• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGATURAN IZIN USAHA KECIL MENENGAH DALAM

C. Manfaat dikeluarkannya Izin Usaha Kecil Menengah dalam Hukum

Pemerintah berwenang mengeluarkan suatu izin, akan tetapi harus dapat dilihat izin yang seperti apakah yang dimohonkan oleh masyarakat, agar dapat diketahui instansi pemerintah mana yang berwenang dan mengeluarkan izin tersebut. Pejabat pemerintah /aparatur pemerintah merupakan bagian dari unsur administrasi negara yang dapat menjalankan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan. Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi kepada pemerintah seperti Gubemur, Bupati/Walikota untuk bertindak atas dasar hukum dan atau dasar kebijaksanaan.

Di samping keleluasaan tadi, kepada pejabat pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai

"onrechtmatig overheidsdaad" (perbuatan melawan hukum oleh penguasa).

Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan hukum balk formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui penyelewengan-kewenangan menurut undang- undang (kompetentie). Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi atas :

1. Perbuatan membuat peraturan (Pemerintah). 2. Perbuatan melaksanakan peraturan (Masyarakat).

Manfaat dengan dikeluarkannya Izin Usaha Kecil Menengah dalam Hukum Administrasi Negara iyalah:

1. Dari sisi Pemerintah

a. Untuk melaksanakan peraturan

Apakah ketentuan–ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

b. Sebagai sumber pendapatan daerah

Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya, yaitu untuk membianyai pembangunan.

2. Dari sisi Masyarakat

a. Untuk adanya kepastian hukum. b. Untuk adanya kepastian hak

c. Untuk menudahkan mendapatkan fasilitas. Apabila bangunan usaha yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapatkan fasilitas.

BAB IV

PENERAPAN SANKSI TERHADAP USAHA KECIL MENEGAH YANG TIDAK MEMILIKI IZIN

A. Sanksi terhadap usaha yang tidak mempunyai izin

Sanksi Hukum Administrasi, menurut J.B.J.M. ten Berge, sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi. Menurut P de Haan dalam Hukum Administrasi Negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis. JJ. Oosternbrink berpendapat sanksi administrasi adalah sanksi yang muncul dari hubungan antara pemerintah, warga negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga (kekuasaan peradilan), tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.

Adapun jenis-jenis sanksi hukum administrasi Negara yaitu: 1. Paksaan Pemerintahan (Bestuursdwang)

Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ pemerintah atau atas nama pemerintah untuk memindahkan, mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Contoh Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1961 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa izin yang

Berhak atau Kuasanya. Bestuursdwang merupakan Kewenangan Bebas, artinya pemerintah diberi kebebasan untuk mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah menggunakan bestuursdwang atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi yang lainnya.

2. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan.

Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan atau syarat-syarat yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah diberikan, juga dapat terjadi pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si pelanggar.

Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena di dalam Hukum Administrasi Negara terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu bahwa pada asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh hakim di pengadilan.

50

3. Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)

N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini, menurutnya, bahwa uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya berdasarkan syarat dalam perjanjian, yang harus dibayar karena tidak menunaikan, tidak sempurna melaksanakan atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti kerugian, kerusakan, dan pembayaran bunga. Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan.

4. Pengenaan Denda Administratif.

Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal pengenaan denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan uang paksa yang ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret yang sesuai dengan norma, denda administrasi tidak lebih dari sekedar reaksi terhadap pelanggaran norma, yang ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti. Dalam pengenaan sanksi ini pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas hukum administrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis.31

Setiap kegiatan Usaha yang dijalankan harus memiliki Izin, supaya kegiatan usaha tersebut mendapat pengawasan dan kepastian hukum. Akantetapi

31

Maret 2015

masih banyak pelaku usaha-usaha kecil dan menengah yang menjalankan kegiatan usaha tanpa terlebih dahulu mengurus perizinannya. Sehingga Pemerintah dapat mengambil langkah untuk memperingati pelaku usaha agar mengurus Perizinan ussahanya terlebih dahulu, selanjutnya pemerintah dapat menutup atau pembekuan kegiatan usaha tersebu, serta pembongkaran tempat kegiatan usaha tersebut. Oleh sebab itu Pemerintah melalui Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002, mengatur tentang larangan menjalankan kegiatan Usaha tanpa adanya Izin. yaitu sebagai berikut:

Perusahaan dilarang menjalankan kegiatan usaha tanpa memiliki izin operesional danmelakukan kegiatan.

1. Melakukan perdagangan yang dikaitkan dengan perhimpunan dana masyarakat.

2. Melakukan kegiatan usaha perdagangan penggandaan uang. 3. Pemberian imbalan atau kompensasi yang tidak wajar.32

Sanksi yang diberikan jika suatu perusahaan tidak mendaftarkan perusahaannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 3/1982 Wajib Daftar Perusahaan, adalah:

Sanksi dalam Ketentuan Pidana:

Pasal 32

1. Barang siapa yang menurut Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya diwajibkan mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar

32

52

Perusahaan yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi kewajibannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam.ayat (1) pasal ini merupakan kejahatan.

Pasal 33

1. Barang siapa melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru atau tidak lengkap dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

2. Tindak pidana tersebut dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran. Pasal 34

1. Barang siapa tidak memenuhi kewajibannya menurut Undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya untuk menghadap atau menolak untuk menyerahkan atau mengajukan sesuatu persyaratan dan atau keterangan lain untuk keperluan pendaftaran dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 2 (dua) bulan atau pidana denda setinggitingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran.

1. Apabila tindak pidana sebagaimana, dimaksud dalam Pasal-pasal 32, 33 dan 34 Undang-undang ini dilakukan oleh suatu badan hukum, penuntutan pidana dikenakan dan pidana dijatuhkan terhadap pengurus atau pemegang kuasa dari badan hukum itu.

2. Ketentuan ayat (1) pasal ini diperlakukan sama terhadap badan hukum.33

B. Izin usaha yang tidak dikeluarkan atau ditolak

1. Penyebab tidak dikeluarkannya permohonan Izin Usaha Kecil Menengah

Dalam persoalan ini penyebab tidak dikeluarkannya suatu permohonan Izin Usaha Kecil Menengah (UKM) ialah, karena adanya kekurangan, kesalahan data-data atau dokumen dalam mengurus Perizinan tersebut. Selain dari pada itu hal yang dapat menjadi penyebab tidak dikeluarkannya permohonan Izin Usaha tersebut disebabkan oleh lokasi kegiatan usaha yang tidak tepat terhadap pembangunan fisik kota (tata ruang kota), serta dikarenakan bentuk dari kegiatan usaha tersebut dinilai Pemerintah tidak berdampak baik. Dimana dalam hal ini Pemerintah memperhatikan dan menilai bentuk kegiatan usaha tersebut memberi dampak buruk yang dapat timbul atau terjadi terhadap lingkungan.

Pasal 40

Dalam hal Pejabat menolak permohonan Izin Usahasebagaimana dimaksud pada ayat (1), penolakan wajibdisampaikan secara tertulis kepada pemohon disertaialasan.

33

54

Terhadap penolakan pemberian Izin Usaha, pemohondapat mengajukan ulang permohonan Izin Usaha denganmelengkapi persyaratan yang menjadi alasan penolakanpemberian Izin Usaha.

Pasal 43

Guna melindungi kepentingan pelaku Usaha Mikro, UsahaKecil, dan Usaha Menengah, dalam hal permohonan IzinUsaha ditolak, keputusan penolakan beserta alasan berikutberkas permohonannya harus disampaikan kembali kepadapemohon secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 15(lima belas) hari kerja, terhitung sejak permohonan IzinUsaha dinyatakan ditolak.34

2. Dampak yang terjadi atas penolakan permohonan Izin Usaha

Adapun dampak yang terjadi atas penolakan dari proses pengajuan permohonan Izin Usaha ini ialah:

a. Pihak pemohon Izin tersebut kembali melengkapi dan memperbaiki data- data dan dokumen yang dipersyaratkan Dinas Perijinan, untuk dapat dimohonkan kembali.

b. Ada beberapa pihak dimasyarakat yang permohonan Izin Usahanya ditolaknamun tetap menjalankan kegiatan usahanya tanpa memiliki Izin Usaha tersebut. Sehingga kegiatan usaha tersebut dapat merusak lingkungan, dikarenakan tidak sesuai prosedur dan Izin yang berlaku.

34

Peraturan Pemerintah RI Nomor17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

c. Mengajukan permohonan ke Kantor Pemerintahan di Kecamatan tempat tinggal, sebagaimana surat permohonan Izin Usaha yang seperti itu hanya berlaku untuk jenis Usaha Kecil saja yang dijalankan perorangan (dijalankan oleh satu keluarga).

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Izin adalah suatu keputusan adminstrasi negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat kongkrit. Izin Usaha Kecil Menengah merupakan suatu bentuk surat keputusan atau ketepapan yang dikeluarkan oleh Pejabat Pemerintah kepada perorangan atau Badan Hukum untuk dapat melakukan suatu kegiatan usaha di lingkungan masyrakat, yang dimana jenis usaha tersebut tergolong kecil dan menengah.

Disisi lain bila dilihat dari keputusan tata usaha negara itu sendiri, izin memiliki sifat-sifat keputusan tersebut, yaitu bahwa izin bersifat konkret. Artinya objek yang diputuskan dalam tata usaha negara itu tidak abstrak melainkan berwujud, tertentu,dan ditentukan. Izin memiliki sifat individual, artinya bahwa dalam izin itu harus disebutkan dengan jelas siapa yang diberikan izin. Izin bersifat final, dimana dengan izin seseoarang telah mempunyai hak untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan isinya yang secara definitif dapat menimbulkan akibat hukum tertentu.

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 12 dijelaskan urusan Pemerintahan untuk daerah kabupaten/kota. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam izin Usaha Kecil

Menengah meliputi pembinaan dan pengawasan terhadap perizinan usaha yang dikeluarkan tersebut.

Salah satu perizinan yang diperlukan oleh Usaha Kecil Menengah adalah Surat Izin Tempat Usaha. Yang mutlak dimiliki oleh badan usaha atau usaha perorangan, dandalam waktu sekitar 14 (empat belas) hari kerja dikeluarkan oleh pemerintah daerah setingkat kecamatan dan kabupaten. Dasar hukum kepemilikan SITU diatur dalam peraturan daerah di tiap pemerintah daerah, dimana Pemerintah Kota Medan dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002.

3. Penyebab tidak dikeluarkannya suatu permohonan Izin Usaha Kecil Menengahdi Kota Medan karena adanya kekurangan, kesalahan data-data atau dokumen dalam mengurus Perizinan tersebut. Selain dari pada itu hal yang menjadi penyebab tidak dikeluarkannya permohonan Izin Usaha tersebut disebabkan oleh lokasi kegiatan usaha yang tidak tepat terhadap pembangunan tataruang kota, serta dikarenakan bentuk dari kegiatan usaha tersebut dinilai Pemerintah tidak berdampak baik pada lingkungan. Dampak yang terjadi atas penolakan dari proses pengajuan permohonan Izin Usaha ini ialah, tetap ada perorangan yang menjalankan kegiatan usahanya tanpa memiliki Izin Usaha tersebut.

Pemerintah harus bergerak cepat dalam mengambil langkah untuk memperingati pelaku usaha agar mengurus perizinan usahanya terlebih dahulu, selanjutnya pemerintah dapat menutup atau pembekuan kegiatan usaha tersebut, serta pembongkaran tempat kegiatan usaha tersebut. Oleh

58

sebab itu Pemerintah melalui Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002 pasal 14, mengatur tentang “Perusahaan dilarang menjalankan kegiatan usaha tanpa memiliki izin operesional dan melakukan kegiatan”.

B. Saran

1. Perlu pembinaan yang ditangani langsung dan pengawasan yang berkelanjutan oleh Pemerintah terhadap Usaha Kecil Menengah, yang dimana hal tersebut merupakan Kewenangan dari Pemerintah Daerah dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah. Sehingga perkembangan dan pertumbuhan kegiatan usaha di Kota Medan tertata dan terarah dengan baik.

2. Perlu adanya ketetapan yang jelas, penyampaian informasi yang akurat dan pemeriksaan yang telitimengenai lokasi kegiatan usaha yang tidak tepat terhadap pembangunan tataruang kota, serta bentuk dari kegiatan usaha yang berdampak merusak lingkungan didalam berkas permohonan Izin Usaha Kecil Menengah di Kota Medan. Agar mencegah terjadinya kekurangan, kesalahan data-data atau dokumen dalam mengurus Perizinan tersebut.

3. Perlu dilakukan sanksi yang tegas terhadap pelaku kegiatan Usaha Kecil Menengah di Kota Medan yang menjalankan usaha tanpa memiliki Izin Usahanya. Seperti memberi surat pemberitahauan atau peringatan

terlebih dahulu kepada pelaku usaha, dan apabila tidak ditanggapi pemerintah dapat menutup atau pembekuan kegiatan usaha tersebu, serta melakukan pembongkaran tempat kegiatan usaha tersebut. Agar member efekjera bagi pelaku Kegiatan Usaha yang tidak mengurus Izin usahanya.

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU

Juniarso, Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan

public.2010.Bandung: Nuansa, catakan I.

Kamus Hukum, “Citra Umbara” Bandung.

Nasution, Faisal Akbar, Pemerintahan Daerah Dan Sumber-Sumber

Pendapatan Asli Daerah..2009.Jakarta: PT. SOFMEDIA.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara.2006.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

Sutedi, Adrian, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan

Publik.2011.Jakarta: Sinar Grafika.

Siahaan, Marihot Pahala, Pajak Daerah & Retribusi

daerah.2005.Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada.

B.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Wajib Daftar Perusahaan.

Undang-undang nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha mengatur tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan.

Konsideran menimbang huruf c Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.

C.Internet Dody Tabrani Frida Rustiani tanggal 9 April 2014) Heni Minat (diakses pada tanggal 9 April 2014)

http://www.academia.edu/8086228/Mempersiap_kan_Pendirian_Usaha (diakses pada tanggal 8 Januari 2015)

(diakses pada tanggal 16 Maret 2015)

Dokumen terkait