ANALISIS
ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ
/AL-
IDGĀMU/
DALAM BAHASA ARAB
SKRIPSI SARJANA
Disusun oleh :
RATU BULAN HASPINA
080704011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN SASTRA ARAB
ANALISIS ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ /AL-IDGĀMU/ DALAM BAHASA ARAB SKRIPSI SARJANA
DISUSUN O
L E H
RATU BULAN HASPINA NIM. 080704011
Pembimbing I Pembimbing II
U
Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum U UDrs. Mahmud Khudri, M.Hum
NIP. NIP.
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA HUMANIORA
dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN SASTRA ARAB
Ketua,
19621204 198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.
Sekretaris,
PENGESAHAN:
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA HUMANIORA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:
Tanggal : Mei 2013 Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A.
No. Nama Tanda Tangan
Panitia Ujian
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Mei 2013
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ﺍ Alif - Tidak dilambangkan
ﺏ Ba b Be
ﺕ Ta t Te
ﺙ Sa ṡ es (dengan titik di atas)
ﺝ Jim j Je
ﺡ
Ha
ḥ Ha (dengan titik di
bawah)
ﺥ Kha kh Ka dan ha
ﺩ Dal d De
ﺫ Zal ż Zet (dengan titik di atas)
ﺭ Ra r Er
ﺯ Zai z Zet
ﺱ Sin s Es
ﺵ Syin sy Es dan ye
ﺹ
Sad ṣ Es (dengan titik di
bawah)
ﺽ
Dad ḍ de (dengan titik
dibawah)
ﻁ
Ta ṭ te (dengan titik di
bawah)
ﻅ
Za
ẓ zet (dengan titik di
ﻉ `ain ‘ Koma terbalik (di atas)
ﻍ Gain g Ge
ﻑ Fa f Ef
ﻕ Qaf q Ki
ﻙ Kaf k Ka
ﻝ Lam l El
ﻡ Mim m Em
ﻥ Nun n En
ﻭ Waw w We
ﻩ Ha h Ha
ء Hamzah ` Apostrof
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap
Contoh:
ﺔﻣﺪﻘﻣ : muqaddimah
ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍﺓﺭﻮﻨﻤﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah
C. VOKAL
1. Vokal Tunggal
/fathah/ ditulis “a” contoh : ﺢﺘﻓ = fataha
/kasrah/ ditulis “I” contoh : ﻢﻠﻋ = ̒alima
/ dammah/ ditulis “u” contoh : ﺐﺘﻛ = kutub
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻦﻳﺃ = aina
Vokal rangkap / fathah dan waw/ ditulis “au” contoh : ﻝﻮﺣ = haula
D. Vokal Panjang
/ fathah/ ditulis “ a” contoh : ﻉﺎﺑ = ba̒a
/kasrah/ ditulis “I” contoh : ﻢﻴﻠﻋ = ̒alīmun
E. Hamzah
Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda apostrof (‘)
Contoh: ﻥﺎﻤﻳﺍ = ῑman
ﺍﺩﺎﺤﺗﺔﻣﻻﺍ = ittihād al-ummah
F. Lafzul- Jalalah
Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah
Contoh : ﺐﺘﻛ ﷲ ditulis : kitabullah
ﺪﺒﻋﷲ ditulis :̒ Abdullah
G. Kata Sandang “al-“.
1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariah maupun syamsiah.
Contoh :
ﻦِﻛﺎَﻣَﻷﺍ
ﺔَﺳﱠﺪَﻘُﻤْﻟﺍ
= al-`amâkin al-muqaddasahُﺔَﺳﺎَﻴﱢﺴﻟﺍ
ُﺔﱠﻴِﻋْﺮُﺸﻟﺍ
= al-siyâsah al-syar’iyyah2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.
Contoh :
ﻱِﺩ ْﺭَﻭﺎَﻤْﻟﺍ
= al-Mâwardîﺮَﻫْﺯَﻷﺍ
= al-`Azhar
ﺓَﺭْﻮُﺼْﻨَﻤْﻟﺍ
= al-Manshûrah3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis dengan huruf kapital. Contoh : Al-Afgânî adalah seorang tokoh pembaharu
DAFTAR SINGKATAN
A.s : `Alaihi al-Salam
H : Tahun Hijriah
M : tahun masehi
Q.S : Al-qura’an Surah
Ra : Radiyallahu `anhu
SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam
SH : Sebelum Hijriah
SM : Sebelum Masehi
SWT : Subhanahu wa Ta’ala
T.P : Tanpa penerbit
T.T : Tanpa tahun
ABSTRAK
Ratu Bulan, 2013. Analisis
ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ
/idgam/ dalam bahasa Arab. Medan: Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya USU.Terdapat beberapa bentuk kata di dalam bahasa Arab yang dalam penulisannya tidak terdapat dalam pola morfologi bahasa Arab. Kata-kata ini telah dimasukan proses idgam sehingga kata-kata itu berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan proses idgam dalam bahasa Arab yang banyak terdapat di setiap pola-pola kata tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku Ibrahim Syamsani dalam buku durusu ilmu sarf. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang memaparkan hasil penelitian dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan al-quran dan buku sebagai data primer.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua jenis idgam yaitu idgam mutamasilain dan
idgam mutaqaribain dan memiliki beberapa proses idgam diantaranya penghilangan bunyi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah mengajarkan
kalamnya kepada manusia dan memberikan petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Tuhan yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Tuhan yang memberi balasan kepada manusia sesuai dengan amalnya.
Al-hamdulillah atas limpahan rahmat,taufik dan hidayah-Nya pula skripsi dengan judul “Analisis ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ‘Al-Idgāmu’ Dalam Bahasa Arab (Suatu Tinjauan Morfofonemik)”
ini dapat selesai pada waktunya. Skripsi adalah tugas akhir yang merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pada Ilmu Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Univerrsitas Sumatera Utara.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan keharibaan junjungan
alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat-Nya dari alam yang penuh dengan nuansa keimanan dan keislaman. Begitu juga kepada keluarga, para sahabat, para shalihin, dan penerus risalahnya.
Skripsi ini membahas dan menguraikan idgam, proses idgam, dan bentuk-bentuk
idgam.yang penulis analisis dalam beberapa contoh dari ayat al-Quran, wacana Arab, dan
kamus Arab-Indonesia.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis
hadapi, baik hambatan dan rintangan yang datang dari diri penulis sendiri ataupun dari pihak
lain. Namun, penulis terus memohon kepada Allah SWT dan terus berusaha agar penyusunan
skripsi ini berjalan lancar.
Penulis sadar bahwasanya skripsi ini masih jauh dari sempurna, terutama dikarenakan
penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini.
Harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini memberi manfaat bagi para pembaca
sekalian pada umumnya dan pada penulis khususnya. Amin.
Medan, April 2013
Penulis,
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan rida-Nya jugalah skripsi ini dapat diwujudkan. Penulis menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta Ayahanda Yushaspin Tambunan dan Ibunda
Kholidah Hanum, terkhusus almarhumah Yenny Hewarati yang begitu besar
pengorbanannya dan meneburkan kasih sayang dan tak jemu-jemunya memberi
dukungan moril maupun materil. Berkat do’a beliau penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I, Bapak
Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Drs. Yuddi Adrian M.A
selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc,Sc.Ph.D selaku Ketua Departemen Bahasa Arab dan Ibu Dra.
Fauziah, M.A selaku Sekretaris Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, Bapak
Drs. Mahmud Khudri,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh
perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan bagi penulis sehingga
skripsi ini dapat penulis rampungkan.
5. Kepada dosen pembimbing akademik Dra. Fauziah, M.A yang selalu memberikan
6. Kepada seluruh Staf Pengajar Departemen Bahasa Arab pada khususnya dan Staf
Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah
mendidik dan menuangkan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Kepada Bang Andika selaku Staf Administrasi Departemen Bahasa Arab yang sudah
membantu penulis dalam hal administrasi.
8. Kepada ibu Rahimah, ibu Khairina yang banyak memberikan masukan dalam
penyusunan skipsi ini.
9. Tidak lupa buat adik-adik penulis Muhammad Shahid Fachri dan Shabrina Junita yang
sangat memberi semangat penulis selama dalam menjalankan skripsi.
10. Buat sahabat-sahabatku tersayang di kampus Nurul Hidayah, Saidah Farhana, Nurul
Ummi, Hidayati, Ahmad Zuhri, M. Ibnu, Sutan Gembira, Taufik Hidayat, Chairunnisa
Panjaitan, Rimta andalusia, Aman Saputra, dan Syahriski Fahri Abda Sinaga. Penulis
akan ingat dengan masa-masa indah selama kita kuliah bersama. Terima kasih atas
persahabatan yang indah selama kita kuliah.
11. Teman terbaik penulis di saat galau Ferri Irawan, kakak-kakak penulis yang selalu
memberi support dan menampung keluh kesah penulis Kiki Riski Sinaga dan Sri Meilani
Sinaga, terima kasih banyak atas saran-saranya.
12. Buat keluarga besar penulis yang setia mendampingi dalam suka dan duka dalam
mengerjakan skipsi ini.
13. Seluruh Mahasiswa Jurusan Sastra Arab yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa
Bahasa Arab (IMBA).
14. Kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Medan, 2013
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI. ... i
DAFTAR SINGKATAN ... ii
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Metode Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian terdahulu ... 8
2.2. Pengertian Morfologi dan Fonologi ... 8
2.2.1 Morfologi ... 8
2.2.2 Fonologi ... 10
2.3 Morfofonemik ... 13
2.4 Batasan Idgam ... 15
2.4.1 Syarat- Syarat Idgam ... 15
2.4.2 Jenis Idgam ... 17
2.4.2.1 Idgam Mutamasilain ... 17
2.4.2.2 Idgam Mutaqaribain... 19
2.4.3 Perubahan Bunyi yang disebabkan Idgam... 20
2.5 Klasifikasi Bunyi Konsonan ... 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil penelitian ... 23
3.2 Pembahasan ... 23
3.2.1 Penghilangan Bunyi ... 23
3.2.1.1 Penghilangan Bunyi dalam Satu Kata ... 23
3.2.1.2 Penghilangan Bunyi dalam Dua Kata ... 35
3.2.2 Perpindahan Tempat ... 37
3.2.3 Asimilasi Sempurna ... 53
3.2.4 Penghilangan Bunyi dan Asimilasi ... 57
BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan ... 66
4.2Saran ... 69
ABSTRAK
Ratu Bulan, 2013. Analisis
ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ
/idgam/ dalam bahasa Arab. Medan: Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya USU.Terdapat beberapa bentuk kata di dalam bahasa Arab yang dalam penulisannya tidak terdapat dalam pola morfologi bahasa Arab. Kata-kata ini telah dimasukan proses idgam sehingga kata-kata itu berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan proses idgam dalam bahasa Arab yang banyak terdapat di setiap pola-pola kata tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku Ibrahim Syamsani dalam buku durusu ilmu sarf. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang memaparkan hasil penelitian dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan al-quran dan buku sebagai data primer.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua jenis idgam yaitu idgam mutamasilain dan
idgam mutaqaribain dan memiliki beberapa proses idgam diantaranya penghilangan bunyi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan media komunikasi dan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam bersosialisasi antar individu maupun masyarakat. Komunikasi baru dapat dipahami jika bahasa yang digunakan saling dimengerti, baik dari pihak pembicara maupun lawan bicara. Para ahli mendefinisikan bahasa bermacam-macam antara lain :
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf 1984 :16).
Menurut al-Ghulayayni (2005 :4 ).
ﻢﻫﺪﺻﺎﻘﻣ ﻦﻋ ﻡﻮﻗ ﻞﻛ ﺎﻬﺑ ﺮﺒﻌﻳ ﻅﺎﻔﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ
/al-lugatu alfāẓun yu’abbiru bihā kullu qaumin ‘an maqāṣidihim/ ‘Bahasa adalah ujaran-ujaran yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat untuk menyampaikan maksud mereka’.
Ujaran-ujaran yang digunakan oleh setiap kelompok dapat berupa kata, frasa, kalimat, klausa atau wacana. Dalam bahasa Arab (BA) kategori kata dapat digolongkan kepada tiga kategori sebagaimana yang dikatakan Ghulayayni (2005: 9):
ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ
:
ﺩﺮﻔﻣ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻆﻔﻟ
.
ﻡﺎﺴﻗﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻲﻫ ﻭ
:
ﻢﺳﺍ
,
ﻞﻌﻓ ﻭ
,
ﻑﺮﺣ ﻭ
/al-kalimatu : lafẓun yadullu ‘alā ma’nā mufradin. Wa hiya ṡalāṡatu aqsāmin:
ismun,wa fi’lun, wa harf/ ‘Kata ialah pengucapan yang menunjukkan arti tersendiri.
Kata itu terbagi dalam tiga bagian yaitu ism (nomina), dan fi’il (verba), dan harf (konjungsi)’.
Dan Dayyab (1997: 13) juga mengatakan:
ﻉﺍﻮﻧﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻲﻓ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﺮﺼﺤﻨﺗ ﻭ
:
ﻞﻌﻓ
,
ﻢﺳﺍ ﻭ
,
ﻑﺮﺣ ﻭ
/wa tanḥaṣiru l-kalimāti fi ṡalāṣati anwā’in: fi’lun, wa ismun, wa ḥarfun/. ‘kata itu hanya ada tiga macam : verba, nomina, dan konjungsi’,
ﻥﺎﺘﻟﺎﺣ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻠﻟ
:
ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻥﻮﻜﺘﻟ ﺓﺩﺮﻔﻣ ﻲﻫ ﻭ ﺎﻬﻨﻋ ﺚﺤﺒﻟﺎﻓ ﺐﻴﻛﺮﺗ ﺔﻟﺎﺣ ﻭ ﺩﺍﺮﻓﺇ ﺔﻟﺎﺣ
ﻑﺮﺼﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻉﻮﺿﻮﻣ ﻦﻣ ﻮﻫ ﺔﺻﺎﺧ ﺔﺌﻴﻫ ﻭ ﺹﺎﺧ
/lil kalimāti al-‘Arabiyyati ḥālatāni : ḥālatun ifrādun wa ḥālatun tarkībun fal baḥṡu ‘anha wa hiya mufradatun litakūnu ‘alā wazni khāṣṣin wa hay’atin khassatin huwa min mawḍū’in ‘ilmi al-ṣarfi /. ‘Dalam morfologi ada dua hal yang dikaji yaitu: kata yang berdiri sendiri dan kata yang tersusun dalam kalimat yang mempunyai pola dan bentuk yang khusus. Dan pembahasan ini terdapat dalam ilmu sarf’.
Keadaan kata yang berdiri sendiri serta ketika kata itu dalam kalimat, kedua hal ini mempunyai pola dan bentuk tersendiri. Sebagaimana yang diterangkan Ghulayayni (2005: 8) sebagai berikut :
ءﺎﻨﺑﻻﻭ ﺏﺍﺮﻋﺎﺑ ﺖﺴﻴﻟ ﻰﺘﻟﺍ ﺎﻬﻟﺍﻮﺣﺍ ﻭ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻎﻴﺻ ﺎﻬﺑ ﻑﺮﻌﺗ ﻝﻮﺻﺎﺑ ﻢﻠﻋ ﻑﺮﺼﻟﺍ ﺎﻓ
/fa al-ṣarfu ‘ilmun bi uṣữlin ta’rifu bihā ṣiyagu al-kalimāti al-‘Arabiyyati wa ahwā luhā al-latī laisat bi i’rābin wa lā binā’in/ ‘morfologi merupakan ilmu yang membahas tentang pembentukan kata-kata BA dan hal-hal yang berkenaan dengan perubahan kata tersebut, bukan membahas satu kata dalam kalimat dan bukan membahas bunyi-bunyi vokal di akhir kata dalam satu kalimat’.
Menurut Ramlan dalam Mu’in (2004: 87) morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun semantik.
Pembentukan kata dalam BA menurut Ghulayaini (2005: 8) dapat dikaji dalam beberapa proses seperti berikut :
ﻢﻠﻜﻟﺍ ﻎﻴﺻ ﻂﺒﺿ ﻲﻓ ﻝﻮﻌﻤﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻥﻻ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﻢﻫﺍ ﻦﻣ ﻑﺮﺼﻟﺍﻭ
,
ﻭ ﺎﻫﺮﻴﻐﺼﺗ ﺔﻓﺮﻌﻣ ﻭ
ﻦﻣ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻯﺮﺘﻌﻳ ﺎﻣﻭ ﻪﺘﻓﺮﻌﻣ ﻭ ﺓﺫﺎﺸﻟﺍ ﻭ ﺔﻴﻋﺎﻤﺴﻟﺍﻭ ﺔﻴﺳﺎﻴﻘﻟﺍ ﻉﻮﻤﺠﻟﺎﺑ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻭ ﺎﻬﻴﻟﺍ ﺔﺒﺴﻨﻟﺍ
ﻝﻼﻋﺍ
,
ﻡﺎﻏﺩﺍ ﻭﺍ
,
ﻝﺍﺪﺑﺍ ﻭﺍ
.
/wa al-ṣarfu min ahammi al-‘ulumi al-‘Arabiyyati li`anna ‘alaihi al-mu’awwalu fi
ḍabṭi ṣiyagi al-kalami, wa ma’rifatun taṣgīruhā wa an-nisbatu ilaihā wa al-ilmu bi al-jumu’i al-qiyāsiyati wa al-simā’iyati wa al-syāzati wa ma’rifatuhu wa ma ya’tari
al-kalimatu min i’lāli, aw idgāmi, aw ibdāli./ ‘Morfologi adalah bagian ilmu BA
yang penting karena morfologi membahas tentang pembentukan kata secara tepat dan mengenalkan tentang pola kata yang membawa makna menjadi kecil ( ﺮﺤﺑ /baḥrun/ ‘laut’ ﺮﻴﺤﺑ /buḥairun/ ‘danau’) dan pola pembentukan kata yang membawa makna penggolongan atau pengelompokan ( ( ﺮﺼﻣ /misra/ ‘Mesir’
Salah satu bentuk perubahan kata yang akan peneliti bahas dalam morfologi BA seperti yang dikatakan Ghulayaini adalah idgam. Idgam menurut Ghulayaini (2005: 252) dan George Mitri (1996: 6) :
ﻡﺎﻏﺩِﻻﺍ
:
ﻪﺴﻨﺟ ﻦﻣ ﺮﺧﺍ ﻑﺮﺣ ﻲﻓ ﻑﺮﺣ ﻝﺎﺧﺩِﺍ
,
ﺩﺪﺸﻣ ﺍﺪﺣﺍﻭ ﺎﻓﺮﺣ ﻥﺍﺮﻴﺼﻳ ﺚﻴﺤﺑ
.
ﻢﻜﺣ ﻭ
ﻦﻴﻓﺮﺤﻟﺍ
,
ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻞﺻﺎﻓ ﻼﺑ ﺎﻛﺮﺤﺘﻣ ﻲﻧﺎﺜﻟﺍﻭ ﺎﻨﻛﺎﺳ ﺎﻤﻬﻟﻭﺍ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻲﻓ
/al-idgāmu : idkhālu ḥarfin fi ḥarfin akhar min jinsihi, bi ḥay ṡu yaṣīrāni ḥarfan wāḥidan musyaddidan. Wa ḥukmu al-ḥarfaini, fi l-idgāmi an yakūna awwaluhumā sākinan wa tsāni mutaḥarrikan bilā fāṣilin bainahumā/. ‘al-idgām adalah masuknya satu huruf kepada huruf lain yang sejenis, lalu menjadi satu huruf yang memakai
tasydid. Kaedah bagi kedua huruf yang sejenis itu adalah huruf yang pertama sukun
dan huruf yang kedua berharkat tanpa ada pemisah di antara kedua huruf tersebut.
Dari pendapat kedua tokoh tersebut diperoleh batasan bahwa idgam adalah penggabungan dua huruf yang memiliki kesamaan menjadi sebuah huruf yang diberi tanda
tasydid. Tasydid (
) merupakan tanda penekanan dua bunyi pada satu huruf yang terletak diatas huruf. George Mitri (1996: 5) mengatakan :
ﺤﻟﺍ ّﻥﺍ ﻰﻠﻋ ّﻝﺪﻳ ﻮﻫ ّﺪﺸﻟﺍ
ﻡّﺪﻗ ﻑﺮﺤﻟﺍ ﻕﻮﻓ ﻦﻣ ﻢﺳﺮﻳ ﻭ ﻥﺎﻓﺮﺣ ﻑﺮ
–
ﻡﺩْﺪﻗ
/asy-syaddu huwa yadullu ‘alā anna l-harfa harfāni wa yursamu min fauqa l-harfi,
qaddama – qad-dama/. ‘tasydid adalah lambang yang menjelaskan bahwa sebuah huruf itu
merupakan dua huruf yang sama sehingga dalam penulisannya sebuah huruf itu diberi tanda tasydid (
) di atasnya, sepertiَﻡ
َﻗ ﱠﺪ
bentuk awal dariَﻡ
َﺩْﺪ
َﻗ
’.Idgam juga terdapat dalam dua huruf yang makhrajnya berdekatan sebagaimana yang
dijelaskan al-Ghulayaini (2005:252) sebagai berikut:
ﺝﺮﺨﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻤﻟﺍ ﻦﻴﻓﺮﺤﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﻮﻜﻳ ﻡﺎﻏﺩﻹﺍﻭ
,
ﻦﻴﺴﻧﺎﺠﺘﻤﻟﺍ ﻦﻴﻓﺮﺤﻟﺍ ﻰﻓ ﻥﻮﻜﻳ ﺎﻤﻛ
.
ﻚﻟﺍﺫﻭ
ﺮﺧﻵﺍ ﺲﻧﺎﺠﻴﻟ ﻝﻭﻷﺍ ﻝﺍﺪﺑﺈﺑ ﺓﺭﺎﺗ ﻥﻮﻜﻳ
/wal-idgāmu yakūnu fil ḥ arfaini al-mutaqāribaini fil makhraj kamā yakūnu
filḥarfaini al-mutajānisaini. Wa żālika yakūnu tāratan bi ibdāli al-awwali liyujānisa
al-akhar/. ‘Dan idgam terjadi pada 2 huruf yang berdekatan pada makhrajnya ,
sebagaimana yang terjadi pada dua huruf yang sejenis, kadangkala terjadi pergantian huruf awal untuk menjadikan huruf lainnya sejenis’.
Seperti contohnya:
ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻰﺤﻤﻧﺍ ﻪﻠﺻﺍ ﻭ ﻰﺤّﻣﺈﻛ
"
ﻞﻌﻔﻧﺍ
"
ﻝﻭﻷﺍ ﺲﻧﺎﺠﻴﻟ ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻝﺍﺪﺑﺈﺑ ﺓﺭﺎﺗ ﻥﻮﻜﻳ ﻭ
:
ﻙ
ﻰﻋّﺩﺍ
ﻭ
ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻰﻌﺗﺩﺍ ﻪﻠﺻﺍ
"
ﻞﻌﺘﻓﺍ
"
/ka “immaḥa:” wa aṣluhu inmaha: ‘al ā wazni “infa’ala” wa yakūnu tāratan bi
ibdāli al-tsāni: liyujānisa al-awwali : ka “idda’a wa aṣluhu idta’a: ‘ala wazni
George mitri (1996: 6) mengatakan :
ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﺎﻤﻬﻧﺍ ﻮﻟ ﺎﻤﻛ ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻥﺎﻛ ﺍﺫﺍ ﺎﻤﻬﻟﻭﺍ ﻦﻛﺎﺴﻟﺍ ﻦﻳﺭﻮﺘﺠﺘﻤﻟﺍ ﻦﻴﻠﺜﻤﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺐﺠﻳ
/yajibu l-`idgāmu l-miṡlaini l-mutajāwiraini s-sākini awwaluhumā iżā kānā fī kalimataini kamā lau annahumā fi kalimatin wāḥidatin/ . ‘bila ada dua huruf serupa yang berdampingan diantara dua kata dan huruf awal idgamnya sukun, maka harus di idgamkan seperti berada dalam satu kata’.
Menurut Sibawaihi dalam Kholisin (2005: 182) istilah idgam ini disebut dengan
ﺮﺛﺄﺗ
ﺪﻌﺒﺑ ﺎﻫﺪﻌﺑ ﺓﺭﻭﺎﺠﺘﻤﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻻﺍ
/ta`aṡurul-aṣwātil-mutajāwirati ba’daha biba’din/ ‘proses saling mempengaruhi antara satu bunyi dengan bunyi lainnya yang berdampingan’. Batasan idgam yang diberikan oleh Sibawaihi ini sama pengertiannya dengan asimilasi sebagaimana yang dikatakan oleh Kridalaksana (1993: 20) asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya. Dengan demikian idgam berkaitan erat dengan asimilasi.Chaer (2007: 132) dalam bukunya mengatakan ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Dalam beberapa kasus lain, pada bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem lain. Muslich (2008: 105) mengungkapkan gejala asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama. Misalnya : (1) /al- salam/ /assalam/ / asalam/ (2) /Inmoral/ /immoral/ /immoral/.
Dari batasan idgam dan asimilasi di atas ada dua bidang tata bahasa yang saling berhubungan. Kedua hal ini dapat dikaji dari bidang morfologi dan fonologi yang disebut dengan morfonologi. Sebagaimana yang dikatakan Kridalaksana (2007: 183) Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.
Dressler (1985) dalam Kholisin (2005: 180) morfonologi adalah studi tentang struktur fonemis morfem yang berkaitan dengan perubahan fonem sebagai struktur morfem. Menurut Trubetskoy dalam Kholisin (2005: 180)mengatakan, morfonologi merupakan salah satu disiplin linguistik yang berbeda dari fonologi maupun morfologi. Morfonologi berkaitan dengan penggunaan perbedaan fonologis yang bersifat morfemis.
Dressler (1985) dalam kholisin (2005: 180) mengatakan bahwa morfofonemik mempunyai tiga bidang kajian, yaitu (1) Mengkaji struktur fonologi morfem (the study of the
intramorfemik atau aturan struktur morfem, (2) Mengkaji modifikasi fonis yang bersifat kombinatoris (the study of the combinatory phonic modifications which morphemes undergo
morpheme combinations). Dalam hal ini morfofonemik dilihat dari sudut morfologi. Artinya,
modifikasi morfofonemis merupakan penyimpangan dari aturan morfologi yang sebenarnya, (3) Mengkaji berbagai alternasi untuk menangani masalah fungsi morfologis (the study of the
alternation series which serve morphological function). Di sini morfofonemik dilihat dari
sudut fonologi. Misalnya, perubahan realisasi fonem /c/ dari bunyi velar [k] menjadi [s] seperti dalam electric [k] electri [s]-ity, critic [k] criti [s] ize.
Salah satu contoh yang peneliti lihat sebagai kata yang dapat dikaji dalam morfofonemik ini adalah sebagaimana berikut :
ﺓﺪﺌﻓﻻﺍ ﻰﻠﻋ ﻊﻠّﻄﺗ ﻲﺘﻟﺍ
/allatī taṭṭali’u ‘alā l-af`idati/ ‘yang membakar sampai ke hati’Kata
ﻊﻠّﻄﺗ
ini merupakan bentuk kata kerja akan datang yang bentuk asalnyaﻊﻠﻁ
/ṭala’a/ [ala÷a] dalam polaﻞﻌﻓ
/fa’ala/ . Bentuk ini berubah ke dalam polaﻞﻌﺘﻓﺍ
/ifta’ala/. Pola ini dari bentuk tersebut mengalami afiksasi yaitu dengan bertambahnya konsonan stop glottal tak bersuaraء
[/] di awal kata dan konsonan stop dental tak bersuaraﺕ
[t] di tengah kata tersebut, sehingga kata tersebut berubah menjadiﻊﻠﺘﻁﺍ
/iṭtala’a/ [/itala÷a]dalam bentuk ini konsonan stop dental velarisasi tidak bersuaraﻁ
[] berdekatan dengan konsonan stop dental tak bersuaraﺕ
[t]. Dalam hal ini terjadi proses idgam, sehingga bunyi konsonan stop dental velarisasi tidak bersuaraﻁ
[] dan konsonan stop dental tidak bersuaraﺕ
[t] berasimilasi. Dengan demikian konsonan yang berdekatan ini saling berpengaruh sehingga bunyiﻊﻠﺘﻁ
ﺍ /`iṭtala’a/ [/itala÷a] menjadiﻊﻠّﻁﺍ
/iṭṭala’a/ [/iala÷a]dikarenakan kedua konsonan ini mempunyai titik artikulasi yang sama yaitu dental, maka ketika kedua konsonan ini berdekatan terjadi asimilasi yang mengakibatkan penghilangan bunyi konsonan stop dental tidak bersuara
ﺕ
[t] menjadiﻊﻠّﻁﺍ
/iṭṭala’a/ [/iala÷a] . jenis idgam yang seperti ini disebut dengan idgam mutaqaribain yaitu idgam yang berdekatan makhraj atau titik artikulasinya.Hal yang lain juga dapat dilihat seperti perubahan diantara dua morfem dalam kata
ﺕﺪﺟﻭ
/wajad tu/ ‘saya telah menemukan’. Morfemﺪﺟﻭ
/wajada/ verba yang dirangkaikanmembedakan kedua bunyi itu adalah
ﺩ
[d] konsonan tidak bersuara danﺕ
[t] konsonan bersuara. Dengan demikian bunyi konsonanﺩ
[d] berasimilasi dengan konsonanُﺕ
[tu] sehingga diucapkan menjadi [wajattu] [wa∆at tu] tetapi ini hanya dalam segi fonetik tidak dalam morfologi.Dari kedua contoh di atas maka peneliti ingin memfokuskan penelitian tentang idgam yang dilihat dari sudut morfologi dan fonologi yang disebut dengan morfofonemik. Penelitian ini belum pernah dibahas oleh mahasiswa Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang, agar penelitian tidak menyimpang dari pokok bahasan yang dikehendaki maka penulis membuat batasan masalah yang meliputi:
1. Apa saja jenis idgam yang ada dalam BA dilihat dari sudut morfofonemik? 2. Bagaimana proses terjadinya idgam berdasarkan morfofonemik?
1.3
Tujuan
PenelitianSecara khusus penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui jenis idgam dalam BA yang dilihat dari morfofonemik. 2. Untuk mengetahui proses terjadinya idgam berdasarkan morfofonemik.
1.4
Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai, sehingga dengan adanya tujuan tersebut dapat dipetik sebuah manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang bahasa Arab khususnya tentang idgām dilihat dari sudut morfofonemik.
2. Untuk dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya
1.5Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang mengambil data primer dan sekunder dari bahan kepustakaan. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang akan peneliti jadikan sebagai bahan kajian yaitu berupa data representatif atau data apa adanya. Sumber data ini diambil dari (1). Al-Quran Cetakan Departemen Agama Republik Indonesia, terbitan CV. Gema Risalah Brebes, Bandung 1994. (2) kamus arab- Indonesia, Prof. DR. H. mahmud yunus, cetakan ke-8, penerbit mahmud
yunus wadzurriyah, jakarta 1990. (3). Teks buku bahasa Arab, bulugul marram, hafiz bin
hajar ‘asqalani, darul ahya`i l-kutubi l-‘arabiyyati, sedangkan data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, makalah yang erat kaitannya dengan masalah yang peneliti kaji yang dapat dijadikan sebagai pendukung keberhasilan penelitian ini.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Surakhmad, 1980: 34)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Penelitian tentang idgam telah dikaji sebelumnya oleh Abdu Sio Pulungan (2000) dengan judul “Analisis Idgam Pada Ilmu Sharfi dan Tajwid dalam Tinjauan Ilmu Ashwat (fonologi)” yang membahas al-idgam dalam ilmu sharfi dan menjelaskan secara umum tentang wajib tidaknya penggabungan antara dua huruf yang memiliki kesamaan ataupun kedekatan makhraj (artikulasi) pada fi’l (verba) dan ism (nomina) atau rangkaian kata dalam tiga bentuk idgam. Idgam dalam ilmu tajwid mengkaji tentang wajibnya penggabungan dua huruf yang sama atau hampir sama makhrajnya dan antara ﻥ/n/ sukun atau tanwin dengan salah satu huruf yang enam, yakni
ﻱ
/y/,ﻭ
/w/,
ﻡ
/m/,ﻥ
/n/,ﻝ
/l/, danﺭ
/r/. Pengaruh idgam terhadap bentuk kata diuraikan dalam tiga bentuk keadaan al-idgam. Idgam terjadi melalui tahapan-tahapan berikut: (a.) Bila huruf awal idgam sukun, maka kedua huruf yang sama itu dapat langsung diidgamkan tanpa proses pelenyapan atau pemindahan harkat. (b.) Bila huruf awal idgam yang sukun memiliki makraj yang berdekatan dengan huruf di depannya, maka dapat diidgamkan setelah pergantian huruf. (c.) bila ada dua huruf sejenis sama-sama berharakat, maka mesti digabungkan setelah melalui proses pelenyapan atau pemindahan harakat huruf awal idgam. Fungsi idgam dari disiplin ilmu yang berbeda ini terutama sekali ditujukan untuk memudahkan pengucapan yang diakibatkan penggabungan huruf atau bunyi huruf dalam kata atau di antara rangkaian kata bahasa Arab sehingga indah didengar dan tidak kaku. Berdasarkan sebab terjadi idgam ialah (1) huruf yang sama, (2) pada makhraj yang berdekatan, (3) pada /n/ sukun dan tanwin dan (4) al- syamsiyah. Kemudian, pengaruhidgam terhadap tajwid dalam tinjauan ilmu ashwat (fonologi), Pulungan (2000: 64).
2.2 pengertian Morfologi dan Fonologi 2.2.1 Morfologi
Betty (2009: 33) menyimpulkan bahwa morfem adalah bentuk bahasa terkecil berupa kata maupun imbuhan. Kata dan imbuhan tersebut dapat membentuk suatu kalimat, yang mana kalimat terdiri atas gabungan antara beberapa morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat.
Chaer (2007: 151) mengatakan yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Bagian linguistik yang mempelajari morfem adalah morfofogi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta fungsi perubahan bentuk kata itu. Baik fungsi gramatik maupun fungsi semanti (Ramlan, 2001: 191).
Perubahan bentuk kata dalam bahasa Indonesia dikenal dengan proses morfologis yang meliput i proses afiksasi. Verhaar (2008: 107) diantara proses-proses morfemis, yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks. Afiks ada empat macam:
Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut “prefiksasi” Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut “sufiksasi”
Infiks, yang diimbuhkan dengana penyisipan di dalam dasar itu dalam proses yang namanya “infiksasi”.
Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanan dasar dalam proses yang dinamai “konfiksasi”, “simulfiksasi”, “ambifiksasi”, atau “sirkumfiksasi”.
Proses afiksasi dalam bahasa Arab terdapat dalam beberapa pola kata kerja, yaitu pola yang mengalami penambahan satu, dua, dan tiga bunyi konsonan ataupun vokal. Dalam penelitian ini, yang dibahas adalah pola kata kerja yang mengalami penambahan dua huruf. Menurut Munawwir (1997: 253) pola
َﻞَﻌَﻔْﻧِﺇ
/`infa’ala/ danَﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ
/`ifta’ala/ adalah bentuk kata yang dapat merubah huruf yang sejenis dan berurutan, sedangkan menurut Ar-Rodi dalam Asy-syamsani (2007: 104) mengatakan beberapa pola yang mengalami penambahan huruf yang dapat merubah huruf yang berdekatan terdapat dalam pola seperti,
ﻞﻌﻔﻧﺍ
,
ﻞّﻌﻔﺗ ﻭ
,
ﻞﻌﺘﻓﺍ
ﻞﻋﺎﻔﺗ ﻭ
,
2.2.2 Fonologi
Penambahan bunyi yang dapat merubah bunyi yang sejenis dan berurutan dapat dilihat dari jenis bunyi tersebut yang berhubungan dengan fonetiknya. Betty (2009: 30) menjelaskan bahwasannya bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bermakna sehingga dikatakan bunyi bahasa. Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan segala proses terjadinya disebut fonetik. Di dalam fonetik dibicarakan bunyi –bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang sama atau bunyi-bunyi yang homorgan. Misalnya bunyi /p/, /b/, /m/ adalah bunyi bilabial, bunyi /t/, /d/, /n/ adalah bunyi apikodental, bunyi /k/, /g/, dan /ng/ adalah bunyi velar dan lain sebagainya
Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut: Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30), sedangkan Chaer, (2007: 102) menyatakan bahwa Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa itu lazim disebut dengan fonologi (Chaer, 2007: 102).
Dalam proses percakapan atau pengujaran yang wajar, sering terjadi saling pengaruh antara satu bunyi dan bunyi lain yang berdampingan. Dalam hal ini, setiap bunyi bahasa mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mengakibatkannya mudah terpengaruh oleh (atau mempengaruhi) bunyi lainnya. Proses saling mempengaruhi antarbunyi itu dalam kajian fonologis disebut asimilasi. Menurut Laver dalam Kholisin (2005: 181) proses saling pengaruh antarbunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dngan bunyi yang mmpengaruhi, dan pengaruh itu dapat terjadi antarsegmen dalam suatu kata atau antarkomponen dalam kata majemuk.
Kholisin (2005: 181) proses asimilasi itu terjadi akibat adanya kesamaan atau kemiripan alam beberapa ciri antara bunyi yang mempengaruhi dan bunyi lain yang dipengaruhi. Kesamaan itu mungkin terletak pada cara artikulasi, darah artikulasi, sifat bunyi, atau ciri-ciri fonetis lainnya.
Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1984:37).
1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.
a. Asimilasi progresif
Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: colnis (latin kuno) → collis (latin)
peN- + sabar → penyabar
meN- + pugar → memugar
b. Asimilasi regresif
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: in- + possible → impossible
en- + power → empower
peN- + bela → pembela
meN- + dengar → mendengar
2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
a. Asimilasi Total
Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.
Contohnya:
Proses Asimilasi Hasil Asimilasi Dalam Bahasa
Indonesia ad + salam (Arab)
in + moral (Ingg.)
ad + similatino (Lat)
meN- + periksa (Ind)
Assalam
Immoral
assimilasi
memeriksa
Asalam
imoral
asimilasi
memeriksa
b. Asimilasi Parsial
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya: in- + possible → impossible
meN- + bawa → membawa
en + bitter → embitter
peN- + dengar → pendengar
2.3 Morfofonemik
Samsuri (1980: 201) mengatakan: apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, adakalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang bersinggungan. Studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya disebut morfofonemik.
Ramlan (1987:83) menyatakan bahwa morfofonemik memperlajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem. Arifin (2007:8), morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi (Chaer, 2007:194).
Dalam bahasa Arab asimilasi merupakan salah satu proses morfofonemis. Proses morfofonemis selain asimilasi antara lain adalah ibdal, qalab, tashil, waqaf, dan idgam.
Husain (1983:124) menjelaskan:
ﺕﺎﻤﻴﻧﻮﻔﻟﺍ ﻊﺑﺎﺘﺗ ﻦﻋ ﺔﺠﺗﺎﻨﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻴﻐﺘﻟﺍ
/attagyīrātu nātijatu ‘an tatābu’il fūnimāti/. ‘Perubahan- perubahan bunyi yang dikarenakan fonem’.
ﺔﻨﻴﻌﻣ ﺔﻴﻓﺮﺻ ﺔﻐﻴﺼﺑ ﻂﺒﺗﺮﻣ ﻱﺍ ﺪﻴﻘﻣ
/`aṡ-ṡānī muqīdun `ay murtabiṭun biṣīgatin ṣarfiyatin mu’ayyinatin/. ‘terikat atau berhubungan dengan gaya morfologi yang disebutkan’
.
Perubahan terikat tersebut dijelaskan Husain (1983: 131) sebagai berikut:
ﻲﻠﻳ ﺎﻣ ﺓﺪﻴﻘﻤﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻴﻐﺘﻟﺍ ﻞﻤﺸﺗ ﻭ
:
1
.
ﻥﻮﻜﺗ ﺎﻣﺪﻨﻋ ﺩﺮﺠﻤﻟﺍ ﻱﻭﺍﻮﻟﺍ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻭﺍﻮﻟﺍ ﻑﺬﺣ
ﺓﺭﻮﺴﻜﻣ ﻪﻨﻴﻋ
.
2
.
ﺒﺷﺍ ﻦﻴﺑ ﻭﺍ ﺖﻣﻮﺼﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻧﺎﻜﻤﻟﺍ ﺐﻠﻘﻟﺍ
ﺖﻣﺍﻮﺼﻟﺍ ﻩﺎ
.
/wa tasymilut tagyīrātul muqīdatu mā yalī: ḥażful wawi fil mudhara’il wawil mujarradi ‘indama takūnu ‘ainuhu maksūratun 2. Al-qalbul makāni baynaṣ ṣawāmiti `aw bayna asybāhuṣ ṣawāmiti/. ‘Dan perubahan bunyi yang terikat mencakup sebagai berikut : 1. penghilangan bunyi waw pada fi’l mudhori’ waw
mujarad ketika terdapat ain fi’l yang bertanda kasrah. 2. Pemindahan tempat
diantara dua bunyi konsonan atau di antara bunyi yang serupa konsonan’.
2.4 Batasan Idgam
Dalam kamus Munawwir (1997: 408) secara etimologi idgam berasal dari kata
ﻢﻏﺩﺍ
/adgama / ‘tertimpa’,
ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ
/al-idgam/ artinya hal yang memasukkan satu huruf ke dalamyang lain. Ibnu Jazri dalam Asy-Syamsani (1997: 93) mengatakan :
ﻝﺎﺧﺩﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ
(
ﻡ
-
ﻍ
-
ﺩ
)
Sibawaihi dalam Asy-Syamsani (1997: 93) menjelaskan idgam sebagai berikut:
"
ﻪﻟﺎﺣ ﻰﻠﻋ ﺮﺧﻻﺍﻭ ﺮﺧﻻﺍ ﻲﻓ ﻝﻭﻻﺍ ﻪﻴﻓ ﻞﺧﺪﻳ ﺎﻤّﻧﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍﻭ
,
ﻝﻭﻻﺍ ﺐﻠﻘﻳ ﻭ
ﻰﺘﺣ ﺮﺧﻻﺍ ﻲﻓ ﻞﺧﺪﻴﻓ
ﺪﺣﺍﻭ ﻉﻮﺿﻮﻣ ﻦﻣ ﺮﺧﻻﺍﻭ ﻮﻫ ﺮﻴﺼﻳ
,
ﺢﻧ
:
ﻚﺘﻛﺮّﺗ ﺪﻗ
/wal `idghāma innamā yudkhalu fīhil-`awwali fīl-akhari wal-`akhari ‘alā ḥālihi, wa
yaqlubul-`awwalu fayudkhalu fīl-`akhiri ḥattā yaṣīra huwa wal -`akharu min mauḍū’in
wāḥidin. naḥwu: /qad taraktuka/ [qat taraktuka]/. ‘Ketika dimasukkan satu huruf ke dalam huruf yang sejenis dengannya, dan dipindahkan huruf pertama maka dimasukkan ke dalam huruf yang lain itu sehingga huruf tersebut menjadi satu bunyi. Seperti: /qad taraktuka/
[qat taraktuka]’.
Hasan (tanpa tahun : 9) menjelaskan apabila dua huruf sejenis yang berdampingan yang terdapat dalam satu kata, sedang yang pertamanya sukun dan yang kedua berharkat, wajib diidgamkan dengan tidak ada syarat apa-apa, seperti
ًﺍﺭْﺮﻓ
/farra‚n/ dengan polaﻼﻌﻓ
/fa’la‚n/diidgamkan bunyi konsonan vibran alveolar bersuara /r/ yang pertama pada bunyi konsonan
vibran alveolar bersuara /r/ yang kedua, lalu menjadi
ًﺍّﺮﻓ
/farra‚n/.2.7.1
Syarat- Syarat Idgam
Asy-Syamsani (1997: 95) menyatakan syarat-syarat idgam sebagai berikut:
ﺔﻴﻟﺎﺘﻟﺍ ﻁﻭﺮﺸﻟﺍ ﺎﻘﻘﺤﻳ ﻰﺘﺣ ﻥﺎﻤﻏﺪﻣ ﺎﻤﻬّﻧﺇ ﻦﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺎﻘﻳ ﻻ
:
/lā yuqālu ‘an aṣṣautayni innahumā mudghamāni ḥatta yuḥaqqiqan al -syurūṭi at
-taliyati/ ‘dua huruf yang sejenis dikatakn idgam jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut’ :
1
ﺎّﻤﺗ ﻼﺛﺎﻤﺗ ﻦﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻞﺛﺎﻤﺗ
,
ﻥﺎﻔﻠﺘﺨﻤﻟﺍ ﻥﺎﺗﻮﺼﻟﺍ ﻡﺎﻏﺪﻳ ﻼﻓ
,
ﺎﻬﻣﺎﻏﺩﺍ ﻞﺒﻗ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻤﻟﺍ ﻞﺛﺎﻤﺗ ﺐﺟﺍ ﻭ
1. /tumāṡilu aṣ-ṣautayni tumāṡilan tammān, falā yudghāmu aṣ-ṣautānil-mukhtalifāni, wājibun tumāṡilal -mutaqaribayni qabla `idghāmuhā/. ‘Menyamakan dua bunyi dengan bunyi yang sempurna, dua bunyi yang berbeda tidak bisa diidgamkan, dan harus menyamakan dua bunyi yang makhrajnya berdekatan sebelum menjadikanya idgam’.
2
ﻦﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻊﺑﺎﺘﺗ
,
ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻊﻨﺘﻣﺍ ﺕﻮﺻ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻝﺎﺣ ﻥﺈﻓ
2. /tutābi’u aṣ-ṣautayni, fa`inna ḥāla baynahumā ṣautun `imtinā’ul `idgami/. ‘dua bunyi konsonan yang sama berurutan, apabila kedua konsonan yang berurutan itu diantaranya itu diantarai oleh satu bunyi konsonan yang lain, maka tidak terjadi idgam.
3. /sukūnul-`awwaalu wa taḥrīkuṡ -ṡānī/. ‘bunyi konsonan yang pertama tidak ada vokal setelahnya, dan bunyi konsonan yang kedua ada bunyi vokal sesudahnya atau dalam urutan (KKV)’.
4
ّﺪﻣ ﻱﺍ ﺔﻠﻳﻮﻁ ﺔﻛﺮﺣ ﻭﺍ ﺓﺮﻴﺼﻗ ﺔﻛﺮﺣ ﺎﻤﻬﻠﺒﻗ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ
4. /`an yakūna qablahumā ḥarkatun qaṣīratun au ḥarkatun ṭawīlatun ai madda/. ‘ada bunyi vokal pendek atau vokal panjang hadir sebelum konsonan yang berurutan tersebut (VKK)’.
5
ﺎﺿﺮﻏ ﻊﻴﻀﻳ ﻭﺍ ﺎﺴﺒﻟ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺙﺪﺤﻳ ﻻﺍ
5. /alā yaḥduṡul -`idghāmu labsan au yaḍī’u gharḍan/. Ketahuilah bahwa tujuan terjadinya idgam adalah untuk menyamarkan atau menghapus sesuatu bunyi vokal atau konsonan dalam suatu kata.
2.7.2 Jenis Idgam
Asy-Syamsani (1997: 98) menjelaskan tentang jenis idgam, yaitu :
2.7.2.1 Idgam mutamasilaini
ﻦﻴﻠﺛﺎﻤﺘﻣ ﻡﺎﻏﺩﺍ
:
ﺪﺣﺍﻭ ﺲﻨﺟ ﻦﻣ ﻦﻴﺗﻮﺻ ﻡﺎﻏﺩﺍ
1
(
ﻡﺎﻜﺣﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻦﻣ ﻉﻮﻨﻟﺍ ﺍﺬﻬﻟ
:
ﺏﻮﺟﻮﻟﺍ
,
ﺯﺍﻮﺠﻟﺍ ﻭ
,
ﻉﺎﻨﺘﻣﻻﺍﻭ
/idgam mutamāṡilaini : idgāmu ṣautaini min jinsin wāḥidin. Lihāża an-nau’i min
al-idgāmi ṡalāṡatu aḥkāmin : al-wujūbu, wal-jawāzu, wal-imtinā’u/. ‘Idgam
mutamasilain ialah idgam yang terdiri dari dua bunyi yang sejenis. Idgam
mutamasilain memiliki tiga kaidah, yaitu wajib, jaiz, dan imtina’. Kaidah yang akan dibahas adalah wajib dan jaiz.
a. Wajib idgam
Asy-syamsani (1997: 98-100) menyatakan ada dua jenis dalam wajib idgam :
1
ﻭ ﻝﻭﻻﺍ ﺕﻮﺼﻟﺍ ﻥﻮﻜﺳ
ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻙﺮﺤﺗ
,
ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻡﺍ ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻚﻟﺫ ﻥﺎﻛﺍ ءﺍﻮﺳ
1. /sukūniṣ ṣautil- `awwali wa taḥrīku aṡṡānī, sawā`un akāna żalika fī kalimatin wāḥidatin am kalimataini, bisyurūṭin hiya/ :’adanya urutan bunyi konsonan yang sama berurutan yaitu urutan /KKV/ dalam satu kata atau dua kata’
2. /Taḥrīkul miṡlaini bisyurūtin hiya/. ’Dua bunyi konsonan yang sama setelahnya ada bunyi vokal yang sama atau dalam urutan /KVKV/ dalam satu kata dengan syarat sebagai berikut’ :
ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ
,
ﻥﺈﻓ
ﺰﺋﺎﺟ ﻮﻬﻓ ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﺎﻧﺎﻛ
.
/An yakūna fī kalimatin wāḥidatin, fa `in kāna fi kalimataini fa huwa jāizun /. ‘jika bentuk ini terjadi dalam dua kata, maka boleh menjadi idgam boleh tidak.’.
ﺐﺟﺍﻮﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻦﻣ ﻉﻮﻨﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻝﺎﺜﻣ ﻭ
:
/Wa miṡālun hażā `an-nau’i minal-`idgāmil wājibi/. ‘Contoh jenis idgam wajib yang seperti ini adalah :
1
(
ﻒﻌﻀﻤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺼﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻭ ﻰﺿﺎﻤﻟﺍ
,
ﻮﺤﻧ
:
ﺪﻗ
ﺩ
–
ﺪﻘﻳ
ﺩ
<
ّﺪﻗ
–
ﱡﺪﻘﻳ
1) /Al-māḍī wal muḍāri’i minal- fi’li ṣaḥiḥil muḍa’afu, naḥwu : qadada – yaqdudu qadda – yaquddu/. ‘Fi’il madhi dan mudari’ dari fi’il sahih muda’af, seperti : qadada –yaqdudu qadda – yaquddu’.
2
(
ءﺎﻨﺑ ﻰﻠﻋ ﻒﻌﻀﻤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺼﻟﺍ ﻦﻣ ﻝﻮﻌﻔﻤﻟﺍ ﻭ ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻢﺳﺍ
"
َﻞَﻌَﺘْﻓﺍ
"
ﻮﺤﻧ
:
ٌﻢِﻤﺘﻬﻣ
ﱞﻢﺘﻬﻣ
2) /`Ismul- fā’ili wal- maf’uli min aṣ -ṣāḥiḥil- muḍa’afu ‘alā binā`i ‘ifta’ala’, naḥwu muḥtamimun muḥtammun/. ‘Isim fi’il dan ism maf’ul dari pola
‘ifta’ala’, seperti muhtamimun – muhtammun pola dasarnya ialah ihtamama-
yahtamimu- ihtimaman -muḥtamimunpada proses ini terjadi penghilangan vokal.
b. Jaiz idgam
1
(
ﻥﺇ
ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻝﺎﺜﻤﻓ ﻩﺮﻴﻏ ﻦﻋ ﺎﺒﻠﻘﻨﻣ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ ﻰﻠﻋ ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻙﺮﺤﺗ ﻭ ﻝﻭﻷﺍ ﻦﻜﺳ
,
ﻮﺤﻧ
:
ﺎﻴْﺋﺭ
-)
ﺎﻔﻴﻔﺨﺗ ﺐﻠﻘﻟﺎﺑ
(
ﺎﻴْﻳﺭ
-)
ﻡﺎﻏﺩﻻﺎﺑ
(
ﺎّﻳﺭ
1. /`in sakanal `awwalu wa taḥ riku `aṡṡānī ‘alā `an yakūna munqaliban ‘an
gairihi famiṡālu` aṡṡāni , naḥwu : ra`ya – qalbi takhfifan) ray ya-
(bil-idgami) rayya/. ‘apabila terdapat dua bunyi konsonan yang berurutan/ berlainan,
2
(
ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻦﻜﺳ ﻭ ﻝﻭﻻﺍ ﻙﺮﺤﺗ ﻥﺇ
.
ﻪﻨﻣ ﺮﻣﻻﺍﻭ ﻡﻭﺰﺠﻤﻟﺍ ﻒﻌﻀﻤﻟﺍ ﻉﺭﺎﻀﻣ ﻚﻟﺫﻭ
,
ﻮﺤﻧ
:
ﻢﻟ
ّﺪﺷ ﻭ ّﺪﺸﻳ
.
2 /`in taḥrikil- `awwali wa sakana aṡṡāni. Wa żalika muḍāri’ul muḍā’afil -
majzumi wal-` amri minhu naḥwu : lam yasyudda wa syaddu/. ‘Apabila dua
konsonan yang sama tanda harkat diawal bunyi konsonan sejenis dan sukun terdapat di bunyi konsonan sejenis selanjutnya yang terdapat pada fi’il
mudhori muda’af majzum dan amr seperti : lam yasyudda wa syaddu’.
3
(
ﺎﺿﺭﺎﻋ ﺎﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺎﻤﻬﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺎﻧﺎﻛ ﻭ ﻥﻼﺜﻤﻟﺍ ﻙﺮﺤﺗ ﻥﺇ
,
ﺎﻬﻨﻣ ﺭﻮﺻ ﺍﺬﻬﻟ ﻭ
:
3./` in taḥrikil- miṡālāni wa kana ijtima’ihima ijtima’an ‘aridan, wa lihaza surun
minha/ : ‘Apabila dua bunyi konsonan sejenis berharakat, maka kedua bunyi itu
disatukan, dan untuk gambarannya adalah sebagai berikut’ :
ﺍ
(
ﻲﺿﺎﻤﻟﺍ ﻝﻭﺃ ﻲﻓ ﻥﺍءﺎﺘﻟﺍ
,
ﻞﺜﻣ
:
َﻊَﺒَﺗﺎَﺗ
<
َﻊَﺑﺎَﺘْﺗ
<
َﻊَﺑﺎﱠﺗِﺍ
.
a. /at-ta`ani fi awwalil- maḍi, misalu : tataba’a t-taba’a `ittaba’a/. ‘Terdapat dua suku kata
َﺕ
/ta/ pada awal fi’il madhi, seperti: /
tataba’a/ /t-taba’a/ /`ittaba’a/’.2
(
ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻞﻌﻓ ﻲﻓ ﻦﻴﺋﺎﺗ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ
"
َﻞَﻌَﺘْﻓِﺍ
"
ﻮﺤﻧ
:
َﻞَﺘَﺘﻘﻳ
<
ُﻞِﺘْﺘَﻘﻳ
<
ُﻞﱢﺘﻘﻳ
.
b. /`an yakuna ta`aini fi fi’lin ‘ala qazni “ifta’ala” nahwu : yaqtatala
yaqt-tilu yaqattilu/. ‘Terdapat dua suku kata
َﺕ
/ta/ pada fi’il yang berada pada timbangan“
َﻞَﻌَﺘْﻓِﺍ
” /Ifta’ala/, seperti :َﻞَﺘَﺘْﻘَﻳ
َﻞﱠﺘَﻘَﻳ
/yaqtatala/ [jaqtatala] /yaqattala/ [jaqattal]’.3
(
ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻥﺎﻴﻘﺘﻠﻳ ﻥﺍ
,
ّﺪﻣ ﻭﺍ ﻙﺮﺤﺘﻣ ﺎﻤﻬﻠﺒﻗ
,
ﻚﻟﺫ ﻝﺎﺜﻣ
:
ْﻲِﻨَﻨﱠﻜﻣ
<
ْﻲِﻨْﻨﱠﻜﻣ
<
ْﻲﱢﻨﱠﻜﻣ
c. /an yaltaqiyani fi kalimataini, qablahuma mutaharrikun aw madda,
misalu zalika : makkanani makkan-nani makkanni/. ‘Bertemunya
dua bunyi konsonan pada dua kata yang pada bunyi konsonan dibelakangnya berharkat, sepertinya : /makkananī/ /makkan nī/ /makkannī.
2.7.2.2 idgam mutaqaribaini
Batasan idgam menurut Rimah (tanpa tahun: 12), adalah :
ﻭ ﺎﺟﺮﺨﻣ ﺏﺮﻘﺗ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻤﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﺍ
ﺔﻔﺻ
/
idgāmu l-mutaqāribaini huwa mā taqrabu makhrajān wa sifatan/. ‘idgammutaqaribain adalah bertemunya dua bunyi konsonan yang memiliki kedekatan
Seperti yang dikatakan Asy-syamsani (1997: 103) idgam yang asli adalah bertemunya dua bunyi konsonan yang sama, tetapi banyak keinginan dalam mempermudah pengucapan dan menjadikannya dalam pemakaian bahasa maka tidak disimpulkan hanya dari idgam mutamasilain saja, tetapi sebagian ialah mutaqaribain dalam artikulasi atau sifat-sifat yang lain. Maka bunyi konsonan awal atau bunyi konsonan kedua itu diganti mengikuti bunyi konsonan kedua atau bunyi konsonan awal, kemudian diidgamkan, kadangkala pula terjadi pergantian fonem konsonan untuk menjadikan huruf keduanya sejenis dan pergantian huruf kedua dengan jenis huruf pertama.
Ar-Rodi dalam Asy-syamsani (2007: 104) mengatakan salah satu pergantian huruf dalam idgam mutaqaribain yang terdapat dalam dua kata seperti
,
ﻞﻌﻔﻧﺍ
ﻭ
,
ﻞّﻌﻔﺗ ﻭ
,
ﻞﻌﺘﻓﺍ
ﻞﻋﺎﻔﺗ
.
ﻭ
(`ifta’ala, wa tafa’’ala, wa infa’ala, wa tafā’ala). dengan contoh sebagai berikut :ﻰﺤﻤﻧﺍ
ﻰﺤّﻣﺍ
(`inmaḥā immaḥā),
ﺩﺮﺘﻁﺍ
ﺩﺮّﻁﺍ
(iʈtarada iʈʈarada),
ﻞﻗﺎﺜﺗ
ﻞﻗﺎّﺛﺍ
(taṡāqala iṡṡāqala)
.
Dalam Hasan (1974: 792) mengatakan :
ﻝﺎﻌﺘﻓﻻﺍ ءﺎﺘﻟﺍ ﻦﻣ ءﺎﻄﻟﺍ ﻝﺍﺪﺑﺍ
:
ﺐﺠﻳ
ﺐﻠﻗ
"
ﻝﺎﻌﺘﻓﻻﺍ ءﺎﺗ
"
ﻪﺗﺎﻘﺘﺸﻣ ﻭ
"
ءﺎﻁ
"
ﻥﺍ ﻁﺮﺸﺑ
ﻕﺎﺒﻁﺍ ﻑﺮﺣﺍ ﻦﻣ ﺎﻫﺅﺎﻓ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ءﺎﺘﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻮﻜﺗ
)
ﺩﺎﺼﻟﺍ ﻲﻫ ﻭ
,
ﺩﺎﻀﻟﺍ ﻭ
,
ءﺎﻄﻟﺍ ﻭ
,
ﻭ
ءﺎﻈﻟﺍ
(
ءﺎﺘﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻩﺪﻌﺑ ﻭ
.
/`ibdālu ṭ-ṭā`i mina t-tāi l-`ifti’āli: yajibu qalbu “tā`i l-ifti’āli” wa musytaqātihi “ṭā`u” bi syarṭin an takūna hażihi t-tā`u fī kalimatin fā`uhā min ahrufin itbāq (wa
hiya, ṣād, ḍād, ṭā, ẓā, ) wa ba’dahu hażihi tā`u/. ‘mengganti bunyi konsonan stop
dental tidak bersuara [t] pada pola ifta’ala dengan bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara [ˇ] dengan syarat konsonan [ˇ] tersebut pada sebuah kata yang fa fi’ilnya dari huruf itbaq (yaitu, ß, Í, ˇ, ¸) yang setelahnya konsonan dental [t].
Contoh :
ﺮﺒﺻ
/ṣabara/ [ȿabara]ﺮﺒﺘﺻﺍ
/iṣtabara/ [iȿtabara] ﺮﺒﻄﺻﺍ
/iṣṭabara/ [iȿʈabara].ﻊﻠﻁ
/ṭala’a/ [ʈala÷a]
ﻊﻠﺘﻁﺍ
/iṭtala’a/[/ʈttala÷a]
ﻊﻠّﻁﺍ
/iṭṭala’a/ [iʈʈala÷a].ﻢﻠﻅ
/ẓalama/ [¸alama]
ﻢﻠﺘﻅﺍ
/iẓtalama/ [i¸talama]
ﻢﻠﻄﻅﺍ
/iẓtalama/[i¸ʈalama]
ﻢﻠ
ّﻅﺍ
/iẓẓalama/ [i¸¸alama].Hasan (1974: 793) menambahkan:
/`ibdālu d-dāli min tā`i l-`ifti’āli: yajibu l-`ibdālu d-dāli min tā`i l-`ifti’āli wa musytaqātihi bi syurṭin `an takūna hażihi t-tā`u fī kalimatin fā`uhā d-dālu, aż -żālu, aw az-zai/. ‘Penggantian bunyi konsonan konsonan stop dental tidak bersuara [t] pada pola ifta’ala dengan bunyi konsonan stop dental bersuara [d] dengan syarat bahwasannya terdapat konsonan stop dental tidak bersuara [t] pada sebuah kata yang fa fi’ilnya terdapat konsonan [d, atau [ż], atau [z]’.
Contoh :
ﻢﻏﺩ
/dagama/ [daɤ
ama] ﻢﻐﺗﺩﺍ
/`idtagama/ [/idtaɤ
ama] ﻢﻏّﺩﺍ
/`iddagama/[/idda
ɤ
ama]ﺮﺧﺫ
/żakhara/ [Daxara] ﺮﺨﺗﺫﺍ
/`iżtakhara/ [/iDtaxara] ﺮﺧﺩﺫﺍ
/`iżdakhara/[/iDdaxara]
ﺮﺧّﺩﺍ
/ `iddakhara/ [/iddaxara].2.7.3 Perubahan Bunyi yang Disebabkan Idgam
Dengan syarat-syarat tersebut maka perubahan bunyi yang disebabkan idgam dikatakan Asy-Syamsani (1997: 96) sebagai berikut :
ﺎﻬﻴﻀﺘﻘﻳ ﺪﻗ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻐﺘﻟﺍ
:
/at-taghyirātuṣ-ṣautiyati allatī qad yaqtaḍīhā/ . ‘perubahan-perubahan bunyi yang menyebabkannya’
1
ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﻑﺬﺣ
1. /ḥażful-ḥarakati/.’ Penghilangan bunyi vokal’. Contoh:
[
ﺩ ﺩ
ﺵ
] [
ﺩ
Ө
ﺩ
ﺵ
] [
ﺩ
ﺩ
ِﺵ
]
ّﺪﺷ
ﺩ ﺪﺷ
Dalam hal ini bunyi vokal [a] yang ada pada konsonan stop dental bersuara ﺩ [d] pada suku kata kedua dihilangkan sehingga bentuk kata berubah menjadi
َﺩْﺪَﺷ
[ßadda]. Pada hal ini bunyi konsonan ganda stop dental bersuara ﺩ [d] menjadi
gugus konsonan [dd] karena salah satu bunyi vokal dihilangkan, diganti menjadi tanda tasydid
ﱠﺪَﺷ
/syadda/.2
ﻲﻧﺎﻜﻤﻟﺍ ﺐﻠﻘﻟﺍ
2. /al-qalbul-makānī/. ‘membalikkan tempat’. Contoh :
ﱠﻞَﻘَﺘْﺳِﺇ
َﻞَﻠْﻘَﺘْﺳِﺇ
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Dari contoh di atas bunyi vokal [a] yang berada setelah konsonan lateral alveolar bersuara [l] dipindahkan ke depan konsonan konsonan lateral alveolar bersuara
ﻝ
[l] sehingga bentuk kata itu berubah menjadiﱠﻞَﻘَﺘْﺳِﺍ
[istaqalla]3
ﻦﻴﺑ ﺔﻣﺎﺘﻟﺍ ﺔﻠﺛﺎﻤﻤﻟﺍ
ﻦﻴﺗﻮﺻ
3. /al-mumāṡalatut-tāmmati baina ṣautaini/. ‘Asimilasi total/ keseluruhan antara dua bunyi konsonan’. Contoh :
ﻰﺤﻤﻧﺍ
/inmaḥā/ dengan bentuk morfem dasarﺎﺤﻣ
/maḥā/. Kata ini mengalami afiksasi yaitu dengan bertambahnya prefiksﻥﺇ
/`in/ menjadiﻰﺤﻤﻧﺍ
/inmaḥā/. Dengan demikian bunyi nasal alveolarﻥ
[n] pada prefiksﻥﺇ
[`in] berasimilasi dengan konsonan nasal bilabial pada morfem dasarﺎﺤﻣ
/maḥā/sehingga kata itu berubah menjadi
ﻰﺤّﻣﺍ
[immaa:]. bunyi nasal alveolar ﻥ [n] mengalami asimilasi menjadi bunyi nasal bilabialﻡ
[m] yang ada didekatnya.4
ﺔﻠﺛﺎﻤﻣ ﻭ ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﻑﺬﺣ
4. /ḥażful-ḥarakati wa mumāṡalatu/. ‘penghilangan bunyi vokal dan penyamaan bunyi konsonan’. Contoh:
/iṡṡāqaltum/
ﻢﺘﻠﻗﺎّﺛﺍ
/itṡāqaltum/ﻢﺘﻠﻗﺎﺜﺗﺍ
/tṡāqaltum/ﻢﺘﻠﻗﺎﺜﺗ
/tāṡāqaltum/ﻢﺘﻠﻗﺎﺜﺗ
.
Bunyi vokal [a] yang berada setelah bunyi konsonan dentalﺕ
[t] pada sukukata pertama
َﺕ
[ta] dihilangkan sehingga bentuk kata menjadiْﻢُﺘﻠﻘَﺜْﺗ
[tPa:qaltum] kemudian pada gugus konsonan stop dental tidak bersuaraﺕ
[t] dan frikatif interdental tidak bersuaraﺙ
[T] ditambah huruf vokal [i] pada awal suku katapertama menjadi
ﻢُﺘْﻠَﻗﺎَﺜْﺗِﺇ
[
itTa:qaltum].2.5 Klasifikasi Bunyi Konsonan
Menurut Badri (1988), klasifikasi konsonan bahasa Arab berdasarkan titik artikulasi, hambatan udara, dan bergetar atau tidaknya pita suara dijelaskan sebagai berikut:
ﺏ
/b/ : stop, bilabial bersuara (waqfiyyah, syafatani, majhur )ﺕ
/ t/ : stop, dental, tidak bersuara ( waqfiyyah, syafatani, mahmus )ﺙ
/T/ : frikatif, inter dental, tidak bersuara ( ihtikaki, bay asnani, mahmus )ﺝ
/∆/ : frikatif, alveo palatal, bersuara ( ihtikaki, lissah gariyyah, majhur )ﺡ
// : frikatif, faringal, tak bersuara (ihtikaki, halqiyah, mahmus)ﺥ
/ξ/ : frikatif, velar, tidak bersuara (ihtikaki, tabaq, mahmus)ﺩ
/d/ : stop, dental, bersuara (waqfiyyah,asnani, majhur )ﺫ
/D/ : Frikatif, I]interdental, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhur )ﺭ
/r/ : vibran, alveolar, bersuara ( tikrariyyah, lissah, majhur )ﺯ
/Z/ : frikatif, alveolar, bersuara (ihtikaki,lissah, majhur )ﺱ
/s/ : frikatif, alveolar, tidak bersuara ( ihtikaki,lissah, mahmus )ﺵ
/S/ : frikatif, alveo palatal, tidak bersuara (ihtikaki, lissah gariyyah, mahmus )ﺹ
/ß/ : frikatif, velarized, tidak bersuara (ihtikaki, mufakhkham, mahmus)ﺽ
/Í/ : stop, dental velarized, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhur )ﻁ
/ˇ/ : stop, dental velarized, tidak bersuara (waqfiyyah, mufakhkham,mahmus )ﻅ
/¸/ : frikatif, velarized, bersuara ( ihtikaki, mufakhkham, majhur )ﻉ
/÷/ : frikatif, faringal, bersuara (ihtikaki,halqiyah, mahmus)ﻍ
/F/ : frikatif, velar, bersuara (ihtikaki, tabaq, mahmus)ﻑ
/f/ : frikatif, labio dental, tidak bersuara (ihtikaki, syafawi asnani,mahmus )ﻕ
/q/ : stop, uvular, tidak bersuara ( waqfiyyah, halqiyyah, mahmus )ﻥ
/n/ : nasal, alveolar, bersuara ( ‘anfiyyah, lissah, majhur )BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1Hasil
Berdasarkan data yang diperoleh dari Al-quran, kamus, dan teks bahasa Arab peneliti menemukan beberapa proses idgam. Adapun proses idgam yang ditemukan adalah:
1. Proses penghilangan bunyi yang tergolong dalam proses penghilangan bunyi dalam satu kata dan penghilangan bunyi dalam dua kata.
2. Pertukaran letak bunyi vokal dan konsonan. 3. Asimilasi total/ keseluruhan.
4. Penghilangan bunyi vokal dan asimilasi.
Dalam pembahasan ini data yang diperoleh dari al-quran diberi kode (QS = Quran Surat), data yang diperoleh dari kamus diberi kode (BAK = Bahasa Arab Kamus), dan data yang diperoleh dari teks bahasa Arab diberi kode (TBBA = Teks Buku Bahasa Arab).
3.2Pembahasan
Adapun bentuk-bentuk idgam yang mengalami proses morfofonemik berdasarkan data yang diperoleh dari al-quran, kamus, dan teks bahasa Arab dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1 Penghilangan Bunyi
Apabila dua buah bunyi konsonan yang sama tersusun dalam susunan suku kata KVKV, maka bunyi vokal yang pertama dihilangkan menjadi KKV. Maka konsonan yang sama itu berurutan, dalam kaidah idgam dua buah konsonan yang sama apabla berurutan dalam suatu kata maka kedua bunyi konsonan tersebut mengalami proses idgam. Penghilangan harakat ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
3.2.1.1Penghilangan Bunyi Dalam Satu Kata
1. Kata
ﱞﺏَﺭ
[rabbun]Pada data (1) di atas, morfem bebas ﱞﺏَﺭ [rabbun] dalam potongan ayat
ْﻢ ِﻬﱢﺑَﺭ
ﻰَﻠَﻋَﻭ
...
/ ...wa ‘alā rabbihim/ (QS: 6: 99). Mempunyai pola suku kata KVKKVK.kaidah idgam apabila dua bunyi konsonan yang sama setelahnya ada bunyi vokal, maka bunyi vokal yang pertama dari kedua konsonan tersebut dibuang. Dengan demikian kata kerja maḍi
َﺐَﺑَﺭ
[rababa] dalam pola suku kata (KVKVKV) maka untuk membentuk kata dasarnya dibuang bunyi vokal yang ada setelah bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] yang pertama. Bentuk kata berubah menjadiَﺐْﺑَﺭ
[rabba] atau (KVKKV). Karena bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] berurutan dalam proses idgam lambang bunyi yang serupa dan berurutan diganti dengan tanda tasydid
yang menandakan bahwa kedua konsonan itumengalami idgam, sehingga bunyi tulisannya menjadi
ﱞﺏَﺭ
[rab:bun]. Dalam kaedah idgam kedua bunyi konsonan yang mengalami idgam akan mengalami pemanjangan bunyi konsonan yang disebut dengan geminasi dalam bentuk fonologi yaitu [rab:bun].2. kata
َﻊَﺒﱠﺗﺇ
[/ittaba÷a]Pada data (2) di atas, morfem
َﻊَﺒﱠﺗِﺇ
[/ittaba÷a] dalam potongan ayatْﻢُﺘْﻌَﺒﱠﺗﺍ
ِﻦِﺌـَﻟ
ﺎًﺒـْﻴـَﻌُﺷ
./ la`init-taba’tum syu’aybān/ (QS. 7: 90) berasal dari morfemُﻊَﺒْﺘَﻳ
–
َﻊِﺒَﺗ
[tabi÷a - jatba÷u], lalu morfem tersebut dimasukkan pola
َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ
[/ifta÷ala] maka morfem [tabia÷a] menjadiَﻊَﺒَﺘْﺗِﺇ
[/it taba÷a]. Dalam data tersebut terlihat adanya dua bunyi konsonan stop dental tidak bersuara [t] yang berurutan. Dalam kaidahidgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan
tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakanbahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk morfem
َﻊَﺒَﺘْﺗِﺇ
3. Kata
ﱠﺚَﺑ
[baTTa]Pada data (3) di atas, morfem bebas
ﱠﺚَﺑ
[baTTa] dalam potongan ayatﺎَﻤُﻬْﻨِﻣ
ﱠﺚَﺑ َﻭ
/
wa baṡṡa minhumā/ (QS 4: 1) berasal dari morfemَﺚَﺜَﺑ
[baTaTa], dengan pola suku kata (KVKVKV), bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua setelah bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] yang pertamaَﺙ
-
َﺙ
-
َﺏ
[ba-Ta-Ta]. Dalam kaidah idgam, bunyi vokal yang hadir setelah bunyi konsonan yang sama seperti dalam data harus dihilangkan, sehingga pola suku kata berubah menjadi (KVKKV) atauَﺙ
-
ْﺙ
-
َﺏ
[baTTa] dan dua bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] menjadi bunyi konsonan berurutan yaitu [TT]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺚ
ْﺜَﺑ
[baTTa] menjadiﱠﺚَﺑ
[baTTa]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut geminasi menjadi [baT:Ta].4. Kata
ُﻪﱠﺟﺎَﺣ
[a:∆∆ahu]Pada data (4) di atas, morfem bebas
ُﻪﱠﺟﺎَﺣ
[a:∆∆ahu] dalam potongan ayatُﻪُﻣْﻮَﻗ
ُﻪﱠﺟﺎَﺣ َﻭ
/wa hājjahu qaumuhu/ (QS 6:80) berasal dari bentuk kata kerja maḍi,mudori’,dan masdar
ﺎﱞﺟﺎَﺣ
-ُﺞِﺟﺎَﺤُﻳ
-َﺞَﺟﺎَﺣ
[a:∆a∆a - jua:∆i∆u