• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Aset Organisasi Gereja

4.4.2 Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Ternak

Jemaat Werwaru

Tabel 4.6 Tabel jenis ternak, jumlah, pemelihara dan hasil

Jenis Ternak Jumlah(ekor) Pemelihara Hasil Kerbau 1 Perorangan Tidak

diketahui (masih dalam

masalah)

Kerbau ini tidak lagi diketahui sudah

memproduksi berapa anak karena yang dipercayakan

untuk menggaduhnya tidak pernah memberitahu

para majelis tentang perkembangan kerbau ini sejak

tahun 2002 sampai sekarang. Ada masalah

(kemandegan) dalam proses pengawasan, artinya

sumber daya manusia yang diberi tugas untuk

baik. Dipihak lain sumber daya manusia yang diberi

gaduhan tidak bertanggungjawab terhadap

pengeloaan aset tersebut. Akibatnya aset tidak

dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Jemaat Werwaru adalah jemaat yang masuk

dalam kategori kelas tiga, dimana anggota warganya

sedikit dan aset-aset yang dimiliki tidak seperti

jemaat-jemaat lain di wilayah pelayanan Klasis Letti

Moa Lakor. Jumlah jiwa sedikit, tingkat pendidikan

juga rendah dan aset yang dimiliki gereja pun sangat

sedikit untuk dikelola untuk menopang pelayanan

kepada umat. Ada aset pun kurang dimanfaatkan

sebagaimana mestinya sehingga jemaat ini tetap

masuk dalam jemaat yang perlu diberdayakan baik

dari segi sumber daya manusia maupun sumber

daya alamnya.

Matius 25:14-30 perumpaan tentang talenta

mengajarkan bahwa hamba-hamba Tuhan harus

kepada mereka dengan tepat dan efisien pada hari

perhitungan. Orang-orang kristen yang menaruh

kesetiaan di dalam bekerja akan menuai deviden

yang sangat banyak, dia tidak mementingkan

kepentingan diri sendiri. Apa yang dimiliki adalah

milik Tuhan dan apapun yang dikerjakan adalah

untuk Tuhan. Hal ini juga mengajarkan bahwa setiap

orang telah menerima karunia “masing-masing

menurut kemampuannya”, dan karunia-karunia itu

harus digunakan untuk melayani Allah.

Di dalam kerajaan Allah setiap orang

diharapkan untuk menggunakan sepenuhnya

karunia yang sudah diterima, karena di dalam

kerajaan Allah tidak ada tempat bagi pemalas tetapi

hanya bagi pekerja-pekerja yang giat. Ini adalah

tugas dari pendeta dalam menyampaikan firman

Tuhan kepada warga jemaat sehingga pendeta

mampu mentransfer ajaran Tuhan dengan baik.

majelis dan warga mampu memberdayakannya maka

hasilnya akan berlipat ganda seperti di Jemaat Patti,

sehingga Jemaat Werwaru dapat berkembang dan

tidak identik dengan jemaat yang miskin terus

menerus.

Jemaat Patti

Tabel 4.7 Tabel jenis ternak, jumlah, pemelihara dan hasil

Jenis Ternak

Jumlah(ekor) Pemelihara Hasil

Kerbau 40 Perorangan (Laki-laki dewasa) Jangka waktu pemetikan hasil 5tahunan Sapi 6 Perorangan (Laki-laki dewasa) Penggaduh mendapatkan 1 ekor dan sisanya untuk gereja Babi 30 Perorangan Untuk

pelayanan gereja

Jemaat Patti juga memiliki aset komoditi

peternakan terbesar yaitu 6 ekor sapi, 40 ekor

memelihara ternak-ternak ini adalah mereka yang

telah ditunjuk langsung oleh majelis jemaat pada

waktu persidangan jemaat. Ternak didapat dari hasil

persembahan jemaat, kemudian diberi kepercayaan

kepada anggota jemaat yang bisa merawatnya dan

dari hasil produksi ternak itu dibagi hasil antara

gereja dan penggaduh. Ternak-ternak ini diberikan

oleh gereja kepada warga jemaat yaitu pria dewasa

untuk digaduh atau dijaga. Setiap lima tahun

hasilnya (anaknya) dibagi satu ekor untuk

penggaduh dan sisanya untuk gereja.

Aturan bagi hasil ini akan berlangsung secara

terus menerus, selama induk kerbau memproduksi

dalam lima tahun anak kerbau maksimal empat

maka pembagiannya adalah, satu ekor untuk

penggaduh dan sisanya untuk gereja. Milik gereja

yang merupakan bibit ternak yang dapat berproduksi

akan diberi gaduhan lagi kepada warga yang tingkat

Gereja memberi kontribusi kepada warga

jemaat dalam menopang dan memberdayakan

kehidupan ekonomi mereka. Warga Jemaat pun

dapat mempersembahkan tenaga, waktu dan hidup

untuk melayani Tuhan, karena bukan saja uang

yang dapat dijadikan sebagai persembahan tetapi

juga hidup (waktu,tenaga dan pikiran).

Ternak babi jadi piaran perorangan atau warga

jemaat, babi ini tidak dijual untuk mendatangkan

dana bagi kas jemaat tetapi akan dipakai untuk

menjamu tamu jemaat dari Sinode atau Klasis yang

berkunjung ke jemaat. Ternak ini didapat dari

sumbangan warga kepada gereja untuk membantu

atau menopang pelayanan dalam jemaat seperti

pembangunan gedung gereja baru.

Majelis Jemaat sebagai pelaksana harus terdiri

dari personil yang profesional, memiliki wawasan

yang luas dan yang terpenting adalah memiliki

untuk tidak mencari keuntungan diri sendiri.

Keberhasilan dari organisasi juga tergantung dari

pucuk pimpinan atau manajer puncak yaitu pendeta,

yang menggerakan serta memotivasi penatua, diaken

dan warga jemaat untuk melaksanakan tugas

masing-masing.

Tugas untuk melaksanakan kegiatan yang

dilakukan dalam organisasi gereja dalam hal

pengelolaan aset-aset gereja adalah warga jemaat

yang memiliki keahlian teknik. Di mana warga

jemaat dapat bekerja memakai tenaga dalam

menggaduh sapi dan kerbau. Pekerja adalah warga

jemaat yang rata-rata berpendidikan rendah dan

masuk dalam kategori ekonomi lemah, tetapi secara

fisik mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan

tersebut.

Aset-aset yang dimiliki oleh jemaat-jemaat

dalam lingkup Klasis Letti Moa Lakor berupa lahan

mete, ternak dan kayu jati. Aset-aset ini dimiliki oleh

gereja tetapi yang mengelolanya adalah warga jemaat

yang tersebar dalam sektor-sektor maupun unit-unit

yang ada. Dikelola oleh individu-individu tetapi

hasilnya akan dibagi untuk gereja dan yang

mengelolanya.

Majelis dapat melakukan pengawasan secara

langsung melalui respons survei ataupun pertemuan

diskusi dan forum resminya adalah dalam sidang

jemaat yang dilakukan satu kali setahun. Biasanya

yang terlibat secara tidak langsung dapat

menyampaikan pendapat tentang persetujuan

rencana-rencana. Namun demikian, pada akhirnya

dalam membuat perencanaan apapun yang perlu

diingat adalah kita harus selalu menyertakan Tuhan

(Yakobus. 4:13-17), sehingga segala sesuatu berada

dalam bimbingan-Nya. Manusia dapat

merencanakan, namun tidak boleh bermegah karena

hari. Disamping itu, segala rencana hanya akan

terwujud apabila Tuhan menghendakinya (Yakobus.

4:14,15). Untuk itu apapun yang akan dilakukan

dalam tahap perencanaan sampai pada pengawasan

harus mendahulukan Tuhan karena tanpa Kuasa

dan penyertaan Tuhan maka semua usaha akan

sia-sia adanya. Andalkan kuasa Tuhan dalam setiap

kegiatan pengelolaan aset gereja agar apapun yang

menjadi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai akan

terlaksana dengan maksimal sesuai harapan dan

cita-cita bersama.

Yang terpenting dari semua ini adalah apa yang

dikerjakan dapat bermanfaat untuk kehidupan

ekonomi jemaat, dengan demikian keselamatan

yang diidamkan oleh setiap orang akan terwujud.

Kehadiran gereja ditengah-tengah dunia untuk

menjadi berkat bagi orang yang membutuhkan

(orang miskin, janda, duda dan yatim piatu). Itulah

GPM yang berasaskan presbiterial sinodal, masa

jabatan para anggota majelis dibatasi untuk jangka

waktu atau periode tertentu. Oleh karena itu, dalam

asas yang sama setiap gereja berwewenang untuk

mengatur dirinya sendiri, sehingga kepengurusan

yang berlaku bisa berbeda antara satu gereja dengan

gereja lainnya. Jangka waktu untuk masa jabatan

anggota majelis ditetapkan antara tiga sampai lima

tahun sedangkan periodenya antara satu sampai dua

kali masa jabatan.

Perhatian serius diberikan terhadap kompetensi

dari setiap calon yang akan menjadi bagian dari

kepemimpinan gereja. Dalam proses pengelolaan aset

gereja, setiap orang dapat berpatisipasi secara aktif

dengan memberikan berbagai ide, konsep pemikiran,

atau pendapat. Adapun persyaratan yang dikenakan

pada setiap calon itu meliputi persyaratan tentang

melayani warga jemaat sebagai majelis (pendeta,

penatua dan diaken).

Berdasarkan itu, setiap majelis diharapkan

dapat memberikan partisipasinya secara optimal

dalam hal pengelolaan aset gereja. Pengelolaan aset

gereja sendiri membutuhkan pemimpin yang

beriman, memiliki kemampuan berpikir dan

manajerial yang baik, bersemangat, aktif, berdedikasi

dan berintegritas tinggi, serta penuh dengan ide dan

inisiatif. Sangat diharapkan, majelis bisa

memunculkan ide-ide atau pemikiran yang baru

untuk pembangunan dan pengembangan gereja

dengan lebih baik. Ide-ide dan pemikiran baru ini

dapat diharapkan menular kepada para warga

jemaat. Semua manusia gereja tidak terpaku dalam

kerangka berpikir yang “itu-itu saja” tetapi mereka

disegarkan dengan munculnya ide-ide atau

pemikiran baru yang inovatif, demi keberhasilan

Dokumen terkait