• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 Pembahasan

3.2.2 Perpindahan Tempat

Perpindahan tempat terjadi apabila dua vokal berada setelah dua konsonan yang sama, maka bunyi vokal yang pertama dipindahkan sebelum bunyi konsonan tersebut. Sehingga dua konsonan yang sama itu berurutan dalam satu kata. Bentuk kata seperti ini dapat dilihat seperti data-data yang berikut ini.

1. kata

ﱡﺐِﺤُﻳ

[ju฀ibbu]

Pada data (1) di atas, kata

ﱡﺐِﺤُﻳ

/yuḥibbu/ [ju฀i b bu] dalam potongan ayat

ﱡﺐِﺤُﻳ

ﱠﻞُﻛ

ٍﺭﺎﱠﻔَﻛ

ٍﻢﻴِﺛَﺃ

/lā yuḥibbu kullun kaffārin aṡīm/ (QS 2: 276) merupakan kata kerja

mudori’, yang kata kerja maḍi dan mudori’nya seperti

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

– َﺐَﺒْﺣَﺃ

[/a฀baba - ju฀bibu] dengan pola

ُﻞِﻌْﻔُﻳ

– َﻞَﻌْﻓَﺃ

[/af÷ala - juf÷ilu] jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀bibu]. Dalam morfem

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀bibu] ini ditemukan bunyi vokal hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu stop bilabial bersuara [b]. Agar kedua konsonan stop bilabial itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [i] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop bilabial bersuara [b] sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺐْﺒِﺤُﻳ

[ju฀ibbu] dan dua bunyi konsonan stop bilabial bersuara menjadi konsonan berurutan yaitu [bb]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀b i b u] menjadi

ﱡﺐِﺤُﻳ

[ju฀i b b u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop bilabial sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, menjadi [ju฀ib:bu].

2. Kata

ﱡﺐَﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀abbu]

Pada data (2) di atas, kata

ﺍْﻮﱡﺒ َﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀abbu:] dalam potongan ayat

ﺍﻮﱡﺒَﺤَﺘْﺳﺍ

ِﻥِﺇ

َﺮْﻔُﻜْﻟﺍ

ﻰَﻠَﻋ

morfem bebas

ﱡﺐِﺤَﺘْﺴَﻳ

– ﱠﺐَﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀abba - jasta฀ibbu], dan kata

ﺍ ْﻮﱡﺒ َﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀abbu:] menjadi kata kerja maḍi dalam bentuk jamak muzakar salim. Jika diuraikan maka kata tersbut asal katanya ialah

ُﺐِﺒْﺤَﺘْﺴَﻳ

– َﺐَﺒْﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀abba - jasta฀ibbu] dari pola kata

ُﻞِﻌْﻔَﺘْﺴَﻳ

- َﻞَﻌْﻔَﺘْﺳِﺇ

[/istaf÷ala- jastaf÷ilu]. Untuk membentuk idgam dari dua bunyi konsonan yang sama yaitu konsonan stop bilabial bersuara [b] pada kata َﺐَﺒْﺤَﺒْﺳِﺇ [/ista฀baba], maka bunyi vokal [a] yang berada setelah konsonan bilabial bersuara [b] yang pertama dipindahkan letaknya menjadi setelah konsonan stop bilabial bersuara [b] tersebut sehingga menjadi

َﺐ ْﺒ َﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀abba] dan dua bunyi konsonan stop bilabial bersuara menjadi konsonan berurutan yaitu [bb]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

َﺐَﺒْﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀b a b a] menjadi

ﱠﺐَﺤَﺘْﺳِﺇ

[/ista฀a b b a]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop bilabial sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [/ista฀ab:ba].

3. Kata

ﱡﺖِﺒَﻳ

[jabittu]

Pada data (3) di atas, kata

ﱡﺖِﺒَﻳ

[jabittu] (BAK, 1972: 56) berasal dari morfem bebas

ﱠﺖَﺑ

-

ﱡﺖِﺒَﻳ

[batta - jabittu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺖِﺘْﺒَﻳ- َﺖَﺘَﺑ

[batata -

jabtitu] yang pola katanya ialah

ُﻞِﻌْﻔَﻳ

-

َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ilu]. Pemindahan bunyi vokal [i] pada suku kata kedua terbuka

ُﺕ

-

ِﺕ

-

ْﺐَﻳ

[jab-ti-tu]menjadi suku kata kedua pada suku kata tertutup yaitu

ُﺕ

- ْﺖِﺑ

- َﻱ

[ja-bit-tu]. Dalam morfem [jabittu] ini terjadi urutan bunyi konsonan stop dental tidak bersuara [tt]. Menurut kaedah

idgam, bunyi konsonan yang sama apabila terletak berurutan maka salah satu bunyi

konsonan itu dihilangkan dalam tulisan dan diganti dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, menjadi

ﱡﺖَﺒَﻳ

[jabittu]. Dalam kaedah fonologi, untuk bunyi konsonan yang sama dalam satu kata akan

menghasilkan geminasi atau pemanjangan bunyi konsonan. Dengan demikian kata

ﱡﺖَﺒَﻳ

[jabittu] menjadi [jabit:tu].

4. Kata

ﱡﺚُﺠَﻳ

[ja∆uTTu]

Pada data (4) di atas, kata

ﱡﺚُﺠَﻳ

[ja∆uTTu] (BAK, 1972: 84) berasal dari morfem bebas

ﱡﺚُﺠَﻳ

– ﱠﺚَﺟ

[∆aTTa - ja∆uTTu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺚُﺜْﺠَﻳ

-

َﺚَﺜَﺟ

[∆aTaTa - ja∆TuTu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Pemindahan bunyi vokal [u] pada suku kata kedua terbuka

ُﺙ

- ُﺙ

– ْﺞَﻳ

[ja∆-Tu-Tu] menjadi suku kata tertutup yaitu

ُﺙ

- ْﺚُﺟ

- َﻱ

[ja-∆uT-Tu]. Dalam morfem

ُﺚْﺜُﺠَﻳ

[ja∆uTTu] ini terjadi urutan bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [TT]. Menurut kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, menjadi

ﱡﺚُﺠَﻳ

[ja∆uTTu]. Dalam kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] sejenis yang berurutan akan menghasilkan geminasi atau pemanjangan bunyi konsonan, sehingga menjadi [ja∆uT:Tu].

5. Kata

ﱡﺞُﺤَﻳ

[ja฀u∆∆u]

Pada data (5) di atas, kata

ﱡﺞُﺤَﻳ

[ja฀u∆∆u] (BAK, 1972: 97) berasal dari morfem bebas ﱡﺞُﺤَﻳ– ﱠﺞَﺣ [฀a∆∆a - ja฀u∆∆u], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺞُﺠْﺤَﻳ

-

َﺞَﺠَﺣ

[฀a∆a∆a - ja฀∆u∆u] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu].

Pemindahan bunyi vokal [u] pada suku kata kedua terbuka

ُﺝ- ُﺝ- ْﺢَﻳ

[ja฀-∆u-∆u] menjadi suku kata tertutup yaitu

ُﺝ

- ْﺞُﺣ

- َﻱ

[ja-฀u∆--∆u]. Dalam morfem

ُﺞْﺠُﺤَﻳ

[ja฀u∆∆u] ini terjadi urutan bunyi konsonan frikatif alveopalatal bersuara [∆∆]. Menurut kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, menjadi

ﱡﺞُﺤَﻳ

[ja฀u∆∆u] . Dalam kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif alveopalatal bersuara

[∆] sejenis yang berurutan akan menghasilkan geminasi atau pemanjangan bunyi konsonan, sehingga menjadi [ja฀u∆:∆u].

6. Kata

ﱡﺢَﺒَﻳ

[jabu฀฀u]

Pada data (6) di atas, kata

ﱡﺢُﺒَﻳ

[jabu฀฀u] (BAK, 1972: 57) berasal dari morfem bebas

ﱠﺢَﺑ

-

ﱡﺢُﺒَﻳ

[ba฀฀a - jabu฀฀u], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺢُﺤْﺒَﻳ

-

َﺢَﺤَﺑ

[ba฀a฀a - jab฀u฀u] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

[jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺢُﺤْﺒَﻳ

[jab฀u฀u] ini, ditemukan bunyi vokal yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif faringal tidak bersuara

[฀]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif faringal tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif faringal tidak bersuara [฀] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺢ ْﺤُﺒَﻳ

[jabu฀฀u] dan dua bunyi konsonan frikatif faringal tidak bersuara [฀] menjadi konsonan berurutan [฀฀]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺢ ْﺤُﺒَﻳ

[jabu฀฀u] menjadi

ﱡﺢُﺒَﻳ

[jabu฀฀ u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif faringal tidak bersuara [฀] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jabu฀:฀u].

7. Kata

ﱡﺦُﺒَﻳ

[jabuxxu]

Pada data (7) di atas, kata

ﱡﺦُﺒَﻳ

[jabuxxu] (BAK, 1972: 57) berasal dari morfem bebas

ﱠﺦَﺑ

-

ﱡﺦُﺒَﻳ

[baxxa – jabuxxu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺦُﺨْﺒَﻳ

-

َﺦَﺨَﺑ

[

baxaxa - jabxuxu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺦُﺨْﺒَﻳ

[jabxuxu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif velar tidak bersuara

[x]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif velar tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif velar tidak bersuara [x] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺦْﺨ ُﺒَﻳ

[jabuxxu] dan dua

bunyi konsonan frikatif velar tidak bersuara [x] menjadi konsonan berurutan [xx]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺦُﺨْﺒَﻳ

[jabxuxu] menjadi

ﱡﺦُﺒَﻳ

[jabux:xu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif velar tidak bersuara

[x] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jabux:xu].

8. Kata

ﱡﺪُﻤَﻳ

[jamuddu]

Pada data (8) di atas, kata

ﱡﺪُﻤَﻳ

[jamuddu] dalam potongan ayat

...

ﻲِﻓ

ْﻢُﻫﱡﺪُﻤَﻳَﻭ

ْﻢِﻬِﻧﺎَﻴْﻐُﻁ

... /..wa yamudduhum fī ṭugyānihim.../ (QS, 2:15) berasal dari morfem bebas

ﱠﺪَﻣ

ﱡﺪُﻤَﻳ

[madda – jamuddu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺩُﺪْﻤ َﻳ

- َﺩَﺪَﻣ

[madada - jamdudu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺩُﺪْﻤَﻳ

[jamdudu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu stop dental bersuara

[d]. Agar kedua bunyi konsonan stop dental bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop dental bersuara [d] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺩْﺪُﻤ َﻳ

[jamuddu] dan dua bunyi konsonan stop dental bersuara [d] menjadi konsonan berurutan [dd]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺩُﺪْﻤَﻳ

[jamdudu] menjadi

ﱡﺪُﻤَﻳ

[jamuddu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental bersuara

[d] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jamud:du].

9. Kata

ﱡﺫُﺮَﻳ

[jaruDDu]

Pada data (9) di atas, kata

ﱡﺫُﺮَﻳ

[jaruDDu] (BAK, 1972: 140) berasal dari morfem bebas-

ﱠﺫَﺭ

ﱡﺫُﺮَﻳ

[raDDa – jaruDDu] , jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺫ ُﺫ ْﺮَﻳ

َﺫَﺫَﺭ

- [raDaDa - jarDuDu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺫُﺫْﺮَﻳ

[jarDuDu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif interdental tidak bersuara

[D]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif interdental tidak bersuara [D] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺫْﺫُﺮَﻳ

[jaruDDu] dan dua bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [D] menjadi konsonan berurutan [D]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺫُﺫْﺮَﻳ

[jarDuDu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺫْﺫُﺮَﻳ

[jaruDDu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﺫُﺮَﻳ

[jaruDDu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop velarized bersuara

[D] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jaruD:Du].

10.Kata

ﱞﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqarrun]

Pada data (10) di atas, kata

ﱞﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqarrun] dalam potongan ayat

...

....

ﱞﺮـَﻘـَﺘْﺴُﻣ

ٌﻉﺎَﺘَﻣَﻭ

ﻰَﻟِﺇ

ٍﻦﻴِﺣ

... /..mustaqarrun wamatā’un `ila ḥīnin.../ (QS, 2:36) berasal dari

morfem bebas

ﱞﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ

– ﺍًّﺭﺎﻘِﺘْﺳِﺇ

- ﱡﺮِﻘَﺘْﺴَﻳ

– ﱠﺮَﻘ َﺘْﺳِﺇ

[÷istaqarra – jastaqirru – istiqa:rra:n – mustaqarrun], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ٌﺭَﺮْﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqrarun] yang pola katanya ialah

ٌﻞَﻌْﻔَﺘْﺴُﻣ

[mustaf/alun]. Dalam morfem

ٌﺭَﺮْﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqrarun] ini, ditemukan bunyi vokal [a] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu vibran alveolar bersuara

[r]. Agar kedua bunyi konsonan vibran alveolar bersuara itu

dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [a] dipindahkan letaknya sebelum konsonan vibran alveolar bersuara [r] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ٌﺭْﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqarrun] dan dua bunyi konsonan vibran alveolar bersuara [r] menjadi konsonan berurutan [rr]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ٌﺭَﺮْﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqrarun] setelah harkat dipindahkan menjadi

ٌﺭْﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqarrun] setelah diidgamkan menjadi

ﱞﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ

[mustaqarrun]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan vibran alveolar bersuara

[r] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [mustaqar:run].

11.Kata

ﱡﺮُﻀَﻳ

[jaÍurru]

Pada data (11) di atas, kata

ﱡﺮُﻀَﻳ

[jaÍurru] dalam potongan ayat ...

ْﻢُﻫ ﱡﺮـ ُﻀَﻳ

ﺎَﻣ...

/...mā yaḍurruhum.../ (QS 2: 102) berasal dari morfem bebas

ﱡﺮُﻀَﻳ

-

ﱠﺮَﺿ

[Íarra - jaÍurru], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺭُﺮْﻀَﻳ

-

َﺭَﺮَﺿ

[Íarara - jaÍruru] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺭُﺮْﻀَﻳ

[jaÍruru] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu vibran alveolar bersuara

[r]. Agar kedua bunyi konsonan vibran alveolar bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan vibran alveolar bersuara [r] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺭْﺮُﻀَﻳ

[jaÍurru] dan dua bunyi konsonan vibran alveolar bersuara [r] menjadi konsonan berurutan [rr]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺭُﺮْﻀَﻳ

[jaÍruru] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺭْﺮُﻀَﻳ

[jaÍurru] setelah diidgamkan menjadi

َﻳ

[r] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jaÍur:ru].

12.Kata

ﱡﺰِﻌُﻳ

[ju÷iZZu]

Pada data (12) di atas, kata

ﱡﺰِﻌُﻳ

[ja÷iZZu] dalam potongan ayat

.... ُءﺎَﺸَﺗ

ْﻦَﻣ

ﱡﺰـِﻌُﺗ َﻭ

...

/ wa tu’izzu man tasyā`u .../ (QS 3: 26) berasal dari morfem bebas

ﱡﺰِﻌُﻳ

- ﱠﺰَﻋَﺍ

[/a÷aZZa - ju÷iZZu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺯِﺰْﻌُﻳ

-

َﺯَﺰْﻋَﺍ

[/a÷ZaZa - ju÷ZiZu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ِﻌْﻔُﻳ

-

َﻞَﻌْﻓَﺃ

[/af÷ala - juf÷ilu]. Dalam morfem

ُﺯِﺰْﻌُﺗ

[tu÷ZiZu] ini, ditemukan bunyi vokal [i] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif alveolar bersuara

[Z]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [i] dipinda hkan letaknya sebelum konsonan frikatif alveolar bersuara [Z] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺯ ْﺰ ِﻌُﺗ

[tu÷iZZu] dan dua bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara [Z] menjadi konsonan berurutan [ZZ]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺯِﺰْﻌُﻳ

[ju÷ZiZu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺯْﺰِﻌُﻳ

[ju÷iZZu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﺰِﻌُﻳ

[ju÷iZZu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara

[Z] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi sehingga menjadi, sehingga menjadi [ju/iZ:Zu] .

13.Kata

ﱡﺲ َﻤَﻳ

[jamussu]

Pada data (13) di atas, kata

ﱡﺲ َﻤَﻳ

[jamassu] pada potongan hadis

... ﱡﺲَﻤَﻳ ُﻞُﺟﱠﺮﻟﺍ

/ar- rajulu yamassu..../ (TBBA, tt: 17) berasal dari morfem bebas

ﱡﺲ َﻤَﻳ– ﱠﺲَﻣ

[massa – jamassu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺲ َﺴْﻤَﻳ- َﺲَﺴَﻣ

[masasa - jamsasu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺲَﺴْﻤَﻳ

[jamsasu] ini, ditemukan bunyi vokal [a] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif alveolar tidak bersuara

[s]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif alveolar tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [a] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif alveolar tidak bersuara [s] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺲْﺴَﻤَﻳ

[jamassu] dan dua bunyi konsonan frikatif alveolar tidak bersuara [s] menjadi konsonan berurutan [ss]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

َﺴْﻤَﻳ

ُﺲ

[jamsasu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺲْﺴ ُﻤَﻳ

[jamassu] setelah

diidgamkan menjadi

ﱡﺲ َﻤَﻳ

[jamussu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan

frikatif alveolar tidak bersuara

[s] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jamus:su].

14. Kata

ﱡﺶُﺤَﻳ

[ja฀uSSu]

Pada data (14) di atas, kata

ﱡﺶُﺤَﻳ

[ja฀uSSu] (BAK, 1972

:

103) berasal dari morfem bebas, jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺶُﺸ ْﺤَﻳ

-

َﺶَﺸَﺣ

[฀aSaSa - ja฀SuSu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺶُﺸْﺤَﻳ

[ja฀SuSu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif alveopalatal tidak bersuara

[S]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif alveopalatal tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif alveopalatal tidak bersuara [S] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺶْﺸُﺤَﻳ

[ja฀uSSu] dan dua bunyi konsonan frikatif alveopalatal tidak bersuara [S] menjadi konsonan berurutan [SS]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺶُﺸْﺤَﻳ

[ja฀SuSu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺶْﺸُﺤَﻳ

[ja฀u SSu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﺶُﺤَﻳ

[ja฀uSSu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif alveo palatal tidak bersuara

[S] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehinggga menjadi [ja฀uS:Su].

15.Kata

ﱡﺺَﻘَﻳ

[jaqußßu]

Pada data (15) di atas, kata

ﱡﺺُﻘَﻳ

[jaqußßu] pada potongan ayat ....

ﱠﻖَﺤْﻟﺍ

ﱡﺺُﻘـ َﻳ

... /... yaquṣṣu l-ḥaqqa ../ (QS 6:57) berasal dari morfem bebas

ﱡﺺُﻘَﻳ

- ﱠﺺَﻗ

[qaßßa - jaqußßu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺺُﺼْﻘَﻳ

[jaqßußu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺺُﺼْﻘَﻳ

[jaqßußu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif velarized tidak bersuara

[s]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif velarized tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif velarized tidak bersuara [ß] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺺْﺼُﻘَﻳ

[jaqußßu] dan dua bunyi konsonan frikatif velarized tidak bersuara [ß] menjadi konsonan berurutan [ßß]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺺُﺼْﻘَﻳ

[jaqßußu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺺْﺼُﻘَﻳ

[jaqußßu] setelah

diidgamkan menjadi

ﱡﺺُﻘَﻳ

[jaqußßu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan

frikatif velarized tidak bersuara

[ß] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [jaquß:ßu].

16. Kata

ﱡﺾُﺤَﻳ

[ja฀uÍÍu]

Pada data (16) di atas, kata

ﱡﺾُﺤَﻳ

[ja฀uÍÍu] (BAK, 1972: 104) berasal dari morfem bebas

ﱡﺾُﺨَﻳ

– ﱠﺾَﺣ

[฀aÍÍa - ja฀uÍÍu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺾُﻀْﺤَﻳ

-

َﺾَﻀَﺣ

[฀aÍaÍa - ja฀Í u Í u] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala

- jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﺾُﻀْﺤَﻳ

[ja฀ÍuÍu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu stop dental velarized bersuara

[Í]. Agar kedua bunyi konsonan stop dental velarized bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop dental velarized bersuara [Í] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺾْﻀُﺤَﻳ

[ja฀uÍÍu] dan dua bunyi konsonan stop dental velarized bersuara [Í] menjadi konsonan berurutan [ÍÍ]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺾُﻀ ْﺤَﻳ

[ja฀ÍuÍu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﺾْﻀُﺤَﻳ

[ja฀u Í Í u] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﺾُﺤَﻳ

[ja฀u Í Í u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental velarized bersuara

[Í] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [ja฀uÍ:Íu].

17. Kata

ﱡﻂُﺨَﻳ

[jaxuˇˇu]

Pada data (17) di atas, kata

ﱡﻂُﺨَﻳ

[jaxuˇˇu] (BAK, 1972: 118) berasal dari morfem bebas

ﱡﻂُﺨَﻳ

– ﱠﻂَﺧ

[xaˇˇa - jaxuˇˇ], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻂُﻄ ْﺨَﻳ

َﻂَﻄَﺧ

- [xaˇaˇa - jaxˇuˇu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﻂُﻄْﺨَﻳ

[jaxˇuˇu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ]. Agar kedua bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop

dental velarized tidak bersuara [ˇ] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻂْﻄ ُﺨَﻳ

[jaxuˇˇu] dan dua bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara [ˇ] menjadi konsonan berurutan [ˇˇ]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻂُﻄ ْﺨَﻳ

[jaxˇuˇu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻂْﻄُﺨَﻳ

[jaxuˇˇu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﻂُﺨَﻳ

[jaxuˇˇu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental velarized

tidak bersuara

[ˇ] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [yaxuˇ:ˇu].

18.Kata

ﱡﻆُﺒَﻳ

[jabu¸¸u]

Pada data (18) di atas, kata

ﱡﻆُﺒَﻳ

[jabu¸¸u] (BAK, 1972: 68) berasal dari morfem bebas

ﱡﻆُﺒَﻳ

- ﱠﻆَﺑ

[ba¸¸a - jabu¸¸u], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻆُﻈْﺒَﻳ

َﻆَﻈَﺑ

[ba¸a¸a - jab¸u¸u] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﻆُﻈْﺒَﻳ

[jab¸u¸u] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif velarized bersuara

[¸]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif velarized bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif velarized bersuara [¸] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻆْﻈُﺒَﻳ

[jabu¸¸u] dan dua bunyi konsonan frikatif velarized bersuara [¸] menjadi konsonan berurutan [¸¸]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻆُﻈْﺒَﻳ

[jab¸u¸u] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻆْﻈُﺒَﻳ

[jabu¸¸u] setelah

frikatif velarized bersuara

[¸] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi,maka menjadi [jabu¸:¸u].

19.Kata

ﱡﻊُﻜَﻳ

[jaku÷÷u]

Pada data (19) di atas, kata

ﱡﻊُﻜَﻳ

[jaku÷÷u] (BAK, 1972: 377) berasal dari morfem bebas

ﱡﻊُﻜَﻳ

- ﱠﻊَﻛ

[ka÷÷a - jaku÷÷u], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻊُﻌْﻜَﻳ

َﻊَﻌَﻛ

-[ka÷a÷a - jak÷u÷u] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﻊُﻌْﻜَﻳ

[jak÷u÷u] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu frikatif faringal bersuara

[÷]. Agar kedua bunyi konsonan frikatif faringal bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif faringal bersuara [÷] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻊْﻌُﻜَﻳ

[jaku÷÷u] dan dua bunyi konsonan frikatif faringal bersuara [÷] menjadi konsonan berurutan [÷÷]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻊُﻌْﻜَﻳ

[jak÷u÷u] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻊْﻌُﻜَﻳ

[jaku÷÷u] setelah

diidgamkan menjadi

ﱡﻊُﻜَﻳ

[jaku÷÷u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan

frikatif faringal bersuara

[÷] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [ka÷:÷a].

20. Kata

َﻖُﺷَﺃ

[aSuqqu]

Pada data (20) di atas, kata

ﱠﻖُﺷَﺃ

[/aSuqqa] (TBBA, tt: 8) berasal dari morfem bebas

ﱡﻖُﺸَﻳ

[jaSuqqu]. Jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻖﻘْﺸَﻳ

-

َﻖَﻘَﺷ

[Saqqa -

jaSuqqu] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu], kata

ﱡﻖُﺷَﺃ

[/aSuqqu] merupakan kata kerja maḍi dalam bentuk orang pertama tunggal. Dalam morfem

ُﻖُﻘْﺸَﻳ

[jaSququ] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara

dua konsonan yang sama yaitu stop uvular tidak bersuara

[q]. Agar kedua bunyi konsonan stop uvular tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop uvular tidak bersuara [q] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻖْﻘُﺸَﻳ

[jaSuqqu] dan dua bunyi konsonan stop uvular tidak bersuara [q] menjadi konsonan berurutan [qq]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻖُﻘْﺸَﻳ

[jaSququ] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻖْﻘُﺸَﻳ

[jaSuqqu] setelah

diidgamkan menjadi

ﱡﻖُﺸَﻳ

[jaSuqqu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop

uvular tidak bersuara

[q] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [jaSuq:qu].

21.Kata

ﱡﻚُﺘَﻳ

[jatukku]

Pada data (21) di atas, kata

ﱡﻚُﺘَﻳ

[jatukku] (BAK, 1972: 78) berasal dari morfem bebas

ﱡﻚُﺘَﻳ– ﱠﻚَﺗ

[takka – jatukku], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻚُﻜْﺘَﻳ

َﻚَﻜَﺗ

-[takaka - jatkuku] yang pola katanya ialah

ُﻞ ُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﻚُﻜْﺘَﻳ

[jatkuku] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu stop velar tidak bersuara

[k]. Agar kedua bunyi konsonan stop velar tidak bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop velar tidak bersuara [k] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻚْﻜُﺘَﻴَﻳ

[jakukku] dan dua bunyi konsonan stop velar tidak bersuara [k] menjadi konsonan berurutan [kk]. Menurut kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻚُﻜْﺘَﻳ

[jatkuku] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻚْﻜُﺘَﻳ

[jatukku] setelah

velar tidak bersuara

[k] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, menjadi [jatuk:ku].

22.Kata

ﱡﻞِﻀُﻳ

[juÍillu]

Pada data (22) di atas, kata

ﱡﻞِﻀُﻳ

[juÍillu] dalam potongan ayat ...

ِﻪِﺑ

ﱡﻞِﻀُﻳ

ﺎَﻣَﻭ

.... /...wa mā yuḍillu bihi... / (QS 2: 26) berasal dari morfem bebas

ﱡﻞِﻀُﻳ

- ﱠﻞَﺿَﺃ

[/aÍalla – juÍillu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻞِﻠْﻀُﻳ

- َﻞَﻠْﺿَﺃ

[/aÍlala - juÍlilu] yang pola katanya ialah

ُﻞِﻌْﻔُﻳ

- َﻞَﻌْﻓَﺃ

[/af÷ala - juf÷ilu]. Dalam morfem

ْﻀُﻳ

ِﻠ

ُﻞ

[juÍlilu] ini, ditemukan bunyi vokal [i] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu lateral alveolar bersuara

[l]. Agar kedua bunyi konsonan lateral alveolar bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [i] dipindahkan letaknya sebelum konsonan lateral alveolar bersuara [l] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻞْﻠِﻀُﻳ

[jaÍillu] dan dua bunyi konsonan lateral alveolar bersuara [l] menjadi konsonan berurutan [ll]. Menurut kaidah

idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan

tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻞِﻠْﻀُﻳ

[juÍlilu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻞْﻠِﻀُﻳ

[juÍillu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﻞِﻀُﻳ

[juÍillu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan lateral alveolar bersuara

[j] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, menjadi [juÍil:lu].

23. Kata

ﱠﻢ ِﺘـ ُﻳـ

[jutimma]

Pada data di atas, kata

ﱡﻢِﺘُﻳ

[jutimmu] dalam potongan ayat

َﺔَﻋﺎَﺿﱠﺮﻟﺍ

ﱠﻢـ ِﺘـ ُﻳ

ْﻥَﺃ

/`an yutimma r-raḍā’ata .../ (QS 2: 233) berasal dari morfem bebas

ﱡﻢِﺘُﻳ

– ﱠﻢَﺗَﺃ

[/atamma – jutimmu] jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻢِﻤْﺘُﻳ

- َﻢَﻤْﺗَﺃ

[atmama - jutmimu] yang pola katanya ialah

ُﻞِﻌْﻔُﻳ

- َﻞَﻌْﻓَﺃ

[/f÷ala - juf÷ilu]. Dalam morfem

ُﻢِﻤْﺘُﻳ

[jutmimu] ini, ditemukan bunyi vokal [i] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu nasal bilabial bersuara

[m]. Agar kedua bunyi konsonan nasal bilabial bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [i] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif faringal bersuara [÷] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻢْﻤِﺘُﻳ

[jutimmu] dan dua bunyi konsonan nasal bilabial bersuara [m] menjadi konsonan berurutan [mm]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻢِﻤْﺘُﻳ

[jutmimu] setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻢْﻤِﺘُﻳ

[jutimmu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﻢِﺘُﻳ

[jutimmu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan nasal bilabial bersuara

[m] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, menjadi [jutim:ma].

24.Kata

ﱡﻦُﻤَﻳ

[jamunnu]

Pada data di atas, kata

ﱡﻦُﻤَﻳ

[jamunnu] dalam potongan ayat

... ﱡﻦُﻤَﻳ

َﱠﷲ ﱠﻦِﻜَﻟَﻭ ....

/ wa lakinna allaha yamunnu/ (QS 14: 11) berasal dari morfem bebas

ﱡﻦُﻤَﻳ

– ﱠﻦَﻣ

[manna - jamunnu], jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﻦُﻨْﻤَﻳ

- َﻦَﻨَﻣ

[manana - jamnunu] yang pola katanya ialah

ُﻞُﻌْﻔَﻳ

- َﻞَﻌَﻓ

[fa÷ala - jaf÷ulu]. Dalam morfem

ُﻦُﻨْﻤَﻳ

[jamnunu] ini, ditemukan bunyi vokal [u] yang hadir diantara dua konsonan yang sama yaitu nasal alveolar bersuara

[n]. Agar kedua bunyi konsonan nasal alveolar bersuara itu dapat dibentuk menjadi idgam, maka bunyi vokal [u] dipindahkan letaknya sebelum konsonan frikatif faringal bersuara [÷] yang pertama sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﻦْﻨُﻤَﻳ

[jamunnu] dan dua bunyi konsonan nasal alveolar bersuara [n] menjadi konsonan berurutan [÷÷]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﻦُﻨْﻤَﻳ

[jamnunu]

setelah harkat dipindahkan menjadi

ُﻦْﻨُﻤَﻳ

[jamunnu] setelah diidgamkan menjadi

ﱡﻦُﻤَﻳ

[jamunnu]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan nasal alveolar bersuara

[n] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan

Dokumen terkait