• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MEISHI, KEISHIKI

2.3 Semantik

2.3.2 Manfaat Mempelajari Semantik

Manfaat yang dapat kita petik dari semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer,1994:11). Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat unum.

Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di fakultaas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan seorang guru atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula memprlajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada nurud-murudnya.

Sedangkan bagi orang awam, pengetahuan yang luas akan semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia disekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada disekelilingnya dan juga yang mereka serap, berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai masyarakat tidak mungkin merasa bisa hidup tanpa memahami alam mereka yang berlangsung melalui bahasa.

BAB III

ANALISIS MAKNA MONO DALAM ‘NIHONGO JAANARU’ DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

Pada penelitian ini menggunakan Nihongo Jaanaru sebagai refrensi. Dikarenakan jumlah edisi pada Nihongo Jaanaru sangatlah banyak, maka pada penelitian ini hanya menggunakan dua edisi saja yaitu edisi juli/2004 dan edisi agustus/2004. Banyak sekali ditemukan kalimat yang menggunakan kata mono yaitu sebanyak 124 kalimat. Namun pada penelitian ini hanya mengambil 21 kalimat yang dipilih secara acak. Berikut analisis makna kata mono yang terdapat di dalamnya.

3.1 Makna Mono Dari Arti Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1995:59). Di bawah ini penulis akan menganalisis kalimat yang mengandung kata mono di lihat dari arti leksikalnya.

1. 桃子は好きな服を買うお小遣いを稼ぐために、父が昔売っていたニ

Momoko wa suki na fuku o kau okozukai o kasegu tameni, chichi ga mukashi utteita nise mono burando no fuku o urou to kangaetsuku.

(Nihongo Janaaru Edisi Juli,2004:50).

Momoko bermaksud menjual pakaian bermerek dan barang bagus yang dulu ayah jual, untuk menghasilkan uang jajan untuk membeli pakaian yang disukainya.

Analisis:

Kata mono pada kalimat di atas memiliki makna ‘benda’ hal ini dilihat dari kata mono pada kalimat no (1) ditulis dengan huruf kanji yang mempunyai makna sesuatu benda yang dapat digenggam atau di pegang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:591) yang menyatakan mono digunakan untuk menyatakan barang atau benda dan biasanya ditulis dengan huruf kanji.

2. おちょうし…日本酒をいれるもの。『とっくり』とも言う。

Ochoushi…nihonshu o ireru mono. “tokkuri” tomo iu. (Nihogo Jaanaru

Edisi Juli, 2004:35)

Ochoushi adalah bahan yang di masukkan ke sake Jepang. Disebut juga

dengan “tokkuri”. Analisis:

Pada kalimat no (2) jelas bahwa kata mono memiliki makna leksikal atau sesungguhnya yakni menyatakan ‘bahan’. Hal ini dapat diketahui dengan adanya kata Ochoushi di depan kata mono yang menyatakan jenis bahan yang dimasukkan ke dalam sake.

Berdasarkan keterangan tersebut maka kata mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:591) yang menyatakan bahwa mono digunakan untuk menyatakan benda, barang, bahan ataupun objek.

3. 昔は特別な日の食べ物、あるいはお贈り物というイメ一ジの強かっ

たようなお菓子も、今ではすっかり日常的なものとなった。

Mukashi wa tokubetsu na hi no tabemono, aruiwa okurimono to iu imeji no tsuyokatta youna okashi mo, ima dewa sukkari nichijyouteki na mono to natta. (Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:8)

Dahulu kue sepertinya kuat image hadiah atau makanan di hari khusus. Sekarang telah menjadi makanan sehari-hari.

Analisis:

Pada kalimat no (3) kata mono tidak diterjemahkan secara harafiah yakni barang ataupun benda tetapi kata mono pada kalimat tersebut disesuaikan artinya dengan terjemahan kalimat tersebut sehingga artinya menjadi ‘makanan’. Dimana makanan pada kalimat tersebut mempunyai makna benda.

Berdasarkan keterangan tersebut maka makna kata mono sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto (1988:741) yang menyatakan bahwa kata mono menunjukkan benda atau objek.

4. きりきり(と)

:

鋭いもので刺されるような、がまんできないほどの痛

さを表す。

Kirikiri (to) : surudoi mono de sasareruyouna, gamandekinai houdo no itasa o arawasu. (Nihongo Jaanaru Edisi Agustus, 2004:67)

Kirikiri (to) menunjukkan sakitnya tidak tertahan, sepertinya tertusuk oleh

benda yang berduri.

Analaisi:

Pada kalimat no (4) jelas bahwa kata mono memiliki makna leksikal atau sesungguhnya yakni ‘benda’. Makna kata mono tersebut dapat diketahui dengan adanya kata surudoi ‘duri’ yang ada di depan kata mono. Jelas terlihat dari terjemahan pada kalimat tersebut benda yang dimaksut adalah duri.

Berdasarkan keterangan tersebut maka kata mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:591) yang menyatakan bahwa mono digunakan untuk menyatakan benda, barang, bahan ataupun objek.

3.2 Makna Mono Dari Arti Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1995:59). Dan menurut Sutedi (2003;107} makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut dengan bunpoo teki imi. Di bawah ini penulis akan menganalisis kalimat yang mengandung kata mono di lihat dari arti gramatikalnya.

1. ものだ(Lazim/Biasa)

a. ふだん、文章を読んでいるときは、分の流れや字面から何となく意

味が分かってしまうのでが、いざ試験で読み方を聞かれると、正確

Fudan, bunshou o yondeirutoki wa, bun no nagare ya jimen kara nantonaku imi ga wakatteshimau no desu ga, iza shiken de yomikata o kikareru to, seikaku ni kotaerarenai mono desu. (Nihongo jaanaru edisi

Agustus, 2004:19).

“Biasanya, pada saat sedang membaca artikel, bagaimanapun mengerti makna dari tulisan dan alur kalimat, tetapi kalau didengar cara baca pada saat ujian mendadak, biasanya tidak dapat menjawab dengan benar.

Analisis:

Pada kalimat bagian (a) diatas kata mono dalam bentuk monoda atau pada kalimat tersebut digunakan dalam bentuk monodesu mempunyai makna gramatikal ‘biasanya’. Hal ini dapat diketahui dari sebelum kata mono pada kalimat tersebut didahului dengan penjelasan-penjelasan yang dianggap wajar, yakni biasa orang tidak dapat menjawab soal dengan benar ketika ujian dilakukan secara mendadak.

Dalam hal ini, makna mono sesuai dengan pendapat Nagara Susumu dan kawan-kawan (1985:110) yang menyatakan bahwa mono digunakan untuk menjelaskan kesimpulan dengan ide-ide atau konsep yang dianggap wajar.”

b. 掲載された広告内容は、広告主の責任においって表示されるもので

あり、本誌が保証するものではありません。

Keisai sareta koukokunaiyou wa koukokunushi no sekinin ni oite hyoujisareru mono de ari, honshi ga hoshousuru mono dewaarimasen.

(Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:96)

Isi iklan yang telah diterbitkan, biasanya ditandai dengan tanggung jawab pemasang iklan dan seharusnya bukan tanggung jawab majalah ini.

Analisis:

Pada kalimat (b) tersebut tidak mengunakan mono da tetapi mono de ari yakni bentuk tulisan dari mono da. Kata kerja bentuk kamus ditambah dengan

mono de ari memiliki makna gramatikal ‘lazimya’. Hal ini dapat diketahui dari

keseluruhan kalimat tersebut yang memberikan penjelasan bahwa kata mono pada kalimat tersebut didahului dengan penjelasan-penjelasan yang dianggap lazim/biasa bila isi majalah yang sudah diterbitkan bukan lagi tanggung jawab majalah tetepi tanggung jawab penerbit

Dalam hal ini, makna mono sesuai dengan pendapat Nagara Susumu dan kawan-kawan (1985:110) yang menyatakan bahwa mono digunakan untuk menjelaskan kesimpulan dengan ide-ide atau konsep yang dianggap wajar.”

c. 実力はないのに、大きなことを言う社長の息子は虎のいを借りる狐

のようなものだ。

Jitsuryoku wa nai noni, ooki na koto o iu shachou no musuko wa tora no i o kariru kitsune no youna mono da. (Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:64)

Kemampuan putra kepala perusahaan yang menyatakan hal-hal yang besar, mungkin tidak ada, seperti rubah yang meminjam kekuasaan harimau.

Analisis:

Kata mono pada bagian (c) tidak diartikan secara gramatikal. Kata mono pada kalimat tersebut hanya berfungsi untuk menerangkan kata tora no i o kariru

kitsune no youna ‘seperti rubah yang meminjam kekuasaan harimau’. Kata mono

diartikan secara abstrak yang memiliki makna ‘orang yang mempunyai karakter/sifat seperti singa yang meminjam kekuasaan harimau’.

Dalam hal ini, makna kata mono pada kalimat di atas sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:594) yang menyatakan bahwa kata mono dalam bentuk mono da digunakan untuk mejelasjan sifat atau karakter yang dinyatakan dengan sifat yang umum atau lazim.

2. ものだ (Kagum/heran)

a. これは大手ス一パ一4 社の売り上げを表したものです。

Kore wa oote suupaa 4 sha no uriage o arawashita mono desu.(Nihongo

Jaanaru Edisi Juli,2004:77)

Ini menunjukkan penjualan empat perusahaan besar. Analisis:

Kata mono pada bagian (a) tidak diartikan secara gramatikal. Kata mono pada kalimat tersebut memiliki makna abstrak yakni adanya rasa kagum terhadap empat perusaan besar atas penjualannya.

Dalam hal ini, makna mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:595) yang menyatakan bahwa kata mono digunakan untuk menunjukkan perasaan kagum terhadap suatu perbuatan atau peristiwa.

b. ラウさんは日本語の勉強でも、よく文章を暗記しているものね。

Rau san wa nihongo no benkyou demo, yoku bunshou o ankishite iru mono ne. (Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:84)

Rau meskipun belajar bahasa Jepang, sering menghafal kalimat juga ya. Analisis:

Kata mono pada bagian (b) tidak diartikan secara gramatikal. Kata mono pada kalimat tersebut digunakan untuk menerangkan kata ankishiteiru

‘menghafal’ Hal ini jelas terlihat dari terjemahan di atas, ankishiteiru mono tidak diartikan sebagai ‘hal menghafal’ tetapi hanya berfungsi sebagai penjelas kata

ankishiteiru. Dalam hal ini kata mono memiliki makna yang abstrak. Pada kalimat

diatas kata mono hanya menjelaskan perasaan yang kagum terhadap Rau yang meskipun belajar bahasa Jepang tetapi sering menghafal bahasa inggris.

Dalam hal ini, makna kata mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:595) yang menyatakan bahwa mono digunakan untuk menyatakan perasaan kagum terhadap suatu perbuatan atau peristiwa.

3. V-たいものだ

ぜひ一度見てみたいものですね。

Zehi ichido mite mitai mono desu ne.(Nihongo Jaanaru edisi July, 2004:5)

“Saya benar-benar ingin mencoba melihatnya sekali lagi.” Analisis:

Pada kalimat diatas kata mono memiliki makna gramatikal yakni ‘ingin’. Sebenarnya bentuk tai yang ada di depan kata mono pun sudah menyatakan ‘ingin’ tetapi dengan adanya kata mono pada kalimat tersebut maka rasa ingin yang ditimbulkan lebih kuat lagi.

Dalam hal ini, makna mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:595) menyatakan bahwa mono yang digunakan dengan ungkapan yang menunjukkan keinginan seperti “tai” dan “hoshi” digunakan untuk menekankan perasaannya”

Jadi berdasarkan keterangan tersebut, kalimat diatas menjelaskan sesuatu hal yang diinginkan bisa mencoba melihatnya sekali lagi .

4. ものか/…もんか

それと東田が何の関係があるのさ。まさか...。ちょっと、待ってよ。

そんなことあるものか。

Soreto Touda ga nani no kankei ga aru no sa. Masaka….Chotto, matteyo. Sonna koto aru mono ka. (Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:78)

Apakah ada kaitan Toda dengan ini. Masak sih...Tapi tunggu dulu. Masak ada kaitannya.

Analisis:

Mono dalam bentuk monoka pada kalimat diatas memiliki makna

gramatikal ‘masak’. Hal ini dapat dilihat dari terjemahan pada kalimat tersebut, bahwa adanya keraguan atau kesangsian atas apa yang terjadi dengan Toda. Selain itu diperkuat juga dengan kata masaka ‘masak’ yang ada didepannya.

Dalam hal ini, makna kata mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:593) yang menyatakan bahwa kata mono dalam bentuk monoka digunakan untuk menunjukkan perasaan menolak dengan kuat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto (1988:743) monoka digunakan untuk menunjukkan perasaan yang kuat dan pemakaiannya digunakan setelah kata yang menunjukkan kesangsian atau keraguan.

5. ものの

日本の離婚卒は上昇を続け、90年に一時下がったものの、その後は再

び増えつづけ、2.27にまで再びた。すでにアメリカ並みの高さ

Nihon no rikonsotsu wa jyoushou o tsuzuke, 90 nen ni ichiji sagatta mono no, sono ato wa futatabi fuetsutsuzuke, 2.27 ni made futatabita. Sude ni Amerika nami no takasa to ieru. (Nihongo Jaanaru Edisi Agustus, 2004:75)

Angka perceraian di Jepang terus meningkat, sekali waktu pada tahun 90 menurun, tetapi setelah itu meningkat lagi sampai 2.27. Sebelumnya dapat dikatakan yang paling tinggi biasanya Amerika.

Analisis:

Pada kalimat di atas kata mono dalam bentuk monono memiliki makna gramatikal ‘tetapi’. Hal ini dapat dilihat dari terjemahan diatas bahwa ada perbedaan antara tahun 90 dengan setelah tahun 90 yakni dimana pada tahunun 90 angka perceraian di jepang menurun tetapi setelah tahun 90 meningkat lagi.

Berdasarkan keterangan tersebut makna kata mono sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:599) yang menyatakan bahwa mono dalam bentuk monono mempunyai arti ‘tetapi’. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Nagara (1985:114) yang menyatakan bahwa kata kerja bentuk genzai/kakou/te iru di tambah monono menunjukkan makna pertentangan.

6. ものだから/…ものでしたから

各テキストは、内容が充実し日本語を教えるためのエッセンスが凝縮

されたようなものでしたから、学習上の工夫というのは特にする必要

もありませんでした。

Kaku tekisuto wa, naiyou ga jyuujitsushi nihongo o oshieru tame no essensu ga gyoushukusareta youna mono deshita kara, gakushuujyo no kufuu to iu no

ha tokuni suru hitsuyou mo arimasen deshita. (Nhihongo Jaanaru Edisi

Agustus, 2004:103)

Setiap buku teks, karena isinya sepertinya telah dikondensasikan esensinya untuk mengajar bahasa Jepang yang sempurna, sehingga upaya peningkatan studi tidak perlu secara khusus.

Analisis:

Pada kalimat di atas kata mono dalam bentuk monode mempunyai makna gramatikal yakni ‘karena’, tetapi tanpa diartikan kata mono sebagai ‘karena’ kalimat tersebut juga sudah jelas, karena ada kata desu kara setelah kata mono yang berari ‘karena’. Selain itu setelah kata monodeshitakara tidak mengandung ungkapan yang menyatakan printah atau kemauan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:596) yang menyatakan kata

mono menunjukkan sebab dan alasan dan setelah monodakara tidak dapat

diletakkan ungkapan yang menyatakan perintah atau kemauan.

7. もので、

これらの説明は、常用漢字の形と基本的な意味を学んだ『あと』、始

めて役に立つもので、1つの漢字の持つ多様な意味を理解する上で重要

なのです。

Korera no setsumei wa, jyouyou kanji no katachi to kihonteki na imi o mananda “ato”, hajimete yakuni tatsu monode, hitotsu no kanji no motsu tayou na imi o rikaisuru jou de jyuuyou na no desu. (Nihongo Jaanari Edisi

Penjelasan ini karena berguna belajar kanji dasar dan bentuknya, maka perlu memahami makna kanji yang memiliki bermacam-macam arti dalam satu kanji.

Analisis:

Pada kalimat di atas kata mono dalam bentuk monode memiliki makna gramatikal yakni ‘karena’. Hal ini terlihat dari keseluruhan terjemahan pada kalimat tersebut yang menyatakan alasan perlunya belajar kanji dasar dan bentuknya supaya bisa memahami arti kanji yang memiliki bermacam-macam arti dalam satu kanji.

Dari penjelasan di atas, maka makna kata mono sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto (1988:743) yang menyatakan bahwa mono dalam bentuk monode menerangkan latar belakang atau alasan tentang hal-hal yang di sebut belakangan.

8. もの +形容詞

日本語はものすごく難しいという印象があったが、こういう学習法

なら楽しく効率的に学べる。

“Nihongo wa mono sugoku muzukashii to iu inshou ga atta ga, kouiu gakushuuhou nara tanoshiku kouritsuteki ni manaberu”. (Nihongo Jaanaru

Edisi Juli, 2004:111)

Ada kesan yang menyatakan bahwa bahasa Jepang sangat sulit, tetapi kalau cara belajar macam ini adalah belajar secara efisien yang menyenangkan. Analisis:

Kata mono yang disertai dengan kata sifat sugoi secara gramatikal memiliki makna ‘sangat’. Mono sugoi bukan diartikan menjadi ‘sangat hebat’

ataupun ‘sangat-sangat’ tetapi kata mono tersebut lebih memperjelas lagi kata

sugoi yang menyertainya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto (1988:744) yang menyatakan mono yang disambung di depan keiyoshi menunjukkan arti ‘sangat’.

9. もの/…もん

a. A: ど一して? Doushite?

Kenapa?

B: ...カッコ悪いもん。

Kakko warui mon. (Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:52)

Habis jelek sih Analisis:

Pada kalimat bagian (a) di atas kata mon memiliki makna gramatikal yakni ‘habis’. Hal ini jelas terlihat dari kata mon tersebut diletakkan diakhir kalimat dan digunakan dalam situasi kalimat percakapan informal.

Dalam hal ini, makna mon sesuai dengan pendapat Sunagawa (1998:592) yang menyatakan bahwa kata mono atau mon yang diletakkan diakhir kalimat dalam bahasa informal digunakan untuk menunjukkan alasan.

b. A: あれって、事故が多いらしわね。ところで、昨日のドラマ、

Arette, jiko ga ooirashiwane. Tokorode,kinou no dorama, mita?

Ya, sepertinya banyak kecelakaan. Ngomong-ngomong, apakah kamu menontonnya di drama semalam?

B:うん。でも、ちょっと期待外れだったな。スト一リ一が単純なん

だもん。

Un. Demo, chotto kitaihazuredattana. Sutori ga tanjyun da mon.

(Nihongo Jaanaru Edisi Juli, 2004:34)

Ya, tetapi, sedikit di luar dugaan. Karena ceritanya sederhana. Analisis:

Pada kalimat di bagian (b) kata mono memiliki makna gramatikal yakni ‘karena’. Hal ini jelas terlihat dari kata mono tersebut diletakkan diakhir kalimat dan digunakan dalam situasi kalimat percakapan informal.

10.…ものではありません

掲載された広告内容は、広告主の責任においって表示される

ものであり、本誌が保証するものではありません。

Dokumen terkait