31 Maret 2012 dengan angka perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Catatan
31 Maret 2012
31 Desember 2011
ASET
K a s
2c, 3
162,185
214,633
Giro pada Bank Indonesia
2e, 4
1,482,171
1,318,787
Giro pada bank lain
2e, 5
Pihak ketiga
153,435
276,898
Cadangan kerugian penurunan nilai
2k
(475)
(457)
Jumlah - bersih
152,960
276,441
Penempatan pada bank Indonesia dan bank lain
2f, 6
2,734,888
2,051,448
Surat- surat berharga
2g, 7
Tersedia untuk dijual
1,514,436
1,695,399
Dimiliki hingga jatuh tempo
3
3
Diperdagangkan
639,169
-
Jumlah - bersih
2,153,608
1,695,402
Kredit yang diberikan
2h, 8
Pihak berelasi
2aa, 34
502,127
497,996
Pihak ketiga
13,793,920
12,901,449
Cadangan kerugian penurunan nilai
2k
(295,553)
(288,126)
Jumlah - bersih
14,000,494
13,111,319
Tagihan Derivatif
2i, 9
1,856
1,968
Tagihan akseptasi
2i, 10
106,709
92,433
Penyertaan saham
2l,11
137
137
Pendapatan bunga yang masih akan diterima
12
85,763
98,182
Beban dibayar di muka
2o,13
59,298
28,013
Aset tetap
2m,14
229,758
231,054
Dikurangi : akumulasi penyusutan aset tetap
(69,346)
(69,900)
Nilai buku
160,412
161,154
Agunan yang diambil alih
2n,15
105,873
106,273
Cadangan kerugian penurunan nilai
2k
(42,761)
(42,761)
Jumlah - bersih
63,112
63,512
Aset pajak tangguhan
2w
33,041
33,041
Aset lain - lain
2o,16
42,066
38,966
Jumlah aset
21,238,700
19,185,436
31 Maret 2012 dengan angka perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas segera
2p, 17
49,966
20,372
Simpanan nasabah
2q, 18
Pihak berelasi
2aa, 34
733,445
685,872
Pihak ketiga
17,483,690
15,610,766
Jumlah simpanan
18,217,135
16,296,638
Simpanan dari bank lain
2r, 19
130,072
120,262
Liabilitas akseptasi
2i, 9
106,709
92,433
Pinjaman diterima
2s, 20
5,512
6,614
Utang pajak
21
14,300
15,395
Pinjaman subordinasi
2y, 22
815,642
815,642
Bunga masih harus dibayar
2t, 24
51,505
49,104
Liabilitas lain lain
2j, 2k, 25
495,714
492,190
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
23
-
-
Liabilitas imbalan kerja
26
123,338
122,445
JUMLAH LIABILITAS
20,009,893
18,031,095
EKUITAS
Modal saham
27
950,804
950,804
Tambahan modal disetor
28
468,787
418,787
7
-
-
Saldo rugi
Ditentukan penggunaannya
2,585
2,585
Belum ditentukan penggunaannya
(193,369)
(217,835)
Jumlah ekuitas
1,228,807
1,154,341
Jumlah kewajiban dan ekuitas
21,238,700
19,185,436
-
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari perubahan
Untuk periode 3 (tiga ) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Catatan
31 Maret 2012
31 Maret 2011
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
Pendapatan bunga
Bunga
2u, 28
442,283
376,598
Provisi dan komisi
v
2
0
Jumlah pendapatan bunga
442,285
376,598
Beban bunga
2u, 29
Beban bunga
(278,210)
(248,958)
Pendapatan bunga - bersih
164,075
127,640
Pendapatan operasi lainnya
Keuntungan dari transaksi realisasi penjualan surat berharga bersih
2v
6,401
2,192
Provisi komisi lainnya
7
5,595
4,644
Keuntungan dari transaksi mata uang asing - bersih
5,557
2,542
(16)
-
Lain lain
5,477
9,979
Jumlah pendapatan operasi lainnya
23,014
19,357
Beban operasional lainnya
Tenaga kerja
30
(75,027)
(53,493)
Operasi
31
(54,997)
(47,985)
Umum dan administrasi
32
(17,959)
(17,669)
Beban penyisihan kerugian penurunan nilai
7
(5,835)
0
Jumlah beban operasional lainnya
(153,818)
(119,147)
Laba operasional
33,271
27,850
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL-BERSIH
Keuntungan penjualan aset tetap - bersih
2m, 13
268
166
Kerugian penjualan agunan yang diambil alih - bersih
-
(60)
Lain-lain - bersih
681
316
Pendapatan non operasional - bersih
949
422
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
34,220
28,272
PAJAK PENGHASILAN
2w
Kini
(9,754)
(9,059)
Tangguhan
0
0
Beban pajak penghasilan bersih
(9,754)
(9,059)
LABA BERSIH
24,466
19,213
LABA BERSIH
24,466
19,213
LABA PER SAHAM
2x, 33
2.85
2.24
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Untuk periode 3 (tiga ) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
31 Maret 2012
31 Maret 2011
LABA BERSIH
24,466
19,213
Pendapatan komprehensif lainnya:
Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas
surat berharga dalam kelompok tersedia untuk
dijual setelah pajak tangguhan
(127)
849
Pendapatan komprehensif lainnya setelah pajak
(127)
849
Untuk periode 3 (tiga ) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Catatan
Modal disetor
Saldo Rugi (defisit)
Jumlah ekuitas bersih
Saldo 1 Januari 2011
950,804
418,787
547
2,585
(318,266)
1,054,457
Pengaruh penerapan awal PSAK 50/55
-
0
0
-
0
-
0
0
(547)
0
(547)
Laba bersih 31 Desember 2011
33
0
0
0
0
100,430
100,430
Saldo per 31 Desember 2011
950,804
418,787
-
2,585
(217,836)
1,154,340
Saldo 1 Januari 2012
950,804
418,787
-
2,585
(217,836)
1,154,341
Tambahan modal disetor (dana untuk tujuan modal disetor)
0
50,000
0
0
0
50,000
0
0
0
0
0
0
Laba bersih 31 Maret 2012
33
0
0
0
0
24,466
24,466
Saldo per 31 Maret 2012
950,804
468,787
-
2,585
(193,370)
1,228,807
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Tambahan modal
disetor bersih
Keuntungan (kerugian)
yang belum direalisasi
dari Perubahan Nilai
Wajar Efek Tersedia
untuk Dijual - Bersih
Ditentukan
penggunaannya
Belum ditentukan
penggunaannya
Keuntungan yang belum direalisasi atas
kenaikan nilai wajar efek yang tersedia untuk
dijual
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
31 Maret 2012
31 Maret 2011
Penerimaan bunga,provisi, komisi
460,302
381,123
Penerimaan pendapatn operasional lainnya
47,398
10,243
Pembayaran bunga
(278,802)
(247,389)
Pembayaran gaji dan tunjangan karyawan
(75,027)
(53,493)
Pembayaran beban oprasional lainnya
(72,955)
(65,654)
Penerimaan pndapatan (pembayaran beban) non operasional
949
256
Pembayaran pajak penghasilan
(9,754)
(9,059)
Arus kas operasi sebelum perubahan dalam aset dan liabilitas operasi
72,111
16,027
Penurunan (kenaikan) dalam aset operasi
Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia
(3,468)
(209)
Kredit
(896,602)
143,751
Aset lain lain
(35,731)
(10,118)
Kenaikan (penurunan) dalam liabilitas operasi
Liabilitas segera
29,594
48,494
Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain
1,930,307
(341,131)
Liabilitas lain lain
30,001
(1,216)
Kas Bersih diperoleh dari aktivitas Operasi
1,126,211
(144,402)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Surat Berharga
(658,206)
(1,201,220)
Hasil penjualan aset tetap
268
165
Perolehan aset tetap
(3,024)
(2,067)
kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi
(660,962)
(1,203,122)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penurunan pinjaman subordinasi
0
0
Penurunan pinjaman diterima
(1,102)
(1,102)
Kas bersih digunakan untuk aktivitas pendanaan
(1,102)
(1,102)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS
464,147
(1,348,626)
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
4,040,064
3,564,275
Pengaruh perubahan kurs mata uang asing
3,299
2,542
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN
4,507,510
2,218,191
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN
Kas dan setara kas terdiri dari:
Kas
162,185
174,506
Giro pada Bank Indonesia
1,482,171
1,141,094
Giro pada bank lain
153,436
611,751
Penempatan pada BI dan bank lain yang jatuh
tempo dalam 3 bulan dari tanggal akuisisi
2,709,718
278,000
surat berharga yang jatuh tempo dalam
3 bulan dari tanggal akuisisi
12,840
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
1. UMUM
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Bank pada tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
31 Maret 2012 dan 2011 Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Kiki Syahnakri Wakil Komisaris Utama : Tomy Winata Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma Komisaris Independen : Suryani Purwita (Inge) Komisaris Independen : Andry Siantar Komisaris Independen : Reggie Harjadi
Direksi:
Direktur Utama : Andy Kasih Wakil Direktur Utama : BN. Wisnu Tjandra Wakil Direktur Utama : Henny Angelino Nangoi Direktur : Alex Susanto
Direktur : Robertus Rudy Tjandra Thie Direktur Kepatuhan : Witadinata Sumantri
Susunan Komite Audit Bank pada tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Ketua : Reggie Harjadi Anggota : Andry Siantar Anggota : Wim Hero Kurniawan Anggota : Hengki Kusuma
Pada tanggal 31Maret 2012 dan 2011, jumlah karyawan Bank masing-masing sebanyak 2.557 dan 2.546 karyawan (tidak diaudit).
Pada tanggal 19 April 1999, Bursa Efek Surabaya menyetujui permohonan Bank untuk membatalkan pencatatan saham Bank di Bursa Efek Surabaya.
Berikut ini adalah kronologis pencatatan saham Bank pada Bursa Efek di Indonesia sejak penawaran umum perdana:
Saham yang berasal dari pencatatan
saham perdana pada tahun 1990 5.000.000
Saham pendiri pada tahun 1990 1.500.000
Saham pendiri pada tahun 1993 3.042.800
Saham bonus pada tahun 1993 9.542.800
Saham pendiri pada tahun 1997 15.914.400
Saham bonus pada tahun 1998 8.750.000
Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) pada tahun 1999 6.737.500.000 Bagian yang tidak dapat dicatat (parsial delisting) atas PUT I pada Tahun 2000 (96.875.000) Saham pendiri pada tahun 2001 2.906.250.000
a. Pendirian dan Informasi Umum Bank
PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk ("Bank") semula didirikan dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan akta No. 12 tanggal 7 September 1973 yang dibuat di hadapan Bagijo, SH, pengganti dari Eliza Pondaag, SH, Notaris di Jakarta. Anggaran Dasar Bank tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 6 Tambahan No.47 tanggal 21 Januari 1975
Anggaran dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir dilakukan dengan akta No. 74 tanggal 31 Desember 2008 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 58 Tambahan No. 575 tanggal 21 Juli 2009.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bank memulai operasi komersial sebagai lembaga keuangan bukan bank pada bulan Januari 1975, selanjutnya melakukan operasi komersial sebagai bank umum pada tanggal 24 Februari 1993 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 176/KMK.017/1993
Bank berkantor pusat di Gedung Artha Graha, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan dan pada tanggal 31 Maret 2012, Bank memiliki 35 kantor cabang, 44 kantor cabang pembantu, 7 kantor kas dan 12 payment point serta 91 jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan payment point berlokasi di berbagai pusat bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Bank telah diterima dan dicatat dalam Database Sisminbakum Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat No. AHU-AH.01.10-27319 tanggal 23 Agustus 2011.
Jumlah gaji dan tunjangan Dewan Komisaris dan Direksi untuk periode Januari sampai Maret sebesar Rp. 4,961 Untuk tahun 2012 dan tahun 2011 sebesar Rp 4.991.
Jumlah gaji dan tunjangan dari anggota Komite Audit untuk periode Januari sampai Maret adalah sebesar Rp.869 untuk tahun 2012 dan Rp. 697 untuk tahun 2011
b. Penawaran Umum Saham Bank
Pada tanggal 10 Juli 1990, Bank memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan Suratnya No. SI-124/SHM/MK.10/1990, Bank melakukan penawaran umum perdana kepada masyarakat sejumlah 5.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham yang merupakan 20% dari modal yang ditempatkan. Selanjutnya saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham) Saham yang diterbitkan dalam rangka penggabungan usaha
dengan PT Bank Artha Graha 20.347.234.677
Pencatatan saham tambahan 2
Peningkatan nilai nominal saham dari Rp. 18,48 persaham menjadi
Rp 110,88 per saham melalui pengurangan jumlah saham pada tahun 2007 (24.948.216.399) Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) pada tahun 2007 840.007.286 (8.400.073) Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) pada tahun 2008 2.695.025.224 Bagian saham yang tidak dapat dicatat (partial delisting) atas PUT III (26.950.253) Jumlah saham Bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 31 Maret 2012 8.489.325.464
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi utama yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan Bank adalah seperti yang dijabarkan di bawah ini:
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Pernyataan Kepatuhan
Laporan keuangan dijabarkan dalam mata uang Rupiah, yang merupakan mata uang pelaporan Bank.
2012 2011
1 Dolar Amerika Serikat (USD) 9,144.00 9,067.50 1 Dolar Australia (AUD) 9,512.05 9,205.78 1 Poundsterling Inggris (GBP) 14,629 13,975.29 1 Dolar Hong Kong (HKD) 1,177.81 1,167.23 1 Yen Jepang (JPY) 111.33 116.82 1 Dolar Singapura (SGD) 7,268.11 6,983.55 12,199.01 11,714.76
Pengakuan dan pengukuran
Bagian saham yang tidak dapat dicatat (partial delisting) atas PUT II
Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (“PAPI”) 2008.
Laporan keuangan juga disusun sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaka Keuangan (BAPEPAM-LK) No. VIII.G.7 yang merupakan lampiran Surat Keputsan Ketua BAPEPAM No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan perubahannya, keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010 serta Surat Edaran BAPEPAM-LK No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi dan Perbankan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan harga perolehan kecuali yang terkait dengan penilaian kembali atas aset tetap sesuai dengan ketentuan Pemerintah dan beberapa akun yang dinilai menggunakan dasar pengukuran lain sebagaimana dijelaskan pada kebijakan akuntansi dari akun tersebut. Laporan keuangan disusun dengan metode akrual kecuali laporan arus kas.
Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung yang dimodifikasi dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, Sertifikat Bank Indonesia, dan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia yang jatuh tempo dalam 3 bulan dari tanggal akuisisi.
b. Penjabaran Mata Uang Asing ● Mata uang pelaporan
● Transaksi dan saldo dalam mata uang asing
Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat tanggal transaksi tersebut. Pada tanggal laporan posisi keuangan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs spot Reuters pada pukul 16.00 Waktu Indonesia Barat yang berlaku pada tanggal tersebut.
Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing, diakui pada laporan laba rugi, kecuali apabila ditangguhkan pada ekuitas karena memenuhi kualifikasi/kriteria sebagai lindung nilai arus kas (hedging).
Selisih penjabaran mata uang asing atas hutang dan aset moneter keuangan lain yang diukur berdasarkan nilai wajar dicatat sebagai bagian dari keuntungan dan kerugian selisih kurs.
Berikut ini adalah kurs mata uang asing utama yang digunakan untuk penjabaran pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 yang menggunakan kurs spot Reuters (Pukul 16:00 Waktu Indonesia Barat):
1Euro Eropa (EUR)
c. Aset dan Liabilitas Keuangan
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kredit yang diberikan dan piutang, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Bank menentukan klasifikasi atas aset keuangan pada saat pengakuan awal.
Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan liabilitas yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Klasifikasi instrumen keuangan pada pengakuan awal tergantung pada tujuan dan intensi manajemen atas instrumen keuangan yang diperoleh, serta karakteristik dari instrumen keuangan tersebut. Semua instrumen keuangan pada saat pengakuan awal diukur sebesar nilai wajarnya ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dimana biaya transaksi diakui langsung dalam laba rugi periode berjalan.
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Manajemen telah menetapkan aset keuangan dan liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi berdasarkan kriteria berikut:
●
● Kelompok aset keuangan dan/atau liabilitas keuangan yang dikelola, dievaluasi, dan diinformasikan secara internal berdasarkan nilai wajar.
● Instrumen keuangan memiliki satu atau lebih derivatif melekat yang secara signifikan mengubah arus kas yang diperlukan sesuai kontrak.
Penurunan nilai atas aset keuangan tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi dan dikeluarkan dari ekuitas.
i.
ii. yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual; atau iii.
Tabel berikut menyajikan klasifikasi instrumen keuangan Bank berdasarkan karakteristik dari instrumen keuangan tersebut:
Instrumen Keuangan
Aset keuangan: Klasifikasi
Kas Kredit yang diberikan dan piutang
Giro pada Bank Indonesia Kredit yang diberikan dan piutang Giro pada bank lain Kredit yang diberikan dan piutang Penempatan pada Bank Indonesia dan bank Lain Kredit yang diberikan dan piutang
Surat-surat berharga
Tagihan derivatif Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Kredit Kredit yang diberikan dan piutang
Tagihan Akseptasi Kredit yang diberikan dan piutang Penyertaan dalam bentuk saham Kredit yang diberikan dan piutang Pendapatan bunga yang masih akan diterima Kredit yang diberikan dan piutang Liabilitas keuangan:
Liabilitas segera Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Simpanan Nasabah Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Simpanan dari bank lain Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Liabilitas Akseptasi Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Pinjaman yang diterima Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Bunga masih harus dibayar Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Liabilitas lain lain Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Pinjaman subordinasi Liabilitas kuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi
Penghentian Pengakuan
Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan perlakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau liabilitias atau pengakuan keuntungan atau kerugian atas aset atau liabilitas tersebut karena penggunaan dasar yang berbeda.
Instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi disajikan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat perubahan nilai wajar instrumen keuangan diakui dalam laporan laba rugi.
Instrumen keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang tidak diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan tersedia untuk dijual diukur sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui langsung dalam ekuitas sebagai “Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual”.
Instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dimana Bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan diskonto atau premi pada saat akuisisi dan biaya transaksi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Amortisasi diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Pendapatan bunga”. Penurunan nilai dari aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo akan diakui dalam laporan laba rugi.
Instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:
yang dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat yang diklasifikasikan dalam kelompok untuk diperdagangkan dan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
dalam hal Bank mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas kredit yang diberikan dan piutang
Setelah pengukuran awal, kredit yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan diskonto atau premi pada saat akuisisi dan biaya transaksi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Amortisasi diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Pendapatan bunga”. Penurunan nilai dari kredit yang diberikan dan piutang akan diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Beban penyisihan kerugian penurunan nilai”.
Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi merupakan liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan, diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya pada saat kewajiban dihentikan atau dibatalkan atau berakhir
Saling Hapus
Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.
Penentuan Nilai Wajar
Reklasifikasi Instrumen Keuangan
d. Kas dan setara kas
e. Giro Wajib Minimum
f. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain
g. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
h. Surat-surat Berharga
Surat-surat berharga terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi Pemerintah dan Korporasi serta saham.
Surat-surat berharga diklasifikasikan ke dalam kelompok tersedia untuk dijual, atau dimiliki hingga jatuh tempo, atau diperdagangkan
Jika Bank mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari suatau aset keuangan atau melakukan kesepakatan pelepasan dan tidak mentransfer atau tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset tersebut, atau tidak mentransfer pengendalian atas aset tersebut, aset diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan Bank atas aset tersebut. Dalam hal ini, Bank juga mengakui liabilitas terkait. Aset yang ditransfer dan liabilitas terkait diukur dengan dasar yang mencerminkan hak dan kewajiban yang masih dimiliki Bank.
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, saat ini Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum telah diakui tersebut dan Bank berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara simultan.
Nilai wajar adalah nilai yang digunakan untuk mempertukarkan suatu aset atau untuk menyelesaikan suatu liabilitas antara pihak-pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).
Nilai wajar suatu aset atau liabilitas keuangan dapat diukur dengan menggunakan kuotasi di pasar aktif (harga penawaran bagi aset yang dimiliki atau liabilitas yang akan diterbitkan dan harga permintaan untuk aset yang akan diperoleh atau liabilitas yang dimiliki). Instrumen keuangan dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif jika harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek (dealer), perantara efek (broker), kelompok industri, badan pengawas (pricing service/regulatory agency) dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar.
Dalam hal tidak terdapat pasar aktif untuk suatu aset atau liabilitas keuangan, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian yang sesuai. Teknik penilaian meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak yang berkeinginan dan memahami, dan apabila tersedia, analisa arus kas yang didiskonto dan referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama.
Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke klasifikasi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan.
Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo yang tidak memenuhi kriteria tertentu, maka seluruh aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasi menjadi aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Selanjutnya, Bank tidak diperkenankan mengklasifikasi aset keuangan sebagai aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo selama dua tahun berikutnya.
Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebagai nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya dan pada saat itu keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas diakui pada laporan laba rugi.
Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo dicatat pada nilai tercatat. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi harus diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif sampai dengan jatuh tempo aset tersebut.
Sejak 1 Januari 2010, untuk tujuan penyajian laporan arus kas, kas dan setara kas terdiri atas kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, dan Sertifikat Bank Indonesia yang jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal perolehan yang tidak dijaminkan atau dibatasi penggunaannya.
Pada tanggal 9 Febuari 2011, Bank Indonesia (BI) menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/10/PBI/2011 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum (GWM) pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan valuta asing. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder, dan GWM Loan toDeposit Ratio (LDR). GWM Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah dan GWM Sekunder dalam Rupiah ditetapkan sebesar 2,5% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah. GWM LDR dalam Rupiah ditetapkan sebesar perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau paramater disinsentif atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank dan KPMM Insentif. GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing. Pemenuhan GWM dalam mata uang asing ini diterapkan secara bertahap, yaitu sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 5% dari Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing dan sejak tanggal 1 Juni 2011, GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing.
Giro pada Bank Indonesia dan bank lain pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penempatan dana dalam bentuk call money dan penempatan. Penempatan pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurang dengan pendapatan bunga yang ditangguhkan
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain pada awalnya diukur pada nila wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai .
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Premi atau diskonto diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai.
i. Surat-surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali
Beban bunga diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
j. Instrumen Derivatif
Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai .
k. Kredit
Restrukturisasi Kredit
Kredit yang Dihapus Buku
l. Tagihan dan Liabilitas Akseptasi
m. Penurunan Nilai Aset Keuangan dan Non-Keuangan
Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi
Kriteria yang digunakan oleh Bank untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai di antaranya adalah sebagai berikut: a. kesulitan keuangan signifikan yang dialami pihak penerbit atau peminjam;
b. terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; c. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau d.
Estimasi periode antara peristiwa kerugian dan identifikasinya ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio yang diidentifikasi
Surat-surat berharga yang diklasifikasikan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (“held-to-maturity”) disajikan sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan premi dan/atau diskonto yang belum diamortisasi. Bila terjadi penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan/atau diskonto) yang bersifat permanen, maka biaya perolehan surat berharga yang bersangkutan diturunkan sebesar nilai wajarnya dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
Jika Bank akan menjual atau mengklasifikasikan kembali investasi-investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo sebelum jatuh tempo melebihi jumlah yang tidak signifikan, seluruh kategori tersebut akan terpengaruh dan harus dikalsifikasikan kembali sebagai investasi yang tersedia untuk dijual. Selanjutnya Bank tidak diperbolehkan untuk mengklasifikasikan aset keuangan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo selama 2 tahun berikutnya.
Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) diakui sebesar harga pembelian kembali yang disepakati dikurangi beban bunga yangbelum diamortisasi. Beban bunga yang belumdiamortisasi merupakan selisih antara harga jual dan harga beli kembali yang disepakati dan diakui sebagai beban bunga selama jangka waktu sejak efek dijual hingga dibeli kembali dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Efek yang dijual tetap dicatat sebagai aset dalam laporan posisi keuangan konsolidasian karena secara substansi kepemilikan efek tetap berada pada pihak Bank sebagai penjual.
Instrumen keuangan derivatif (termasuk transaksi mata uang asing untuk tujuan pendanaan dan perdagangan) diakui sebesar nilai wajar pada laporan posisi keuangan. Nilai wajar ditentukan berdasarkan harga pasar, model penentuan harga atau harga pasar instrumen lain yang memiliki karakteristik serupa.
Keuntungan atau kerugian yang terjadi dari perubahan nilai wajar kontrak derivatif yang tidak ditujukan untuk lindung nilai (atau tidak memenuhi kriteria untuk dapat diklasifikasikan sebagai lindung nilai) diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
Kredit yang diberikan ke nasabah diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi yang timbul pada saat akuisisi serta biaya/fee transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan suku bunga efektif. Amortisasi tersebut diakui pada laporan laba rugi. Penyisihan kerugian atas penurunan nilai dilakukan bila terdapat indikasi penurunan nilai dengan menggunakan metodologi penurunan nilai sebagaimana diungkapkan dalam .
Restrukturisasi kredit meliputi adanya perpanjangan jangka waktu pembayaran dan ketentuan kredit yang baru, setelah syarat dan ketentuan telah dinegosiasi ulang, penurunan nilai yang ada sebelumnya akan diukur dengan menggunakan suku bunga efektif awal sebelum ketentuan kredit dimodifikasi dan kredit tersebut tidak lagi dalam kategori ’past-due’. Manajemen akan melakukan kaji ulang pada kredit yang direstrukturisasi secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh syarat terpenuhi dan pembayaran di masa datang akan terjadi. Evaluasi penurunan nilai secara individual atau kolektif, akan dilakukan untuk kredit tersebut mengikuti evaluasi penurunan nilai atas kredit.
Kredit yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian kredit atau hubungan normal antara Bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebet penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kembali atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya dikreditkan ke penyisihan kerugian penurunan nilai kredit di laporan posisi keuangan.
Dalam kegiatan bisnis biasa, Bank memberikan jaminan keuangan seperti letters of credit, bank garansi dan akseptasi. Tagihan akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai . Liabilitas akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.
Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, ternasuk memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut.
Pertama kali Bank menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang signifikan secara individual. Penilaian individual dilakukan atas aset keuangan yang signifikan yang mengalami penurunan nilai. Aset keuangan yang tidak signifikan namun mengalami penurunan nilai dimasukkan dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko yang serupa dan dilakukan penilaian secara kolektif.
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Klasifikasi Persentase Minimum Penyisihan Kerugian
Lancar 1%
Dalam perhatian khusus 5%
Kurang lancar 15%
Diragukan 50%
Macet 100%
Aset keuangan tersedia untuk dijual
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara individual, jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi menggunakan cadangan kerugian penurunan nilai dan jumlah kerugian penurunan nilai dakui pada laporan laba rugi komprehensif. Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variable, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.
Perhitungan nilai kini dan estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.
Dalam menentukan penuruana nilai secara kolektif untuk posisi 31 Desember 2011 dan 2010, Bank menerapkan Surat Edaran Bank Indonesia No, 11/33/ DPNP tanggal 8 Desember 2009, “Perubahan atas Surat Edaran No. 11/1/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia”. Surat Edaran Bank Indonesia tersebut memuat penyesuaian atas Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (“PAPI”) 2008 tentang ketentuan transisi atas estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif bagi bank yang memenuhi syarat.
Sesuai dengan lampiran Surat Edaran Bank Indoensia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai kredit secara kolektif dengan mengacu pada pembentukan penyisihan umum dan penyisihan khusus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 (“PBI 7”) tanggal 20 Januari 2005 telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Perubahan atas PBI 7, yang kemudian diubah kembali dengan Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 dan PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Rincian penyisihan per klasifikasi kredit sesuai peraturan Bank Indonesia di atas adalah sebagai berikut:
Penyisihan kolektif untuk kredit yang dikelompokkan sebagai dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet dihitung setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperkenankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat (biaya perolehan diamortisasi).
Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralised financial aset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi dan dicatat pada akun penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.
Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai yang sebelumnya diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur) harus dipulihkan, baik secara langsung maupun dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi.
Saldo aset produktif dihapusbukukan pada saat manajemen Bank berpendapat bahwa aset produktif tersebut tidak dapat tertagih. Ketika pinjaman yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapusbukukan dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Pinjaman yang diberikan tersebut dapat dihapusbukukan setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan.
Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah yang telah dihapusbukukan, pada periode berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan kerugian penurunan nilai.
Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada periode sebelumnya dicatat sebagai pendapatan non-operasional lainnya.
Untuk aset keuangan yang tersedia untuk dijual, pada setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar investasi dalam instrumen ekuitas di bawah biaya perolehannya merupakan bukti obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi.
Jika pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan dalam instrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.
Suatu aset mengalami penurunan nilai jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai yang dapat dipulihkan. Nilai tercatat dari aset non-keuangan, kecuali aset pajak tangguhan, ditelaah setiap periode, untuk menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka Bank akan melakukan estimasi jumlah nilai yang dapat dipulihkan.
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
Klasifikasi Persentase Minimum Penyisihan Kerugian
Lancar 1%
Dalam perhatian khusus 5%
Kurang lancar 15%
Diragukan 50%
Macet 100%
Penyisihan kerugian minimum atas transaksi komitmen dan kontinjensi adalah sebagai berikut :
Klasifikasi Persentase Minimum Penyisihan Kerugian
Lancar 1%
Dalam perhatian khusus 5%
Kurang lancar 15%
Diragukan 50%
Macet 100%
n. Penyertaan Saham
o. Aset Tetap dan Penyusutan
Persentase
Bangunan 5% - 10%
Inventaris kantor 10% - 50%
Instalasi 10% - 50%
Tanah dicatat berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan
p. Agunan yang Diambil Alih
Selisih antara nilai agunan yang diambil alih dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan.
Beban pemeliharaan agunan yang diambil alih dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan pada saat terjadinya.
Berdasarkan Surat Bank Indonesia No. 13/658/DPNP/IDPnP tanggal 23 Desember 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian atas aset non-produktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi. Namun, Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. Bank telah melakukan beberepa penyesuaian dengan menjurnal balik penyisihan kerugian untuk aset non-produktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dan telah dibebankan dalam laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.
Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual yang mengalami penurunan nilai meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi.
Untuk aset keuangan tersedia untuk dijual, pada setiap tanggal laporan posisi keuangan Bank menilai apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan telah mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrument hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual dibawah biaya perolehannya merupakan bukti objektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai.
Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang tersedia untuk dijual diakui dengan mengeluarkan kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam ekuitas ke dalam laporan laba rugi. Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi merupakan selisih antara biaya perolehan, setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi, dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi.
Jika pada periode berikutnya, nilai wajar intrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara objektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.
Penyertaan dalam bentuk saham dengan pemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan dimaksudkan untuk penyertaan jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan (metode biaya). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
Aset tetap, (kecuali tanah dan aset tetap yang telah dinilai kembali) dinyatakan sebesar harga perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai, jika ada. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba atau rugi pada saat terjadinya.
Seluruh aset tetap, (kecuali tanah yang tidak disusutkan dan bangunan) disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda ( double-declining-balance method). Bangunan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method). Persentase penyusutan per tahun adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan PSAK 47 mengenai “Akuntansi Tanah” yang berlaku efektif pada tanggal atau setelah tanggal 1 Januari 1999, semua biaya yang terjadi sehubungan dengan perolehan tanah antara lain, biaya perizinan, survey lokasi, biaya pengukuran, biaya notaris dan pajak-pajak berkaitan, ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari biaya perolehan tanah. Biaya tangguhan tersebut diamortisasi selama masa berlaku hak atau masa manfaat tanah mana yang lebih pendek dengan menggunakan metode garis lurus.
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah bersih hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, manfaat ekonomis dan metode penyusutan di-review, dan disesuaikan secara prospektif, jika memenuhi kondisi tersebut.
Agunan yang diambil alih dinyatakan sebesar nilai realisasi bersih atau sebesar nilai outstanding kredit yang diberikan, mana yang lebih rendah. Nilai realisasi bersih adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi dengan estimasi biaya untuk menjual agunan tersebut. Selisih lebih saldo kredit di atas nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil alih dibebankan ke dalam akun cadangan kerugian penurunan nilai.
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
q. Biaya Dibayar di Muka dan Aset Lain-lain
Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.
r. Liabilitas Segera
s. Simpanan Nasabah
t. Simpanan dari Bank Lain
u. Pinjaman yang Diterima
v. Pinjaman Subordinasi
w. Pendapatan dan Beban Bunga
x. Pendapatan dan Beban Provisi dan Komisi
Beban perbaikan (reconditioning cost) yang timbul setelah pengambilalihan agunan dikapitalisasi dalam akun agunan yang diambil alih tersebut.
Aset lain-lain terdiri dari aset yang tidak material yang tidak dapat digolongkan dalam pos-pos sebelumnya. Termasuk dalam aset lain-lain adalah biaya dibayar di muka. Aset lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu harga perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi, penurunan nilai dan penyisihan kerugian atau penurunan nilai.
Liabilitas segera merupakan liabilitas Bank yang harus segera dibayarkan kepada pihak lain berdasarkan kontrak atau perintah dari pihak yang mempunyai kewenangan untuk itu. Liabilitas segera diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi.
Simpanan nasabah terdiri dari giro, tabungan, dan deposito berjangka yang diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, yang diakui pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, pada pengakuan awal dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal simpanan nasabah dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Simpanan dari bank lain terdiri dari liabilitas terhadap bank dalam negeri, dalam bentuk interbank call money yang jatuh tempo menurut perjanjian tidak melebihi dari 90 hari dan deposito berjangka.
Simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, yang diakui pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal simpanan dari bank lain yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Pinjaman yang diterima merupakan dana yang diterima dari bank lain dengan kewajiban pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman.
Pinjaman yang diterima diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, yang pada awalnya dinyatakan sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, dan kemudian dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal pinjaman diterima dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai wajarnya pada awalnya dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal pinjaman subordinasi dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Secara prospektif, untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang akan mendiskonto secara tepat estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang sepanjang perkiraan umur instrumen keuangan tersebut atau, jika lebih tepat untuk masa yang lebih singkat, sebagai nilai tercatat bersih dari asset atau liabilitas keuangan tersebut. Perhitungan dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh syarat dan ketentuan kontraktual instrument keuangan termasuk fee/biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan instrument tersebut yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Nilai tercatat aset atau liabilitas keuangan disesuaikan jika Bank merevisi estimasinya untuk pembayaran maupun penerimaan. Nilai tercatat yang disesuaikan tersebut dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif awal dan perubahannya dicatat di laporan laba rugi. Tetapi untuk aset keuangan yang telah direklasifikasi, dimana pada periode berikutnya Bank meningkatkan estimasi penerimaan kas sebagai hasil dari peningkatan pengembalian penerimaan kas, dampak peningkatan pemulihan tersebut diakui sebagai penyesuaian pada suku bunga efektif sejak tanggal perubahan estimasi.
Jika aset keuangan atau kelompok asset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui atas bagian aset keuangan yang tidak mengalami penurunan nilai dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai, berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung kerugian penurunan nilai.
Kredit yang diberikan dan aset produktif lainnya (tidak termasuk surat-surat berharga) diklasifikasikan sebagai non-performing jika telah masuk dalam klasifikasi kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan, surat-surat berharga diklasifikasikan sebagai non-performing jika penerbit surat berharga tidak dapat memenuhi pembayaran bunga dan/atau pokok atau memiliki peringkat paling kurang
Pendapatan dan beban provisi dan komisi yang jumlahnya material yang berkaitan langsung dengan kegiatan pemberian asset keuangan diakui sebagai bagian/(pengurang) dari biaya perolehan aset keuangan yang bersangkutan dan akan diakui sebagai pendapatan dengan cara diamortisasi berdasarkan metode suku bunga efektif sepanjang perkiraan umur aset atau liabilitas keuangan.
Saldo beban dan pendapatan provisi dan komisi yang ditangguhkan atas kredit yang diberikan yang diakhiri atau diselesaikan sebelum jatuh tempo langsung diakui sebagai pendapatan pada saat penyelesaiannya.
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)
y. Perpajakan
Beban pajak kini ditentukan berdasarkan penghasilan kena pajak untuk tahun berjalan dan dihitung menggunakan tarif pajak yang berlaku.
z. Laba per Saham
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
aa. Imbalan Kerja
ab. Pelaporan Segmen
Sebuah segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas: a.
b.
c. tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.
ac. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi
ad. Penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006)
ae. Penerapan Standar Akuntansi Revisi
Bank telah menerapkan standar akuntansi berikut yang dianggap relevan untuk Bank pada tanggal 1 Januari 2011: - PSAK 1 (Revisi 2009) : “Penyajian Laporan Keuangan”.
- PSAK 2 (Revisi 2009) : “Laporan Arus Kas”. - PSAK 3 (Revisi 2010) : “Laporan Keuangan Interim”. - PSAK 5 (Revisi 2009) : “Segmen Operasi”.
- PSAK 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. - PSAK 8 (Revisi 2010) : “Peristiwa Setelah Periode Laporan”. - PSAK 15 (Revisi 2009) : “Investasi pada Entitas Asosiasi”. - PSAK 19 (Revisi 2010) : “Aset Takberwujud”.
- PSAK 23 (Revisi 2010) : “Pendapatan”.
- PSAK 25 (Revisi 2009) : “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”. - PSAK 48 (Revisi 2009) : “Penurunan Nilai Aset”.
- PSAK 57 (Revisi 2009) : “Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi”.
- PSAK 58 (Revisi 2009) : “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan”. - ISAK 10 : “Program Loyalitas Pelanggan”.
- ISAK 14 : “Aset TakBerwujud - Biaya Situs Web”. - ISAK 17 : “Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai”.
Penerapan standar akuntansi tidak menimbulkan dampak yang signifikan, kecuali untuk:
1 Penyajian Laporan Keuangan
Pajak penghasilan tangguhan dihitung dengan menggunakan metode liabilitas, terhadap semua perbedaan temporer pada tanggal neraca antara aset dan liabilitas menurut pajak dan nilai tercatatnya untuk tujuan pelaporan keuangan.
Liabilitas pajak tangguhan diakui atas semua perbedaan temporer kena pajak. Aset pajak tangguhan diakui atas semua perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan saldo rugi pajak yang belum digunakan, apabila besar kemungkinannya bahwa jumlah laba fiskal di masa datang akan memadai untuk dikompensasi dengan perbedaan temporer yang didapat dikurangkan dan saldo rugi fiskal yang belum digunakan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang berlaku secara efektif atau secara substansial diberlakukan pada tahun dimana aset tersebut direalisasikan atau liabilitas tersebut diselesaikan.
Koreksi terhadap liabilitas perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan, atau apabila diajukan permohonan keberatan atau banding, ketika hasil keberatan atau banding sudah ditetapkan.
Bank yang berdomisili di Indonesia mengakui penyisihan imbalan kerja berdasarkan Undang-Undang No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003 dan PSAK 24 (Revisi 2004) tentang “Imbalan Kerja”. Penyisihan tersebut diakui berdasarkan perhitungan aktuaris. Metode perhitungan aktuaria yang digunakan oleh aktuaris adalah metode Projected Unit Credit.
Keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial bersih yang belum diakui untuk masing-masing perusahaan pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian diakui atas dasar metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan yang diharapkan.
Biaya jasa lalu dibebankan dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi hak (vested).
yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama)
hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan
Sejak 1 Januari 2011, Bank menyajikan segmen operasi berdasarkan informasi yang disiapkan secara internal untuk pengambil keputusan operasional. Perubahan kebijakan akuntansi ini merupakan penerapan PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi” dan diterapkan secara retrospektif. Sebelumnya, segmen operasi ditentukan dan disajikan berdasarkan PSAK 5 (Revisi 2000), “Pelaporan Segmen”. Berdasarkan PSAK 5 (Revisi 2009), sebuah segmen usaha adalah sekelompok aset dan operasi yang menyediakan barang atau jasa yang memiliki resiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen usaha lainnya.
Sebuah segmen geografis menyediakan jasa di dalam lingkungan ekonomi tertentu yang memiliki resiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen operasi lainnya yang berada dalam lingkungan ekonomi lain. Bank melaporkan segmen sekunder berdasarkan daerah Jakarta dan luar Jakarta.
Bank melakukan transaksi dengan pihak berelasi sesuai dengan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 mengenai “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”.
Jenis transaksi dan saldo dengan pihak berelasi, baik yang dilaksanakan dengan ataupun tidak dilaksanakan dengan syarat serta kondisi normal yang sama untuk pihak yang tidak berelasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pada tahun 2010, Bank telah menerapkan PSAK 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, dan PSAK 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” yang dilakukan secara prospektif.
Implementasi ini tidak berlaku untuk aset nonproduktif seperti diungkapkan pada sehingga untuk aset non-produktif tidak terdapat perubahan kebijakan akuntansi. .