• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Kata Mono Dalam ‘Nihongo Jaanaru’ Ditinjau Dari Segi Semantik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna Kata Mono Dalam ‘Nihongo Jaanaru’ Ditinjau Dari Segi Semantik"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA KATA MONO DALAM ‘NIHONGO

JAANARU’ DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA ‘NIHONGO JAANARU’ NI OKERU

‘MONO’ NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh

MORINA SEMBIRING NIM: 080722006

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS MAKNA KATA MONO DALAM ‘NIHONGO

JAANARU’ DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA ‘NIHONGO JAANARU’ NI OKERU

‘MONO’ NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Yuddi Adrian M. M.A Prof.Drs.Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D NIP : 19600827 199103 1001 NIP: 19580704 198412 1001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Departeman Sastra Jepang

Ketua Departemen Sastra Jepang,

Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D NIP: 19580704 1985120 1001

(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pada : Tanggal : Pukul :

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Dekan

Prof. Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D NIP.19650909 199403 1004

Panitia Ujian,

No. Nama Tanda Tangan 1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D ( )

2. Drs. H. Yuddi Adrian M. M.A ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Makna Kata Mono Dalam

‘Nihongo Jaanaru’ Ditinjau Dari Segi Semantik”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dimana

masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam tata bahasa maupun isi

pembahasan. Dengan segala kerendahan hati penulis menyambut kritik dan saran

dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D selaku Ketua Jurusan

Sastra Jepang Program Ekstensi Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian M, M.A dan Bapak Prof. Drs. Hamzon

Situmorang, M.S.Ph.D selaku dosen pembimbing I dan II yang dengan

ikhlas telah memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku dosen wali

5. Ibu Hj. Rani Arfianty S.S selaku seketaris Sastra Jepang Program

(6)

6. Bapak dan Ibu dosen Bahasa Jepang Fakultas Sastra yang telah

memberikan pendididkan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi

mahasiswa.

7. Teristimewa kepada Kedua Orang Tuaku dan saudara-saudaraku (Alm.

Kakak Eva Wina br Sembiring, Tri Utami br Sembiring, Emta Karyanus

Sembiring) yang telah memberikan dukungan moril maupun doa sehingga

kertas karya ini selesai.

8. Teman-temanku di Jurusan Sastra Jepang Ekstensi (teman seperjuangan

kak Ade, kak Melati,Volga, Bg, Irwan, dan Bg. Putra, terimakasih atas

semangat dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis terkhusus

buat kak Ade yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Serta semua yang telah membantu penulis dalam penyusunan

kertas karya ini.

Tiada lain harapan penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan

rahmatNYA kepada semua pihak yang disebutkan diatas.

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini.

Mudah-mudahan skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April………2010

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 8

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Metode Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MEISHI, KEISHIKI MEISHI DAN SEMANTIK 2.1. Meishi ... 15

2.1.1 Pengertian Meishi ... 15

2.1.2 Jenis-Jenis Meishi ... 18

2.2 Keishiki Meishi ... 25

2.2.1 Pengertian Keishiki Meishi ... 25

2.2.2 Jenis-Jenis Keishiki Meishi ... 27

2.2.3 Makna Kata Mono ... 30

2.3 Semantik ... 54

2.3.1 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik ... 55

(8)

BAB III ANALISIS MAKNA MONO DALAM ‘NIHONGO JAANARU’ DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

3.1. Makna Mono Dari Arti Leksikal ... 59

3.2. Makna Mono Dari Arti Gramatikal ... 62

3.3. Makna Mono Dari Arti Fungsional ... 74

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan... 86

4.2.Saran ... 91

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat sebagai

alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu

kelebihan daripada mahluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Dengan

menggunakan bahasa kita dapat menyampaikan gagasan, pikiran, atau ide yang

kita miliki yang kemudian dimengerti oleh lawan bicara. Melalui bahasa,

kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan.

Dalam hal ini ada beberapa pendapat mengenai bahasa itu sendiri. Menurut

Poerwadarminta (1985:5), bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk

melahirkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dalam perasaan, ia berfungsi

sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa,

sehingga saling menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi

tersebut.

Gorys Keraf (1980:16) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi

antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat

ucap manusia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa itu adalah alat komunikasi yang

digunakan seseorang atau lebih berupa lambang bunyi, suara untuk

menyampaikan maksud mereka sehingga menginformasikan gagasan dan

(10)

Setiap bahasa di dunia ini mempunyai kaidah-kaidah penggunaan yang

harus digunakan agar terciptanya suatu komunikasi yang baik. Demikian juga

dalam bahasa Jepang yang memiliki kaidah penggunaan atau yang disebut

gramatikal. Tidak sedikit orang menganggap gramatikal bahasa Jepang itu sangat

sulit. Oleh karena itu diantara bahasa Jepang dan Indonesia memiliki latar

belakang dan rumpun bahasa yang berbeda, maka tidak salah lagi proses

penterjemahan antara kedua bahasa tentu akan ditemukan berbagai macam

masalah.

Perbedaan kultur antara Indonesia dan Jepang, terkadang menjadi suatu

faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan.

Misalnya sulit mencari padanan katanya ke dalam bahasa yang kita tuju. Hal ini

terjadi pada penerjemahan karya sastra bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia

ataupun sebaliknya.

Ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa suatu karya sastra

terjemahan baik jika sedikit banyaknya bersifat harafiah. Ada banyak lagi orang

berpendapat bahwa suatu penerjemahan yang dapat dipercaya adalah bentuk

terjemahan yang hampir mirip dengan teks sumbernya.

Kesukaran mencari padanan penerjemahan muncul karena selalu ada

unsur-unsur bahasa sumber yang tidak bisa dialihbahasakan. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan-perbedaan dalam struktur tata bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

Masing-masing bahasa dalam aturan ketatabahasaannya mengenal adanya jenis

kata. Diantaranya adalah nomina (kata benda) dalam bahasa Indonesia dan meishi

(11)

Menurut Hirai dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Sudjianto,

2007:158) mendefenisikan bahwa meishi adalah kata-kata yang menyatakan nama

suatu perkara, benda, barang, kejadian, atau peristiwa, keadaan, dan sebagainya

yang tidak mengalami konjugasi. Meishi ini disebut juga taigen, di dalam suatu

kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan, dan sebagainya. Salah

satu jenis meishi ini adalah keishiki meishi. Keishiki meishi ini juga ada beberapa

jenis, salah satu jenis keishiki meisi ini adalah mono. Kata mono mempunyai

banyak arti, selain dari makna harafiahnya yang manyatakan benda atau barang,

juga ada arti lainnya yang abstrak, dan juga tidak mempunyai arti, bila tidak

diikuti kata lain. Hal ini tentu berpengaruh dalam proses penerjemahan kata mono

kedalam bahasa Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari contoh berikut.

1. ぜひ一度見てみたいものですね。

Zehi ichido mite mitai mono desu ne.(Nihongo Jaanaru edisi July, 2004:5)

“Saya benar-benar ingin mencoba melihatnya sekali lagi.”

Pada kalimat no (1) diatas kata mono diartikan secara abstrak, yakni

menunjukkan arti sesuatu hal yang “diharapkan” atau “diinginkan”. Makna mono

disini untuk menegaskan kata ingin yang didepannya.

Menurut Sunagawa Yuriko, dalam bukunya Nihongo Bunkei Jiten

(1998:595) menjelaskan pengertian mono yakni:

ものというのは、「たい」「ほしい」などの欲求を表す表現ととも

に使って、その気持ちを強調するのに用いる。

(12)

“Mono, digunakan dengan ungkapan yang menunjukkan keinginan seperti

“tai” “hoshi” dan lain-lain, juga digunakan untuk menekankan

perasaannya”

Jadi berdasarkan keterangan tersebut, kalimat diatas menjelaskan sesuatu hal

yang diinginkan bisa mencoba melihatnya sekali lagi .

2. ふだん、文章を読んでいるときは、分の流れや字面から何となく意

味が分かってしまうのですが、いざ試験で読み方を聞かれると、正

確に答えられないものです。

Fudan, bunshou o yondeirutoki wa, bun no nagare ya jimen kara nantonaku imi ga wakatteshimau no desu ga, iza shiken de yomikata o kikareru to, seikaku ni kotaerarenai mono desu. (Nihongo jaanaru edisi Agustus, 2004:19).

“Biasanya, pada saat sedang membaca artikel, bagaimanapun mengerti

makna dari tulisan dan alur kalimat, tetapi kalau didengar cara baca pada

saat ujian mendadak, biasanya tidak dapat menjawab dengan benar.

Pada kalimat no (2) diatas kata mono diartikan secara abstrak yang

mengandung makna “biasanya atau lazimnya”.

Menurut Nagara Susumu dan kawan-kawan, dalam bukunya Gaikokujin No

Tame No Nihongo Reibun Mondai Shirizu II (keishiki meishi) (1985:110)

menjelaskan pengertian mono,yakni:

ものというのは、一般的と考えられる概念とその当然の帰結をあら

わす。

(13)

“Mono, menjelaskan kesimpulan dengan ide-ide atau konsep yang

dianggap wajar.”

Jadi berdasarkan keterangan tersebut, kalimat diatas menunjukkan sesuatu

hal yang lazim atau biasa seseorang tidak dapat menjawab soal dengan benar

ketika ujian dilakukan secara mendadak.

Berdasarkan keterangan yang dijelaskan, menunjukkan bahwa kata mono

tidak hanya memiliki satu arti. Kata mono memiliki banyak arti yang abstrak

tergantung pada kata yang mengikutinya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

penelitian yang lebih lanjut mengenai makna kata mono ini. Penelitian ini

membahas tentang makna kata mono dalam Nihongo Jaanaru. Adapun yang

melatarbelakangi penelitian ini adalah dari berbagai keunikan yang dimiliki oleh

bahasa Jepang. Penggunaan keishiki meishi dalam kalimat merupakan salah satu

yang menarik perhatian, karena berkaitan erat dengan tata bahasa (bunpo). Selain

itu dikarenakan merasa kurangnya pengetahuan mengenai makna mono ini, maka

saya rasa perlu untuk melakukan penelitian ini.

Pada penelitian ini, makna mono yang akan diteliti berdasarkan

kalimat-kalimat yang terdapat dalam Nihongo Jaanaru merupakan jurnal bahasa Jepang.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002:594) mendefenisikan jurnal sebagai

berikut:

“Majalah yang khusus memuat artikel dalam bidang ilmu tertentu”

Jika dilihat dari kutipan di atas, maka dapat didefenisiskan bahwa Nihongo

(14)

Mengingat banyaknya edisi dari Nihongo Jaanaru ini, maka pada penelitian ini

hanya memakai dua edisi yakni edisi Juli dan Agustus/2004.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipilihlah judul “Analisis Makna Kata

Mono Dalam ‘Nihongo Jaanaru’ Ditinjau Dari Segi Semantik”

1.2 Perumusan Masalah

Banyak perbedaan-perbedaan dalam bahasa Indonesia dengan bahasa

Jepang. Selain pola kalimat yang jauh berbeda, banyak hal lain yang jauh berbeda

dan harus diperhatikan.

Selain pembelajar bahasa Jepang yaitu bahasa asing, tidak jarang melakukan

kesalahan dalam mengartikan kata-kata. Khususnya pada kata-kata yang memilki

arti yang abstrak. Salah satunya adalah pemakaian kata mono dalam kalimat.

Kata mono selain menyatakan benda ataupun barang ternyata ada makna lain

yang abstrak bahkan tidak mempunyai arti bila tidak diikuti dengan kata lain.

Misalnya:

1. ぜひ一度見てみたいものですね。

Zehi ichido mite mitai mono desu ne.(Nihongo Jaanaru edisi July, 2004:5)

“Saya benar-benar ingin mencoba melihatnya sekali lagi.”:

2. ふだん、文章を読んでいるときは、分の流れや字面から何となく意

味が分かってしまうのですが、いざ試験で読み方を聞かれると、正

確に答えられないものです。

(15)

kikareru to, seikaku ni kotaerarenai mono desu. (Nihongo jaanaru edisi Agustus, 2004:19).

“Biasanya, pada saat sedang membaca artikel, bagaimanapun mengerti

makna dari tulisan dan alur kalimat, tetapi kalau didengar cara baca pada

saat ujian mendadak, biasanya tidak dapat menjawab dengan benar.

Pada kalimat no (1) mono mengandung makna ingin, dan berfungsi untuk

menegaskan kata ingin. Sementara pada kalimat no (2) mono bermakna biasanya,

dan berfungsi untuk menjelaskan kesimpulan dengan ide-ide atau konsep yang

dianggap wajar. Dari konteks kaimat tersebut jelas bahwa kata mono tidak hanya

menyatakan barang atau benda saja, tetapi memiliki banyak makna yang abstrak

tergantung dengan kata yang mengikutinya. Untuk itu penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana makna kata mono dalam bahasa Jepang?

2. Bagaimana makna kata mono yang terdapat dalam Nihongo Jaanaru edisi

Juli dan Agustus/2004?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan membatasi ruang lingkup

bahasannya yaitu mengenai bagaimana makna kata mono dalam Nihongo Jaanaru

edisi Juli dan Agustus/2004. Kenapa penulis memilih edisi juli dan agustus/2004

karena pada edisi tersebut ada banyak kata mono yang ditemukan dan memiliki

bermacam-macam makna, tergantung dengan kata yang mengikutinya. Banyak

(16)

kalimat. Namun pada penelitian ini, penulis hanya mengambil 21 kalimat saja,

dengan mengklasifikasikan dan menganalisis maknanya.

Kata mono termasuk kedalam kategori jenis kata keishiki meishi (kata benda

abstrak). Untuk itu penulis merasa perlu menjelaskan juga pengertian meishi dan

jenis-jenis meishi. Oleh karena itu penulis membatashi masalah sebagai berikut:

1. Pengertian meishi

2. Jenis-jenis meishi

3. Makna kata mono

4. Makna kata mono dalam Nihongo Jaanaru edisi Juli dan Agustus /2004

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1 Tinjauan Pustaka

Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa

bahasa itu bersifat dinamis. Dinamis, dalam konteks hakekat bahasa menurut

Chaer dan Agustina adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai

kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat

terjadi pada semua tataran linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis,

semantik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengambil

bahasa sebagai objek kajianya ( Chaer, 2007:12).

Menurut Chafe dalam Samsuri (1994:21) menyatakan bahwa berfikir

tentang bahasa, sebenarnya sekaligus juga telah melibatkan makna. Makna

berfungsi sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan

(17)

Gramatika dalam bahasa jepang disebut bunpou. Bunpou adalah suatu

fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan

suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata dan fungsi kata dalam suatu kalimat

(Sudjianto, 1995:22).

Menurut pakar bahasa Jepang, gramatika bahasa Jepang modern ada

beberapa macam, salah satu diantaranya yaitu Motojiro dalam Sudjianto

(1996:27) mengklasifikasikan kelas kata menjadi sepuluh kelas kata. Salah satu

diantaranya adalah kata benda (meishi).

Dilihat dari huruf kanjinya kata meishi terdiri dari dua huruf kanji, yaitu

yang pertama adalah huruf kanji 名 yang dibaca mei, dan na yang berarti nama.

Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah huruf kanji 詞 yang dibaca shi yang

berarti kata. Jadi meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai

ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi

subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34).

Menurut Sultan Takdir Alisyahbana (1986:79) dalam bukunya Tata

Bahasa Baku Indonesia, menyatakan :

“Kata benda adalah nama daripada benda atau segala sesuatu yang dibendakan”.

Salah satu dari jenis meishi ini adalah keishiki meishi. UeheraTakeshi dalam

Sujianto (2004:54) menyatakan bahwa keishiki meishi ialah nomina yang bersifat

formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti

yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain.

Dalam buku Gaikokujin Ni Tame No Kihongo Yorei Jiten (1980:10)

(18)

形式名詞は具体的な意味を表すことができない語で、いつもその意

味をはっきりさせるための修即語がついて用いられる語です。

Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de, itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu.

“Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata

dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata

keterangan yang mempunyai arti.”

Kata-kata yang termasuk dalam keishiki meishi jumlahnya amat terbatas.

Diantaranya adalah :

1. Touri : sebagaimana, seperti

2. Tokoro : waktu, hal, sedang, sesuatu

3. Toki : waktu, ketika, saat

4. Koto : hal, masalah, sesuatu

5. Uchi : selama, ketika

6. Tame : untuk,guna, demi, karena

7. Hazu : seharusnya, sebaiknya

8. Hou : lebih, pihak (dipakai sebagai perbandingan)

9. Mama : begitu saja, dalam keadaan

10. Mono : hal, soal, perkara

Penulisan ini difokuskan pada analisis makna kata mono yang terdapat

dalam Nihongo Jaanaru edisi Juli dan Agustus/2004.

(19)

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disususn

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39). Penelitian difokuskan

pada analisis makna kata mono yang terdapat pada Nihongo Jaanaru. Pada

penelitian ini menggunakan beberapa teori yang menjelaskan tentang pemakaian

mono yaitu teori Nagara Susumu, SunagawaYuriko dan Kikuo Nomoto.

Dalam buku Gaikokujin No Tame No Nihongo Reibun Mondai Shirizu II

(Keishiki Meishi) (Kazuaki, 1985), Nagara Susumu membagi makna mono

menjadi 11 jenis. 4 diantaranya:

1. Menyatakan kesimpulan yang dipikirkan secara umum dengan

memberikan ide-ide atau konsep yang dianggap wajar.

2. Mengutarakan dengan mengenang perbuatan yang diulang dan dengan

mengenang pengalaman dimasa lampau.

3. Menyatakan perasaan yang dalam si pembicara.

4. Ungkapan yang menduga hal yang dianggap tidak wajar.

Dalam buku Nihongo Bunkei Jiten (Yuriko, 1998), Yuriko membagi makna

mono menjadi 32 jenis. 5 diantaranya:

1. Menyatakan sifat, karakter, atau watak asli yang dinyatakan dengan

sifat yang umum atau lazim.

2. Menunjukkan perasaan yang menolak atau memyamgkal secara kuat.

3. Menunjukkan keinginan.

4. Menunjukkan perasaan kaget, kagum terhadap suatu tindakan , atau

(20)

5. Menunjukkan sebab dan alasan.

Dalam memberikan makna sebuah kata, perlu sekali kita memperhatikan

kata-kata yang mengikuti kata tersebut. Selain itu, perlu juga diperhatikan

makna-makna lain yang tidak ada dalam kamus atau makna-makna leksikal (Chaer, 1994:289).

Makna adalah arti atau maksud (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Dalam Moeliono, dkk (1996:165) disebutkan, makna adalah; pertama, Arti,

Kedua, Maksud pembicara atau penulis, dan ketiga, Pengertian yang diberikan

kepada suatu bentuk kebahasaan.

Semantik atau imoron merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku)

yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2003:13). Pakar semantik berpendapat

bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks

situasi dan suatu kata baru mendapat makna sekunder jika disesuaikan

berdasarkan konteks situasi. Dalam kenyataan kata itu tidak akan terlepas dari

konteks pemakaiannya.

Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu yang makna konstektual.

Makna Konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau

gabungan kata ) dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan

kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (Chaer,2007:81). Seperti yang akan

dibahas oleh penulis yakni makna mono yang terdapat dalam konteks kalimat

dalam Nihongo Jaanaru edisi Juli dan Agustus/2004.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

(21)

2. Untuk mengetahui makna kata mono yang terdapat pada Nihongo

Jaanaru edisi Juli dan Agustus/2004 2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan penulis tentang makna kata mono

khususnya dalam Nihongo Jaanaru edisi Juli dan Agustus/2004.

2. Sebagai refrensi ilmu ketatabahasaan bagi institusi yang

membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan

keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkankan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1991 :63).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui library research

(studi kepustakaan), yaitu mencari data dan mengumpulkan data-data yang

diperlukan dalam penulisan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini

adalah Nihongo Jaanaru Edisi Juli dan Agustus/2004.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul

penulisan.

(22)

3. Mencari dan menentukan kata mono yang terdapat dalam Nihongo

Jaanaru edisi Juli dan Agustus/2004 .

4. Menganalisis bagaimana terjemahan kata mono dalam Nihongo Jaanaru

edisi Juli dan Agustus/2004.

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP MEISHI, KEISHIKI MEISHI DAN SEMANTIK

2.1 Meishi (名詞)

2.1.1 Pengertian Meishi

Dilihat dari huruf kanjinya kata meishi terdiri dari dua huruf kanji, yaitu

yang pertama adalah huruf kanji 名 yang dibaca mei, dan na yang berarti nama.

Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah huruf kanji 詞 yang dibaca shi yang

berarti kata. Jadi meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai

ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi

subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34).

Menurut Sultan Takdir Alisyahbana (1986 : 79) dalam bukunya Tata

Bahasa Baku Indonesia, menyatakan :

“Kata benda adalah nama daripada benda atau segala sesuatu yang dibendakan”.

Kata benda ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek, atau objek dari

klausa. Kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain yang

dibendakan dalam alam di luar bahasa (Kridalaksana dalam Sudjianto, 1996 : 34)

Berikut ini beberapa defenisi dan pendapat mengenai meishi :

Dalam buku Nihongo Bunpo Keitairon (Suzuki, 1972 : 188) dikatakan bahwa,

単語の中には人や物や生き物、場所や時を指しめを物があります。

(24)

Tanggo no naka ni wa hito ya mono ya ikimono, basho ya toki o sashime o mono ga arimasu. Kono youna tango no koto o meishi to imasu.

”Kata yang menunjukkan waktu, tempat, mahluk hidup, benda dan orang.

Kata yang seperti ini disebut dengan meishi”

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa meishi adalah kata yang

menunjukkan nama, benda, tempat, waktu, orang dan lai-lain.

Motojiro dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Sudjianto,

2004 : 156) mendefenisikan meishi berdasarkan ciri-cirinya, yaitu:

1. Meshi termasuk kelas kata yang dapat berdiri sendiri (jiritsugo)

2. Meishi tidak mengalami perubahan (konjugasi). Kata-kata yang termasuk

kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya ke dalam bentuk

lampau atau pun bentuk negatif.

3. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat dan adverbia. Sehingga

secara langsung dapat diikutu joshi (partikel) atau joudoshi (verba bantu).

Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti joudoshi itu dapat

membentuk sebuah bunsetsu.

a. Meshi bila diikuti joushi (partikel) wa, ga, mo, dake, koso, atau sae

dapat menjadi subjek.

Contohnya:

彼だけ来ました。

Kare dake kimashita.

(Hanya dia yang telah datang)

電車が来ました。

(25)

(Kereta telah datang)

b. Meshi bila diikuti joshi (partikel) yo, diikuiti joudoshi (verba bantu) da, desu, rashii dapat menjadi predikat.

Contohnya:

これは桜だ。

Kore wa sakura da.

(Ini adalah bunga sakura)

私は学生です。

Watashi wa gakusei desu.

(Saya adalah pelajar)

c. Meishi bila diikuti partikel o dapat menjadi objek.

Contohnya :

りんごを食べる。

Ringo o taberu.

(Makan apel)

d. Meishi bila diikuti joshi (partikel) ni, e, to, kara, atau de dapat menjadi

keterangan (adverbia).

Contohnya :

山へ登る。

Yama e noboru.

(Naik gunung)

e. Meishi bila diikuti joshi (partikel) no maka dapat menerangkan meishi

yang lainnya.

(26)

日本の歴史。

Nihon no reikishi

(Sejarah Jepang)

4. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen.

5. Meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat,

orang, atau hal lain yang dibendakan baik benda konkrit maupun abstrak.

2.1.2 Jenis-Jenis Meishi

Pendapat mengenai jenis meishi belumlah seragam. Diantaranya ada yang

menyatakan bahwa meishi dibagi menjadi empat macam, tetapi ada pula yang

membaginya menjadi lima macam. Seperti Murakami Motojiro dalam Sudjianto

(2004 : 37), membagi meishi menjadi lima macam yakni futsuu meishi, koyuu

meishi, daimeishi, suushi, dan keishiki meishi.

Sedangkan Uehara Takeshi dalam Sudjianto (2004 : 37), membaginya

menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, suushi, dan keishiki

meishi. Ia menganggap daimeishi berdiri sendiri sebagai satu kelas kata, tidak

sebagai satu bagian dari meishi. Di pihak lain, Nagayama Isami menbagi meishi

menjadi futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi. Nagami Isami tidak

memasukkan keishiki meishi sebagai salah satu jenis meishi, sebab ia

mengelompokkan jenis itu ke dalam futsuu meishi.

Sebenarnya sulit sekali memisahkan daimeishi dari kelompok meishi

(nomina) sebab daimeishi memiliki karataristik yang sama dengan jenis meishi

yang lainnya. Selain itu, keishiki meishi tidak dapat digolongkan ke dalam futsuu

(27)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sudjianto (2004 : 38), dalam

buku Gramatika Bahasa Jepang Modern, yang membagi jenis meishi ke dalam

lima jenis, yaitu :

1. Futsuu Meishi (普通名詞)

Futsuu meishi yaitu kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut :

a. Gutaitekina Mono (nomina konkret)

Contoh:

学校 Gakkou: sekolah

Umi: laut

b. Chuushoutekina Mono (nomina abstrak)

Contoh:

幸せ Shiawase: kebahagiaan

時間 Jikan: waktu

c. Ichi Ya Hougaku O Shimesu Mono (nomina yang menyatakan letak/

posisi/kedudukan dan arah/jurusan)

Contoh:

Migi: kanan

Higashi: timur

d. Settogo Ya Setsubigo No Tsuita Mono (nomina yang disisipkan prefiks

dan/atau sufiks)

Contoh:

(28)

お月さま Otsukisama: bulan

e. Fukugou Meishi atau Fukugougo (nomina majemuk)

Contoh:

Asa + hi 朝日 Asahi: matahari pagi Hito + bito 人々 Hitobito: orang-orang

f. Hoka No Hinshi Kara Tenjita Mono (nomina yang berasal dari kelas kata

lain)

Contoh:

Verba Hikaru: Hikari (cahaya, sinar)

Adjektiva-Samui: 寒さSamusa (dinginnya) 2. Koyuu Meishi (固有名詞)

Koyuu meishi disebut juga nomina nama diri yaitu kata yang menyatakan

nama suatu benda, nama barang, nama tempat, nama buku dan sebagainya.

Contoh:

富士山 Fujisan/Fujiyama: gunung Fuji

東京大学 Tokyo Daigaku: universitas Tokyo

3. Suushi (数詞)

Suushi adalah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau

kuantitas. Dalam bahasa Indonesia disebut numeralia.

Kata-kata yang termasuk suushi ini antara lain:

a. Suryou No Meishi (nomina yang menyatakan jumlah atau kwantitas)

1) Honsuushi (numeralia pokok)

(29)

San (tiga)

2) Honsuushi + Josuushi (numeralia pokok + kata bantu bilangan)

Diantaranya: Sannin (tiga orang)

Yonmai (empat lembar)

b. Junjo No Suushi (numeralia tingkat)

Diantaranya: Ichiban (nomor satu)

Daisan (ketiga)

4. Daimeishi (代名詞)

Daimeishi adalah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah. Daimeishi dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan itu, dalam

bahasa Indonesia berarti pronomina. Daimeishi ini terbagi menjadi dua jenis,

yaitu:

a. Ninshou Daimeishi (pronomina persona)

Yaitu kata yang digunakan untuk menunjukkan orang sekaligus

menggantikan nama orang itu. Terdiri dari:

1) Jinshou adalah pronomina persona yang digunakan untuk

menunjukkan diri sendiri, dalan bahasa Indonesia dapat berarti

pronomina persona pertama atau kata ganti orang pertama (si

pembicara). Seperti watashi, ore, boku, dan ware.

Contoh:

私は日本からまいりました。

Watashi wa nihon kara mairimasu.

(30)

2) Taishou adalah pronomina persona yang digunakan untuk

menunjukkan orang yang diajukan bicara, dalam bahasa Indonesia

berarti pronomina persona kedua atau kata ganti orang kedua

(lawan bicara/pendengar). Seperti anata, kimi, dan omae.

Contoh:

あなたはバスで行きましか。

Anata wa basu de ikimasuka.

Kamu pergi dengan bus?

3) Tanshou adalah pronomina persona yang digunakan untuk

menunjukkan orang yang menjadi pokok pembicaraan selain

persona pertama dan persona kedua. Dalam bahasa Indonesia

disebut pronomina persona ketiga atau kata ganti orang ketiga

(orang yang dibicarakan).

Contoh:

あのかたはやさしです。

Ano kata wa yasashii desu.

Orang itu ramah.

4) Futeishou adalah kelompok pronomina yang tidak tentu atau tidak

pasti, digunakan untuk menyatakan nama orang, benda, tempat,

atau arah yang ingin diketahui. Seperti donata atau dare.

Contoh:

あなたはだれですか。

Anata wa dare desuka.

(31)

b. Shiji Daimeishi (pronomina penunjuk)

Shiji daimeishi berbeda dengan ninshou daimeishi, di dalamnya hanya

terkandung tanshou dan futeishou. Ninshou daimeishi dipakai untuk

menunjukkan orang, sedangkan shiji daimeishi digunakan untuk

menunjukkan atau menyatakan benda secara umum termasuk

tempat/lokasi dan arah. Berdasarkan benda yang ditunjukkannya, shiji

daimeishi dibagi menjadi tiga kelompok yakni:

1) Jibutsu Ni Kasura Mono (pronomna penunjuk benda),

diantaranya:

Kata kore (ini), digunakan untuk menunjukkan benda yang

ada dekat dengan persona pertama.

Kata sore (itu), digunakan untuk menunjukkan benda yang

ada dekat dengan persona kedua.

Kata are (itu), digunakan untuk menunjukkan benda yang

ada jauh dengan persona pertama maupun persona kedua.

Kata dore (mana atau yang mana), digunakan pada waktu

memilih salah satu benda diantara sejumlah benda yang

ada.

Kata nani (apa), digunakan untuk menanyakan sesuatu

yang ingin diketahui oleh pembicara.

2) Basho Ni Kansuru Mono (pronomina penunjuk tempat),

(32)

Kata koko (sini atau tempat ini), digunakan untuk

menyatakan tempat atau lokasi di mana persona pertama

berada.

Kata soko (situ atau tempat itu), digunakan untuk

menyataka tempat yang agak jauh dari persona pertama dan

menunjukkan tempat di mana persona kedua berada.

Kata asoko (sana atau tempat sana), digunakan untuk

menunjukkan tempat/lokasi yang jauh baik dari persona

pertama maupun persona kedua.

Kata doko (mana), dipakai untuk menyatakan tempat atau

bagian yang tidak diketahui oleh persona pertama.

3) Houkou Ni Kansuru Mono (pronomina penunjuk arah)

Kata kochira (sini atau arah ini), digunakan untuk

menunjukkan arah dimana persona pertama berada.

Kata sochira (siti arau arah itu), digunakan untuk

menunjukkan arah dimana persona kedua berada.

Kata achira (sana atau arah sana), digunakan untuk

menunjukkan arah yang jauh dari persona pertama maupun

pertsona kedua.

Kata dochira (mana atau arah mana/yang mana), digunakan

untuk menanyakan satu pilihan diantara beberapa benda.

Dapat dipakai untuk menanyakan keberadaan orang yang

ingin diketahui.

(33)

Meishi yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak kata-kata

ini tidak memiliki arti yang sangat jelas bila tidak disertai kata lain.

Contoh:

もの Mono: hal, soal, perkara

ところ Tokoro: waktu, hal, sedang

2.2 Keishiki Meishi (形式名詞) 2.2.1 Pengertian Keishiki Meishi

Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang keishiki meishi:

1. Kikuo Nomoto dalam bukunya kata buku Kiso Nihongo Katsuyou Jiten

(1988:7) dikatakan bahwa:

Keishiki meishi adalah kata benda nominal, kata-kata dalam meishi yang

telah kehilangan arti pokok asalnya, hanya dapat dipakai untuk

menormalisasi kalimat yang mendahuluinya.

2. Bunkacho dalam bukunya Gaikokujin No Tame Kihongo Yorei Jiten

(1980:10) dikatakan bahwa:

形式名詞は具体的な意味を表すことができない語で、いつもその意

味をはっきりさせるための修即語がついて用いられる語です。

Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de, itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu.

“Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata

dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata

(34)

3. UeheraTakeshi dalam Sujianto (2004:54) menyatakan bahwa keishiki

meishi ialah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat

abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai

dengan kata lain.

Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa keishiki meishi

adalah kata benda yang abstrak, tidak mempunyai arti yang jelas bila tidak disertai

dengan kata keterangan lainnya dalam kalimat.

2.2.2. Jenis-Jenis Keishiki Meishi

Takeshi dalam buku Gramatka Bahasa Jepang Modern (Sudjianto, 2004:

54-55) menyatakan bahwa kata-kata yang termasuk keishiki meishi jumlahnya

terbatas, diantaranya adalah:

1. とおりToori: sebagaimana, seperti

Contoh:

言うとおりに働く。

Iu toori ni ugoku.

Bergerak seperti yang dikatakan.

2. ところ Tokoro: waktu, hal, sedang, sesuatu

Contoh:

今言うところです。

Ima iu tokoro desu.

Sedang berbicara.

3. とき Toki: waktu, ketika, saat

(35)

家を出るときには、晴れていました。

Uchi o deru toki ni wa, harete imashita

Pada saat keluar rumah, cuaca cerah.

4. こと Koto: hal, masalah, sesuatu

Contoh:

何か相談したいことがありますか。

Nani ka soudan shitai koto ga arimasuka.

Adakah hal yang ingin dibicarakan?

5. うち Uchi: sewaktu, selama, selagi, ketika

Contoh:

ひまなうちに部屋をそうじします。

Hima na uchi ni heya o souji shimasu.

Selagi luang, membersihkan kamar.

6. ため Tame: untuk, guna, demi, karena

Contoh:

あなたのためにした。

Anata no tame ni shita.

Telah kulakukan untukmu.

7. はず Hazu: seharusnya, sebaliknya, semestinya, pasti, mesti

Contih:

君はアメリカに長く住んでいたんだから、英語が巧

(36)

Kimi wa Amerika ni nagaku sunde itan dakara, eigo ga umai hazu desu.

Karena kamu telah lama tinggal di Amerika, seharusnya

bahasa Inggrisnya lancar.

8. ほう Hou: lebih, pihak (dipakai sebagai perbandingan)

Contoh:

あなたのほうがせいがたかい。

Anata no hou ga sei ga takai.

Kamu lebih tinggi dari dia.

9. まま Mama: begitu saja, dalam keadaan, menurut

Contoh:

そのままでいいです。

Sono mama de ii desu.

Baik dalam keadaan itu.

10.もの Mono: hal, soal, perkara

Contoh:

実に困ったものだ。

Jitsu ni komatta mono da.

Sungguh-sungguh perkara yang sulit.

(37)

Dari beberapa jenis keishiki meishi di atas, maka pada sub bab ini akan

dibahas tentang makna kata mono sebagai pokok pembahasan. Berikut ini defenisi

yang terkandung dalam makna mono dalam kalimat bahasa Jepang.

1. Dalam Buku Gaikokujin No Tame No Nihongo Reibun Mondai Shirizu II

(Keishiki Meishi)

Menurut buku ini, makna mono dibagi menjadi 11 jenis, yaitu:

1. 一般的と考えられる概念とその当然の帰結を表す。

Ippanteki to kangaerareru gainen to sono touzen no kiketsu o arawasu.

Menyatakan kesimpulan yang dipikirkan secara umum dengan

memberikan ide-ide atau konsep yang wajar.

Contoh:

• 年を取ると目が悪くなるものです。

Toshi o toru to me ga waruku naru mono desu.

Kalau tua memang mata akan menjadi buruk.

2. 繰り返された動作および過去の経験を回想して表す。

Kurikaesareta dousa oyobi kako no keiken o kaisoushite arawasu.

Mengutarakan dengan mengenang perbuatan yang diulang dan dengan

mengenang pengalaman dimasa lampau.

Contoh:

• 昔は、車の運転免許の試験なんか易しかったものだ。

Mukashi wa, kuruma no untenmenkyou no shiken nanka yasashi katta mono da.

Dahulu, (saya ingat) ujian ijin mengemudi kendaraan adalah hal

(38)

3. 話し手の感慨を表す。

Hanashite no kangai o arawasu.

Menyatakan perasaan yang dalam dari si pembicara.

Contoh:

• ジェット機というのは速いものですね。

Jetto ki to iu no wa hayai mono desune.

Yang disebut dengan mesim jet adalah hal yang cepat.

(ada rasa perasaan dalam/kagum terhadap mesin jet yang cepat)

4. 話し手の主張を強調して表す。【か】を伴って疑問・反語・逆接的

な感情を強調する。

Hanashite no shuchou o kyouchoushite arawasu. (ka) o tomonatte gimon, Hango, kyakusetsuteki na kanjyou o kyouchousuru.

Menyatakan pendapat si pembicara. Menekankan perasaan yang dalam

yang berhubungan dengan pertentangan, kata yang berlebihan, keraguan

yang diikuti oleh partikel “ka”.

Contoh:

• あの人が親切じゃないものですか。

Ano hito ga shinsetsu jyanai mono desuka.

Orang itu bukanlah orang yang baikkan?

(menekankan kata shinsetsu jyanai ‘bukanlah baik’)

5. ほとんど不可能と思われることを仮定する表現。

Hotondo fukanou to omowareru koto o kateisuru hyougen.

Ungkapan yang menduga hal yang dianggap tidak mungkin.

(39)

• 目立つ服を着ようものなら皆に見られる。

Medatsu fuku o kiyou mono nara minna ni mirareru.

Kalau memakai pakaian mencolok semua orang dapat melihatnya.

6. 理由を推測する場合。

Riyuu o suisokusuru baai.

Keadaan yang menyimpulkan alasan.

Contoh:

• あの人はもう卒業したものかこのごろ姿が見えません。

Ano hito wa mou sotsugyoushita monoka kono goro sugata ga miemasen.

Orang itu tidak kelihatan sosoknya akhir-akhir ini apakah sudah

lulus.

(memberi kesimpulan bahwa dia sudah lulus karena akhir-akhir ini

tidak kelihatan lagi sosoknya)

7. 『…のだ』と同じ断定の意味を表す。

(…noda) to onaji dantei no imi o arawasu.

Menyatakan makna berupa keputusan atau kesimpulan yang sama

dengan “noda”.

Contoh:

• 風でドアが聞いたものと思います。

Kaze de doa ga aita mono to omoimasu.

Saya pikir karena angin pintu terbuka.

(menekankan kata to omou ‘saya pikir’)

(40)

(…tekara) to iu jiten no imi o kyouchousuru.

Menekankan makna kejadian yang sama dengan “tekara”.

Contoh:

• 日本に着いてからというものは休む暇がなかった。

Nihon ni kitte kara to iu mono wa yasumu hima ga nakatta.

Setibanya di Jepang waktu luang untuk istirahat tidak ada.

9. 『…のに』という逆接を表す。

(…noni) to iu gyakusetsu o arawasu.

Menyatakan pertentangan.

Contoh:

• 京都まで行ったものの金閣寺は見えませんでした。

Kyoto made itta mono no kinkakuji wa miemasen deshita.

Meskipun telah pergi sampai Kyoto, tetapi tidak dapat melihat kuil

emas.

10.分の終りについて理由を表す終助詞。文中の従属分につ

く接続助詞の場合もある。主に女性に使われる形。

Bun no owari ni tsuite riyuu o arawasu shuujoshi. Bunchuu no jyuuzokubun ni tsuku setsuzokujoshi no baai mo aru. Omoni josei ni tsukawareru katachi.

Shujoshi yang menunjukkan alasan di akhir kalimat. Ada juga setsuzokujoshi yang di letakkan di anak kalimat majemuk.

Contoh:

(41)

Sore gurai no koto wa shitte imasu. Datte shinbun de mimashita mono.

Hal ini saya tahu sebab saya melihatnya di koran.

11 氏名、品名、または同一物を説明し引いては、同格を表す。

Shimei, hinmei, mata wa douichimotsu o setsumeishi, hiite wa, doukaku o arawasu.

Menyatakan keterangan tambahan, menarik, menjelaskan nama barang,

nama keluarga atau benda yang sama.

Contoh:

• ASEAN諸国とは『インドネシア、マレ一シア、フィリピン

、タイ、…』といったものです。

ASEAN shokoku to wa (Indoneshia, Mareeshia, Firipin, Tai,…)to itta mono desu.

Semua negara ASEAN adalah Indonesia, Malaysia, Filipina,

Thailand, dan sebagainya.

(menyatakan keterangan yang sama yakni Indonesia, Malaysia,

Filipina, Thailand, dan sebagainya merupakan bagian dari negara

ASEAN)

(Nagara, 1985: 110-114)

2. Dalam Buku Nihongo Bunkei Jiten

Sunagawa membagi mono berdasarkan pola kalimatnya.

1. Menyatakan objek/barang/bahan

(42)

• この部屋にはいろいろな物がある。

Kono heya ni wa iroiro na mono ga aru.

Di kamar ini ada bermacam-macam barang.

2. Menyatakan pengetahuan, karya, dan bahasa yang digunakan beserta kata

shiru, miru, dan iru dan lain-lain.

Contoh:

• あの人はあまりものを知らない。

Ano hito wa amari mono o shiranai.

Orang itu tidak begitu tahu.

(mungkin mengenai pengetahuan, karya, ataupun bahasa)

3. Menujukkan penegasan dari suatu hal.

Contoh:

• 彼女は愛国心というものをもっていないのだろうか。

Kanojyo wa aikokushin to iu mono o motteinai no darouka.

Apakah mungkin dia tidak mempunyai jiwa patriot.

4. Menyatakan populasi, sifat, dan lambang.

Contoh:

• 人間というものは不可解だ。

Ningen to iu mono wa fukakai da.

(yang disebut dengan) Manusia adalah misteri.

5. Ungkapan yang digunakan untuk menegaskan ketidak mampuan.

Contoh:

A: まだわかりませんか。

(43)

Apakah belum mengerti?

B:いくら言われても、わからないものはわからないんだ

Ikura iwaretemo, wakaranai mono wa wakaranain da.

Dikatakan bagaimanapun, tetap tidak mengerti.

6. Diletakkan di akhir kalimat di dalam bahasa informal yang menunjukkan

alasan.

Contoh:

A: またでかけるの。

Mata dekakeruno.

Mau pergi lagi!

B: うん。だって、吉田さんも行くんだもの。

Un. Datte, Yoshidasan mo ikun da mono.

Ya, karena Yoshida pun pergi.

7. Menunjukkan perasaan menolak dengan kuat disertai intonasi dari gaya

bahasa dan pemakaiannya digunakan setelah kata yang menunjukkan

kesangsian.

Contoh:

• こんな複雑な文章、訳せるものですか。

Konna fukuzatsu na bunshou, yakuseru mono desuka.

Kalimat yang rumit seperti ini, masak bisa diterjemahkan?

8. Mengungkapkan perasaan pembicara yang mengharapkan realisasi dari

suatu peristiwa.

Contoh:

(44)

Mou sukoshi suzushiku naranai mono ka naa.

Tidak bisakah lebih sejuk sedikit lagi.

9. Menyatakan perasaan yang bingung, dengan tanpa mengerti harus

bertindak seperi apa.

Contoh:

• 反対派への説明はどうしたものかね。

Hantaiha e no setsumei wa doushita mono ka ne.

Bagaimana ya menjelaskan kepada kelompok yang tidak setuju.

10.Menyatakan suatu sifat khusus.

Contoh:

• 彼の潜在能力にはすばらしいものがある。

Kare no senzainouryoku ni wa subarashii mono ga aru.

Kemampuan dia menakjubkan.

(menekankan kata subarashii ‘menakjuban’)

11.Menyatakan sifat, karakter, atau watak asli yang dinyatakan dengan sifat

yang umum atau lazim.

Contoh:

• 金というのはすぐなくなるものだ。

Kane to iu no wa sugu nakunaru mono da.

Yang disebut dengan uang adalah benda yang cepat hilang.

(menyatakan sifat uang yang cepat hilang)

12.Menyatakan kekaguman atau perasaan yang dalam.

Contoh:

(45)

Kono machi mo, mukashi to chigatte kirei ni natta mono da.

Kota ini pun, menjadi cantik berbeda dengan dahulu.

13.Menyatakan perasaan kaget, kagum terhadap suatu perbuatan atau

peristiwa.

Contoh:

• こんなむずかしい問題が、よく解けたものだ。

Konna muzukashii mondai ga, yoku toketa mono da.

Soal yang sulit seperti ini, tetapi dapat dipecahkan.

14.Digunakan beserta ungkapan yang menunjukkan keinginan seperti “tai”

dan “hoshii”, dan digunakan untuk menegaskan perasaannya.

Contoh:

• 海外へ行かれるときには、わたしも一度、ご一緒したいもの

です。

Kaigai e ikareru toki ni wa, watashi mo ichido, goisshoshitai mono desu.

Ketika dapat pergi keluar negeri, saya ingin pergi bersama-sama sekali

lagi.

15.Mengungkapkan kenang-kenagan termasuk perasaan yang dalam yang

dilakukan kebiasaan tersebut pada masa lampau.

Contoh:

• 小さい頃はよくみんなで近くの森へ遊びに行ったもの

でした。

(46)

Waktu kecil sering pergi bermain ke hutan yang dekat bersama

teman.

(kata mono menegaskan kenangan asobini itta ‘bermain’)

16.Menunjukkan sebab dan alasan. Dapat diganti dengan “kara”, tetapi

setelah itu tidak dapat diletakkan ungkapan yang menyatakan perintah atau

kemauan.

Contoh:

• 英語が苦手なものですから、外国旅行は尻ごみして

しまいます。

Eigo ga nigate na mono desu kara, gaikokuryokou wa shirigomishite shimaimasu.

Karena bahasa Inggris saya lemah, saya bimbang jalan-jalan ke

luar negeri.

17.Pada umumnya sama dengan “omottakara”, tetapi “omotta mono dakara”

memberikan perasaan permintaan maaf.

Contoh:

• かれはもう知っていると思ったものだから、

伝えませんでした。

Kare wa mou shitteiru to omotta mono dakara, tsutaemasendeshita.

Karena saya pikir dia sudah tahu, saya tidak menyampaikannya.

(47)

18.Menunjukkan makna “seharusnya” dan digunakan pada situasi seperti

memberikan peringatan, dan digunakan kata kerja yang menunjukkan

perbuatan orang lain.

Contoh:

• 動物をいじゃめるものではない。

Doubutsu o ijameru mono dewanai.

Seharusnya tidak menganiaya binatang.

19.Menekankan perasan sangkalan, dan digunakan kata kerja yang

menunjukkan kemampuan.

Contoh:

• こんな下手な写真など、人に見せられたものではない。

Konna heta na shashin nado, hito ni miserareta mono dewanai.

Seharusnya tidak diperlihatkan kepada orang foto bodoh seperti

ini.

20.Menyatakan lanjutan ungkapan yang mengandung makna “meremehkan”

dan menunjukkan makna “tidak seperti itu”

Contoh:

• みんな、主任になったばかりの佐々木さんを若すぎて頼りな

いと言うが、彼の行動力はそう見くぴったものでもない。

(48)

Semuannya, menyatakan Sasaki yang baru saja menjadi pemimpin

itu tidak dapat diandalkan dan terlalu muda, tetapi kemampuan

bertindak dia tidak dapat diremehkan begitu saja.

21.Menunjukkan makna yang negatif untuk “dekiru”. Kasar dan cara

mengatakannya agak kuno.

Contoh:

• この程度の料理なら、私にも作れないものでもない。

Kalau memasak tingkat ini, saya sendiri pun tidak bisa

membuatnya.

22.Menyatakan keyakinan pembicara.

Contoh:

• そういうことはないものと思うが、一応確かめてみよう。

Sou iu koto wa nai mono to omou ga, ichiou tashikametemiyou.

Hal yang seperti itu saya pikir tidak ada, tetapi cobalah

memastikannya untuk sementara waktu.

(menekankan kata to omou ‘saya pikir’)

23.Menunjukkan hal yang menjadi kepikiran terus bagi pembicara, tetapi

pada kenyataannya biasa dipakai untuk situasi yang tidak seperti yang

dipikirkannya.

Contoh:

• スキ一は難しいものと思っていたが、やってみたら、簡単だ

った。

(49)

Saya pikir ski adalah hal yang sulit, tetapi kalau dicoba mudah.

24.Maknanya sama dengan “to omowareru” dan digunakan sebagai ungkapan

dugaan.

Contoh:

• 選挙の結果については明日の夕方には(大)体勢がわかるもの

と思われる。

Senkyo no kekka ni tsuite wa asu no yuugata ni wa taisei ga wakaru mono to omowareru.

Mengenai hasil pemilihan umum pada sore besok dianggap banyak

orang yang tahu.

25.Menunjukkan makna “menganggap”.

Contoh:

• これで契約が成立したものとする。

Korede keiyaku ga seiritsushita mono to suru.

Dengan ini saya menganggap perjanjian telah direalisasikan.

26.Menyatakan hal yang sedikit kemungkunannya terwujud.

Contoh:

• できるものなら世界中を旅行してみたい。

Dekiru mono nara seikaijyuu o ryokou shite mitai.

Seandainya bisa, saya ingin jalan-jalan ke seluruh dunia.

27.Menyatakn syarat yang sedikit berlebihan dan menunjukkan makna “bila

memungkinkan melakukan hal seperti itu”

Contoh:

(50)

Sonna koto o kanojyo ni iou mononara, keibetsusareru darou.

Seandainya berkata kepada wanita seperti itu, mungkin dihina

orang.

28.Bermakna “tetapi” dan dibelakangnya tidak terjadi sesuatu hal, biasanya

diasumsikan dari hal yang diungkapkan di depannya.

Contoh:

• 新しい登山靴を買ったものの、忙しくてまだ一度も山へ行っ

ていない。

Atarashii tozankutsu o katta mono no, isogashikute mada ichido mo yama e itte inai.

Membeli sepatu mendaki gunung yang baru, tetapi karena sibuk

belum sekalipun pergi ke gunung.

29.Menunjukkan hal yang tidak sesuai dengan pemikiran orang pada

umumnya.

Contoh:

• 四月とはいうものの風がつめたく、桜もまだだ。

Shigatsu to wa iu mono no kaze ga tsumetaku, sakura mo mada da.

Bulan april, tetapi karena angin dingin, sakurapun belum mekar.

(Biasanya bulan April bunga sakura sudah mekar, tetapi bulan ini

belum mekar)

30.Menunjukkan lanjutan keadaan yang berbeda dengan hal yang diduga dari

perasaan sebelumnya. Maknanya adalah “tetapi” dan hal ini tidak seperti

(51)

Contoh:

• 大学時代は英文学専攻だった。とはいうものの、英語はほと

んどしゃべれない。

Daigaku jidai wa eibun gaku senkou datta. Towa iu mono no, eigo wa hotondo shaberenai.

Ketika mahasiswa mengambil jurusan sastra Inggris, tetapi hampir

tidak bisa berbicara dengan bahasa Inggris.

31.Pada umunya sama maknanya dengan “noni”, tetapi banyak dipakai untuk

seputar ide yang tidak puas terhadap hal yang menimbulkan hasil yang

tidak terpikir.

Contoh:

• 本来ならば長兄が会社を継ぐはずのものを、その事故のせい

で次兄が継ぐことになってしまった。

Honrai naraba choukei ga kaisha o tsugu hazu no mono o, sono jiko no seide jikei ga tsugu koto ni natte shimatta.

Sebenarnya meskipun menggantikan abang di perusahaan dan

abang ke dua kecelakaan, akhirnya menggantikannya juga.

(Ada perasaan tidak puas karena yang seharusnya menggantikan

posisi abang no satu adalah abang no dua, tetapi karena abang no

dua kecelakaan akhirnya menggantikannya juga)

32.Menunjukkan makna “kalau melakukan mungkin tidak terjadi hasil yang

buruk, tetapi kalau tidak melakukannya maka terjadi hasil yang buruk”.

Banyak digunakan untuk menyatakan perasaan kecaman dan rasa benci.

(52)

• 部屋が火につつまれたときすぐ逃げればよかったものを、ペ

ットを助けに行ったばかりに逃げ遅れて死んでしまった。

Heya ga hi ni tsutsumareta toki sugu nigereba yokatta mono o, petto o tasuke ni itta bakari ni nige okurete shinde shimatta.

Mungkin lebih baik kalau segera lari ketika terjadi kebaaran di

kamar, tetapi meninggal karena terlambat lari ketika pergi

menolong terus.

(Yuriko,1998:591-600)

3. Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia.

I. 物/もの『名』

1. Mono yang bermakna barang.

Contoh:

• デパ一トにはいろいろな物が並らんでいる。

Depato ni wa iroiro na mono ga narande iru.

Di toserba berjejer bermacam-macam barang.

2. Hal-hal yang menjadi objek penganggapan atau pemikiran.

Contoh:

• 戦争というものは実に悲惨なものだ。

Sensou to iu mono wa jitsu ni hisan na mono da.

Hal yang dikatakan perang adalah sesuatu yang betul-betul

menyedihkan.

• 彼に欠けているものは忍耐力だけだ。

Kare ni kakete iru mono wa nintairyoku dake da.

(53)

3. Mono yang memiliki makna bahan atau mutu.

Contoh:

• 見掛けは同じだが、ものが違う。

Mikake wa onaji da ga, mono ga chigau.

Walaupun kelihatannya sama, tetapi sebenarnya mutunya lain.

4. Dalam bentuk (mono ni naru/suru ものになる/する). Keadaan dimana

taraf teknik atau kemampuannya telah mencapai tingkat yang dianggap

cukup tinggi/baik/memuaskan.

Contoh:

• 5年も日本語を勉強したがものにならなかった。

Go nen mo nihongo o benkyoo shita ga mono ni naranakatta.

Walaupun sudah mempelajari bahasa Jepang selama 5 tahun, tetapi

hasilnya tidak memuaskan.

(Dipelajari dan digambarkan dengan efektif)

• この研究はなとしてもものにしたい。

Kono kenkyuu wa nan to shite mo mono ni shitai.

Bagaimanapun juga saya ingin sukses dalam penyelidikan ini.

5. Dipakai dalam bentuk (mono ni suru ものにする ). Bersifat bahasa

pasar. Mencapai keadaan yang memenuhi keinginan.

Contoh:

• あの女をものにしたい。

Ano onna o mono ni shitai.

Ingin mendapatkan wanita itu

(54)

6. Hal-hal yang mempengaruhi keadaan atau layak dipertimbangkan.

Contoh:

• 船は……をものともせず、進んでいった。

Fune wa taifuu o mono to mo sezu, susunde itta.

Kapal itu terus melaju tanpa memperdulikan topan.

7. Diletakkan di depan dooshi dalam bentuk (mono oものを).

menunjukkan dari suatu objek tertentu.

Contoh:

• 疲れてものを言うのもいやだ。

Tsukarete mono o iu no mo iya da.

Karena letih, berkatapun tidak mau.

8. Diletakkan di depan kata-kata yang menunjukkan jumlah atau

banyaknya dalam bentuk (monon ものの ). Menunjukkan jumlah itu

tidak banyak atau tidak besar.

Contoh:

• ここから駅まではものの5分とかかりませんよ。

Koko kara eki made wa mono no go fun to kakarimasen yo.

Dari sini sampai ke stasiun tidak sampai 5 menit.

(menunjukkan 5 menit itu tidak lama)

9. Menyatakan makna Roh, setan, raksasa ataupun dewa yang membawa

kemalangan kepada manusia.

Contoh:

• ものにつかれたように働く。

(55)

Bekerja seakan-akan kemasukan setan.

II. もの『形名』

1. Berarti pada lazimnya atau sewajarnya demikian jika dipertimbangkan

keadaan hal-hal atau pandangan umum masyarakat.

Contoh:

• 子供は親の言うことをきくものだ。

Kodomo wa oya no iu koto o kiku mono da.

Anak-anak sudah sepatutnya menuruti kata-kata orang tua.

2. Menunjukkan keheranan atau kekaguman.

Contoh:

• 新幹線は早いものだな。

Shinkansen wa hayai mono da na.

Cepat benar kereta api super ekspres shinkansen itu.

3. Kata yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa pada masa lampau

yang dikenagkan mengenangkan peristiwa pada masa lampau.

Contoh:

• 子供の頃、よくあの川で泳いだものだった。

Kodomo no koro, yoku ano kawa de oyoida mono datta.

Waktu kecil, saya biasa berenang di sungai itu.

(menekankan kata oyouida ‘berenag’)

4. Menerangkan latar belakang atau alasan tentang hal-hal yang disebut

belakangan.

(56)

• 家が貧しいもので、大学へ行かれません。

Ie ga mazushii mono de, daikaku e ikaremasen.

Karena orang tua saya miskin, saya tidak dapat melanjutkan ke

universutas.

5. Menunjukkan perasaan kuat.

1) Dalam bentuk mono nara

Contoh:

• できるものなら今すぐにでもこんな会社は辞めて

しまいたい。

Dekiru mono nara ima sugu ni de mo konna kaisha wa yamete shimaitai.

Jika dapat, saya mau mengundurkan diri dari perusahaan ini

sekarang ini juga.

2) Dalam bentuk mono de wa nai.

Contoh:

• こんな酒は飲めたものじゃない。

Konna sake wa nometa mono janai.

Minuman keras seperti ini sama sekali bukan sesuatau yang bisa

diminum.

3) Di pakai dalam bentuk mono ka, setelah kata yang menunjukkan

kesangsian atau keraguan.

Contoh:

• あんなやつどこが立派なものか。

(57)

Orang seperti dia, mana bisa dikatakan baik.

III. もの『終助』

(Sambungan) Dipakai setelah bentuk shuushikei dari dooshi, keiyooshi,

keiyoodooshi dan jodooshi.

1. Dalam ragam lisan yang ramah. Menerangkan kepada lawan bicara

tentang tindakan, sikap, pertimbangan, alasan, dan sebab. Pemakaiannya

dalam ragam wanita atau bahasa kekanak-kanakan. Memberi kesan bahwa

alasan yang disebutkan itu berdasarkan emosi dan belum tentu masuk akal.

Sering dipakai untuk kalimat yang merupakan tambahan kepada isi yang

telah disebutkan sebelumnya. Jika menjawab pertannyaan lawan bicara

tentang perbuatan atau sikap sendiri, dalam kalimat sebelumnya dipakai

datte atau demo untuk menunjukkan penyangkalan secara tegas kepada

lawan bicara. Dalam hal ini, dengan nada bicara dapat ditunjukkan

perasaan manja atau kemauan untuk membenarkan diri.

Contoh:

• まんが好き、だっておもしろいもの。

Manga suki, date omoshiroi mono.

Saya suka komik, habis menarik sekali sih.

2. Dalam percakapan bernada manja atau bersanda gurau. Menunjukkan

kepastian yang kuat.

Contoh:

• ぼくの方がうまいもんね。

Boku no hoo umai mon ne.

(58)

IV. もの『接尾』

1. Disambungkan di belakang bentuk renyookei dari dooshi. Membentuk

meishi yang berarti “memikiki nilai sewajarnya”.

Contoh:

• この試合は見ものですよ。

Kono shiai wa mimono desu yo.

Pertandingan ini patut ditonton.

(pertandingan ini berlinai untuk ditonton karena menarik)

2. Disambungkan dibelakang meishi dan sebagainya. Membentuk meishi

yang menunjukkan arti “situasi atau keadaan seperti itu”.

Contoh:

• 先生にしかられないかと一日中びくびくものだった。

Sensei ni shikararenai ka to ichinichijuu bikubiku mono datta.

Saya ketakutan sepanjang hari kalau-kalau dimarahi guru.

(Dalam keadaan takut)

V. もの『接頭』

1. Disambungkan di depan keiyooshi dan keiyodooshi yang menunjukkan

keadaan atau perasaan. Berarti “tanpa alasan merasakan seperti itu.

Contoh:

• 秋になるともの悲しい気分になる。

Aki ni naru to mono ganashii kibun ni naru.

Bila musim gugur tiba, terasa sedih dan muram.

(merasa sedih tanpa alasan yang jelas)

(59)

Contoh:

• 父はものすごい顔をしておこった。

Chichi wa mono sugoi kao o shite okotta.

Ayah marah dengan wajah yang sangat menakutkan.

(Nomoto,1988:714-744)

2.3 Semantik

Dalam mempelajari bahasa kita mengenal empat komponen besar, yakni

fonologi yang mempelajari bunyi, sintaksis yang mempelajari tentang susunan

kalimat, morfologi yang mempelajari tentang bentuk kata, dan semantik yang

mempelajari tentang makna kata. Sehingga bila mempelajari tentang makna suatu

kata, maka kita harus berbicara tentang salah satu cabang linguistik yaitu

semantik.

Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yakni

sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda

atau lambang disini adalah tanda linguistik. Tanda linguistik itu terdiri dari unsur

bunyi dan unsur makna.

Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan

untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan tanda-tanda linguistik dengan

hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain bidang studi alam linguistik yang

mempelajari tentang makna atau arti dalam bahasa.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena

bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tiada lain untuk menyampaikan

Referensi

Dokumen terkait

TENTTXC TENCEC trAN DAX PENYILESqIAN i4ls^l,rfi. Pf,RfiNDIIAN I,IMBAji B^f, N AER}AAAYA DAN Bf,RACIIT

Penelitian yang dikerjakan ini, yang mencakup Pengembangan Sistem Pembangkitan Cerita Balungan + , pentas wayang gagrak Yogyakarta dan cerita Arjunawiwaha serta penilaian

Definisi laporan keuangan dalam akuntansi bank syariah adalah laporan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahman dan Isworo (2002), hal-hal yang diperoleh dari perendaman menggunakan tawas antara lain: a) Umur atau daya simpan dari

Seseorang yang sedang jatuh cinta dan masih terus berharap cintanya akan tersampaikan gambaran -Menjelaskan gambaran -Menghidupkan gambaran -Menimbulkan efek keindahan 20.

Beberapa pengembangan melihat PAC sebagai suatu pendekatan yang membantu dalam e-commerce baru, lingkungan berbasis web dimana status langkah pertama dari suatu bisnis sanga

1) Jika mean skor gratification sought lebih besar dari mean skor gratification obtained (mean skor GS > mean skor GO), maka.. terjadi kesenjangan kepuasan

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository