat dengan tingkat kesehatan masyarakat.

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

(35)

ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PERKOTAAN

5. Sistem Drainase

a. Kota Nabire sebagai kota sedang dengan permasalahan yang masih mudah diatasi, sistem drainase yang dibutuhkan masih berupa sistem drainase terbuka dengan perencanaan yang menyeluruh. Perhatian khusus untuk distrik Nabire dalam penanggulangan banjir mengingat banjir selalu menimpa kota Nabire.

b. Kabupaten Nabire sebagai kabupaten penunjang bagi 3 kabupaten lain hasil pemekaran dari kabupaten Nabire yaitu kabupaten Puncak Jaya, Paniai dan Dogiyai menyebabkan kabupaten Nabire merupakan daerah yang perkembangan kotanya cukup pesat yang mana berimbas pada terjadinya perubahan tata guna lahan dan meningkatnya kebutuhan lahan permukiman dan lahan kegiatan ekonomi dan jasa. Berdasarkan hal tersebut maka sistem drainase perkotaan mengalami perubahan serta peningkatan kebutuhan drainase

GAMBARAN UMUM § PERKOTAAN

(36)
(37)

DOKUMENTASI

PENYELENGGARAAN FGD 1

(38)
(39)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui penyusunan Rencana

Kegiatan ini meliputi penyusunan laporan bulanan dan tahunan. Kegiatan penyusunan laporan bulanan bertujuan untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan BBP2HP setiap

Reviu Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Klaten Kelas IA 2020-2024 merupakan dokumen reviu perencanaan Pengadilan Negeri Klaten Kelas IA yang memuat Visi, misi,

f) Untuk memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar organisasi yang ditetapkan oleh organisasi yang penting untuk perencanaan dan operasi sistem manajemen mutu

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pasaman Barat periode 2010-2015

m. penyusunan laporan realisasi anggaran Bidang Pengembangan Potensi dan Kemitraan; n. penyusunan laporan kinerja program Bidang Pengembangan Potensi dan Kemitraan; dan o.

Kepala BALITBANGDA Propinsi mempunyai tugas memimpin pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang Pemerintahan dan Pembangunan, Pemberdayaan dan Perlindungan

Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah tata cara untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang