• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen PT BANK CAPITAL INDONESIA Tbk (Halaman 61-72)

Bank memiliki eksposur terhadap risiko di bawah ini yang berasal dari instrumen keuangan: - Risiko kredit

- Risiko pasar - Risiko likuiditas - Risiko operasional

Catatan di bawah ini menyajikan informasi mengenai eksposur Bank terhadap setiap risiko di atas, tujuan, kebijakan dan proses yang dilakukan oleh Bank dalam mengukur dan mengelola risiko.

a. Kerangka manajemen risiko

Organisasi manajemen risiko Bank melibatkan pengawasan dari Dewan Komisaris, Direksi dan Komite Pengawasan Risiko. Komite Pemantau Risiko merupakan komite yang dibentuk untuk mendukung tugas-tugas Dewan Komisaris. Komite Pemantau Risiko tersebut menyetujui dan memonitor pelaksanaan kerangka dan kebijakan manajemen risiko Bank Komite Pemantau Risiko tersebut mengadakan pertemuan setiap bulannya untuk menilai kinerja dari setiap portofolio kredit dan mendiskusikan masalah-masalah risiko. Dewan Komisaris mendelegasikan kuasa kepada Direktur Utama dan Direksi untuk mengimplementasikan strategi manajemen risiko. Komite Manajemen Risiko dibentuk oleh Direksi dan bertanggungjawab untuk mengelola risiko yang ada di Bank. Komite Manajemen Risiko tersebut terdiri dari semua anggota Direksi dan senior manajer eksekutif. Komite Manajemen Risiko diketuai oleh Direktur yang membawahi Bidang Manajemen Risiko.

Kebijakan manajemen risiko Bank ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa risiko-risiko yang dihadapi Bank, untuk menetapkan batasan risiko dan pengendalian yang sesuai, serta untuk mengawasi risiko dan kepatuhan terhadap batasan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan sistem manajemen risiko ditelaah secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar, produk, dan jasa yang ditawarkan. Bank, melalui pelatihan serta standar dan prosedur pengelolaan, berusaha untuk mengembangkan lingkungan pengendalian yang taat dan konstruktif, dimana semua karyawan memahami tugas dan liabilitas mereka.

Komite Audit Bank memiliki tanggung jawab untuk memantau kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur manajemen risiko, dan untuk menelaah kecukupan kerangka manajemen risiko yang terkait dengan risiko-risiko yang dihadapi oleh Bank. Dalam menjalankan fungsinya, Komite Audit dibantu oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI). SKAI secara berkala maupun sesuai kebutuhan, menelaah pengendalian dan prosedur manajemen risiko dan melaporkan hasilnya ke Komite Audit Bank.

b. Risiko kredit

Risiko kredit adalah risiko terjadinya kerugian keuangan yang disebabkan nasabah atau counterparty gagal memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dikelola melalui penetapan kebijakan - kebijakan dan proses-proses yang meliputi kriteria pemberian kredit, origination dan persetujuan kredit, penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio. Bank juga dengan ketat memantau perkembangan portofolio kredit Bank, yang memungkinkan Bank untuk melakukan tindakan pencegahan secara tepat waktu apabila terjadi penurunan kualitas kredit.

Bank terus melanjutkan untuk mengelola dan mengawasi secara aktif kualitas portofolio pinjaman yang diberikan dengan cara meningkatkan kebijakan manajemen risiko kredit secara efektif, penyempurnaan prosedur dan pengembangan system dalam upaya menjaga dampak negatif yang diakibatkan oleh kredit bermasalah.

Bank telah mengimplementasikan upaya berlapis disetiap tahap yang berhubungan dengan aktifitas penagih utang untuk meningkatkan proses penagihan dan memperkuat pemantauan kegiatan penagihan. Beberapa upaya dilakukan seperti mengatur tentang proses perekrutan karyawan penagihan, seleksi dan pemeriksaan terhadap calon karyawan penagihan, pelatihan dalam melakukan pekerjaan penagihan baik mengenai tata cara penagihan dan kode etik dalam melakukan penagihan, meninjau ulang perjanjian kerjasama dengan agen penagihan utang. Untuk itu seluruh lini bisnis telah memiliki kebijakan dan prosedur untuk memonitor perilaku penagih, termasuk agen penagihan dan pihak ke tiga.

Produk program telah dikembangkan oleh masing-masing unit bisnis berdasarkan kebijakan kredit yang telah ditetapkan.

Sistem Informasi Manajemen telah tersedia dan mencakup tingkat yang cukup rinci untuk mendeteksi setiap perkembangan yang kurang baik sedini mungkin sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan secara tepat waktu atas penurunan kualitas kredit atau untuk meminimalisasi kerugian kredit.

Bank secara aktif terlibat dalam persiapan penerapan Basel II sesuai dengan panduan dari Bank Sentral. i. Eksposur maksimum terhadap risiko kredit

Untuk aset keuangan yang diakui di laporan posisi keuangan , eksposur maksimum terhadap risiko kredit sama dengan nilai tercatatnya. Untuk liabilitas kontinjensi, eksposur maksimum terhadap risiko kredit adalah nilai maksimum yang harus Bank bayarkan dalam hal timbul liabilitas atas instrumen yang diterbitkan.

b. Risiko kredit (lanjutan)

i. Eksposur maksimum terhadap risiko kredit (lanjutan)

Untuk komitmen kredit, eksposur maksimum terhadap risiko kredit adalah sebesar jumlah fasilitas yang belum ditarik dari nilai penuh fasilitas kredit yang telah disepakati (committed) kepada nasabah.

Tabel berikut menyajikan eksposur maksimum terhadap risiko kredit Bank atas instrumen keuangan pada laporan posisi keuangan dan komitmen dan kontinjensi (rekening administratif), tanpa memperhitungkan agunan yang dimiliki atau jaminan kredit lainnya.

Jakarta Solo Jakarta Solo

Laporan Posisi Keuangan:

Giro pada Bank Indonesia 390.054 - 371.065

-Giro pada bank lain 47.469 - 54.989

-Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia 621.000 - 1.342.901

-Pinjaman yang diberikan 2.483.656 136.124 1.679.361 61.429 Efek-efek 1.120.996 - 993.053

-Tagihan akseptasi 1.468 - 5.328

-Obligasi Pemerintah 65.616 - 168.222

-Piutang premi - - -

-Aset lain-lain - bersih 23.877 433 15.929 73

Sub-jumlah 4.754.136 136.557 4.630.848 61.502 Komitmen dan kontijensi: Fasiitas kredit kepada debitur yang belum digunakan 444.371 1.168 -

-Garansi yang diterbitkan 136.574 - 111.365

-Letters of credit yang tidak dapat dibatalkan 5.897 - 6.833

-Sub-jumlah 586.842 1.168 118.198

-Jumlah 5.340.978 137.725 4.749.046 61.502 30 September 2012 31 Desember 2011 ii. Analisis risiko konsentrasi kredit Risiko konsentrasi kredit timbul ketika sejumlah pelanggan bergerak dalam aktivitas usaha yang sejenis atau memiliki kegiatan usaha dalam wilayah geografis yang sama, atau memiliki karakteristik yang sejenis yang dapat menyebabkan kemampuan nasabah untuk memenuhi liabilitas kontraktualnya sama-sama dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi ataupun kondisi lainnya. Bank mendorong adanya diversifikasi dari portofolio kreditnya pada berbagai wilayah geografis, industri, dan produk kredit sebagai upaya untuk meminimalisasi risiko kredit. Penambahan diversifikasi ini berdasarkan rencana strategi Bank, sektor target, kondisi ekonomi saat ini kebijakan pemerintah, sumber pendanaan, dan proyeksi pertumbuhan. Konsentrasi kredit yang diberikan berdasarkan jenis kredit, mata uang, sektor ekonomi dan wilayah geografis diungkapkan pada Catatan 10. iii. Konsentrasi berdasarkan jenis debitur Tabel berikut menyajikan konsentrasi aset keuangan berdasarkan jenis debitur: Giro pada Penempatan Piutang bank lain dan pada bank lain pembiayaan Tagihan Obligasi Komitmen dan BI dan BI Efek-efek Pinjaman konsumen akseptasi Pemerintah kontinjensi Korporasi - - 712.224 922.017 10.924 1.468 - 79.065 Pemerintah dan Bank Indonesia 390.054 356.000 373.602 - 2.996 - - -Bank - bank 47.469 265.000 100.786 9.917 1.197 - - -Retail - - - 1.713.597 - - - -Jumlah 437.523 621.000 1.186.612 2.645.531 15.117 1.468 - 79.065 30 September 2012

b. Risiko kredit (lanjutan)

iii. Eksposur maksimum terhadap risiko kredit (lanjutan)

Giro pada Penempatan Piutang

bank lain dan pada bank lain pembiayaan Tagihan Obligasi Komitmen dan BI dan BI Efek-efek Pinjaman konsumen akseptasi Pemerintah kontinjensi Korporasi - - - 1.447.619 25 - 689.306 339.016 Pemerintah dan Bank Indonesia 371.065 1.172.901 98.713 - - - 168.222 -Bank - bank 54.989 170.000 - 9.942 4.028 5.328 - -Retail - - - 208.812 500 - - 50.022 Jumlah 426.054 1.342.901 98.713 1.666.373 4.553 5.328 857.528 389.038 31 Desember 2011 c. Risiko pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan faktor pasar dan portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan Bank (adverse movement). Yang dimaksud dengan faktor pasar adalah suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivatif dari kedua jenis risiko pasar tersebut misalnya perubahan harga opsi. Risiko pasar terdapat pada aktivitas fungsional Bank dan kegiatan tresuri. Aktivitas ini mencakup penempatan posisi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis lainnya), dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.

Tujuan dari manajemen risiko pasar adalah untuk mengelola dan melakukan kontrol atas eksposur risiko pasar dalam parameter yang dapat diterima, serta memaksimalkan tingkat pengembalian atas risiko.

Risiko pasar dikelola melalui kebijakan yang komprehensif dan kerangka limit untuk mengukur dan memonitor nilai risiko berdasarkan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) oleh Bank. Limit dari risiko pasar ditetapkan pada tingkat bank-wide dan dilaporkan serta dipantau oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) setiap hari. Management Action Triggers (MAT) membantu manajemen pada saat tingkat risiko mencapai batasan-batasan tertentu.

Assets and Liability Committee (ALCO) berperan sebagai forum manajemen senior tertinggi untuk mengambil keputusan atas kebijakan yang berkaitan dengan manajemen risiko pasar dan likuiditas. Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggungjawab untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko pasar di Bank berdasarkan kerangka yang disetujui oleh ALCO.

Secara keseluruhan, risiko pasar dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut: i. Risiko mata uang

Risiko mata uang timbul dari adanya posisi posisi keuangan dan komitmen dan kontinjensi (off- balance sheet) baik di sisi aset maupun liabilitas yang timbul melalui transaksi mata uang asing.

Bank mengukur risiko nilai tukar untuk melihat dampak perubahan nilai tukar pada pendapatan dan modal Bank. Untuk mengelola dan memitigasi risiko nilai tukar, pembatasan posisi secara internal telah ditentukan, lebih konservatif dari pembatasan regulator sebesar 20%. Untuk posisi devisa terbuka, Bank melakukan analisa dengan menggunakan pengukuran yang lebih risk sensitive untuk meningkatkan kontrol terhadap risiko nilai tukar.

c. Risiko pasar (lanjutan)

Aset Liabilitas Posisi Devisa Neto Mata Uang

Keseluruhan (Laporan posisi keuangan dan Rekening Administratif)

Dolar Amerika Serikat 601.057 657.858 56.801 Dolar Singapura 1.094 - 1.094 Euro 15.613 15.486 127 Dolar Australia 134 - 134 Jumlah 617.898 673.344 58.156

Jumlah Modal Tier I dan II 635.505

Rasio PDN (Keseluruhan) 9,15%

30 September 2012

Aset Liabilitas Posisi Devisa Neto Mata Uang

Keseluruhan (Laporan posisi keuangan dan Rekening Administratif)

Dolar Amerika Serikat 395.770 380.248 15.522 Dolar Singapura 96 - 96 Euro 65 - 65 Dolar Australia 36 - 36 Jumlah 395.967 380.248 15.719

Jumlah Modal Tier I dan II 547.027

Rasio PDN (Keseluruhan) 2,87%

31 Desember 2011

ii. Risiko tingkat suku bunga

Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi Bank yang mengandung risiko suku bunga.

Tabel di bawah merangkum tingkat suku bunga efektif rata-rata setahun untuk Rupiah dan mata uang asing pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011.

c. Risiko pasar (lanjutan)

Mata Uang Mata Uang

Rupiah Asing Rupiah Asing

% % % %

ASET

Giro pada bank lain 0,00% 0% 0,77% 0%

Penempatan pada

Bank Indonesia dan bank lain 4,00% 0,00% 10,92%

-Efek-efek 9,68% 0,00% 11,35% 6,75% Kredit 13,10% 7,85% 12,33% 7,46% LIABILITAS Simpanan nasabah Giro 1,97% 0,42% 2,33% 0,20% Tabungan 4,08% - 4,81% -Deposito berjangka 6,30% 1,74% 5,75% 1,00%

Simpanan dari bank lain Efek yang dijual dengan janji

dibeli kembali - - -

-30 September 2012 31 Desember 2011

Bank mengelola risiko suku bunga dengan menggunakan pendekatan analisa gap repricing, simulasi dengan skenario perubahan suku bunga (naik/turun). Untuk meningkatkan pengelolaan risiko tingkat bunga, kita juga sedang menerapkan Earning-at-Risk (EAR) dan Economic Value of Equity (EVE) untuk melengkapi dalam pengukuran risiko. Keduanya akan memberi estimasi dari dampak perubahan suku bunga terhadap pendapatan bank maupun perubahan modal bank

Buku Trading tetap dikelola dengan pengukuran posisi, sensitivitas dan nilai VAR. Limit risiko pasar ditetapkan dengan mengacu pada pengukuran ini untuk pengelolaan eksposur suku bunga.

Tabel di bawah ini menyajikan portofolio Bank (tidak termasuk portofolio yang diperdagangkan) pada nilai tercatatnya, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau tanggal jatuh tempo kontraktual:

Kurang dari Kurang dari Lebih dari Nilai tercatat 3 bulan 3-12 bulan 3 bulan 3-12 bulan 12-24 bulan 24 bulan

Aset Keuangan

Giro pada Bank Indonesia 390.054 390.054 - - - - -Giro pada Bank lain 47.469 47.469 - - - - -Penempatan pada

Bank Indonesia dan

bank lain 621.000 - - 621.000 - - -Efek-efek 1.186.612 423.153 - 204.214 298.904 17.606 242.735 Kredit 2.645.531 2.642.788 - 2.653 15 59 16

Jumlah 4.890.666 3.503.464 - 827.867 298.919 17.665 242.751 Liabilitas Keuangan

Simpanan dari nasabah 4.317.507 788.264 14.050 3.212.574 302.619 - -Simpanan dari bank lain 91.952 6.929 - 85.022 - -

-Jumlah 4.409.459 795.193 14.050 3.297.596 302.619 -

-Pengaruh dari derivatif

untuk manajemen risiko - - - - - - -Selisih 4.409.459 795.193 14.050 3.297.596 302.619 -

-30 September 2012

c. Risiko pasar (lanjutan)

Kurang dari Kurang dari Lebih dari Nilai tercatat 3 bulan 3-12 bulan 3 bulan 3-12 bulan 12-24 bulan 24 bulan

Aset Keuangan

Giro pada Bank Indonesia 371.065 371.065 - - - - -Giro pada Bank lain 54.989 54.989 - - - - -Penempatan pada

Bank Indonesia dan

bank lain 1.342.901 1.342.901 - - - - -Efek-efek 993.053 - - 163.663 193.911 182.016 453.463 Kredit 1.740.790 1.754.737 - 3.945 - 48

-Jumlah 4.502.798 3.523.692 - 167.608 193.911 182.064 453.463 Liabilitas Keuangan

Simpanan dari nasabah 3.975.641 878.383 - 2.921.252 176.006 - -Simpanan dari bank lain 66.729 6.338 - 60.391 - -

-Jumlah 4.042.370 884.721 - 2.981.643 176.006 -

-Pengaruh dari derivatif

untuk manajemen risiko - - - - - - -Selisih 4.042.370 884.721 - 2.981.643 176.006 -

-31 Desember 2011

Suku bunga mengambang Suku bunga tetap

d. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh ketidak mampuan Bank dalam memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan menutup posisi di pasar. Risiko likuiditas merupakan risiko yang terpenting pada bank umum dan perlu dikelola secara berkesinambungan.

ALCO berperan sebagai forum manajemen senior tertinggi untuk memonitor situasi likuiditas Bank. ALCO bertanggungjawab untuk menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan aset dan liabilitas Bank sejalan dengan prinsip kehati-hatian manajemen risiko dan peraturan yang berlaku. ALCO menyetujui kerangka limit, mempertimbangkan struktur laporan posisi keuangan jangka panjang dari Bank. ALCO juga menyetujui asumsi likuiditas dan skenario stress testing yang akan diterapkan.

Bank mengelola risiko likuiditas melalui analisis perbedaan jatuh tempo likuiditas dan rasio-rasio likuiditas. Risiko likuiditas diukur dan dipantau secara harian berdasarkan kerangka kerja limit risiko likuiditas. Kerangka kerja digunakan untuk mengelola situasi likuiditas Bank pada kondisi normal (business-as-usual) dan kejadian kondisi stress. Rencana pendanaan darurat likuiditas (liquidity contingency plan) telah disusun untuk mempersiapkan Bank jika terjadi krisis likuiditas.

Eksposur terhadap risiko likuiditas

Analisis kesenjangan likuiditas untuk memberikan pandangan terhadap ketidaksesuaian arus kas masuk terkait dengan arus kas keluar di setiap saat. Kondisi ini dikelola secara terpusat oleh Tresuri yang mempunyai akses dan otorisasi secara langsung ke interbank, nasabah besar (institusional) dan professional market yang lainnya, dalam upaya membantu aktivitas bisnis Bank di pengumpulan dana dan pemberian kredit.

Salah satu rasio likuiditas adalah rasio dari aset likuid bersih terhadap liabilitas 1 bulan. Untuk tujuan ini, aset yang bersifat likuid termasuk kas dan setara kas dan efek-efek berperingkat investasi, yang diperdagangkan secara aktif dan likuid di pasar dikurangi dengan simpanan dari bank dan komitmen yang jatuh tempo dalam satu bulan mendatang.

Pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011, rasio dari aset likuid bersih terhadap simpanan nasabah adalah sebagai berikut:

d. Risiko likuiditas (lanjutan)

30 September 2012 31 Desember 2011

Kas dan setara kas 1.279.229 1.657.529 Efek-efek dan Obligasi Pemerintah

diperdagangkan, tidak termasuk SBI yang sudah diklasifikasikan

sebagai kas dan setara kas 57.281 98.500 Efek-efek dan Obligasi Pemerintah

tersedia untuk dijual,

tidak termasuk SBI yang sudah diklasifikasikan sebagai

kas dan setara kas 936.375 636.673 Simpanan dari bank lain 91.952 224.989 Jumlah aset likuid bersih 2.364.837 2.617.691 Simpanan dari nasabah 4.317.507 3.975.641 Rasio aset likuid bersih terhadap

simpanan dari nasabah 54,77% 65,84%

Sisa jatuh tempo kontraktual dari liabilitas keuangan

Tabel di bawah ini menyajikan ekspektasi arus kas dari liabilitas keuangan Bank berdasarkan periode jatuh tempo kontraktual yang terdekat dan asumsi perilaku (behavioral assumptions) pada tanggal pelaporan.

Nilai nominal arus masuk/arus keluar yang disajikan pada tabel di bawah ini merupakan arus kas kontraktual yang tidak didiskontokan terkait dengan pokok dan bunga atas liabilitas keuangan. Pengungkapan instrumen derivatif menunjukkan nilai bersih derivatif yang dapat diselesaikan secara neto, juga arus masuk dan arus keluar bruto untuk derivatif yang diselesaikan bruto secara bersamaan (misalnya, kontrak berjangka valuta asing).

e. Risiko likuiditas (lanjutan)

Tidak

mempunyai Lebih dari

jatuh tempo Kurang dari 3 - 12 Lebih dari kontraktual 1 bulan 1 - 3 bulan bulan 12 bulan

Liabilitas non derivatif:

Simpanan dari nasabah 742.482 2.519.342 739.014 316.669

-Simpanan dari bank lain 6.969 84.983 Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali - - - -

-Liabilitas akseptasi 1.468 - - -

-Pinjaman yang diterima - - - -

-Obligasi yang diterbitkan - - - -

-Beban yang masih harus dibayar dan liabilitas lain-lain - 15.110 1.165 9.425

-Derivatif: Arus keluar - - - - -Arus masuk - - - - -Sub-jumlah Jumlah 750.919 2.619.435 740.179 326.094 -30 September 2012 Tidak mempunyai Lebih dari jatuh tempo Kurang dari 3 - 12 Lebih dari kontraktual 1 bulan 1 - 3 bulan bulan 12 bulan Liabilitas non derivatif: Simpanan dari nasabah 878.383 2.542.879 400.518 153.861

-Simpanan dari bank lain 6.382 60.347 Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali - - - -

-Liabilitas akseptasi - - 5.328 -

-Pinjaman yang diterima - - - -

-Obligasi yang diterbitkan - - - -

-Beban yang masih harus dibayar dan liabilitas lain-lain 24.143 972 1.566 1.565

-Derivatif: Arus keluar - - - - -Arus masuk - - - - -Sub-jumlah Jumlah 908.908 2.604.198 407.412 155.426 -31 Desember 2011

e. Risiko likuiditas (lanjutan)

Analisis perbedaan jatuh tempo aset dan liabilitas keuangan

Tabel dibawah ini menyajikan analisa jatuh tempo aset dan liabilitas Bank pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 berdasarkan jangka waktu yang tersisa sampai tanggal jatuh tempo kontrak dan asumsi perilaku (behavioral assumptions):

Tidak mempunyai

Kontrak jatuh Kurang dari

Nilai tercatat tempo 1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan 1-2 tahun

ASET

Kas 27.749 27.749 - - - -

-Giro pada Bank Indonesia 390.054 390.054 - - - -

-Giro pada bank lain 47.469 47.469 - - - -

-Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain 621.000 - 621.000 - - -

-Tagihan spot dan derivatif 296 296

-Efek-efek 1.186.612 423.153 10.516 193.698 87.701 211.203 260.341 Kredit yang diberikan 2.645.531 - 197.782 489.442 320.370 717.891 920.046 Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo) - - - - - -

-Aset tetap 143.096 143.096 - - - - -Tagihan akseptasi 1.468 - 1.468 - - - -Aset lain-lain 39.427 38.520 907 - - - -Jumlah 5.102.702 1.070.337 831.673 683.140 408.071 929.094 1.180.387 Cadangan kerugian penurunan nilai (27.751) Jumlah 5.074.951 LIABILITAS Kewajiban segera 3.680 - 3.680 - - -Simpanan nasabah 4.317.507 742.482 2.519.342 739.014 197.250 119.420

-Simpanan dari bank lain 91.952 6.969 84.983 - - -

-Kewajiban Spot & Derivatif 316 - - - -

-Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali - - - - - -

-Utang pajak 4.362 - 4.362 -

-Estimasi kerugian - - - - - -

-komitmen dan kontinjensi Beban yang masih harus dibayar dan liabilitas lain-lain 25.700 - 15.110 1.165 8.568 856

-Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja 2.762 2.762 - - - - -4.446.279 752.213 2.627.477 740.179 205.818 120.276 -Jumlah 656.423 318.124 (1.795.804) (57.039) 202.253 808.818 1.180.387 Perbedaan jatuh tempo

Posisi neto setelah

Cadangan kerugian penurunan nilai 628.672

e. Risiko likuiditas (lanjutan)

Tidak mempunyai

Kontrak jatuh Kurang dari

Nilai tercatat tempo 1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan 1-2 tahun

ASET

Kas 14.850 14.850 - - - - -Giro pada Bank Indonesia 371.065 371.065 - - - - -Giro pada bank lain 54.989 54.989 - - - - -Penempatan pada

Bank Indonesia dan

bank lain 1.342.901 - 1.342.901 - - - -Efek-efek 1.002.107 - 997.068 - - 5.039 -Kredit yang diberikan 1.758.730 - 40.501 256.531 591.644 655.922 214.132 Aset tetap 139.537 86.478 - - - - -Aset lain-lain 16.002 10.674 - 5.328 - - -Jumlah 4.700.181 538.056 2.380.470 261.859 591.644 660.961 214.132 Cadangan kerugian penurunan nilai (17.940) Jumlah 4.682.241 LIABILITAS Kewajiban segera 47.862 - 17.247 30.615 - - -Simpanan nasabah 3.975.641 878.383 2.542.879 400.518 82.867 70.994 -Simpanan dari bank lain 66.729 6.382 60.347 - - - -Efek yang dijual dengan

janji dibeli kembali - - - - - - -Utang pajak 13.109 - 13.109 - - - -Estimasi kerugian

komitmen dan kontinjensi - - - - - - -Beban yang masih

harus dibayar dan

liabilitas lain-lain 21.506 10.690 3.438 6.218 - 209 709 Kewajiban diestimasi atas

imbalan kerja 2.762 2.762 - - - - -Jumlah 4.079.747 898.217 2.619.773 406.736 82.867 71.203 709 Perbedaan jatuh tempo 620.434 (360.161) (239.303) (144.877) 508.777 589.758 213.423 Posisi neto setelah

Cadangan kerugian

penurunan nilai 602.494

31 Desember 2011

f. Risiko operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kurang memadainya atau kegagalan dari proses internal, faktor manusia dan sistem atau dari kejadian-kejadian eksternal.

Risiko ini melekat dalam semua proses bisnis, kegiatan operasional, sistem dan produk Bank, dari mulai Kantor Pusat sampai kantor kas di seluruh Indonesia. Kegagalan mengelola risiko operasional dapat menyebabkan kerugian financial, keselamatan karyawan dan reputasi Bank.

Komponen utama dari Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko Operasional yang dijalankan secara berkesinambungan antara lain:

1. Akuntabilitas yang jelas

Semua pihak di Bank menjalankan penugasan terkait dengan perannya masing-masing dalam pengelolaan risiko operasional.

Direksi seperti halnya Dewan Komisaris bertanggung-jawab untuk mengawasi efektivitas dari kerangka kerja pengelolaan risiko operasional secara menyeluruh serta pelaksanaannya.

Unit bisnis dan fungsi support sebagai pemilik dari proses pengelolaan risiko dan fungsi Pengendalian Internal yang ada pada setiap Risk Taking Unit (RTU) berperan sebagai lini pertahanan lapis pertama dalam penegakan pengelolaan risiko operasional sehari-hari. Mereka bertanggungjawab dalam mengidentifikasi, mengelola, memitigasi dan melaporkan Risiko Operasional.

f. Risiko Operasional (lanjutan)

1. Akuntabilitas yang jelas 9lanjutan)

Satuan Kerja Manajemen Risiko (“SKMR”) bersama-sama dengan Divisi Kepatuhan dan Hukum berperan sebagai pertahanan lapis kedua.

SKMR berfungsi dalam perancangan, pendefinisian, pengembangan dan pemeliharaan kerangka kerja risiko operasional secara keseluruhan, memantau penerapan kerangka kerja oleh RTU, memastikan kecukupan kontrol atas kebijakan dan prosedur, sertaa berperan sebagai koordinator/fasilitator atas aktivitas pengelolaan risiko operasional yang efektif.

Sedangkan Satuan Kerja Audit Internal secara independen berperan sebagai pertahanan lapis ketiga. Bank juga melakukan penerapan yang ketat atas prinsip “empat mata” (pemisahan tugas dan dual control / dual custody) untuk semua proses terutama proses yang beresiko.

2. Siklus pengelolaan risiko operasional

Pelaksanaan kerangka kerja SKMR di Bank dilakukan dalam siklus SKMR yang terpadu dan terdiri dari proses identifikasi, penilaian/pengukuran, pemantauan serta pengendalian/mitigasi risiko.

Siklus ini mencakup :

(1) Identifikasi risiko melalui analisa alur kerja dan key process untuk membuat risk registration.

(2) Tinjauan risiko / pengukuran di tingkat unit operasional didukung dengan Risk Control Self Assessment (RCSA) secara periodik dan pencatatan risk / loss event dengan RTU terkait, juga dengan melalui review dan anal isa atas Key Risk Indicator (KRI).

(3) Pengukuran dan pelaporan atas pemaparan

risiko residual maupun tingkat kedisiplinan unit kerja dalam menerapkan mekanisme kontrol.

(4) Tinjauan risiko secarah menyeluruh atas produk,

sistem maupun aktifitas / proses Bank yang

Dalam dokumen PT BANK CAPITAL INDONESIA Tbk (Halaman 61-72)

Dokumen terkait