• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat eksternal Corporate Social Responsibility terkait dengan keunggulan kompetitif dari sebuah perusahaan sebagai berikut :

1. Meningkatkan reputasi perusahaan sebagai bahan usaha yang melaksanakan dengan baik pertanggungjawaban secara sosial.

2. Menciptakan reputasi dan image perusahaan yang lebih baik. Corporate Social Responsibility membantu perusahaan dan karyawannya dalam membangun keterikatan dengan komunitas secara lebih komprehensif dan terintegrasi.

3. Kinerja perusahaan dapat terwujud dalam dua bentuk. Pertama, dampak positif yang timbul sebagai insentif (rewards) atas tingkah laku positif dari perusahaan. Kontribusi disebut kesempatan (opportunities). Kedua, kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya konsekuensi dari tindakan yang buruk atau dikenal sebagai “jaring pengaman” safety bagi perusahaan, menurut pendapat Mursitama dkk, (2011).

F. Implementasi Corporate Social Responsibility

Penerapan program CSR yang dijalankan oleh individu yang mempunyai kompetensi pemberdayaan masyarakat dengan individu yang tidak memiliki kompetensi akan berbeda. Bagi pengelola CSR yang tidak memiliki kompetensi hanya menjadi pekerjaan CSR sekedar tugas. Artinya, dia melakukan sesuatu berdasarkan apa yang pernah dialami, dilihat dan dilatih. Maka implementasi CSR akan terbatas dan fokus hanya di daerah sekitar. Padahal, sebuah program CSR tidak hanya di lokasi tersebut. Sebaliknya, bila seseorang memiliki kompetensi CSR, akan mudah untuk melakukan modifikasi-modifikasi

dalam implementasi CSR. Dia bisa mengimplementasikan program CSR di mana-mana dan bentuknya bermacam-macam.

Dalam menjalankan program CSR yang penting adalah roh kepedulian memberdayakan masyarakat. Mengenai bentuknya, silahkan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Ada beberapa perusahaan yang mengatakan program CSR belum dijalankan, karena belum mendapatkan roh untuk memberdayakan. Pemahaman ini kurang pas, seolah-olah pemahamannya tentang CSR itu social cost, padahal CSR itu merupakan sosial investment.

Kalau CSR disadari sebagai sosial investment, apalagi sebagai unit usaha baru tentu akan jalan. Tapi bila program CSR dilihat sebagai sosial cost, sama saja membantu orang untuk menunggu kaya. Membantu tidak mesti harus menunggu menjadi kaya lebih dahulu.

Wilenius (2004) mengurai secara sistematis elemen tanggung jawab yang perlu dikembangkan oleh suatu entitas. Pertama, dengan menentukan corporate value processes, yaitu perusahaan perlu mendefinisikan kembali misi dan nilainya. Kedua, hal corporate business strategy, nilai-nilai yang sudah didefinisikan tersebut juga tercantum dalam strategi perusahaan. Ketiga, semua perspektif utama mengenai tanggung jawab seperti lingkungan, sumber daya alam dan manusia atau strategi produk selanjutnya diatur dan dilaksanakan dibawah kebijakan yang ditetapkan perusahaan (responsibility policy). Kemudian dipilih indikator-indikator untuk memonitor hasil yang tercapai dari kebijakan yang telah dilaksanakan. Keempat, sistem informasi dan manajemen untuk mengevaluasi dan mengontrol aktivitas tanggung jawab sosial dibentuk.

Kegiatan ini harus dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada, contohnya seperti GRI, melalui laporan tahunan terpisah yang disebut laporan CSR dan laporan keberlanjutan. Sejak tahun 1992 pelaporan berkelanjutan ini telah dikembangkan. Standar internasional untuk pelaporan berkelanjutan tetap dikembangkan oleh Global Reporting Initiative yang terletak di Amsterdam, Belanda pada tahun 2002. Standar GRI lebih memfokuskan pada standar pengungkapan sebagai kinerja ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan pemanfaatan sustainability reporting.

Saat ini standar GRI-G4 menyediakan kerangka kerja yang relevan secara global dan fitur yang ada.

Kartini (2018: 54) membagi 8 indikator kunci dalam implementasi CSR yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam pengukuran tersebut, yakni:

1) Leadership (Kepemimpinan)

a. Program CSR dikatakan berhasil jika mendapat dukungan dari top management perusahaan.

b. Terdapat kesadaran filantropik dari pimpinan yang menjadi dasar pelaksanaan program.

2) Proporsi Bantuan

CSR dirancang bukan semata-mata pada kisaran anggaran saja, melainkan juga pada tingkatan serapan maksimal, artinya apabila areanya luas, maka anggarannya harus lebih besar. Jadi tidak dapat dijadikan tolak ukur, apabila anggaran besar pasti menghasilkan program yang bagus.

3) Transparansi dan Akuntabilitas

a. Terdapat laporan tahunan (annual report).

b. Mempunyai mekanisme audit sosial dan finansial di mana audit sosial terkait dengan pengujian sejauh mana program-program CSR telah dapat ditujukan secara benar sesuai kebutuhan masyarakat, perusahaan mendapatkan umpan balik dari masyarakat secara benar dengan melakukan interview dengan para penerima manfaat.

4) Cakupan Wilayah (Coverage Area)

Terdapat identifikasi penerima manfaat secara tertib dan rasional berdasarkan skala prioritas yang telah ditentukan.

5) Perencanaan dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi

a. Dalam perencanaan perlu ada jaminan untuk melibatkan multi stakeholder pada setiap siklus pelaksanaan proyek.

b. Terdapat kesadaran untuk memperhatikan aspek lokalitas, pada saat perencanaan ada kontribusi, pemahaman dan penerimaan terhadap budaya-budaya lokal yang ada.

c. Terdapat blue-print policy yang menjadi dasar pelaksanaan program.

6) Pelibatan Stakeholder (Stakeholder Engagement)

a. Terdapat mekanisme koordinasi regular dengan stakeholders utamanya masyarakat.

b. Terdapat mekanisme yang menjamin partisipasi masyarakat untuk dapat terlibat dalam siklus proyek.

7) Keberlanjutan (Sustainability)

a. Terjadi alih peran dari korporat ke masyarakat.

b. Tumbuhnya rasa memiliki program dan hasil program pada diri masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam menjaga dan memelihara program dengan baik.

c. Adanya pilihan partner program yang bisa menjamin bahwa tanpa keikutsertaan perusahaan, program bisa tetap dijalankan sampai selesai dengan partner tersebut.

8) Hasil Nyata (Outcome)

a. Terdapat dokumentasi hasil yang menunjukkan berkurangnya angka kesakitan dan kematian (dalam bidang Kesehatan) atau berkurangnya angka buta huruf dan meningkatkan kemampuan SDM (dalam bidang Pendidikan) atau parameter lainnya sesuai dengan bidang CSR yang dipilih oleh perusahaan.

b. Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat.

c. Memberikan dampak ekonomi masyarakat yang dinamis.

d. Terjadi penguatan komunitas.

G. Akuntansi Sosial

Akuntansi sosial secara umum bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan cost and benefit dan biaya sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan tersebut di masyarakat. Biaya sosial ini umumnya dikaitkan dengan ketenagakerjaan, konsumen dan produk atau barang/jasa yang dihasilkan, ke masyarakat dan lingkungan hidup di sekitar perusahaan.

Pengungkapan biaya sosial dilakukan dalam laporan keuangan atau laporan tahunan. Prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG) mengharuskan perusahaan untuk memberikan laporan bukan hanya kepada pemegang saham, calon investor, kreditur dan pemerintahan semata tetapi juga kepada stakeholder lainnya termasuk karyawan dan masyarakat.

Pengungkapan CSR dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan berdasarkan:

1. Tingkat pengungkapan

Semakin banyak tema dan item atau unsur yang diungkapkan oleh suatu perusahaan maka dikatakan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosialnya semakin luas. Dengan kata lain, tingkat/luas pengungkapan berarti banyaknya jumlah item-item yang digunakan oleh perusahaan dibandingkan jumlah keseluruhan item yang selayaknya diungkapkan

2. Tema pengungkapan

Menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah kemasyarakatan, lingkungan hidup, produk dan konsumen dan ketenagakerjaan.

3. Tipe pengungkapan

Pengungkapan tanggung jawab sosial dilakukan dengan cara kualitatif naratif, kuantitatif non-moneter dan kuantitatif moneter. Bentuk narasi atau pernyataan tanpa dilengkapi angka pendukung disebut dengan pengungkapan dengan tipe kualitatif naratif. Tipe pengungkapan kuantitatif non-moneter dinyatakan dalam bentuk angka namun tidak

dalam satuan uang/moneter. Sedangkan kuantitatif moneter dinyatakan dalam bentuk angka dan dalam satuan uang/moneter.

4. Lokasi pengungkapan

Lokasi pengungkapan berarti merujuk pada tempat dimana pengungkapan tersebut dilakukan. Jika dilihat dari tempat atau lokasinya dalam laporan tahunan, maka lokasi yang paling banyak digunakan untuk pengungkapan adalah catatan atas laporan keuangan.

Menurut Kotler dan Lee dalam Ismail (2009:35) penerapan CSR dapat menurunkan biaya operasi suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan setelah diterapkannya CSR, perusahaan akan mengurangi biaya yang akan dikeluarkan untuk pemasaran produk dan menggantinya dengan biaya CSR.

Walaupun biaya CSR yang dikeluarkan pada awalnya merupakan biaya pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan CSR tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap kegiatan promosi perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengurangi biaya promosi produknya yang akan berpengaruh pada penurunan biaya operasi perusahaan.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didukung oleh beberapa peneliti terdahulu yang terdiri dari nomor, nama peneliti, judul penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian serta pemaparan secara singkat mengenai hasil penelitiannya.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian 1 Dinar,

Kualitatif Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

Kualitatif Perusahaan sejak awal menyadari bahwa

Kualitatif Kegiatan sosial pada Pabrik Gula Ngadiredjo

Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR dalam bentuk comdev yang

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan serta penelitian terdahulu yang relevan maka dapat disusun kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Energy Equity Epic

Berdasarkan gambar kerangka pemikiran di atas, dapat disimpulkan suatu pernyataan bahwa, sumber utama yang menjadi rujukan dalam proposal ini adalah Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. Artinya, suatu perusahaan perlu melaksanakan kegiatan CSR berupa program-program CSR yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah lingkungan dan hasil dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Dengan melaksanakan CSR dan membuka kegiatan CSR secara publik dapat menjadi salah satu instrumen untuk komunikasi yang baik dengan khalayak, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.

Hal inilah yang menjadi unsur utama dalam menganalisis implementasi CSR mengenai akuntansi pertanggungjawaban sosial. Apakah implementasi tanggung jawab sosial telah sesuai atau belum, begitu juga dengan perlakuan akuntansi terhadap Corporate Social Responsibility yang ada di Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, sehingga dapat ditemukan suatu kesimpulan.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang relevan (Sugiyono, 2013: 2). Sebagaimana penelitian ini didasarkan pada paradigma kualitatif yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah sosial dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas (Indriantoro dan Supomo, 2016:16). Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif untuk menggambarkan berbagai aspek yang relevan dari perspektif seseorang, organisasi dan lainnya (Sekaran, 2003:159).

Menurut Moleong (2005) tujuan penelitian kualitatif adalah memahami secara mendalam fenomena sosial sebagai suatu kesatuan. Penelitian kualitatif menggambarkan realitas yang “riil” atau kealamiahan sebuah data. Realitas yang mencerminkan tentang “apa yang sebenarnya terjadi” dan bukan tentang

“apa yang seharusnya terjadi”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul dari penelitian ini, dapat dirumuskan fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial dan perlakuan akuntansi terhadap Corporate Social Responsibility pada Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. Hal ini akan menjadi pondasi dan acuan

sebagai tanggung jawab sosial perusahaan dalam memberikan dampak positif dan menambah citra perusahaan serta bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam memulai penelitian ini adalah menentukan lokasi penelitian. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd yang berlokasi di Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan yang aktif bergerak di bidang operasi minyak dan gas bumi. Keberadaan di tengah masyarakat sudah begitu familiar sehingga menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dan waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih dua bulan yaitu pada bulan september-oktober 2020.

D. Sumber Data

a. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara langsung antara peneliti dengan masyarakat dan pihak perusahaan Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd.

b. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari berbagai informasi tertulis maupun dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang akan diolah peneliti diperoleh dari internal perusahaan yaitu dokumen tentang program dan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat dengan masalah yang dibahas, baik melalui sumber primer maupun sekunder. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial informan (Sutopo 2006: 72). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak yang berwenang dalam perusahaan guna memperoleh informasi yang terkait dengan objek penelitian. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk menemukan masalah secara lebih terbuka. Wawancara terbuka adalah wawancara yang jawabannya berdasarkan informan yang dianggapnya tepat dan sesuai menggunakan bahasa sendiri. Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara dilakukan dengan menentukan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari data yang diperlukan (Sutrisno, 2017). Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara kepada unit-unit yang terkait pada bagian CSR.

2. Observasi Partisipan

Observasi partisipan merupakan suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi (Akbar Iskandar, 2011). Kemudian diarahkan pada kegiatan memperhatikan dan mencatat fenomena yang muncul serta mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Teknik observasi dalam penelitian ini yaitu teknik memperoleh data dengan cara mengamati aktivitas dan kondisi objek penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian berupa foto proses wawancara, rekaman selama wawancara berlangsung dengan menggunakan kamera, perekam suara dan berupa dokumen lain yang berhubungan dengan implementasi CSR.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang menjadi alat pengumpulan data utama. Sebagai human instrument, peneliti bertindak sebagai perencana yang menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, menganalisis data yang dialami tanpa di buat-buat dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Kemudian alat bantunya berupa pedoman wawancara. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin. Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan pedoman wawancara yang berisi beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan, selanjutnya wawancara dilakukan sesuai irama wawancara agar lebih mendalam dalam menggali informasi. Hasil wawancara didokumentasikan dalam bentuk catatan dan rekaman suara. Sedangkan teknik observasi melakukan pengumpulan data dengan cara mengamati atau meninjau secara langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan.

G. Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992) kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup transkrip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data. Dari hasil analisis data kemudian ditarik kesimpulan. Adapun langkah-langkah menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Reduksi data

Kegiatan mereduksi data merupakan kegiatan merangkum data dari berbagai aspek permasalahan yang diteliti untuk membantu dalam penyederhanaan, pengabsahan, penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan serta transformasi data kasar yang telah diperoleh di lapangan berupa catatan atau bentuk lainnya yang merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi.

2. Penyajian data

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi tersusun dalam pola hubungan sehingga semakin mudah dipahami. Data yang telah direduksi kemudian dianalisis berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan.

Setelah data tersusun menurut pertanyaan penelitian kemudian disajikan data-data teori yang mendasarinya.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses merumuskan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulang kali dengan peninjauan kebenaran dari penyimpulan tersebut, khususnya relevansi dan konsistensi terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd.

Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. merupakan operator Kontrak Kerjasama Blok Sengkang yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk saat ini Blok Sengkang memiliki wilayah kerja seluas 2,925.23 km dengan masa kontrak sampai dengan 24 oktober 2022. Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd mempunyai rencana pengembangan lapangan yang telah disetujui oleh SKK Migas (POD/FPOD sebagai berikut:

 POD Kampung Baru Gas Field disetujui 30 Januari 1995

 FPOD Kampung Baru Gas Field disetujui 16 November 2010

 POD Walanga, Sampi-sampi dan Bonge (WASAMBO) Gas Field

disetujui 14 Juni 2011.

Lapangan Gas Kampung Baru yang berlokasi di Kecamatan Gilireng saat ini diproduksikan sekitar 50 MMSCFD dari tiga sumur produksi yaitu KB#4A, KB#6A, dan KB#8 yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik (PLTGU) PT.

Energi Sengkang berkapasitas 315 MW dan kebutuhan gas kota (city gas).

Pengembangan Lapangan Walanga, Sampi-sampi dan Nonge (WASAMBO) mampu memproduksi gas sebesar 70 MMSCFD yang akan diproses menjadi LNG berkapasitas 0,5 MTPA untuk wilayah Bali, Makassar, Minahasa dan Gorontalo. Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) telah ditandatangani antara Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. dengan Perusahaan Daerah (PERUSDA) Sulawesi Selatan.

Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. mempunyai cadangan gas terbukti sebesar ± 800 BCF dan memiliki sumber daya ± 2 TCF pada Blok Sengkang yang akan terus dieksplorasi untuk kebutuhan energi. Wilayah Blok Sengkang dioperasikan 100% oleh Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd.

Gambar 4.1 Peta Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd

2. Visi dan Misi Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd

Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd (EEES) sebagai salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), secara efektif bergerak di bidang operasi minyak dan gas.

Visi merupakan suatu pandangan jauh kedepan tentang tujuan yang akan dicapai. Adapun Visi dan Misi Energy Equity Epic (Sengkang) Pty,Ltd. yaitu sebagai berikut:

a. Visi

Adapun Visi dari Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. (EEES) yaitu:

“Menjadikan salah satu KKKS yang berkembang dan mampu berkontribusi dalam pembangunan Indonesia melalui pemenuhan kebutuhan energy gas bumi dan menjalankan kegiatan operasinya dengan aman dan ramah lingkungan.

b. Misi

Adapun Misi dari Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. (EEES) yaitu sebagai berikut:

1. Menciptakan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan melalui keberhasilan dalam kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan kesadaran akan budaya kesehatan, keselamatan kerja dan lindung lingkungan.

3. Struktur Organisasi Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd.

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan

dan diinginkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain.

Adapun struktur organisasi Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd.

dapat dilihat pada bagian di bawah ini:

Gambar 4.2 Bagan Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd 4. Program-program CSR Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd.

Adapun program-program CSR pada Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. dapat dilihat sebagai berikut:

a. Bidang Pendidikan

Bantuan beasiswa prestasi dan kurang mampu kepada siswa SD, SMP dan SMK, Peningkatan SDM tenaga pengajar melalui pelatihan/workshop, bantuan sarana dan fasilitas Pendidikan berupa pembangunan perpustakaan,

pembangunan Gedung PAUD, pemasangan listrik di sekolah-sekolah, bantuan perbaikan pagar, computer dan lain-lain.

Dua tahun terakhir Kecamatan Gilireng menjadi tahun emas Pendidikan di daerah yang dikenal Bumi Cakkuridi ini. Segudang prestasi berhasil diraih oleh sejumlah sekolah di daerah penghasil gas tersebut. Baik prestasi tingkat Kabupaten maupun tingkat provinsi. Dua tahun terakhir sangat bertolak belakang dengan tahun 2003 silam. Saat itu, prestasi pendidikan di Kecamatan Gilireng berada di urutan ke 14 se Kabupaten Wajo, atau berada pada posisi terakhir di Kabupaten Wajo. Informasi dari Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Gilireng Anas A Cukke, mengatakan bahwa:

“Belasan tahun yang lalu, ujian nasional di daerah ini, hanya rata-rata 4,0 namun dengan adanya program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. berupa program beasiswa, maka mutu Pendidikan di daerah yang terkenal dengan aksi heroic pendahulunya dalam melawan penjajah Belanda tersebut terus meningkat tiap tahunnya, sehingga pada tahun 2013 lalu, nilai rata-rata ujian nasional se Kecamatan Gilireng 7,67 bahkan menjadi rata-rata 8,31. Selain itu sejumlah prestasi juga dapat diraih dan menjadi juara, baik tingkat Kabupaten maupun tingkat Provinsi”.

Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. memberikan beasiswa dalam bentuk yaitu Beasiswa Prestasi dan Beasiswa Kurang Mampu, Beasiswa Prestasi diberikan kepada siswa-siswa juara kelas dan berhasil menjuarai lomba-lomba Pendidikan di Kecamatan dan Kabupaten. Sementara beasiswa kurang mampu diperuntukkan untuk anak-anak sekolah yang orang tuanya tergolong ekonomi lemah.

Sampai saat ini Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. tiap tahunnya menyalurkan beasiswa prestasi ke sekitar 420 anak sekolah dari jenjang SD, SMP, dan SMK yang berada di Kecamatan Gilireng dan sekitar 485 anak sekolah untuk beasiswa kurang mampu. Daya motivasi yang ditimbulkan oleh Beasiswa Prestasi berhasil mendongkrak prestasi anak didik. Mereka bersaing dengan belajar lebih giat untuk memperbaiki nilai mata pelajaran dan nampak bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba, iklim seperti ini ternyata mampu untuk mendorong daya belajar anak-anak sekolah secara umum sehingga mampu meningkatkan nilai rata-rata. Tidak hanya siswa, namun

Sampai saat ini Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd. tiap tahunnya menyalurkan beasiswa prestasi ke sekitar 420 anak sekolah dari jenjang SD, SMP, dan SMK yang berada di Kecamatan Gilireng dan sekitar 485 anak sekolah untuk beasiswa kurang mampu. Daya motivasi yang ditimbulkan oleh Beasiswa Prestasi berhasil mendongkrak prestasi anak didik. Mereka bersaing dengan belajar lebih giat untuk memperbaiki nilai mata pelajaran dan nampak bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba, iklim seperti ini ternyata mampu untuk mendorong daya belajar anak-anak sekolah secara umum sehingga mampu meningkatkan nilai rata-rata. Tidak hanya siswa, namun

Dokumen terkait