• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen PT. BANK PANIN Tbk dan Anak Perusahaan (Halaman 79-83)

24. ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI

47. MANAJEMEN RISIKO

Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Perkembangan bisnis yang pesat pada lingkungan eksternal dan internal perbankan juga menyebabkan risiko kegiatan usaha bank semakin kompleks. Bank dituntut untuk menerapkan manajemen risiko yang handal agar mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan. Dalam hal ini prinsip-prinsip manajemen risiko yang diterapkan akan sangat mendukung Bank untuk dapat beroperasi secara lebih berhati-hati dalam ruang lingkup perkembangan kegiatan usaha dan operasional perbankan yang sangat pesat. Prinsip-prinsip manajemen risiko tersebut pada dasarnya telah menjadi standar bagi dunia perbankan yang penerapannya diarahkan oleh regulator perbankan Indonesia yaitu Bank Indonesia, sehingga selaras dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlements (BIS) melalui Basel Committee in Banking Supervision.

Dengan memperhatikan hal di atas, Bank telah menyusun Pedoman Kebijakan Umum Manajemen Risiko (PKUMR) yang merupakan aturan tertinggi dalam implementasi manajemen risiko pada seluruh kegiatan Bank yang meliputi kebijakan umum, proses manajemen risiko, organisasi manajemen risiko, sistem informasi manajemen risiko, penerapan manajemen risiko, prosedur & penetapan limit risiko, sistem pengendalian intern, pedoman stress testing, pengelolaan risiko produk & aktivitas baru, laporan penerapan manajemen risiko, serta peran & tanggung jawab business unit dan supporting unit.

Berdasarkan PKUMR diatas, Bank telah menetapkan berbagai kebijakan di bidang manajemen risiko, melalui Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Kredit, Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Pasar dan Likuiditas dan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Operasional yang menjabarkan tahapan-tahapan dalam proses manajemen risiko, yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko dan pengendalian risiko. Hal ini sebagai arahan tahap demi tahap dalam penerapan manajemen risiko yang konsisten pada setiap karyawan Bank khususnya para senior dan para pemegang jabatan lainnya agar memiliki pemahaman yang sama akan arah dan strategi implementasi manajemen risiko di Bank.

Manajemen Risiko Kredit

Penerapan manajemen risiko kredit tidak hanya ditujukan untuk menempatkan Bank sebagai Bank yang patuh terhadap regulasi, namun merupakan suatu tuntutan manajemen untuk menerapkan system pengelolaan risiko kredit yang baik dan sesuai dengan praktek di perbankan, sehingga diharapkan mampu mendorong kegiatan bisnis Bank. Selain itu, dalam proses pemberian kredit harus mengikuti prosedur perkreditan yang sehat.

Bank telah menyusun Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Kredit yang antara lain mengatur mengenai wewenang memutus kredit pada Kantor Pusat dan Kantor Cabang, prinsip kehati-hatian risk taking unit dalam proses pemberian kredit, peran dan fungsi pengawasan oleh SKAI dan Biro Kepatuhan, independensi dan keterlibatan Satuan Kerja Manajemen Risiko dalam memberikan opini untuk kredit di atas jumlah yang telah ditetapkan.

Untuk mendukung implementasi pengukuran risiko kredit sesuai Basel II tersebut di atas, saat ini Bank menggunakan internal model yaitu Internal Credit Risk Rating (ICRR) untuk kredit / exposure debitur dengan plafond di atas Rp 35 miliar dan Credit Scoring untuk kredit konsumsi. Pemberian kredit didasarkan pada konsep Hubungan Total Debitur (one obligor concept), agar dapat dipantau semua eksposur risiko Bank atas fasilitas kredit yang diberikan kepada satu kelompok debitur. Konsep ini juga untuk memenuhi ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Penetapan limit dilakukan secara berjenjang dari tingkat Komite Kredit Direksi, berdasarkan wewenang yang diberikan kepada Komite Kredit dan jumlah kredit yang diproses. Untuk pemberian kredit kepada debitur dengan jumlah plafond diatas Rp.35 miliar wajib mendapat Opini dari Biro Manajemen Risiko & Kepatuhan dengan selalu memperhatikan Legal Lending Limit atau Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) serta mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris.

Selain itu, Bank telah melakukan analisis Stress Testing risiko kredit dengan menggunakan indicator dan metode sesuai dengan kondisi internal dan kondisi makro ekonomi. Analisis Stress Testing dilakukan secara rutin minimal satu kali setahun atau bila terjadi keadaan memburuk (worst case).

Profil Risiko Kredit Bank pada triwulan I tahun 2010 secara Komposit dinilai Low dan cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya yang masih tergolong Moderate dan penilaian Sistem Pengendalian Risiko masuk dalam kisaran Acceptable. Penurunan risiko kredit ini disebabkan oleh adanya penurunan rasio NPL yang memiliki bobot risiko terbesar dari beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan risiko kredit.

Manajemen Risiko Likuiditas

Bank senantiasa memantau ketahanan likuiditas melalui Buffer liquidity untuk memproyeksikan kemampuan bank apabila terjadi penarikan dana dalam satu minggu ke depan dengan menjaga kecukupan aset-aset yang likuid seperti Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Negara.

Selain itu Bank juga memantau ketergantungan dan konsentrasi dari 100 deposan inti untuk memitigasi penarikan dana dari deposan inti. Untuk mengantisipasi timbulnya krisis likuiditas dalam situasi darurat Direksi menetapkan kebijakan contingency funding plan sebagai pedoman bagi Divisi Treasury untuk mengelola likuiditas.

Manajemen Risiko Pasar

Dalam rangka indentifikasi dan pengukuran Risiko Pasar atas aset dan instrumen keuangan dalam Trading Book, Bank melakukan proses valuasi (mark to market) secara harian, seperti mark to market posisi devisa neto dan mark to market surat berharga.

Untuk pemantauan Risiko Pasar, Bank melakukan pemantauan melalui limit-limit untuk operasional dealing room yang ditetapkan dan dikaji ulang secara berkala, seperti limit posisi valuta asing terbuka (net open position) baik limit intra day maupun limit over night, limit dealer, dan limit kerugian (cut loss). Limit-limit diteteapkan dengan menganut prinsip kehati-hatian serta dipantau secara cross checking antara Divisi Treasury yang melaksanakan trading dengan Bagian Settlement yang melaksanakan penyelesaian transaksi.

Disamping itu Bank juga memantau limit VaR untuk Risiko Nilai Tukar dengan holding period harian. Untuk mendukung proses pemantauan Risiko Pasar, Bank sedang menyiapkan Integrated Treasury System dalam rangka penyediaan informasi terkini mengenai perkembangan pasar serta pemantauan limit-limit yang ada.

Manajemen Risiko Operasional

Pengelolaan risiko operasional merupakan bagian integral dari manajemen risiko Bank. Risiko operasional berbeda sifatnya dengan risiko pasar dan risiko kredit, karena penilaiannya lebih banyak bersifat kualitatif. Secara umum pengelolaan risiko operasional ditujukan untuk mencegah dan memitigasi risiko guna meminimalkan dampak kerugian risiko operasional.

Berdasarkan ukuran dan komplesitas usaha Bank, cakupan pengelolaan Manajemen Risiko Operasional di internal Bank meliputi Risiko Lainnya yaitu Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Reputasi, dan Risiko Kepatuhan.

Pengelolaan Risiko Operasional yang dilakukan pada unit kerja Divisi/Biro/Group dan Cabang dengan berpedoman kepada Buku Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Operasional sebagai arahan.

Direksi menetapkan Kepala Divisi/Biro/Group sebagai Koordinator Jenis Risiko dalam mengelola dan mengawasi setiap jenis risiko sesuai bidang yang menjadi tanggung jawabnya dan menunjuk Koordinator Risiko di setiap Divisi/Biro/Group dan cabang, yang tugasnya antara lain mengkoordinasikan risk owner dalam pelaksanaan manajemen risiko operasional melalui Operational Risk Tool yaitu:

- Tool Loss Event Management (LEM), yaitu tool yang digunakan untuk mengumpulkan data kerugian operasional pada masa lalu (loss event data base) dan selanjutnya digunakan untuk mengantisipasi risiko kerugian operasional agar tidak terulang kembali di masa mendatang.

- Tool Risk & Control Self Assessment (RCSA), yaitu tool yang digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko pada setiap unit kerja di Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

- Tool Key Risk Indicator (KRI), yaitu tool yang digunakan untuk memantau parameter risiko tertentu terhadap limit yang telah ditetapkan.

Dalam penerapannya, ketiga sub system dalam tools Risiko Operasional tersebut saling berhubungan satu sama lain. Potensi risiko yang tidak ter-capture oleh RCSA dapat diketahui dari kejadian LEM. Sedangkan KRI’s memberikan indikator atau peringatan dini terhadap kejadian yang memiliki potensi risiko utama pada Bank. Operational Risk Tools senantiasa dikinikan sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

Untuk meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko operasional, Bank melakukan pengkinian terhadap Buku Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Operasional serta Operational Risk Tools yang digunakan sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) yang berperan sebagai unit yang bertanggung jawab dalam mengevaluasi efektivitas pengendalian intern juga melakukan review dan validasi terhadap hasil penilaian risiko yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja melalui Tool Risk & Control Self Assessment (RCSA) dan kerugian risiko operasional (loss data) yang dicatat dalam Tool Loss Event Management (LEM).

Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan risk awareness pada risk owner, berbagai sosialisasi dan komunikasi manajemen risiko operasional tetap dilakukan secara terus-menerus di setiap unit kerja yang terkait baik di Divisi/Biro/Group dan Cabang. Dengan demikian pengetahuan dan kemampuan risk owner baik pada aktivitas bisnis atau operasional akan meningkat dalam melakukan proses manajemen risiko di unit kerjanya masing-masing.

Manajemen Risiko Lainnya Risiko Hukum

Pengelolaan Risiko Hukum dilakukan oleh Bank dengan berpedoman pada Buku Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Hukum. Bank melakukan pemantauan risiko hukum secara periodik baik melalui Laporan Profil Risiko Hukum, laporan Key Risk Indicator untuk risiko hukum dan melalui unit kerja yang menangani masalah hukum. Sepanjang 2009 tidak tercatat kasus hukum yang berpotensi menimbulkan Risiko Hukum yang signifikan.

Risiko Strategik

Pengelolaan risiko stratejik dilakukan oleh Bank dengan berpedoman pada Buku Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Stratejik. Strategi untuk mencapai visi dan misi Bank tercakup dalam Rencana Bisnis tahunan, sebagai arahan dalam menjalankan usaha jangka pendek dan menengah. Pemantauan risiko stratejik secara periodik dilakukan melalui Laporan Profil Risiko Stratejik, laporan Key Risk Indicator untuk risiko stratejik serta analisa dan evaluasi realisasi pencapaian target masing-masing unit kerja.

Risiko Reputasi

Pengelolaan risiko reputasi dilakukan oleh Bank dengan berpedoman pada Buku Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Reputasi. Sebagai lembaga kepercayaan publik, Bank wajib memberikan perhatian khusus terhadap potensi timbulnya Risiko Reputasi. Untuk itu, Bank telah menunjuk Koordinator Penyelesaian Pengaduan Nasabah di Kantor Cabang dan di Kantor Pusat dengan tugas melakukan pemantauan media untuk memonitor setiap pemberitaan yang berkenaan dengan Bank, terutama pemberitaan yang dapat menimbulkan citra negatif. Bank mengadministrasikan, memfasilitasi dan menyelesaikan setiap pengaduan nasabah yang diterima dengan sebaik mungkin. Bank secara berkala melakukan pertemuan dengan media, investor, dan komunitas perbankan lainnya untuk keterbukaan informasi. Pemantauan risiko reputasi juga secara periodik dilakukan melalui Laporan Profil Risiko Reputasi dan Laporan Key Risk Indicator untuk risiko reputasi.

Risiko Kepatuhan

Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan oleh Bank dengan berpedoman pada Buku Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Kepatuhan. Biro Kepatuhan bertanggung jawab dalam memantau kepatuhan Bank terhadap semua ketentuan yang berlaku, termasuk kewajiban pelaporan dan pemenuhan komitmen Bank terhadap regulator. Bank juga wajib memantau transaksi Suspicious Transaction Report (STR) dan

Cash Transaction Report (CTR) dalam rangka penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Teroris (PPT) yang sebelumnya dikenal dengan Prinsip Mengenal-Nasabah (Know Your Customer/KYC). Laporan tersebut dilaporkan sesuai ketentuan kepada Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai regulator. Pemantauan risiko kepatuhan juga secara periodik dilakukan melalui Laporan Profil Risiko Kepatuhan dan Laporan Key Risk Indicator untuk risiko kepatuhan.

Manajemen Risiko pada Produk dan Aktivitas Baru

Bank melakukan pengelolaan 8 (delapan) jenis risiko pada setiap produk dan atau aktivitas baru yang akan diluncurkan oleh Sponsoring Unit dalam pengembangan bisnisnya. Terhadap setiap produk dan atau aktivitas baru dilakukan analisis dan identifikasi risiko, serta dilakukan pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko.

Manajemen Risiko pada Perusahaan Anak

Sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, Bank melaksanakan penerapan Manajemen Risiko pada Perusahaan Anak untuk triwulan I tahun 2010 yang terdiri dari:

- PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFI) yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan bermotor, anjak piutang, dan sewa guna usaha. Kepemilikan Bank per 31 Maret 2010 tercatat tetap sebesar 54.35%.

- PT Verena Oto Finance Tbk. (VOF) yang bergerak pada pembiayaan kendaraan bermotor. Kepemilikan Bank Panin per 31 Maret 2010 tercatat tetap sebesar 42.87%.

- PT Bank Panin Syariah (d/h PT Bank Harfa) (BPS). Kepemilikan Bank Panin per 31 Maret 2010 tercatat sebesar 99.997%.

- PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. (AMAG) yang bergerak di bidang asuransi. Kepemilikan Bank per 31 Maret 2010 tercatat sebesar 15.92%.

Pada 31 Maret 2010 dan 2009, tingkat risiko komposit PT Asuransi Multi Artha Guna stabil berada pada kisaran Low dimana inheren risk Low disertai sistem pengendalian risiko yang Strong. Risk Base Capital (RBC) PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. sebesar 234% dan 230%, yang jauh di atas RBC yang diwajibkan sebesar 120%.

Profil Risiko Konsolidasi

Sebagai tindak lanjut dari ketentuan Bank Indonesia mengenai ”Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank yang melakukan pengendalian pada Perusahaan Anak” maka Bank telah menyampaikan Laporan Perdana Profil Risiko Konsolidasi ke Bank Indonesia pada minggu ke-4 Januari 2009 yang selanjutnya disampaikan secara triwulanan.

Untuk matriks Profil Risiko Konsolidasi posisi triwulan I tahun 2010 sebagai berikut: Agregat Risiko Inheren/Aggregate Inherent Risk Low

Agregat Sistem Pengendalian Risiko/Aggregate Risk

Control System Strong

Peringkat Risiko Komposit/Composite Risk Level Low

Khusus untuk penerapan Manajemen Risiko pada perusahaan anak yang bergerak di bidang asuransi yaitu AMAG tidak dilaporkan melalui Laporan Profil Risiko Konsolidasi Bank, tetapi dilaporkan tersendiri melalui Laporan Penilaian dan Penyampaian Penerapan Manajemen Risiko pada perusahaan anak yang bergerak di bidang asuransi hanya terbatas pada pemantauan dan penilaian tingkat risiko dan penerapan kehati-hatian dan risk awareness pada berbagai jenis risiko yang ada pada usaha asuransi, antara lain kecukupan RBC (Risk Based Capital) yang menjadi ukuran keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan asuransi.

48. KONTINJENSI DAN IKATAN LAINNYA

Dalam dokumen PT. BANK PANIN Tbk dan Anak Perusahaan (Halaman 79-83)

Dokumen terkait