• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen Laporan Keuangan 31 Maret 2012 (Halaman 41-48)

45 MANAJEMEN RISIKO

a. Perkembangan Penerapan Manajemen Risiko

b. Risiko Kredit

(i) Pengukuran risiko kredit

Rasio kewajiban penyediaan modal minimum untuk resiko kredit dan resiko operasional

Rasio kewajiban penyediaan modal minimum untuk resiko kredit dan resiko operasional dan risiko pasar

Untuk tujuan perbandingan, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) Bank per 31 Maret 2011 telah direklasifikasikan agar sesuai dengan penyajian perhitungan KPMM per 31 Maret 2012

Bank menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, selalu terdapat risiko melekat dalam setiap kegiatan Bank yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan.

Untuk itu, Bank terus mengembangkan serta menyempurnakan kebijakan, sistem dan prosedur pengelolaan risiko guna mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengendalikan eksposur risiko serta membatasi dampaknya secara luas dan menyeluruh.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 yang diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Bank telah mengembangkan kerangka pengelolaan risiko secara terpadu dengan mengalokasikan sejumlah besar daya bagi pengembangan struktur organisasi, personil, sistem dan prasarana teknologi informasi serta menyelenggarakan pelatihan dan sosialisasi pengelolaan risiko di lingkungan Bank.

Dalam mengelola risiko, Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko bermitra dengan Unit Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dalam hal memastikan terpenuhinya kepatuhan Bank terhadap seluruh kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko yang diterapkan. Selain itu Bank juga telah membentuk Komite Pemantau Risiko yang bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memantau dan mengawai kualitas pelaksanaan manajemen risiko dalam rangka pencapaian tata kelola Perusahaan yang baik (good corporate govemance).

Bank terus melakukan pengembangan penerapan manajemen risiko untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan Basel II. Bank telah menyusun Profil Risiko setiap triwulan dan telah disampaikan ke Bank Indonesia sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.

Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun counterparty untuk memenuhi kewajiban terhadap Bank. Bank melakukan pengelolaan risiko kredit dengan menerapkan beberapa aktivitas termasuk penerapan dan peningkatan Credit Risk Management System dan aplikasi Credit Risk Rating (CRR) ke seluruh cabang secara on-line dan pengembangan modul Profil Risiko.

Manajemen risiko kredit diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara ekspansi kredit yang sehat dengan pengelolaan kredit yang berprinsip kehati hatian (prudent) agar terhindar dari penurunan kualitas atau menjadi Non Performing Loan (NPL), serta mengoptimalkan penggunaan modal yang dialokasikan untuk risiko kredit.Oleh karena itu, Bank menetapkan kebijakan dan pedoman tertulis yang mencakup Kebijjakan Perkreditan Bank, Kebijakan Penyelesaian Kredit bermasalah, Kebijakan Surat Berharfa dan Kebijakan Interbank Money Market.

Faktor utama yang berperan dalam pengendalian dan mengurangi risiko kredit adalah kemampuan satuan kerja perkreditan dalam membuat analisa kredit, sehingga pada akhirnya tercapai suatu keseimbangan antara pengelolaan risiko dengan pengembangan bisnin. Dalam penyaluran kredit Bank menentukan besaran maksimum angsuran kredit yang didasari atas kemampuan debitur. Bersamaan dengan itu, pengelolaan portfolio dan risiko kredit merupakan tanggung jawab dari Komite Manajemen Resiko

Dalam mengukur risiko kredit untuk pinjaman yang diberikan, Bank mempertimbangkan estimasi kerugian saat debitur kemungkinan tidak dapat memenuhi kewajiban debitur yang telah wanprestasi. Untuk mengelola dan memantau risiko atas penyaluran kredit, secara rutin Bank melakukan analisa terhadap portfolio kredit berdasarkan segmentasi bisnis dan kualitas kredit dari debitur.

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

(ii) Pengendalian batas risiko dan kebijakan mitigasi

(iii) Eksposur maksimum risiko kredit tanpa memperhitungkan agunan dan pendukung kredit lainnya

Eksposur risiko kredit terhadap aset keuangan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :

31 Maret 2012 31 Desember 2011 Giro pada Bank Indonesia 1,482,171 1,318,787 Giro pada bank lain 153,435 276,897 Penempatan pada BI dan Bank lain 2,734,888 2,051,448

Surat berharga 2,153,608 1,695,402

Kredit 14,296,046 13,399,445

Aset lain lain 194,327 192,583

21,014,475 18,934,562 eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :

Garansi yang diterbitkan 179,527 279,932

Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit a. Sektor Geografis

Untuk menghindari risiko konsentrasi kredit, Bank menetapkan limit eksposur untuk setiap nasabah baik pihak berelasi maupun pihak ketiga dalam kebijakan dan pedoman batas maksimum pemberian kredit.

Bank mengelola, membatasi dan mengendalikan konsentrasi risiko kredit-baik secara khusus,terhadap debitur individu maupun kelompok, dan industri maupun geografis.

Batas pemberian kredit ditelaah mengikuti perubahan pada kondisi pasar dan ekonomi dan telaahan kredit secara periodik dan penilaian atas kemungkinan wanprestasi.

Dalam proses pengajuan kredit, pembelian surat berharga maupun penempatan pada bank lain, Bank menetapkan dual control dalam rangka four eyes priciples yang melibatkan pertugas marketing, petugas pemeriksa dan pejabat pemutus yang memiliki kewenangan.

Beberapa pengendalian spesifik lainnya dan pengukuran mitigasi dijelaskan dibawah ini : Agunan

Bank menerapkan kebijakan untuk memitigasi risiko kredit, antara lain dengan meminta agunan sebagai jaminan pelunasan kredit jika jaminan berupa sumber pembayaran utama debitur berdasarkan arus kas tidak terpenuhi. Jenis agunan yang dapat diterima dalam rangka memitigasi risiko kredit meliputi:

- Kas

- Tanah / atau bangunan - Standby

- Mesin

- Kendaraan bermotor - Piutang

- Persediaan

Pemberian kredit jangka panjang kepada debitur korporasi pada umumnya disertai agunan.Untuk meminimalisasi kerugian kredit, Bank akan meminta tambahan agunan dari debitur ketika terdapat indikasi penurunan nilai atas pinjaman yang diberikan.

Asuransi

Selain agunan kredit, Bank menerapkan kebijakan untuk memitigasi risiko kredit dengan melakukan penutupan asuransi bagi setiap debitur konsumer baik asuransi kredit, asuransi jiwa, asuransi PHK maupun asuransi kerugian.

Tabel diatas menggambarkan eksposur maksimum atas risiko kredit bagi Bank pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011, tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya. Untuk aset keuangan, eksposur di atas ditentukan berdasarkan nilai tercatat bruto seperti yang diungkapkan pada laporan posisi keuangan.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, pada tanggal 31 Maret 2012, 68,33 % (2011:70,77%) dari ekposur maksimum berasal dari pinjaman yang diberikan.

Manajemen yakin akan kemampuan Bank untuk mengendalikan dan memelihara minimal eksposur risiko kredit yang berasal dari pinjaman yang diberikan berdasarkan hal hal sebagai berikut:

- Bank telah memiliki pedoman tertulis dan prosedur manual mengenai kebijakan dan proses kredit yang mencakup seluruh aspek pemberian kredit yang dilakukan.Setiap pemberian kredit harus senantiasa mengacu pada kebijkan tersebut.

- Bank melakukan pemantauan secara rutin dan disiplin untuk mengetahui kondisi terkini dari debitur. - Seluruh kredit komersil diwajibkan memberikan agunan.

Tabel berikut menggambarkan rincian eksposur maksimum kredit Bank pada niali tercatat (tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya), yang dikategorikan berdasarkan area geografis pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011. Untuk tabel ini, Bank telah mengalokasikan eksposur area berdasarkan wilayah geografis tempat Bank beroperasi.

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

31 Maret 2012

DKI Jakarta Luar Dki Jakarta Jumlah

Giro pada Bank Indonesia 1,482,171 0 1,482,171

Giro pada bank lain 153,411 24 153,435

2,731,887 3,001 2,734,888

Surat berharga 2,153,608 0 2,153,608

Kredit 12,218,279 2,077,767 14,296,046

Aset lain lain 182,334 11,993 194,327

18,921,690 2,092,785 21,014,475

Garansi yang diterbitkan 156,902 22,625 179,527

31 Desember 2011

DKI Jakarta Luar Dki Jakarta Jumlah

Giro pada Bank Indonesia 1,318,787 0 1,318,787

Giro pada bank lain 276,872 25 276,897

2,051,448 0 2,051,448

Surat berharga 1,695,402 0 1,695,402

Kredit 11,816,259 1,583,186 13,399,445

Aset lain lain 182,523 10,060 192,583

17,341,291 1,593,271 18,934,562 eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :

Garansi yang diterbitkan 251,231 28,701 279,932

b. Sektor Industri

31 Maret 2012

Pemerintah Bank LKBB Jumlah

Giro Bank Indonesia 1,482,171 0 0 0 0 0 1,482,171

Giro pada bank lain 0 153,435 0 0 0 0 153,435

2,709,718 25,170 0 0 0 0 2,734,888 Surat berharga 2,108,605 0 0 0 0 45,003 2,153,608 Kredit 11,348 0 403,743 2,369,519 3,970,396 7,541,041 14,296,047 0 136 1,990 9,055 18,817 55,765 85,763 Tagihan akseptasi 0 0 0 87,142 11,704 7,863 106,709 Tagihan derivatif 0 1,856 0 0 0 0 1,856 Jumlah 6,311,842 180,597 405,733 2,465,716 4,000,917 7,649,672 21,014,477

eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :

Garansi yang diterbitkan 132,366 73 0 343 1,464 45,281 179,527

31 Desember 2011

Pemerintah Bank LKBB Jumlah

Giro Bank Indonesia 1,318,787 0 0 0 0 0 1,318,787

Giro pada bank lain 0 276,897 0 0 0 0 276,897

2,029,746 21,702 0 0 0 0 2,051,448 Surat berharga 1,650,402 0 0 0 0 45,000 1,695,402 Kredit 12,287 0 22 2,136,315 2,978,096 8,272,725 13,399,445 0 123 19,010 34,460 44,589 0 98,182 Tagihan akseptasi 0 0 85,716 485 6,232 92,433 Tagihan derivatif 0 1,968 0 0 0 0 1,968 Jumlah 5,011,222 300,690 19,032 2,256,491 3,023,170 8,323,957 18,934,562

Garansi yang diterbitkan 56,654 0 0 0 206,069 17,209 279,932 Penempatan pada BI dan Bank

lain

eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :

Penempatan pada BI dan Bank lain

Tabel berikut menggambarkan rincian eksposure maksimum kredit Bank pada nilai tercatat (tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya), yang dikategorikan berdasarkan sektor industri pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2010

Industri pengolahan Jasa dunia usaha Perusahaan lainnya

Penempatan pada BI dan bank lain

Pendapatan bunga yang masih harus diterima

Industri pengolahan Jasa dunia usaha Perusahaan lainnya

Penempatan pada BI dan bank lain

Pendapatan bunga yang masih harus diterima

eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

31 Maret 2012

Kredit Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai Jumlah

Rupiah 11,416,716 505,168 11,921,884

Mata Uang Asing 2,301,922 72,241 2,374,163

Jumlah 13,718,638 577,409 14,296,047

(152,245) (143,308) (295,553)

13,566,393 434,101 14,000,494

31 Desember 2011

Kredit Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai Jumlah

Rupiah 10,875,488 140,407 11,015,895

Mata Uang Asing 2,281,756 101,794 2,383,550

Jumlah 13,157,244 242,201 13,399,445

(225,689) (62,437) (288,126)

12,931,555 179,764 13,111,319

c. Risiko Pasar

Risiko tingkat suku bunga

Tabel dibawah ini merangkum tingkat suku bunga rata rata per tahun untuk Rupiah dan mata uang asing

31 Maret 2012 31 Desember 2011 Rupiah (%) Rupiah (%) ASET 7,80 0 9,2 0 Surat berharga 7,37 0 8,00 0 Kredit 12,00 7,00 13,00 8,25 LIABILITAS

Simpanan dari nasabah:

Giro 3,63 0,88 3,63 0,88

Tabungan 2,50 0 2,50 0

Deposito berjangka 9,75 2,62 9,75 2,38

Simpanan dari bank lain:

Giro 2,00 0 2,00 0

Deposito berjangka 5,25 0 6,00 0

Penempatan dari bank lain 0 0,55 0 0

Dikurangi:cadangan kerugian penurunan nilai Dikurangi:cadangan kerugian penurunan nilai

Risiko pasar adalah risiko pada pelaporan posisi keuangan dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga opsi.Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar. Risiko suku bunga adalah risiko akibat perubahan harga instrumen keuangan dari posisi trading book atau akibat perubahan nilai ekonomis dari posisi banking book, yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Risiko nilai tukar adalah risiko akibat perubahan nilai posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh perubahan niali tukar valuta asing.

Bank melakukan pengawasan tergadap dampak pergerakan tingkat suku bunga untuk mengurangi dampak negatif terhadap Bank, baik dampak terhadap laba maupun likuiditas, dari pergerakan tingkat suku bunga yang merugikan. Untuk mengukur risiko pasar karena pergerakan suku bunga, Bank melakukan analisa pada pergerakan marjin suku bunga dan juga melakukan analisa pada profil jatuh tempo seluruh aset dan liabilitas berdasarkan pada jadwal perubahan suku bunga (repricing schedule)

Risiko tingkat suku bunga timbul dari berbagai layanan perbankan perbankan bagi nasabah.

Sebagain besar deposito nasabah dan pinjaman yang ddiberikan dengan tingkat suku bunga mengambang, berkaitan langsung dengan tingkat suku bunga pasar atau tingkat suku bunga yang diumumkan, yang disesuaikan secara periodik guna mencerminkan pergerakan pasar

Mata uang asing Mata uang Penempatan pada BI dan

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

31 Maret 2012

6 s/d 12 bulan 2 s/d 5 tahun Jumlah

Aset

Giro pada Bank Indonesia 1,482,171 0 0 0 0 0 1,482,171

Giro pada bank lain 0 153,436 0 0 0 0 153,436

0 2,709,936 3,001 0 0 21,951 2,734,888 Surat berharga 3 1,469,436 0 0 45,000 639,169 2,153,608 Kredit 0 12,849,143 52,613 156,120 671,487 566,684 14,296,047 # 85,763 0 0 0 0 0 85,763 Jumlah 1,567,937 17,181,951 55,614 156,120 716,487 1,227,804 20,905,913 Liabilitas

Simpanan dari nasabah 17,939,751 277,384 18,217,135

Simpanan dari bank lain 130,072 130,072

Pinjaman yang diterima 1,102 2,205 2,205 5,512

Bunga masih harus dibayar 51,505 51,505

Pinjaman subordinasi 101,955 101,955 305,866 305,866 815,642 Jumlah 51,505 18,069,823 380,441 104,160 308,071 305,866 19,219,866 Gap repricing suku bunga 1,516,432 (887,872) (324,827) 51,960 408,416 921,938 1,686,047

31 Desember 2011

6 s/d 12 bulan 2 s/d 5 tahun Jumlah

Aset

Giro Bank Indonesia 1,318,787 0 0 0 0 0 1,318,787

Giro pada bank lain 0 276,897 0 0 0 0 276,897

0 2,029,747 0 0 0 21,701 2,051,448 Surat berharga 3 199,697 1,450,702 0 45,000 0 1,695,402 Kredit 0 3,255,953 3,158,731 712,608 4,005,063 2,267,090 13,399,445 98,182 98,182 Jumlah 1,416,972 5,762,294 4,609,433 712,608 4,050,063 2,288,791 18,840,161 Liabilitas

Simpanan dari nasabah 0 16,002,681 293,957 0 0 0 16,296,638 Simpanan dari bank lain 0 120,262 0 0 0 0 120,262 Pinjaman yang diterima 0 0 2,205 2,205 2,204 6,614 Bunga masih harus dibayar 49,104 0 0 0 0 0 49,104 Pinjaman subordinasi 0 0 101,955 101,955 305,866 305,866 815,642 Jumlah 49,104 16,122,943 398,117 104,160 308,070 305,866 17,288,260 Gap repricing suku bunga 1,367,868 (10,360,649) 4,211,316 608,448 3,741,993 1,982,925 1,551,901 Tabel dibawah ini menyajikan aset dan liabilitas keuangan berbunga pada nilai tercatat pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 desember 2011, yang dikategorikan menurut mana yang terlebih dahulu antara tanggal perubahan bunga secara kontraktual atau tanggal jatuh tempo

Tidak dikenakan bunga 1 s/d 6 bulan 1 s/d 2 tahun lebih dari 5 tahun

Penempatan pada BI dan bank lain

Pendapatan bunga masih harus diterima Tidak dikenakan bunga 1 s/d 6 bulan 1 s/d 2 tahun lebih dari 5 tahun

Penempatan pada BI dan bank lain

Pendapatan bunga masih harus diterima

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham) Risiko mata uang

31 Maret 2012

Euro Lain lain jumlah

Aset

Kas 8,974 1,582 847 750 282 12,435

Giro pada Bank Indonesia 212,598 212,598

Giro pada bank lain 142,902 762 778 1,559 1,136 147,137

Kredit 2,369,769 4,394 2,374,163

Aset lain lain 45,244 8 45,252

Jumlah 2,779,487 2,344 6,027 2,309 1,418 2,791,585 Liabilitas

Simpanan dari nasabah 2,060,414 12,761 2,073,175

Simpanan dari bank lain 45,720 0 45,720

578,614 2,564 581,178 Jumlah 2,684,748 0 15,325 0 0 2,700,073 94,739 2,344 (9,298) 2,309 1,418 91,512 Rekening Administratif (128,014) 2,180 (125,834) 33,275 2,344 7,118 2,309 1,418 46,464 31 Desember 2011

Dolar Amerika Euro Dolar Singapura Dolar Australia Lain lain jumlah Aset

Kas 17,518 1,450 1,263 1,190 288 21,709

Giro pada Bank Indonesia 210,366 0 0 0 0 210,366 Giro pada bank lain 262,838 1,028 2,121 1,191 632 267,810

Kredit 2,381,804 0 1,745 0 0 2,383,549

Aset lain lain 423 0 0 0 0 423

Jumlah 2,872,949 2,478 5,129 2,381 920 2,883,857 Liabilitas

Simpanan dari nasabah 2,079,018 0 10,586 0 0 2,089,604

467,496 0 14 0 0 467,510

Jumlah 2,546,514 0 10,600 0 0 2,557,114

326,435 2,478 (5,471) 2,381 920 326,743 Rekening Administratif 22,477 2,478 5,471 2,381 920 33,732

d. Risiko Likuiditas

Risiko ini umumnya terjadi dari transaksi dan produk valuta asing. Risiko kurs mata uang dimonitor dan dilaporkan setiap hari oleh Bank untuk memastikan bahwa dampak pergerakan nilai tukar mata uang asing yang merugikan dapat dikendalikan.

Tabel dibawah ini mengihtisarkan eksposur atau risiko nilai tukar mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011. Termasuk didalamnya adalah instrumen keuangan pada nilai tercatat, dikategorikan berdasarkan jenis mata uang:

Dolar Amerika Dolar Singapura Dolar Australia

Beban masih harus dibayar dan liabilitas lain

laporan posisi keuangan bersih

Beban masih harus dibayar dan liabilitas lain

laporan posisi keuangan bersih

Risiko likuiditas merupakan risiko yang timbul akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Ruang lingkup risiko likuiditas meliputi portfolio on balance sheet dan off balance sheet. Pemantauan risiko likuiditas dilakukan melalui rapat Assets and Liabilities Commitee (ALCO) , pemantauan likuiditas harian dan pengukuran profil risiko secara regular dengan menggunakan indikator likuiditas.

Kebijakan likuiditas Bank didasarkan untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan dana di saat ini, maupun dimasa datang baik untuk kondisi normal maupun kondisi stres dapat dipenuhi. Dalam melaksanakan pengendalian risiko likuiditas dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu: liquidity gap analysis, liquidity stress test analysis dan liquidity ratio nalysis. Dimana untuk mengendalikan risiko likuiditas tersebut ditetapkan beberapa batasan dan parameter. Disampaing itu dalam mengendalikan risiko likuiditas juga dilakukan pemantauan atas indikator internal dan eksternal. Untuk menghadapi kondisi stres juga ditetapkan contigency funding plan untuk penangan kondisi tersebut. Jumlah aset lancar yang memadai dipertahankan untuk menjamin kebutuhan likuiditas yang terkendali setiap waktu. Hal ini semua sejalan dengan peraturan baru BI tentang manajemen risiko likuiditas yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.11/16/DPNP/2009

Pengelolaan likuiditas Bank ditekankan pada penyesuaian arus dana masuk dan keluar. Kesenjangan arus dana diantisipasi dengan memelihara aset likuid tingkat pertama yang berupa pemeliharaan cadangan wajib serta efek efek jangka pendek yang sangat likuid. Aset likuid tingkat dua dipelihara melalui penempatan dana jangka pendek dibank lain serta efek efek dalam kelompok tersedia untuk dijual. Selain itu, Bank senantiasa memelihara kemampuannya untuk melakukan akses ke pasar uang, dengan memelihara hubungan dengan bank bank koresponden

Bank memonitor jangka waktu jatuh tempo komitmen kredit oleh karena komitmen dengan jangka waktu yang lebih lama pada umumnyamemiliki risiko kredit yang lebih besar dibandingkan dengan komitmen yang memiliki jangka waktu yang lebih pendek.

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

e. Risiko Operasional

f. Risiko Reputasi

g. Risiko Hukum

h. Risiko Kepatuhan

Mitigasi risiko kepatuhan juga dilakukan oleh Divisi Kepatuhan melalui langkah langkah antar lain :

Risiko operasional adalah risiko kerugian langsung ataupun tidak langsung yang terjadi karena tidak memadainya atau karena adanya kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya masalah eksternal yang dapat mempengaruhi operasional Bank.

Proses pengkajian risiko dilakukan untuk menilai kecukupan pengendalian internal serta proses identifikasi dan penelaahan risiko untuk setiap proses dan produk dimasing masing unit kerja untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan batasan batasan yang dibuat oleh manajemn Bank Pengelolaan risiko operasional juga dilakukan dengan memperkuat aspek keamanan dan keandalan operasi tehnologi informasi sehingga kesalahan manusia, fraud, kesalahan proses dan potensi kegagalan sistem yang menyebabkan terganggunya kelangsungan bisns dapat ditekan dan diantisipasi lebih dini.

Bank mengerahkan upaya terbaik untuk mengelola risiko operasional dengan memastikan akan pentingnya pengelolaan risiko ini ditanamkan pada seluruh jajaran organisasi Bank. Bank berkomitmen penuh untuk meningkatkan kemampuan pengolahan risiko operasional melalui penggunaan berbagai proses pengendalian.

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stockholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Risiko ini melekat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Bank. Kegagalan Bank dalam menjaga reputasinya dimata masyarakat dapat menimbulkan pandangan maupun persepsi negatif masyarakat terhadap Bank, maka dalam waktu singkat dapat terjadi penurunan atau hilangnya kepercayaan nacabah terhadap BBank yang pada akhirnya akan ememberikan dampak negatif terhadap pendapatan dan volume aktivitas Bank.

Divisi product & development service Bank setiap hari melalukan monitoring pemberitaan media untuk memantau publikasi negatif atau keluhan nasabah yang muncul di media. Sedangkan monitoring atas keluhan nasabah yang disampaikan langsung ke Bank dilakukan untuk kemudian ditindaklanjuti penyelesaiannya. Untuk pemberitaan negatif dan keluhan nasbah yang muncul dimedia selanjutnya dibuatkan klarifikasi dan tanggapan sesuai dengan langkah yang ditempuh bank. Upaya mitigasi risiko reputasi juga dilakukan saat Bank meluncurkan produk/layanan/program baru dengan menganalisa risiko reputasi yang mungkin timbul dan bagaimana mengantisipasi risiko tersebut. Demikian pula, untuk informasi yang material atau yang penting untuk diketahui oleh nasabah, Divisi product dan Development service bank juga menyiapkan panduan untuk para frontliner dan spokespersons agar mereka bisa menjelaskan informasi tersebut secara benar dan proporsional kepada nasabah.

Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis tersebut anatra lain disebabkan adanya ketiadaan peraturan perundang undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan dokumen yang tidak sempurna.

Sebagai sebuah perusahaan yang berdiri dalam yuridis hukum indonesia, bank harus selalu tunduk terhadap segala peraturan hukum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku regulator industri perbankan di Indonesia. Selain itu, Bank juga harus mengikuti segala bentuk peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia baik yang terakit secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha Bank. Kegagalan Bank dalam mengikuti peraturan hukum yang berlaku dapat mengakibatkan pada timbulnya tuntutan hukum yang akan ditujukan kepada Bank. Apabila tuntutan tuntutan hukum yang diajukan kepada Bank memiliki nilai yang material, maka hal tersebut dapat memberikan dampak secara langsung terhadap kinerja keuangan Bank Untuk memitigasi risiko hukum yang mungkin timbul akibat tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis, Bank memiliki biro hukum yang berfungsi anatra lain membuat kebijakan hukum yang terkait dengan produk atau fasilitas perbankan yang ditawarkan oleh Bank kepada masyarakat. dimana kebijakan hukum dan standard dokumen hukum yang terkait dengan produk atau fasilitas perbankan yang ditawarkan oleh Bank kepada masyarakat. dimana kebijakan hukum dan standar hukum dimaksud dibuat dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta memperhatikan kepentingan aspek yuridis dari Bank serta menangani setiap permasalahn hukum yang terkait dengan litigasi aagar risiko hukum yang mungkin timbul dapat diminimalisir seminimal mungkin.

Risiko kepatuhan merupakan risiko akibat Bank tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan kegiatan uasaha pada industri perbankna, bank diwajibkan untuk selalu tunduk terhadap peraturan perbankan yang diterbitkan baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia. Selain itu, Bank juga wajib tunduk kepada beberapa ketentuan lainnya seperti : peraturan yang mengatur Penjaminan Simpanan, Perseroan Terbatas, Perpajakan dan peraturan dibidang pasar modal (BAPEPAM-LK dan Bursa efek)

Pada umumnya risiko kepatuhan melekat pada sebuah perseroan terbatas yang terkait erat pada peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku, yang mengatur kewajiban Bank sebagai sebuah lembaga perbankan, seperti : risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban Pembayaran Modal Minimum; Kualitas Aktiva Produktif; Pembentukan Penyisihan Pengahpusan Aset Produktif (PPAP) atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN): Batas maksimum pemberikan kredit (BMPK); penerapan tata kelola yang baik (GCG); risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) serta risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana Bisnis Bank (RBB) dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu. Ketidakmampuan Bank untuk mengikuti dan mematuhi seluruh peraturan perundangan yang terkait dengan kegiatan usaha Bank dampak berdampak buruk terhadap kelangsungan usaha Bank.

1) Menyusun rencana kepatuhan dalam rangka mewujudkan terlaksannya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank serta mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi maupun yang diperkirakan akan dihadapi kedepan dalam menentukan efektifitas standar kepatuhan; 2) Melakukan analisa kepatuhan untuk memberikan saran, masukan serta rekomendasi untuk Bank termasuk riview terhadap produk dan aktivitas baru yang akan diterbitkan untuk memastikan bahwa kebijakan internal yang dikeluarkan oleh manajemen serta produk/aktivitas baru tersebut telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini, pelaksanaanya Direktur Kepatuhan dibantu oleh Satua Kerja Kepatuhan.

3) Melakukan pemantauan (monitoring) dan memastikan epatuhan terhadap perjanjian dan komitmen yang dibuat dengan Bank Indonesia maupun otoritas berwenang, serta bertanggung jawab untuk mengirimkan semua laporan kemajuan dan tindakan perbaikan kepada Bank Indonesia maupun otoritas pengawas lainnya yang berwenang, sekaligus bertindak sebagai contact person untuk permasalahn kepatuhan Bank bagi pihak internal maupun eksternal 4) Melakukan sosialisai dan pelatihan dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan awareness karyawan terhadap peraturan perundangan yang berlaku, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan baik secara langsung maupun melalui media e learning dan;

5) menerapkan prinsip Know Your Customer (KYC) dan pencegahan tindak pidana pencucian uang (anti-money laundring) yang diatur dalam PBI no.11/28/PBI/2009 tentang penerapan program anti pencucian uang (APU) dan pencegahan pendanaan terorisme (PPT) bagi Bank Umum yang merupakan revisi terhadap PBI No.3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah

Dalam dokumen Laporan Keuangan 31 Maret 2012 (Halaman 41-48)

Dokumen terkait