• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Manfaat dan Fungsi Pohon

Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Menurut Irwan (2005), dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau ruang terbuka hijau antara lain:

1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya mmenghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup

untuk pernapasan.

2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman, dan segar.

3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah.

4. Penyeimbangan alam, merupakan pembentukan tempat hidup alami bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu.

7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyerap debu dengan tajuk dan kerimbunan daunnya. 8. Mengurangi polusi air dan suara (kebisingan).

9. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan dengan baikdan menyeluruh akan menambah keindahan kota.

10.Rekreasi dan pendidikan, komunitas vegetasi yang ditanam dengan keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam.

11.Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah, kayu, dan sebagainya.

12.Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau petunjuk bagi lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertumbuhan dan perkembangan kota.

Grey dan Deneke (1978) mengklasifikasikan fungsi pohon menjadi beberapa fungsi, yaitu fungsi memperbaiki iklim, fungsi pembentuk ruang (arsitektural), fungsi memperbaiki fungsi lingkungan (engineering), fungsi estetis, dan fungsi lain. Fungsi-fungsi tersebut diklasifikasikan lagi menjadi fungsi yang lebih terperinci untuk setiap jenis pohon. Identifikasi fungsi pohon ini dapat ditentukan berdasar sifat morfologi dan identifikasi pohon tersebut. Beberapa rincian lebih lanjut mengenai fungsi dan identifikasi fungsi pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Identifikasi pohon berdasarkan fungsi lingkungan

No Fungsi Pohon Identifikasi

1 Kontrol Erosi • Pohon yang memiliki kerapatan daun tinggi • Permukaan daun berambut, bentuk

pertumbuhan konifer, batang pohon kasar, percabangan horizontal, memiliki akar serabut 2 Kontrol Polusi Udara • Pohon yang memiliki kerapatan daun tinggi

• Daun berdaging tebal, percabangan rendah 3 Kontrol Suara • Kerapatan daun tinggi, daun berdaging tebal,

Tabel 3. Lanjutan

4 Kotrol Jalan • Pohon memiliki bentuk tajuk yang menarik • Tinggi pohon tidak menghalangi pandangan

pengguna jalan

• Pohon tidak menghasilkan buah yang besar • Daya tumbuh tidak agresif

5 Kontrol Visual • Kerapatan daun tinggi

• Bentuk tajuk dan warna bunga yang menarik 6 Kontrol Cahaya • Kerapatan daun tinggi, percabangan pendek

• Tajuk bulat/kubah/tidak beraturan/menjurai Sumber: Grey dan Deneke (1978)

Tabel 4. Identifikasi pohon berdasarkan fungsi memperbaiki iklim

No Fungsi Pohon Identifikasi

1 Kontrol Suhu • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

• Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan mejurai (weeping)

2 Kontrol Angin • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

• Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih efektif dalam mengurangi kecepatan angin • Pohon yang memiliki batang, percabangan dan

perakaran yang kuat

3 Kontrol Kelembaban • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi, dan atau

• Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan mejurai (weeping)

Sumber: Grey dan Deneke (1978)

Vegetasi sangat berperan dalam mereduksi CO2 di udara. Sampai abad ke-

19, gas CO2 masih seimbang di antara atmosfer, biosfer, dan hidrosfer. Manusia

menghasilkan CO2 sebesar 0,5% dari jumlah CO2 di atmosfer setiap tahun

sehingga meningkatkan kandungan gas ini sebanyak 0,25%. Disinilah peranan vegetasi karena setiap tumbuhan hijau akan menyerap CO2 dan menghasilkan O2.

Hutan yang ada dapat menyangga rata-rata 1 ton/acre/tahun sehingga dunia memerlukan tambahan 1.820 juta acre hutan (Irwan, 2005).

Pepohonan menyerap CO2 dari udara melalui daun mereka dan

menyimpan karbon di biomassanya (batang dan daun), kira-kira setengah dari berat kering pohon adalah karbon. Jumlah karbon yang tersimpan di biomassa tumbuhan ini dinamakan karbon tersimpan (carbon storage) atau biasa dikenal dengan stok karbon (C-stock) sedangkan jumlah karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dan disimpan dalam biomassanya dinamakan daya serap karbon (carbon sequestration) atau biasa dikenal dengan daya sink-C.

Bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak menyimpan karbon adalah batang. Pada umumnya, karbon menyusun 45-50 % bahan kering dari tanaman. Menurut Birdsey (1992) dalam McPherson EG dan Simpson JR (1999) bahwa pada suatu ekosistem hutan, sebesar 63 % CO2 tersimpan di dalam tanah, 27 %

dalam biomassa pohon, dan 9% pada serasah di atas permukaan tanah.

Setiap jamnya, 1 ha daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg CO2 yang

ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang

dalam waktu yang sama sebagai hasil pernapasannya. Berdasarkan penelitian Purwaningsih (2007) bahwa semakin banyak jumlah daun maka akan semakin tinggi pula kemampuan serapan karbondioksidanya.

Widyastama (1991) mengemukakan beberapa contoh tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil Oksigen adalah Damar (Agathis alba),

Daun Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea), Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis) dan Beringin (Ficus benjamina). Berdasarkan hasil penelitian Sugiharti (1998), diperoleh hasil bahwa Kaliandra (Calliandra sp.), Flamboyan (Delonix regia), dan Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima) merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO2 dan sekaligus tanaman

tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara.

Tanaman merupakan bagian yang penting dalam biosfer dan kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi sehingga tanaman merupakan komponen yang penting dalam suatu lanskap. Tanaman dapat memberikan kenyamanan, keindahan, dan meningkatkan kualitas lingkungan. Kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan, didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan (atau tidak menyulitkan) bagi pengguna bangunan tersebut. Manusia dinyatakan nyaman secara termis ketika ia tidak

dapat menyatakan apakah ia menghendaki perubahan suhu udara yang lebih panas atau lebih dingin dalam ruangan tersebut (Anonim, 2007). Suatu daerah dikatakan nyaman ketika kondisi di mana manusia dapat meminimalkan pengeluaran energi dari dalam tubuhnya untuk menyesuaikan (mengadaptasi) terhadap lingkungan termis di sekitarnya.

Selalu terdapat tanaman di setiap permukaan bumi, baik itu berupa pohon, semak, maupun groundcover (Carpenter et al., 1975). Dalam proses fisiologis, manfaat tumbuhan dalam menyerap karbon dapat dijelaskan melalui proses fotosintesis. Tanaman dapat menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam

proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses metabolisme dimana CO2 dan

H2O diubah menjadi karbohidrat dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari.

Fotosintesis adalah suatu proses mendasar yang sangat penting untuk tanaman sebagian besar dari berat basah tanaman merupakan hasil langsung dari aktivitas fotosintesis. Komponen utama RTH adalah pohon, pohon memiliki kemampuan untuk menyimpan karbon melalui proses fotosintesis sebagai berikut:

6 mol CO2 + 12 mol H2O + 675 Cal → 1 mol C6H12O6 + 6 mol O2 + 6 mol H2O

264 gr 216 gr 180 gr 192 gr 108 gr

Gas CO2 merupakan bahan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Jika

konsentrasi gas ini semakin meningkat, maka hasil fotosintesis akan meningkat pula. Walaupun demikian, secara umum konsentrasi gas yang melebihi 1.000- 2.000 ppm akan berpengaruh buruk pada fotosintesis (Dahlan, 2007).

Selain proses fotosintesis, ada juga proses respirasi. Respirasi merupakan penggunaan karbohidrat dan produk fotosintesis untuk membangun dan memelihara seluruh jaringan tumbuhan serta memproduksi energi untuk digunakan dalam metabolisme dan penyerapan hara. Pada kondisi aerobik, respirasi memproduksi energi, CO2, dan air (H2O). O2 sebagai hasil fotosintesis,

sebagian dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk berjalannya proses respirasi. Pada proses respirasi memerlukan O2 dan menghasilkan CO2 (Irwan, 2005).

Pada fase pertumbuhan, tumbuhan atau sekumpulan tumbuhan seperti hutan, laju fotosintesis (P) lebih besar daripada proses respirasi (R), sehingga P/R ≥ 1. Pada fase ini laju pengikatan CO2 lebih besar daripada laju emisi CO2,

sehingga tumbuhan mengurangi kadar CO2 dalam atmosfer. Akan tetapi, semakin

besar hutan maka semakin banyak daun yang ternaungi dan semakin besar pula proporsi bagian tumbuhan yang kurang mengandung klorofil seperti batang dan akar. Oleh karena itu, nisbah yang P/R semakin mengecil, akhirnya akan mendekati 1. Apabila tumbuhan atau hutan mencapai keseimbangan dinamik maka laju pengikatan CO2 sama dengan laju pelepasan CO2. Begitu pula

tumbuhan yang muda biasanya P/R > 1, semakin tua tumbuhan P/R maka semakin mendekati 1 (Irwan, 2005).

Dokumen terkait