• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis CITYgreen 5.4

5.1.2 Perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-

Pada Tabel 9 dan 10 dapat diketahui bahwa perumahan BCC memiliki persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon sebesar 7,60% sedangkan perumahan Taman Yasmin sebesar 6,62%. Rata-rata persentase penutupan lahan oleh non-kanopi (lahan terbangun/rumah) pada perumahan BCC adalah sebesar 54,76% sedangkan perumahan Taman Yasmin sebesar 39,90% dari luas kawasan perumahan. Sisanya adalah berupa jalan, badan air, lahan parkir, lahan kosong, lapangan rumput serta bangunan selain rumah dan ruko. Dari hasil persentase tersebut, dapat dibuat perbandingan antara luas RTH (kanopi pohon) dengan lahan terbangun (non-kanopi pohon) dimana perumahan BCC memiliki perbandingan antara kanopi pohon dan non-kanopi pohon adalah 1:7 sedangkan perumahan Taman Yasmin adalah 1:6.

Gambar 27 Perbandingan penutupan lahan pada perumahan Bukit Cimanggu City (a) dan perumahan Taman Yasmin (b).

(Sumber: Hasil Analisis CITYgreen, 2010)

Hasil ini menunjukkan baik BCC maupun Taman Yasmin memiliki persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon yang kurang lebih sama, yaitu sekitar 7%. Hasil ini bila dibandingkan dengan Peratuan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006 yang menyebutkan bahwa untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan luas RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan privat (perorangan) paling sedikit 10% dari seluruh luas

7,60% 6,62%

54,76%

wilayah kawasan perumahan, maka baik perumahan BCC maupun perumahan Taman Yasmin masih belum mencukupi.

Namun, berbeda dengan perhitungan angka koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) di kedua perumahan yang hasilnya menunjukkan bahwa luas RTH pada setiap rumah di masing-masing perumahan sudah sesuai dengan standar yang ada. Jika dihitung nilai KDB dan KDH pada masing-masing kawasan pemukiman, maka didapat hasil yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai KDB dan KDH pada masing-masing perumahan

Perumahan Area Analisis KDB (%) KDH (%)

BCC Site A 57 32 Site B 52 37 Site C 58 31 Rata-rata 56 33 Yasmin Site A 38 54 Site B 44 48 Site C 37 56 Rata-rata 39 53

Keterangan: KDB = Koefisien Dasar Bangunan KDH = Koefisien Dasar Hijau

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa Perumahan BCC memiliki KDB rata-rata sebesar 56% yang termasuk kedalam klasifikasi KDB sedang, yaitu angka KDB antara 40-60% sedangkan perumahan Taman Yasmin memiliki KDB rata-rata sebesar 39% yang termasuk kedalam klasifikasi KDB renggang/tidak padat, yaitu angka KDB dibawah 40%. Perumahan BCC memiliki KDH rata-rata sebesar 33% sedangkan perumahan Yasmin sebesar 53%. Perbandingan KDB dan KDH untuk perumahan BCC, yaitu 56% : 33% sedangkan Perumahan Yasmin, yaitu 39% : 53%.

Bila dibandingkan dengan standar KDH minimal menurut Perda No. 6 tahun 1999, maka angka KDB kedua perumahan dapat dikatakan sudah memenuhi standar KDH minimal, yaitu ± > 20%. Sehingga, dapat dikatakan bahwa luas persentase RTH (kanopi pohon) pada setiap rumah di kedua perumahan adalah sudah mencukupi kebutuhan RTH pada umumnya atau cukup ideal. Namun

demikian, untuk mengantisipasi lonjakan pembangunan ditahun-tahun mendatang diharapkan penambahan luasan RTH yang mampu mecukupi kebutuhan masyarakat pada umumnya dan lingkungan (ekologis) khususnya.

5.1.3 Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan

Pohon dalam suatu ruang terbuka hijau (RTH) memiliki kemampuan untuk meyimpan dan menyerap karbon berdasarkan proses fisiologis pohon itu yaitu proses fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh

tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga, dan buah. Proses penimbunan C (karbon) dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi (C-sequestration). Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh

tanaman (Hairiah K dan Rahayu S, 2007).

Kapasitas penyimpanan karbon oleh pohon ditentukan dari fosintesis neto, yaitu selisih karbohidrat yang dihasilkan melalui fotosintesis dikurangi kebutuhan karbohidrat untuk proses respirasi. Sebagaimana persamaan kimia sebagai berikut: Proses fotosintesis

6 mol CO2 + 12 mol H2O + 675 Cal → 1 mol C6H12O6 + 6 mol O2 + 6 mol H2O

264 gr 216 gr 180 gr 192 gr 108 gr Proses respirasi

1 mol C6H12O6 + 6 mol O2→ 6 mol CO2 + 6 mol H2O + energi

180 gr 192 gr 264 gr 108 gr

Pada persamaan kimia diatas dapat dilihat bahwa karbohidrat yang dihasilkan dari fotosintesis digunakan kembali untuk proses respirasi berdasarkan hitungan sederhana. Jika dilihat pada persamaan kimia tersebut, secara sederhana dapat dilihat bahwa hasil dari fotosintesis tidak ada yang tersisa, namun pada kenyataannya dalam fisiologis pohon tidak terjadi seperti itu.

Fotosintesis dihasilkan dari reaksi terang (menggunakan cahaya matahari) sedangkan respirasi terjadi pada malam hari dengan kebutuhan karbohidrat tidak sebanyak yang dihasilkan pada siang hari. Oleh karena itu, terdapat selisih antara karbohidrat yang dihasilkan dalam proses fotosintesis dengan karbohidrat yang dipakai dalam proses respirasi. Selisihnya inilah yang dapat diukur dalam hal kemampuan RTH (pohon) dalam menyimpan karbon. Untuk daya serap karbon berdasarkan persamaan kimia diatas didapat dari selisih antara CO2 yang diserap

pada saat proses fotosintesis dikurangi dengan CO2 yang dihasilkan pada saat

proses respirasi. Pada penelitian ini, untuk memudahkan perhitungan manfaat ekologi dalam hal kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon maka digunakan CITYgreen 5.4.

Tabel 12. Hasil analisis CITYgreen (Aspek Statistik dan Manfaat Ekologi) pada kelompok site sampel di perumahan

Kelom- pok Analisis Luas Area (ha) Distribusi Penutupan Lahan Jumlah Pohon Manfaat Ekologi Non-Kanopi Pohon (ha) Kanopi Pohon (ha) Karbon Tersimpan (kg) Daya Serap karbon (kg/th) Perumahan BCC Site A 2,96 1,68 0,12 137 9.000 199,59 Site B 6,45 3,38 0,49 499 38.000 816,47 Site C 3,10 1,79 0,34 210 27.000 544,32 Total 12,51 6,85 0,95 846 74.000 1.560,38 Rata-rata per ha - 77.320,93 1.643,49

Perumahan Taman Yasmin

Site A 12,19 4,65 0,47 572 38.000 752,99

Site B 15,15 6,60 0,95 896 75.000 1.505,92

Site C 10,28 3,76 1,07 645 88.000 1.660,14

Total 37,62 15,01 2,49 2.113 201.000 3.919,05

Rata-rata per ha - 80.680,47 1.579,61

Sumber : Hasil analisis CITYgreen (2010)

Berdasarkan hasil analisis CITYgreen pada kelompok site sampel, luas kanopi pohon dapat mempengaruhi besar kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbon. Semakin luas kanopi pohon maka semakin besar kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbonnya (Tabel 12).

Pada Tabel 12, pepohonan pada kelompok site C di perumahan Taman Yasmin dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon sebesar 10-15% mampu menyimpan dan menyerap karbon lebih besar dibandingkan kelompok site

CITYgreen dimana kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbon berbanding lurus dengan persentase luas penutupan lahan oleh kanopi pohon. Selain itu, McPherson dan Simpson (1999) juga mengemukakan bahwa jumlah CO2 yang

disimpan pada suatu pohon di sebuah hutan kota dapat dipengaruhi oleh luas tutupan kanopi pohon.

Namun, berbeda halnya di perumahan BCC, pepohonan pada kelompok

site B di perumahan BCC dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon sebesar 5-10% memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon lebih besar dibandingkan kelompok site A (0-5%) dan C (10-15%). Padahal, seharusnya pepohonan pada kelompok site C memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon paling besar dilihat dari persentase penutupan lahan oleh kanopi pohonnya yang lebih besar dibandingkan site A (0-5%) dan B (5-10%). Hal ini dikarenakan total luas kanopi pohon (ha) pada kelompok site B yang memiliki total luas kanopi pohon lebih besar dibandingkan kelompok site A dan C (Tabel 12). Selain luas kanopi pohon, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbon oleh pohon yaitu diantaranya umur pohon, kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon.

Umur pohon. Berdasarkan hasil analisis, kapasitas karbon tersimpan pada pohon yang berumur tua lebih besar dibandingkan dengan pohon yang umurnya masih muda. Semakin tua umur pohon (diasumsikan pohon dalam keadaan sehat dan pertumbuhan baik) maka akan semakin besar kapasitas karbon tersimpan. Sebagai contoh kasus pada site B di perumahan BCC (Tabel 13).

Tabel 13. Perbandingan hasil analisis pada SB_O4_08 dan SB_Q5_11

Nama Site Luas Area Analisis (ha) Distribusi Penutupan Lahan (ha) Jumlah Pohon Manfaat Ekologi Non- Kanopi Pohon (Rumah) Kanopi Pohon Karbon Tersimpan (ton) Daya Serap Karbon (kg/tahun) SB_O4_08 0,37 0,25 0,03 27 2 45,36 SB_Q5_11 0,38 0,21 0,03 23 3 54,43

Sumber : Hasil Analisis CITYgreen (2010)

Keterangan : SB_O4_08 = site B di blok O4 site ke delapan SB_Q5_11 = site B di blok Q5 site ke sebelas

Pada Tabel 13, dapat dilihat dengan luas kanopi yang sama dan jumlah pohon yang berbeda, pepohonan pada SB_Q5_11 dengan jumlah 23 pohon memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon lebih banyak dibandingkan SB_O4_08 dengan jumlah 27 pohon. Padahal, jika dilihat dari jumlah pohon kedua site tersebut, SB_Q5_11 memiliki jumlah pohon lebih sedikit dibandingkan SB_O4_08. Hal ini dikarenakan perbedaan rata-rata umur pohon di kedua site tersebut. Berdasarkan hasil inventarisasi, rata-rata umur pepohonan pada SB_Q5_11 memiliki umur pohon yang lebih tua dibandingkan pepohonan pada SB_O4_08. Oleh karena itu, pepohonan pada SB_Q5_11 memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon lebih banyak dibandingkan SB_O4_08.

Umur pohon dapat berpengaruh terhadap besarnya kapasitas karbon dikarenakan umur pohon berbanding lurus dengan diameter batang dan tajuk pohon (ukuran pohon). Adinugroho (2002) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa secara umum biomassa pada tiap bagian pohon meningkat secara proporsional dengan semakin besarnya diameter pohon. Oleh karena itu, semakin bertambah umur pohon maka akan semakin besar diameter batang dan tajuk pohon. Semakin besar diameter batang dan tajuk pohon maka total biomassa pohon pun akan semakin besar sehingga jumlah karbon tersimpan dan daya serap karbon oleh pohon pun semakin besar.

Pada umumnya, karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman. Karbon disimpan dalam tubuh tanaman (biomassa) berupa daun, batang, ranting, bunga, dan buah melalui proses fotosintesis. Bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak menyimpan karbon adalah batang. Adinugroho (2002) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai persentase rata-rata biomassa pada tiap bagian pohon mahoni yaitu 73% di batang, 7% di cabang, 5% di tunggak, 3% di daun, dan 2% di rangting. Jika umur pohon bertambah, maka meningkat pula biomassa pohon tersebut. Oleh karena itu, semakin bertambahnya umur pohon maka jumlah karbon tersimpan dan daya serap karbon pada suatu pohon pun akan semakin besar.

Namun demikian, kapasitas daya serap karbon oleh suatu pohon akan mengalami penurunan pada umur tertentu. Hal ini disebabkan pertumbuhan pohon

yang telah mencapai optimal. Pohon yang masih muda atau dewasa akan membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon tua (ukuran tanaman optimal) untuk masa pertumbuhannya. Sehingga, daya serap karbon oleh pohon akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan pohon itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh McPherson dan Simpson (1999), daya serap pohon yang pertumbuhannya cepat akan lebih besar dibandingkan dengan pohon yang pertumbuhannya lambat. Dahlan (2007) mengemukakan bahwa tanggapan tumbuhan terhadap konsentrasi CO2 oleh

tanaman cepat tumbuh akan meningkat sebanyak 54% sedangkaan tanaman lambat tumbuh sebesar 23%.

Kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon. Berdasarkan hasil inventarisasi dan analisis menggunakan CITYgreen 5.4, kondisi kesehatan dan pertumbuhan pepohonan yang kurang baik akan berpengaruh terhadap besar karbon tersimpan dan daya serap karbon oleh pohon tersebut. Hasil ini dapat dilihat pada salah satu contoh kasus yang terdapat pada site B di perumahan BCC (Tabel 14).

Tabel 14. Perbandingan hasil analisis pada SB_L4_03 dan SB_O4_08

Nama Site Luas Area Analisis (ha) Distribusi Penutupan Lahan (ha) Rata-rata Nilai Kesehatan Pohon* Rata-rata Nilai Pertumbuhan Pohon* Manfaat Ekologi Non- Kanopi Pohon Kanopi Pohon Daya Serap Karbon (kg/tahun) SB_L4_03 0,30 0,16 0,02 3 2 36,29 SB_O4_08 0,37 0,25 0,03 4 3 45,36

Sumber : Hasil Analisis CITYgreen (2010)

Keterangan : SB_H_01 = site B di blok H site ke satu SB_L2&L3_02 = site B di blok L2&L3 site ke dua

* Nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon (lihat pada Tabel 5)

Hasil inventarisasi pada Tabel 14 menunjukkan sebagian besar kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon berdasarkan nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon (Tabel 7) pada SB_L4_03 termasuk kedalam klasifikasi sedang sedangkan pada SB_O4_08 sebagian besar pepohonan termasuk kedalam klasifikasi baik. Pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa SB_L4_03 dan SB_O4_08 memiliki persentase penutupan lahan kanopi pohon yang hampir sama yaitu sekitar ± 0,02

ha dimana SB_L4_03 seluas 0,02 ha dan SB_O4_08 seluas 0,03 ha dengan SB_L4_03 memiliki rata-rata nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon masing- masing sebesar 3 dan 2 (sedang) sedangkan SB_O4_08 masing-masing sebesar 4 dan 3 (baik).

Berdasarkan hasil analisis CITYgreen, SB_L4_03 memiliki daya serap karbon yang lebih kecil dibandingkan dengan SB_O4_08. Oleh karena itu, selain persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon, kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon itu sendiri juga dapat berpengaruh terhadap kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon. Seperti yang dikemukakan oleh McPherson dan Simpson (1999) bahwa total jumlah CO2 yang dapat diserap lebih

dari 60 tahun oleh tanaman yang pertumbuhannya lambat dengan kondisi sehat dan pertumbuhan baik akan lebih besar dibandingkan tanaman cepat tumbuh dengan kondisi pohon yang sakit atau mati dan pertumbuhan kurang baik atau terhambat.

Dilihat dari hasil analisis CITYgreen pada kelompok site sampel di kedua perumahan, maka dapat diketahui total manfaat ekologi dan ekonomi yang diperoleh kedua perumahan berdasarkan manfaat pohon menyimpan dan menyerap karbon (Tabel 15). Pendugaan nilai manfaat pohon kawasan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Total Karbon Tersimpan Kawasan = Luas RTH (pohon) kawasan (ha) x Rata-rata karbon tersimpan (kg/ha) site sampel

Total Daya Serap Karbon Kawasan = Luas RTH (pohon) kawasan (ha) x Rata-rata daya serap karbon (kg/ha/tahun) site sampel Sehingga,

Total karbon tersimpan di BCC (ton) = 9,80 ha x 77,32 ton/ha = 757,45 ton

Total karbon tersimpan di Taman Yasmin (ton) = 6,82 ha x 80,68 ton/ha = 550,03 ton

Total daya serap karbon di BCC (ton/tahun) = 9,80 ha x 1,64 ton/ha/tahun = 16,10 ton/tahun

Total daya serap karbon di Taman Yasmin (ton/tahun) = 6,82 ha x 1,58 ton/ha/tahun = 10,77 ton/tahun

Tabel 15. Pendugaan manfaat ekologi dan ekonomi di perumahan BCC dan Taman Yasmin Perumah- an Luas Kawasan (ha) Luas RTH (pohon) Manfaat Ekologi Manfaat Ekonomi (Rupiah) Karbon Tersimpan (ton) Daya Serap karbon (ton/th) BCC 129 9,80 ha 757,45 16,10 34.085.179 Taman Yasmin 103 6,82 ha 550,03 10,77 24.751.341

Sumber: Analisis CITYgreen (2010)

Keterangan: 1 ton karbon tersimpan = $ 5; $ 1 = Rp 9.000,00

Pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dengan luas kawasan ±129 ha, masing-masing adalah sebesar 757,45 ton dan 16,10 ton/tahun sedangkan perumahan Taman Yasmin dengan luas kawasan ±103 ha sebesar 550,03 ton dan 10,77 ton/tahun. Berdasarkan hasil tersebut, maka RTH (pohon) di perumahan BCC mampu memberi kontribusi dalam membersihkan udara dari CO2 sebesar 16,10 ton/tahun sedangkan perumahan Taman Yasmin sebesar 10,77

ton/tahun.

Peningkatan konsentrasi CO2 di udara yang tidak terkendali dapat

mengakibatkan berkurangnya kualitas udara yang berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup. Menurunnya kualitas lingkungan dapat menyebabkan berkurangnya tingkat kenyamanan penduduk di dalam kawasan perumahan. Oleh karena itu, perlu adanya penekanan jumlah CO2 ke atmosfer. Menurut McPherson

dan Simpson (1999), pengurangan konsentrasi CO2 dari sektor transportasi dapat

meningkatan kualitas udara pada suatu wilayah. Selain dari sektor transportasi, salah satu cara untuk menekan konsentrasi CO2 dapat dilakukan dengan

penambahan luas RTH (kanopi pohon) dan pemilihan jenis vegetasi yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian ini, vegetasi yang sebaiknya dipilih untuk penyimpanan dan penyerapan karbon yaitu memiliki luas kanopi pohon yang besar dengan memperhatikan kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon itu sendiri. Tajuk pohon yang lebar selain memberikan manfaat untuk penyimpanan

dan penyerapan karbon, juga dapat memberikan keteduhan dari naungan tajuk pohon tersebut.

Pada dasarnya, semua jenis pohon memiliki kemampuan dalam menyimpan dan menyerap karbon yang berbeda-beda. Dahlan (2007) dalam penelitiannya di Kebun Raya Bogor mengemukakan beberapa jenis tanaman yang memiliki daya serap CO2, diantaranya secara berturut-turut dari yang tinggi

hingga rendah dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Beberapa Jenis pohon yang memiliki daya serap CO2

No. Nama Jenis1)

Inventarisasi Jenis Pohon pada site

sampel di Perumahan2) BCC Taman Yasmin 1. Samanea saman - - 2. Cassia sp. - - 3. Canangium odoratum - - 4. Dysoxylum excelsum - - 5. Ficus benjamina √ √ 6. Fillicium decipiens √ √ 7. Pometia pinnata √ √ 8. Swietenia mahogani √ √ 9. Adenanthera pavonina - - 10. Cassia grandis - - 11. Arthocarpus heterophyllus √ √ 12. Annona muricata √ √ 13. Delonix regia - - 14. Manilkara kauki √ √ 15. Mimusops elengi √ √ 16. Caesalpinia pulcherrima - - 17. Khaya anthotheca - - 18. Intsia bijuga - - 19. Pterocarpus indicus √ √ 20. Pithecelobium dulce - - 21. Maniltoa grandiflora √ √ 22. Erythrina cristagalli √ √ 23. Nephelium lappaceum √ √ 24. Tamarindus indica - - 25. Coompasia excels - -

Sumber: 1) Hasil penelitian Dahlan (2007); 2) Survei lapang (2010) Keterangan: √ Ada pada site sampel; - Tidak ada pada site sampel

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, di perumahan BCC dan Taman Yasmin telah terdapat 48% dari jumlah pohon yang ada pada tapak (site

sampel) yang memiliki daya serap CO2 dilihat dari jenis tanaman yang diteliti

Untuk tanaman di perumahan dapat dipilih sesuai dengan luas taman rumah, bangunan (rumah) atau taman-taman yang ada disekitar perumahan. Menurut Dahlan (2007) dalam Duryatmo (2008) bahwa pohon yang cocok ditanami di pekarangan rumah adalah pohon pendek. Namun, dalam pemilihan jenis pohon ini dapat dipilih dan disesuaikan dengan fungsi dan tipe taman rumah masing-masing perumahan (luas pekarangan).

Selain dari aspek manfaat ekologi, kita juga dapat menghitung nilai manfaat ekonomi dari pepohonan di perumahan. Nilai ekonomi didapat berdasarkan perhitungan dari jumlah karbon tersimpan pada pohon dikonversikan kedalam nilai rupiah, dimana 1 ton karbon senilai $5,00 atau setara dengan Rp 45.000,00. Jika 1 ton karbon tersimpan bernilai Rp 45.000,00 maka manfaat ekonomi yang diperoleh perumahan BCC dari RTH (pohon) adalah sebesar Rp 34.085.179,00 sedangkan perumahan Taman Yasmin sebesar Rp 24.751.341,00 (Tabel 15).

Nilai ekonomi (rupiah) yang didapat merupakan gambaran penghematan biaya eksternal yang dapat dikeluarkan masyarakat dan pemerintah akibat adanya sejumlah CO2 di udara. Adapun penghematan biaya yang harus dikeluarkan oleh

masyarakat dan pemerintah adalah berupa biaya akibat kerugian atau biaya tambahan karena adanya sejumlah CO2 di udara (American forest, 2002). Biaya

tersebut dapat berupa biaya untuk membayar kesehatan (perawatan, rumah sakit, obat-obatan, dokter, dan sebagainya), biaya pelayanan kenyamanan, dan sebagainya yang dapat ditimbulkan oleh emisi CO2 dalam jangka waktu satu

tahun.

5.1.4 Perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun kedepan dengan simulasi pengembangan luasan kanopi pohon (Tree Growth Model)

Tree Growth Model merupakan salah satu program dalam menu CITYgreen yang dapat memprediksi pertumbuhan kanopi pohon pada masa yang akan datang dengan hasil berupa skenario gambar. CITYgreen dapat menganalisis perkembangan kanopi pada suatu wilayah hanya sampai 50 tahun yang akan datang. Pada penelitian ini dipilih tahun pertumbuhan yaitu 10 dan 20 tahun yang

akan datang untuk memudahkan perbandingan pada setiap kelipatan tahun tersebut.

Tabel 17. Pendugaan kapasitas karbon tersimpan pada 10 dan 20 tahun yang akan datang berdasarkan kelompok site sampel di perumahan BCC dan Taman Yasmin

Perumahan Kelompok

Site

Eksisting 10 tahun 20 tahun

I II I II I II BCC Site A 0,12 9.000 0,13 10.000 0,13 11.000 Site B 0,49 38.000 0,43 41.000 0,44 45.000 Site C 0,34 27.000 0.36 28.000 0,36 34.000 Rata-rata per ha - 77.320,93 - 83.349,90 - 93.777,52 Taman Yasmin Site A 0,47 38.000 0,54 43.000 0,53 50.000 Site B 0,95 75.000 1,24 99.000 1,37 119.000 Site C 1,07 88.000 0,97 87.000 0,98 91.000 Rata-rata per ha - 80.680,47 - 83.053,02 - 91.352,69

Sumber: Analisis CITYgreen (2010)

Keterangan: I Luas kanopi pohon (ha); II Jumlah karbon tersimpan (kg)

Tabel 18. Pendugaan daya serap karbon pada 10 dan 20 tahun yang akan datang berdasarkan kelompok site sampel di perumahan BCC dan Taman Yasmin

Perumahan Kelompok

Site

Eksisting 10 tahun 20 tahun

I II I II I II BCC Site A 0,12 199,59 0,13 208,66 0,13 172,37 Site B 0,49 816,47 0,43 789,25 0,44 707,60 Site C 0,34 544,32 0.36 562,46 0,36 344,72 Rata-rata per ha - 1.643,49 - 1.667,64 - 1.297,22 Taman Yasmin Site A 0,47 752,99 0,54 898,13 0,53 762,05 Site B 0,95 1.505,92 1,24 2.023,06 1,37 1.787,18 Site C 1,07 1.660,14 0,97 1.596,67 0,98 1.415,23 Rata-rata per ha - 1.579,61 - 1.646,92 - 1.395,48

Sumber: Analisis CITYgreen (2010)

Keterangan: I Luas kanopi pohon (ha); II Jumlah daya serap karbon (kg/tahun)

Hasil analisis menggunakan CITYgreen 5.4 pada aspek statistik tapak penutupan lahan oleh non-kanopi pohon (rumah) memiliki hasil yang sama seperti analisis pada kondisi eksisting tapak. Namun, untuk penutupan lahan oleh kanopi pohon terjadi perubahan luasan area setiap tahun analisis. Pada Tabel 17 dapat dilihat secara umum terjadi kenaikan luas kanopi pohon di setiap tahun pertumbuhan. Hanya pada kelompok sampel site B di perumahan BCC mengalami penurunan luas kanopi pohon pada 10 tahun mendatang dari 0,49 ha menjadi 0,43 ha dan naik kembali menjadi 0,44 ha pada pertumbuhan 20 tahun mendatang. begitu juga pada kelompok sampel site C di perumahan Taman Yasmin mengalami penurunan luas kanopi pohon pada 10 tahun mendatang dari

1,07 ha menjadi 0,97 ha dan naik kembali menjadi 0,98 ha pada pertumbuhan 20 tahun mendatang.

Perubahan luas kanopi pohon terjadi dikarenakan adanya perluasan tajuk pohon secara horizontal seiring dengan laju pertumbuhannya. Terjadinya penurunan luas kanopi pohon pada 10 tahun yang akan datang di perumahan BCC dan Taman Yasmin diperkirakan disebabkan oleh adanya pepohonan yang hilang (mati) pada tahun perkembangan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus

site SB_R2_14 di perumahan BCC dimana dari hasil analisis menggunakan CITYgreen beberapa pohon pada site tersebut hilang (Gambar 28). Pada Gambar 28, dapat dilihat yang berwarna hijau muda merupakan prediksi pertumbuhan pohon eksisting pada 10 tahun kedepan sedangkan yang berwarna kuning merupakan prediksi pohon yang hilang pada 10 tahun kedepan.

Gambar 28 Tampilan hasil digitasi site SB_R2_14 pada 10 tahun kedepan di perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor.

U

Dibuat Oleh:

Purwanti Lukmanniah (A44062985) Dosen Pembimbing:

Ir. Indung Sitti Fatimah, M. Si Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

2011 Judul Gambar:

Contoh Tampilan Hasil Digitasi Site Sampel B pada 10 Tahun kedepan di Perumahan Bukit Cimanggu City

0 0,01 0,03 miles Legenda: Site SB_R2_14 Bangunan (rumah) Pohon eksisting

Prediksi pohon 10 tahun kedepan

Prediksi pohon yang hilang pada 10 tahun kedepan

Walaupun terjadi perubahan luas kanopi pohon pada 10 tahun dan 20 tahun mendatang tidak menurunkan jumlah karbon tersimpan di kedua perumahan.

Gambar 29 Perbandingan kemampuan pohon dalam menyimpan karbon (kg) dari hasil analisis site sampel pada perumahan.

(Sumber: Analisis CITYgreen, 2010)

Pada Gambar 29 dapat dilihat grafik penurunan dan kenaikan kemampuan pohon dalam menyimpan karbon pada masing-masing kelompok site sampel di kedua perumahan. Hasil analisis menggunakan CITYgreen menunjukkan jumlah

karbon tersimpan (kg) pada kelompok site sampel di kedua perumahan akan mengalami kenaikkan dalam jangka waktu 10 tahun dan 20 tahun mendatang (Tabel 17). Hanya pada kelompok site sampel C di perumahan BCC yang

Dokumen terkait