• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam karena dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa khususnya burung-burung yang sering

Dalam dokumen Kata Pengantar. Tim Penyusun (Halaman 43-49)

BAB V ArahJangkauan, Pengaturan Dan

C. Tujuan, Fungsi, Dan ManfaatHutan Kota

7. Manfaat Edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam karena dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa khususnya burung-burung yang sering

dijumpai dikawasan tersebut.

D. PenyelenggaraanHutanKota

Menurut Ketentuan Pemerintah No. 63 tahun 2002 tentang hutan kota seperti yang ditegaskan dalam pasal 4 ayat (2), bahwa penyelenggaraan hutan kota meliputi :

a. Penunjukan

Dalam penunjukan terkait denga penyelenggaraan hutan kota mencakup luas dan lokasi hutan kota. Artinya terdapat suatu kejelasan perencanaan letak, luas tanah yang digunakan untuk hutan kota. Luas tanah yang digunakan hutan kota harus diklasifikasikan status tanah tersebut, apakah tanah tersebut merupakan tanah negara atau tanah hak. Persoalan tanah yang digunakan harus tegas dengan mekanisme yang jelas. Maksudnya jika hutan kota tersebut berasal dari tanah negara relatif tidak ada permasalahan terkait pegunaannya. Permasalah sering muncul ketika harus membenaskan tanah hak untuk kepentingan umum yang harus diperjelas. Mekanisme pemberian ganti kerugian dari pembebasan tanah hak tersebut harus jelas, transparasi dan yang pasti tidak merugikan hak pemegang hak atas tanah tersebut.

Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan UUPA Pasal 16, yang merupakan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak ini dengan menentukan : untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat. Hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang.

Pada prinsipnya dalam hukum agaria mengenal 2 (dua) macam penggandaan tanah untuk kepentingan umum, yaitu :

1. Dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah (pembebasan hak atas tanah) ;

2. Dilaksanakan dengan cara pencabutan hak atas tanah.

Pada prinsipnya perbedaan antara pencabutan hak atas tanah dengan pembebasan tanah ialah, jika dalam pencabutan hak atas tanah dilakukan dengan cara paksa, maka dalam pembebasan tanah dilakukan dengan berdasarkan pada asas musyawarah.

Sementara itu ketentuan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang penggandaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum ditegaskan dalam pasal 9 ayat (2) bahwa, penggandaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan pemberian ganti krugian yang layak dan adil. Hal ini menjadi jelas bahwa penggandaan tanah untuk hutan kota bagi tanah hak dapat dilakukan dengan membeikan ganti kerugian yang layak dan adil.

Selain itu, pembentukan hutan kota merupakan bagian ruang terbuka hijau (RTH) didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan (RTRWK). Pertimbangan-pertimbangan penting dalam penunjukan hutan kota adalah :

Luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat pencemaran, dan kondisi fisik kota Luas hutan kota minimal 0.25 Ha

Luas hutan kota minimal 10% dari luas wilayah perkotaan dan disesuaikan dengan kondisi perkotaan setempat.

b. Pembangunan

Kegiatan pembangunan huta kota diawali dengan perencanaan dan dilaksanakan sesuai perencanaan tersebut. Perencanaan pembangunan hutan kota juga dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota dan dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan (RTRWK). Dalam perencanaan pembangunan hutan kota harus memperhatikan aspek-aspek teknis, ekologis, ekonomis, sosial dan budaya setempat. Selain itu rencana pembangunan hutan kota harus memuat rencana teknis :

Hutan kota yang dibangun harus sesuai dengan karakterisik lahan dari masing-masing wilayah

Bentuk hutan kota yang dibangun harus jelas apakah bentuknya jalur, megelompok, atau menyebar. Selain tipe kota yang direncanakan di Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan harus sesuai dengan ketentuan diatur dalam peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

1. Tipe kawasan pemukiman; 2. Tipe kawasan industri;

3. Tipe rekreasi;

4. Tipe pelestarian plasma nutfah; 5. Tipe perlindungan; dan

6. Tipe pengamanan.

Tipe hutan kota Pematangsiantar yang direncanakan dibangun harus berdasarkan ketentuan yang telah dicantumkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan khususnya Kota Pematangsiantar. Pada tahap pelaksanaan yang perlu diperhatikan berkaitan dengan : − Penataan areal hutan kota yang direncanakan di kota Pematangsiantar, tentu sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan

Penanaman jenis tanaman yang direncanakan dan sesuai dengan karakteristik dari hutan kota tersebut

Pemeliharaan hutan kota merupakan hal yang harus dilakukan, agar keaslian dan keinmdahan serta kemanfaatan lain dari hutan kota dapatterus dinikmati oleh masyarakat

Pembangunan sipil teknis.

c. Penetapan

penetapan pelaksanaan pembangunan hutan kota dilakukan melalui peraturan daerah tentang hutan kota. Hal-hal yang diperhatikan dalam penetapan hutan :

Tanah hak kerana pertimbangan keberadaanya dapat ditetapkan sebagai hutan kota oleh pemegang hak tanpa pelepan hak atas tanah. Tanah hak yang ditetapkan menjadi hutan kota dalam pasal ini karena kesadaran pemegang hak, dapat dimintakan untuk dijadikan hutan kota. Artinya masyarkat dapat ditetapkan sebagai pemegang hak atas hutan kota sebagai bentuk partisipasi masyarakat terhadap kepentingan pembangunan hutan kota.

Pemegang hak memperoleh insentif yang berupa : (1) insentif langsung yang antara lain bentuk subsidi finansial dan atau (2) insentif tak langsung yang berupa kebijakan fiskal. Pembarian insentif ini harus ditetapkan dalam peraturan daerah − Tanah hak sebagai dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai hutan kota untuk

jangka waktu paling sedikit 15 (lima belas) tahun. Jangka waktu ini dimaksudkan untuk adanya jaminan terhadap pemberian insetif dan manfaat ekonomi apabila terjadi perubahan penggunaan atas tanah

Penetapan tanah hak sebagai disuraikan diatas dapat dilakukan tanpa melalui proses penunjukan dan pembangunan

Tanah hak yang dapat dimintakan penetapan sebagai hutan kota sebagaimana dimaksud diatas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Penetapan, perubahan, dan perutukan tanah hak untk digunakan sebagai hutan kota Pematangsiantar dilakukan dengan keputusan Walikota.

d. Pengelolaan

Pengelolaan hutan kota dilakukan sesuai dengan tipe dan bentuk hutan kota agar berfungsi secara optimal berdasarkan penetapan hutan kota Pematangsiantar agar berfungsi secara optimal berdasarkan penetapan hutan kota di Pematangsiantar pengelolaan hutan kota meliputi tahapan kegiatan :

1. Penyusunan rencana pengelolaan

Penyusunan rencana pengelolaan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan yang meliputi :

 Penetapan tujuan pengelolaan. Penetapan tujuan pengelolaan yang dimaksud adalah dalam rangka uptimalisasi fungsi hutan kota

 Penetapan kegiatan dan kelembagaan. Penetapan program jangka pendek dan jangka panjang dengan memperhatikan lingkungan strategis

 penetapan kegiatan dan kelembagaan. Penetapan kegiatan dan kelembagaan dimaksud agar kegiatan dapat berjalan dengan baik, yang meliputi : (1) penetapan organisasi; (2) batas-batas kewenangan pihak terkait

 Penetapan sistem monitoring dan evaluasi. Sistem monitoring dan evaluasi dilakukan melalui penetapan : (a). kriteria; (b). standar; (c). indikator; (e). alat verifikasi.

2. Pemeliharaan;

Pemeliharaan sebgaimana dimaksud untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi dan manfaat hutan kota melalui optimalisasi ruang tumbuh, diversifikasi tanaman dan peningkatan kualitas tempat tumbuh. Optimalisasi ruang tumbuh dan diverifikasi tanaman antara lain meliputi kegiatan : (a) penyulaman; (b) penjarangan; (c) pemangkasan; dan (d) pengayaan.

Peningkatan kualitas tempat tumbuhan antara lain meliputi kegitan : (a) pemupukan; (b) penyiangan.

Perlidungan dan pengamanan hutan kota bertujuan untuk menjaga keberadaan dan kondisi hutan kota agar tetap berfungsi secara optimal. Upaya perlindungan dan pengamanan hutan kota adalah sebagai berikut :

 Pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan ;

 Pencegahan dan penanggulangan pencurian fauna dan flora ;  Pencegahan dan penanggulangan kebakaran ; dan

 Pengendalian dan penanggulangan hama dan penyakit

Selain itu terdapat larangan melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan atau penurunan, seperti: membakar hutan kota, merabah hutan kota, menebang, memotong, mengambil, dan memusnakan tanaman dalam hutan kota tanpa izin dari pejabat yang berwenang, membuang benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau mebahayakan kelangsungan fungsi hutan kota, dan mengerjakan, menggunakan, atau menduduki hutan kota secara tidak sah.

4. Pemanfaatan.

Pemanfaatan hutan kota digunakan untuk pariwisata, pendidikan, rekreasi, oleh raga, penelitian dan pengembangan, pelestarian nutfah; dan atau budidaya hasil hutan bukan kayu.

5. Pemantauan dan evaluasi.

6. Pemantauan dan evaluasi dilakukan terdapat tahapan-tahapan dan penyelesaian kegiatan berdasarkan rencana dan tata waktu yang telah disusun, yang meliputi pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan pemanfaatan.

E. KetentuanSanksi

Pada intinya, penguatan atau sanksi yang diterapkan untuk tujuan penegakan ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini diarahkan untuk merujuk pada ketentuan-ketentuan dalam perundangan terkait yang berlaku.

Pemerintah kota mengembangkan mekanisme positif atau pemberian penghargaan untuk tujuan penguatan perilaku atau percepatan layanan di lingkungan kelembagaan yang ada

F. KetentuanPeralihan

Pada saat berlakunya peraturan daerah ini, semua ketentuan dalam peraturan daerah lainnya yang bekaitan hutan kota dinnyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan daerah ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian sebgaimana telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kota Pematangsiantar adalah kota terbesar kedua di indonesia yang merupakan tujuan masyarakat bekerja terdapat gedung-gedung perkantoran baik swasta maupun pemerintahaan, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Akibat dari haltersebut terjadi pencemaran yang berada pada taraf yang mengkhawatirkan. Dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia.

2. Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan pengadaan Hutan Kota yang ditetapkan melalui peraturan daerah untuk menjamin pelaksaan, pengawasan dan pendanaan yang berkesinambungan. Pada saat yang bersamaan Pematangsiantar belum memiliki peraturan Daerah yang Spesifik untuk mengatur tentang Hutan Kota. 3. Tujuan dari Penetapan Hutan Kota melalui Peraturan Daerah ini adalah

Memberikan arahan dalam penyusunan norma-norma pengaturan dalam peraturan mengenai Hutan Kota, menyelaraskan pengaturan norma dalam peraturan daerah sesuai dengan norma akademis, teoritis dan yuridis, dan memberikan penjelasan mengenai kerangka pikir dan tujuan norma-norma pengaturan dalam pengaturan peraturan Daerah tentang Hutan Kota.

B. Saran

Berpijak pada kesimpulan diatas maka Berdasar kajian akademik diatas, maka timPenyusun Naskah Akademik Rancang Peraturan Daerah tentang Hutan Kota merekomendasikan perlunya diberlakukan peraturan Daerah Kota Pematangsiantar tentang Hutan Kota.

BAB VI

Penutup

• Kesimpulan • Saran

Dalam dokumen Kata Pengantar. Tim Penyusun (Halaman 43-49)

Dokumen terkait