• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.7. Manfaat Analisis Pasangan Bibliografi (Bibliographic Coupling) dan

Analisis pasangan bibliografi dan kositasi memberikan manfaat dalam informasi baik secara teoritis maupun secara praktis antara lain dalam pengindeksan, penelusuran informasi, pemetaan sains dan teknologi.

2.7.1. Pengindeksan (Indexing)

Salah satu fungsi utama dari sistem temu kembali informasi adalah mencocokkan isi dari dokumen dengan permintaan pemakai. Isi dari dokumen yang ada pada suatu koleksi harus dianalisa dan direpresentasikan sedemikian rupa agar dapat ditemukan kembali. Dengan kata lain, system tersebiut harus menyiapkan suatu komponen dokumen untuk diorganisasikan menurut prosedur tertentu. Proses membangun komponen dokumen dengan memberikan pengenal (identifiers) terhadap dokumen tersebut disebut dengan pengindeksan. Sedangkan kegiatan pengindeksan yang didasarkan pada analisis konsep dari subjek dokumen disebut pengindeksan subjek.

Menurut Rowley dalam Hasugian (2006 : 4), “Representasi dapat berupa abstrak dan indeks”, dalam pernyataan tersebut, abstrak dan indeks dapat menjadi representasi suatu dokumen. Seperti yang dikemukakan oleh Hasugian (2006 : 4), “indeks adalah representasi dokumen yang bertujuan untuk menemukan kembali dokumen-dokumen yang telah tersimpan dan diorganisir melalui proses pengindeksan”. Menurut Mustangimah (2002 : 8) “tujuan dari pengindeksan adalah

Gusti Lisa Utami : Analisis Kekuatan Pasangan Bibliografi (Bibliograpic Coupling) Dan Kositasi (Co-Citation) Pada

Ima Journal Of Applied Mathematics, Ima Journal Of Management Mathematics, Dan Ima Journal Of Mathematical Control And Information Tahun 2007-2008, 2009.

untuk mempresenatsikan isi yang pada umumnya didasarkan pada karakteristik dokumen”.

Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan dari pengindeksan adalah untuk mempresentasikan isi dokumen. Pasangan bibliografi dan kositasi memberikan alternatif lain dalam bidang pengindeksan yaitu dengan pengindeksan sitasi (citation indexing). Yang dimaksud dengan pengindeksan sitasi (citation indexing) adalah proses pengindeksan dengan adanya fenomena pasangan bibliografi dan kositasi yang memberikan indikasi adanya keterbukaan antara suatu dokumen dengan dokumen yang disitir (cited document) atau referensi , dan antara suatu dokumen dengan dokumen yang menyitir (citing document). Dalam pengindeksan sitasi suatu dokumen direpresentasikan dengan dokumen lain, yaitu dokumen yang disitir (referensi) dan dokumen yang menyitir (sitasi).

Menurut Garfield (1979) pengindeksan sitasi mempunyai 3 (tiga) karakteristik yang khas yaitu:

1. Memberikan kategorisasi dokumen secara tepat dan terperinci.

2. Dapat mengungkapkan secara eksplisit adanya keterhubungan intelektual antara literature yang lama dengan leteratur yang baru.

3. Dapat mengungkapkan secara eksplisit hubungan di antara kejadian-kejadian yang lama dengan kejadian-kejadian yang baru yang membangun terbentuknya disiplin atau spesialisasi (Mustangimah, 2002: 8).

Berdasarkan kutipan di atas pengindeksan sitasi mempunyai karakteristik yaitu untuk mengkategorikan dokumen, menunjukkan hubungan literature yang lama dengan yang baru dan menunjukkan hubungan antara kejadian-kejadian yang lama dengan kejadian-kejadian yang baru.

2.7.2. Penelusuran Informasi

Penelusuran informasi menjadi penting karena ‘ruh’ atau ‘nyawa’ dari sebuah layanan informasi dalam unit informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan bagaimana memberikan “jalan” kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau informasi yang relevan, akurat dan

Gusti Lisa Utami : Analisis Kekuatan Pasangan Bibliografi (Bibliograpic Coupling) Dan Kositasi (Co-Citation) Pada

Ima Journal Of Applied Mathematics, Ima Journal Of Management Mathematics, Dan Ima Journal Of Mathematical Control And Information Tahun 2007-2008, 2009.

tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan informasi yang tepat pula.

Dalam melakukan penelusuran informasi hal yang paling utama adalah memasukkan kata kunci (keyword). Menurut Livonen (1995 : 173), “tidak mungkin menjabarkan konsep pencarian tanpa istilah pencarian. Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa proses penelususran informasi sangat bergantung pada istilah penelusuran yang digunakan. Lazimnya pemilihan istilah yang akan digunakan dalam penelusuran informasi dapat dilakukan dengan menganalisis kebutuhan informasi yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu konsep. Setelah itu, konsep tersebut diubah kedalam bentuk indeks.

Indeks merupakan hasil utama dari proses analisis dokumen yang dibuat untuk keperluan temu balik informasi dalam suatu pangkalan data atau dalam majalah sekunder tercetak. Suatu indeks harus memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk dapat mengakses suatu dokumen secara lebih efisiens Karfhage dalam (Adriaty, 2002). Mustangimah (2002 : 8) menyatakan bahwa “indeks adalah titik akses menghubungkan dokumen dengan pencari informasi”.

Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa indeks adalah wakil dokumen yang digunakan untuk menelusur informasi. Cara untuk menelusur informasi yang banyak digunakan oleh pencari informasi yaitu penelusuran dengan menggunakan descriptor/kata kunci. Cara lain untuk menelusur informasi yaitu dengan menggunakan indeks sitasi (citation searching). Penelusuran berdasarkan sitasi merupakan upaya logis untuk menemukan dokumen yang relevan karena adanya keterbukaan subjek antara suatu dokumen dengan dokumen yang disitir (cited document) dan antara suatu dokumen dengan dokumen yang menyitir (citing document). Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas penelusuran beberapa peneliti merekomendasikan untuk menggabungkan penelusuran berdasarkan sitasi.

Dari pola telusurnya, penelusuran dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Telusur dokumen : penelusuran dimulai dengan identifikasi dokumen dan /

atau sumber, baru dari sini dihasilkan informasi actual.

2. Telusur informasi : penelusuran dimulai dengan informasi yang diperoleh dari bank data, kumpulan data, atau perorangan.

Gusti Lisa Utami : Analisis Kekuatan Pasangan Bibliografi (Bibliograpic Coupling) Dan Kositasi (Co-Citation) Pada

Ima Journal Of Applied Mathematics, Ima Journal Of Management Mathematics, Dan Ima Journal Of Mathematical Control And Information Tahun 2007-2008, 2009.

Selain itu sebetulnya dilihat dari cara dan juga alat yang digunakan, maka penelusuran dapat pula dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Penelusuran Informasi Konvensional: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui cara-cara konvensional/manual seperti menggunakan kartu katalog, kamus, ensiklopedi, bibliografi, indeks, dan sebagainya.

2. Penelusuran Informasi Digital : penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui media digital atau elektronik seperti melalui OPAC, search engine, database online, jurnal elektronik, reference online, dan informasi lain yang tersedia secara elektronik/digital.

2.7.3. Pemetaan (Mapping)

Hubungan analisis pasanagan bibliografi dan kositasi dapat dilihat dari dokumen yang disitir (cited document) dengan dokumen yang menyitir (citing document). Pasangan bibliografi dan kositasi merupakan karakteristik dokumen yang didasarkan pada atribut yang dimiliki oleh dokumen yang disitir (referensi) dan dokumen yang menyitir (sitasi). Karakteristik yang didasarkan pada atribut dokumen yaitu seperti pengarang, kata kunci (keyword), afiliasi pengarang, nama jurnal, tempat publikasi, dan lain-lain. Dengan adanya kesamaan karakteristik dokumen tersebut maka pasangan bibliografi dan kositasi dapat digunakan untuk mengukur hubungan antara satu dokumen dengan dokumen lain. Oleh karena itu, pasangan bibliografi dan kositasi dapat digunakan untuk memetakan dokumen-dokumen berdasarkan ukuran kedekatan satu dokumen dengan dokumen lain.

(Spasser, 1997) dalam (Arwendria, 2009 : 13) menyatakan bahwa :

Spasser (1997:78) mengatakan bahwa peta adalah alat relasi (relational tools) yang menyediakan informasi antar hubungan entitas yang dipetakan. Peta tidak hanya merupakan alat yang praktis untuk menyampaikan informasi mengenai aktivitas ilmiah, tetapi juga sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami aktivitas ilmiah dengan menggambarkannya sebagai suatu sistem yang tersusun.

Beberapa jenis peta yang dikembangkan dalam pemetaan ilmu pengetahuan dalam bidang bibliometrika, antara lain: peta jurnal intercitation, journal co-citation, document co-citation, author co-citation, co-word (deskriptor), dan co-classification. Pemetaan co-word dilakukan melalui analisis kemunculan istilah yang dipakai bersama oleh suatu pasangan dokumen dengan melihat kata-kata yang dipakai secara bersama oleh suatu dokumen.

Gusti Lisa Utami : Analisis Kekuatan Pasangan Bibliografi (Bibliograpic Coupling) Dan Kositasi (Co-Citation) Pada

Ima Journal Of Applied Mathematics, Ima Journal Of Management Mathematics, Dan Ima Journal Of Mathematical Control And Information Tahun 2007-2008, 2009.

Dokumen terkait