• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini ialah:

1. Menambah pemahaman tentang program kelas peminatan.

2. Memberikan informasi kepada sekolah yang diteliti dalam memperhatikan potensi dan minat siswa, serta memberikan perlakuan yang tepat bagi pendidikan siswa.

3. Meningkatkan pengelolaan program peminatan yang lebih efektif dan efisien.

4. Sebagai masukan bagi sekolah yang bersangkutan, untuk perencanaan pengembangan lebih lanjut.

5. Manfaat lain dari penelitian ini khususnya tentang pola dan system pendidikan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya parapenyelenggara pendidikan di tanah air.

9

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Slameto sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. H. Djaali mengatakan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.1 Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian minat oleh Hilgard, yaitu sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.2

Menurut Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab “minat

dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.” Dalam batasan tersebut

terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pusat perhatian subjek, ada usaha (untuk mendekati/mengetahui/menguasai) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.3

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak

1

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet. 5, h. 121.

2

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 27.

3

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 262-263.

termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak dan faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu4.

Beberapa pengertian di atas terlihat saling melengkapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa suka dan perhatian seseorang terhadap sesuatu baik seseorang, benda ataupun kegiatan yang membuat orang tersebut merasa terikat dan memberikan perhatian penuh terhadap objek yang disukainya tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah sesuatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan terutama senang (positif) terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga atau sesuai kebutuhan dan memberi kepuasan kepadanya, sesuatu itu dapat berupa aktivitas, orang, pengalaman atau benda yang dapat dijadikan sebagai stimulus atau rangsangan yang memerlukan respon terarah.

Dari penjelasan sebelumnya yaitu minat secara umum, kemudian dicoba untuk diterapkan dalam bidang akademik, khususnya untuk bidang kejuruan. Minat umum - kejuruan yang berkembang dalam diri seseorang merupakan akumulasi minat yang berkembang, sejalan dengan pengalaman, sikap, dan keinginannya. Sebagaimana dikatakan oleh Wayne, hal ini sangat dipengaruhi secara signifikan oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Minat kejuruan adalah kecenderungan seseorang untuk memiliki prospek pekerjaan atau jabatan tertantu yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya. Konstelasi tersebut didukung oleh William B. Michael yang menyebutkan bahwa perpaduan tipe-tipe minat akan memperlihatkan pola tingkah laku tertentu dalam melaksanakan tugas, yang disebut kecakapan tugas. Faktor minat kejuruan adalah penting

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), cet. 3, h. 136.

untuk melihat sejauh mana merencanakan seseorang dalam pendidikan untuk suatu pekerjaan tertantu sesuai dengan bidangnya.5 Jadi, minat kejuruan adalah kecenderungan siswa pada bahan atau mata pelajaran tertentu yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya sehingga siswa tersebut merasa terikat dan memberikan perhatian penuh terhadap pelajaran yang disukainya tanpa ada yang menyuruh.

Tugas atau pekerjaan tidak dapat diselesaikan tanpa pengerahan usaha, daya, dan tenaga. Semakin sulit tugas, semakin banyak pula tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan tugas dengan baik. Generalisasi ini berlaku pula dalam belajar. Penguasaan yang sempurna terhadap suatu mata pelajaran, memerlukan pencurahan perhatian yang rinci. Minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran, mungkin sekali akan menjaga pikiran siswa, sehingga dia bisa menguasai pelajarannya. Pada gilirannya, prestasi yang berhasil akan menambah minatnya, yang bisa berlanjut sepanjang hayat.6

Umpamanya seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogianya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.7

Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa besarnya minat remaja terhadap bidang akademik sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan.

5

Djaali, op. cit., h.125-126.

6Ibid

, h. 121-122.

7

Biasanya remaja lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.8

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat

Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bersumber dari dalam diri individu (misalnya: umur, jenis kelamin, bobot, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian), dan yang berasal dari luar yang mencakup (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat).9 Faktor lingkungan mempunyai pengaruh lebih besar terhadap timbul dan berkembangnya minat seseorang.

Crow and Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat,

a. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan, ingin tahu seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan, dan lain-lain.

b. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain.

c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan erat dengan emosi. Bila seseorang mendapat kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktifitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.10

8

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Terjemah Istiwidayanti dan Soedjarwo), (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 220.

9

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, op. cit., h.263.

10Ibid

Karena kepribadian manusia itu bersifat kompleks, maka sering ketiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan perpaduan dari ketiga faktor tersebut, akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyebab timbulnya suatu minat. Dalam hal ini, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

a. Minat pembawaan. Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan.

b. Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar. Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkungan dan kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.11

3. Fungsi Minat

Setelah memahami dari pengertian- pengertian yang diuraikan di atas tentunya minat itu mempunyai fungsi tersendiri. Minat dikatakan sebagai salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya belajar siswa. Minatpun dikatakan sebagai aspek kejiwaan karena ia sangatlah pribadi dan berkembang sejak masa kanak-kanak. Pada semua usia, minat mempunyai peranan penting dalm kehidupan seseorang, dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap. Hal ini terutama selama masa kanak-kanak, karena setiap aktivitas anak ditentukan oleh minat yang berkembang selama pertumbuhannya.

Minat berhubungan erat dengan sikap kebutuhan seseorang, dan mempunyai fungsi yang dikemukakan oleh Elizabeth B Hurlock, yaitu:

11

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.176.

a. Sumber motivasi yang kuat untuk belajar

Anak yang berminat terhadap sebuh kegiatan baik permainan maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat.

b. Minat mempengaruhi bentuk intensitas aspirasi anak

Ketika anak mulai berfikir tentang pekerjaan mereka dimasa mendatang, misalnya menentukan apa yang mereka ingin lakukan pada saat mereka dewasa, semakin yakin mereka mengenai pekerjaan yang diidamkan semakin besar minat mereka dikelas atau diluar kelas yang mendukung tercapainya aspirasi itu.

c. Menambah kegairahan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Anak-anak berminat terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan, pengalaman mereka jauh lebih menyenangkan daripada bila mereka bosan.12

Jadi, fungsi dari minat itu sendiri adalah sebagai sumber motivasi untuk mempengaruhi intensitas aspirasi anak serta sebagai penumbuh dan penambah kegairahan pada suatu kegiatan sehingga seorang anak menjadi senang untuk melakukannya, serta sebagai sumber pendorong atau daya gerak bagi setiap anak untuk bisa mengerjakan sesuatu menjadi lebih baik.

4. Indikator Minat

Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mengerjakan sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada keinginan untuk mengerjakan suatu pekerjaan maka ia tidak akan bisa menyelesaikan suatu pekerjaan walau pekerjaan itu mudah.

12

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, jilid II, Terj. Meitasati Tdjandrasa, (Jakarta: Erlangga, 1989), Cet. 6, h. 116.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, indikator adalah suatu alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan.13 Kaitannya dengan minat siswa adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk kualitas minat. Ada beberapa indikator minat yang dapat dikenal atau dapat dilihat diantaranya:

a. Keinginan

Keinginan merupakan indikator minat yang datang dari dorongan/nafsu dirinya, apabila yang dituju itu sesuatu yang nyata/kongkrit. Sehingga dari dorongan tersebut timbul keinginan dan minat untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Seorang siswa yang memiliki keinginan terhadap suatu kegiatan, tentunya ia akan melakukannya atas keinginan dirinya sendiri. Jadi apabila seorang siswa memiliki keiginan terhadap kewirausahaan, maka ia akan mengikuti pembelajaran kewirausahaan dan kegiatan wirausaha atas keinginannya sendiri.

b. Pengetahuan

Mengetaui berminat atau tidaknya seseorang siswa terhadap wirausaha dapat dilihat dari pengetahuan yang dimiikinya. Siswa yang berminat terhadap wirausaha maka ia akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang dunia kewirausahaan dan tentang manfaat dari adanya wirausaha dalam kehidupan sehari-hari.

c. Berani

Berani adalah tidak takut kepada semua rintangan atau hambatan yang akan dihadapi, karena sudah memiliki ilmu untuk menyelesaikan masalah tanpa harus dihindari. Siswa yang berani walaupun dikasih tugas yang susah di tidak akan merasa takut ataupun menyerah, tetapi dia akan selalu berusaha untuk menyelesaikan tugasnya tersebut.

13

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2003), Cet. 3, h. 329.

d. Yakin/ Percaya

Maksudnya adalah bahwa siswa merasa yakin/percaya terhadap sesuatu dengan sungguh-sungguh tanpa terpengaruh kepada interprestasi lain. Siswa yang berminat akan merasa yakin/percaya dalam mengerjakan sebuah tugas ataupun dalam menjalankan suatu usaha.

e. Perhatian

Adalah siswa mempunyai perhatian yang lebih ketika mengikuti pelajaran kewirausahaan dan siswa mempunyai perhatian yang lebih juga kepada semua bentuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan.

5. Pengembangan Minat Belajar

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.14

Minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan. Arah pikiran kita barulah terpengaruh kalau minat kita sendiri berhubungan dengan situasi yang kita temui sendiri.

14

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1984), cet. 1, h.59.

Minat sangatlah erat hubungannya dengan dorongan, motif dan reaksi emosional. Misalnya, minat terhadap riset ilmiah bisa timbul dari tindakan atau penyelidikan yang dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu seseorang dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan demikian jika melihat pengaruh minat terhadap pembelajaran matematika, dari adanya kebutuhan ini siswa akan menaruh minat untuk mempelajari dengan memberikan pemusatan perhatian lebih banyak dari siswa lainnya yang tidak memiliki minat terhadap pelajaran matematika, kemudian karena pemusatan perhatian inilah memungkinkan siswa tersebut untuk lebih giat belajar dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Oleh karena itu minat atau keinginan yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar, barang siapa yang bekerja dengan minat yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan.

Oleh sebab itu guru harus berusaha dengan berbagai cara untuk memelihara minat siswa dan segala yang berkaitan dengan minat. Metode dan cara mengajar yang baik dan disertai dengan alat peraga merupakan upaya yang baik agar mampu menimbulkan minat terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain guru memperhatikan minat atau keinginan seperti yang diuraikan di atas, guru juga perlu memperhatikan tujuan pengajaran, karena tujuan itu justru akan membantu guru dalam mencari bahan yang akan diajarkan.

B. Pengelompokan Siswa

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama,

sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.15

Yeager mengemukakan bahwa pengelompokan dapat didasarkan atas fungsi perbedaan. Pengelompokan menurut fungsi integrasi adalah pengelompokan yang didasarkan atas kesamaan-kesamaan yang ada pada didik. Pengelompokan tersebut meliputi, yang didasarkan atas umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Pengelompokan ini melahirkan pembelajaran yang bersifat klasikal.

Pengelompokan yang didasarkan atas fungsi perbedaan adalah yang diaksentuasikan pada perbedaan individual peserta didik. Pengelompokan menurut fungsi perbedaan demikian, melahirkan pembelajaran individual.16

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah pengklasifikasian (clasification).

Pengelompokan bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Dengan adanya pengelompokan, peserta didik juga akan mudah dikenali.

Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik yang satu dengan yang lain di dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi.

Perbedaan ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual

15

Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Departemen Pendidikan Nasional; Universitas Negeri Malang, Prodi Manajemen Pendidikan, 2004), h.76.

16Ibid,

demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.

Pengelompokan kemampuan antar kelas (pembagian) terdiri atas pengelompokkan siswa-siswa berdasarkan kemampuan atau prestasi mereka. Pembagian telah lama digunakan di sekolah-sekolah sebagai cara untuk mengatur siswa terutama di tingkat menengah. Pembagian akan mempersempit jajaran keterampilan dalam sekelompok siswa yang selanjutnya akan memudahkan pengajaran. Pembagian dapat dikatakan bisa

mencegah siswa yang kurang mampu “menghambat” siswa yang lebih

berbakat.17

Seorang guru di kelas perlu menyadari bahwa setiap murid yang dihadapinya berhak mendapatkan pengajaran yang baik, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII pasal 31 bahwa

“Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Tetapi dalam tugasnya sehari-hari guru dihadapkan pada murid yang berbeda-beda. Walaupun diinginkan agar murid-murid mencapai hasil yang sama, tetapi jelas bahwa anak-anak di kelas menunjukkan perbedaan dalam fungsi-fungsi kognitif dan non-kognitif. Ada murid yang dengan cepat dapat memahami bahan pelajaran tertentu, sedangkan yang lain ternyata lambat.18

Pemerataan kesempatan pendidikan bagi semua peserta didik menunjuk kepada pengertian bahwa hal ini tidak berarti baik seluruh bahan maupun pendekatan pendidikan harus sama untuk semua anak, namun bahwa pemerataan kesempatan pendidikan itu terutama menunjuk kepada pemerataan kesempatan belajarnya. Selain itu pendidikan harus disesuaikan

17

John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Diana Angelica, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), ed.3, jilid.1, h.170.

18

Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan (Mengutamakan Segi-Segi Perkembangan), (Jakarta: FEUI, 1982), h.42.

baik dengan kebutuhan, tingkat perkembangan maupun kelainan perkembangan, kondisi minat, dan kecepatan belajar anak, dalam hal ini terutama kelompok anak berbakat.19

Dalam kelompok pelajar pada tingkat atau sekolah apapun, perbedaan-perbedaan dalam latar belakang pengalaman dapat diketahui bahwa ada yang mudah mencapai prestasi ataupun ada yang lambat mencapai prestasinya tanpa memperhatikan individu untuk menguasai bahannya. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh di rumah nantinya akan mempengaruhi keinginannya unuk ikut serta dalam situasi belajar yang sekarang. Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan kepada mata pelajaran tertentu (yang kadang-kadang timbul akibat dari sikapnya di rumah dan lingkungan sekitarnya), kebiasaan-kebiasaan bekerjasama atau sebaliknya, kecakapan atau keinginannya untuk memusatkan kepada bahan yang akan dipelajari, dan kebiasaan-kebiasaan studi yang diperolehnya –

kesemuanya itu – menjadi faktor yang bisa menyebabkan perbedaan di kalangan pelajar.

Usaha untuk mengatasi perbedaan individual adalah mengadakan rombongan yang homogen. Usaha ini biasanya dilaksanakan dengan mendasarkan hasil pengetesan. Faedah dari usaha ini masih merupakan pertanyaan besar bagi para pendidik. Lagipula rombongan yang benar-benar homogen itu sebenarnya hanya dapat terjadi dalam bayangan saja walaupun kita berusaha membentuk rombongan-rombongan atas dasar kecerdasan, misalnya pada anak-anak yang kita anggap satu golongan itu masih terdapat variasi-variasi kecerdasan yang luas sekali.20

Jadi, pengelompokan siswa berdasarkan karakteristiknya bukan bertujuan untuk mengkotak-kotakkan siswa, melainkan justru bermaksud

19

Conny Semiawan, A.S. Munandar, dan S.C. Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah; Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia, 1987), cet. 2, h.67.

20

Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. 1, h.58.

membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Dengan adanya pengelompokan, siswa juga akan mudah dikenali, sehingga layanan pendidikan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristiknya.

Perkembangan dan pendidikan menengah pada umumnya, khususnya bagi anak berbakat seyogyanya dirancang sebagai bagian integral dari garis lanjut pendidikan kehidupan, dengan lebih banyak memberikan kesempatan kepada bakatnya yang luar biasa untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam suasana belajar di sekolah, yang berkesinambungan dengan suasana kehidupan.

Dengan demikian dalam meningkatkan perkembangan bakat dan minat pada anak berbakat seoptimal mungkin, diperlukan wahana dan sarana yang bersifat khusus. Di dalamnya tercakup juga pengalaman belajar yang bersifat mendasar (basic) yang merupakan persamaan pengalaman belajar yang diperoleh dari kurikulum umum. Kegiatan ini terwujud dalam program inti, namun di samping itu ada program yang diorientasikan kepada kepentingan kondisi tuntutan, dan kebutuhan peserta didik yang disebut program khusus atau program pilihan.

Yang disebut program pilihan, dapat merupakan kurikulum berdiferensiasi yang diperuntukkan khusus bagi anak berbakat. Istilah

diferensiasi dalam pengertian “kurikulum berdiferensiasi” menunjuk kepada perbedaan dengan kurikulum yang berlaku. Perbedaannya terutama berkenaan dengan sifat penanjakan yang dinamis dari perkembangan seseorang yang diperoleh dari seluruh pengalaman belajar, yang drencanakan dalam kaitan dengan pencapaian tujuan tertentu.21

Fogarty mengatakan bahwa salah satu variasi dari pengelompokan kemampuan antara kelas adalah program tanpa kelas (lintas usia), dimana siswa-siswa dikelompokkan menurut kemampuan mereka dalam mata pelajaran tertentu tanpa memedulikan usia atau tingkat kelas mereka.

21

Pengelompokan kemampuan di dalam kelas melibatkan penempatan para siswa di dalam dua atau tiga kelompok pada satu kelas untuk mempertimbangkan perbedaan-perbadaan para siswa.22

Pengelompokan berdasarkan minat (interest grouping) adalah

Dokumen terkait