• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya, peneliti mendapatkan hasil mengenai pola idgam dalam bahasa Arab melalui data primer yaitu Al-quran dan buku wacana Arab. Adapun kesimpulan yang peneliti dapatkan ialah:

1. Idgam terdapat dalam al-Quran, buku teks wacana Arab, dan kamus

2. Idgam mutamasilain pada bagian penghilangan bunyi dalam satu kata seperti bentuk

dasar dari kata

ﱞﺏَﺭ

[rabbun] adalah dari perubahan kata kerja maḍi, mudori’, dan masdar

ﺎًّﺑ َﺭ , ُﺐُﺑْﺮَﻳ , َﺐَﺑَﺭ

[rababa – jarbubu – rab:ba:n] Dalam kaidah idgam apabila dua bunyi konsonan yang sama setelahnya ada bunyi vokal, maka bunyi vokal yang pertama dari kedua konsonan tersebut dibuang. Dengan demikian kata kerja maḍi

َﺐَﺑَﺭ

[rababa] dalam pola suku kata (KVKVKV) maka untuk membentuk kata dasarnya dibuang bunyi vokal yang ada setelah bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] yang pertama. Bentuk kata berubah menjadi

َﺐْﺑَﺭ

[rabba] atau (KVKKV). Karena bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] berurutan dalam proses idgam lambang bunyi yang serupa dan berurutan diganti dengan tanda tasydid

yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, sehingga bunyi tulisannya menjadi

ﱞﺏَﺭ

[rab:bun]. Dalam kaedah idgam kedua bunyi konsonan yang mengalami idgam akan mengalami pemanjangan bunyi konsonan yang disebut dengan geminasi dalam bentuk fonologi yaitu [rab:bun].

3. Terdapat juga pada dua bunyi konsonan yang sama yang berurutan seperti dalam kata

ﺎﱠﻨَﻣﺍَء

[/a:man:na] yang terdiri dari dua morfem yaitu dalam kata

َﻦَﻣﺍَء

/āmana/ verba dari pola

َﻞَﻋﺎَﻓ

/fā`ala/ yang dirangkaikan dengan morfem

ﺎﻧ

/na/ sebagai penanda kata ganti pertama jamak (

ﻦﺤﻧ

). Bunyi vokal /a/ yang hadir setelah konsonan nasal alveolar bersuara

ﺎﻧ

[na:] sebagai kata ganti pertama jamak pada morfem

َﻦَﻣﺍَء

[/a:mana] dihilangkan dan dirangkaikan dengan morfem

َﻧﺎ

// menjadi

konsonan nasal yang berurutan yaitu dalam bentuk

َﺎﻨْﻨَﻣﺍَء

[/a:manna]. Bentuk ini di dalam proses idgam harus menghilangkan bunyi konsonan nasal [n] yang pertama dan menggantinya dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, sehingga menjadi bentuk

ﺎﱠﻨَﻣﺍَء

[/a:man:na:]. Konsonan nasal [n] yang berurutan dalam kata

ﺎَﻨْﻨَﻣﺍَء

[/a:manna:] dalam fonologi disebut dengan geminasi atau pemanjangan konsonan nasal [n] menjadi

ﺎﱠﻨَﻣﺍَء

[/a:man:na].

4. Idgam mutamasilain pada bagian pembalikan huruf terdapat pada bunyi berharakat

sukun sebelum kedua konsonan yang sama seperti dalam kata

ﱡﺐِﺤُﻳ

/yuḥibbu/

[ju฀i b bu] merupakan kata kerja mudori’, yang kata kerja maḍi dan mudori’nya seperti

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

– َﺐَﺒْﺣَﺃ

[/a฀baba - ju฀bibu] dengan pola

ُﻞِﻌْﻔُﻳ

– َﻞَﻌْﻓَﺃ

[/af÷ala - juf÷ilu] jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀bibu]. Dalam morfem

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀bibu] ini ditemukan bunyi vokal hadir setelah dua konsonan yang sama yaitu stop bilabial bersuara [b]. Agar kedua konsonan stop bilabial itu dapat dibentuk menjadi

idgam, maka bunyi vokal [i] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop bilabial

bersuara [b] sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺐْﺒِﺤُﻳ

[ju฀ibbu] dan dua bunyi konsonan stop bilabial bersuara menjadi konsonan berurutan yaitu [bb]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀b i b u] menjadi

ﱡﺐِﺤُﻳ

[ju฀i b b u]. Menurut kaedah fonologi bunyi

konsonan stop bilabial sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, menjadi [ju฀ib:bu].

5. Idgam mutaqaribain pada asimilasi sempurna terdapat dalam kata kerja yang

penambahan imbuhan konfiks dua huruf dengan pola kata kerja pola

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ

/ifta’ala/

dan

َﻞَﻌَﻔْﻧِﺇ

/infa’ala/ seperti kata

ُﻊِﻠﱠﻄَﺗ

[taˇˇali/u] berasal dari morfem bebas

- َﻊَﻠﱠﻁ

ُﻊَﻠﱠﻄَﻳ

[ˇala÷a - jaˇla÷u], kata ini mengalami penambahan afiksasi (konfiksasi) yaitu konsonan tambahan

ء

[hamzah] di awal dan

[ta’] ditengah morfem dengan pola

ُﻞِﻌَﺘْﻔَﻳ

-

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ

[/ifta÷ala - jafta÷ilu] kemudian kata menjadi

ُﻊِﻠَﺘْﻄَﻳ

– َﻊَﻠَﺘْﻁِﺇ

menjadi

ُﻊِﻠَﺘْﻄَﻳ

[jaˇtali÷u] dalam bentuk ini konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ] berdekatan dengan konsonan stop dental tak bersuara

[t]. Untuk memudahkan pengucapan maka bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t]

diidgamkan dengan bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ],

sehingga bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ] dan konsonan stop dental tidak bersuara

[t] berasimilasi menjadi

ُﻊِﻠَﻄْﻄَﻳ

– َﻊَﻠَﻄْﻁِﺇ

[/iˇˇala÷a - jaˇˇali÷u] hal ini terjadi asimilasi progresif. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam menjadi

ُﻊِﻠﱠﻄَﻳ

[jaˇˇali÷u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [taˇ:ˇali÷u]. 6. terdapat juga pada beberapa artikel yang titik artikulasinya berdekatan seperti kata

ﺎﱠﻣِﺇ

[/imma:] berasal dari dua morfem terikat yaitu dalam preposisi

ْﻥِﺇ

[/in] yang dirangkaikan dengan konjungsi

ﺎَﻣ

[ma:]. Bunyi nasal alveolar bersuara [n] mengalami asimilasi kepada bunyi nasal bilabial bersuara

[m]. Oleh karena itu bentuk gabungan morfem terikat

ْﻥِﺇ

[/in] dan

ﺎﻣ

[ma:] berubah menjadi

ﺎَﻤْﻣِﺇ

[/imma:]. Dua bunyi konsonan nasal bilabial bersuara

[m] yang berurutan ini diganti dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam menjadi

ﺎﱠﻣِﺇ

[/imma:]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental bersuara

[d] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [/im:ma:].

7. Idgam mutaqaribain pada bagian penghilangan bunyi dan menyamakannya terdapat

pada fi’l sulasi mazid dua huruf pola

َﻞَﻋﺎَﻔَﺗ

/tafaā’ala/ dan

َﻞﱠﻌَﻔَﺗ

/tafa’’ala/ seperti kata

َﻞَﻗﺎﱠﺛِﺇ

[/iTTaqala] berasal dari morfem bebas

َﻞَﻘَﺛ

[Taqala] setelah dimasuki pola dari

pola

َﻞَﻋﺎَﻔَﺗ

[tafa:÷ala] maka menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜَﺗ

[taTa:qala]. Dalam kaidah idgam bentuk

vokal [a] pada konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] dihilangkan menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜْﺗ

[t-

Ta:-qa-la], kemudian agar bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] dapat dibunyikan maka di awalnya ditambah bunyi konsonan stop glottal tidak bersuara ء [/] dan bunyi vokal tinggi [i] sehingga menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜْﺗِﺇ

[/it-Ta:-qa-la]. Bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] mengalami asimilasi dengan bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara ﺙ [T], sehingga bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] berubah menjadi konsonan frikatif interdental tidak bersuara ﺙ [T] dengan demikian kata ini berubah menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜْﺛِﺇ

[/iTTa:qala]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam menjadi

َﻞَﻗﺎﱠﺛِﺇ

[/iTTa:qala]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental bersuara

[d] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [/iT:Ta:qala].

6.2 Saran

Meneliti idgam dalam bahasa arab mempunyai banyak manfaat, namun sangat diperlukan tingkat kecermatan yang tinggi.

1. Peneliti berharap semoga tulisan ini dapat memberikan masukan terhadap pemahaman tentang idgam dalam bahasa Arab

2. Peneliti menyarankan agar ada penelitian lebih lanjut tentang idgam dalam bahasa Arab.

Penulis berharap agar teman-teman yang ingin meneliti hendaklah mempunyai pemahaman yang dalam tentang pola-pola tasrif sehingga tidak terkecoh dengan bentuk idgam dalam susunan kata tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur’an al-Karim.

Ahmad, Hasan Bin. Tanpa Tahun. Kitabu T-tashrif. :Rabhan Baghil

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2007. Morfologi :Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Grasindo.

Badri, Kamal Ibrahim. 1988. ‘ilm al-lughah al-mabramji. Riyad

Betty,Rosalina Nababan. 2009. Analisis Asimilasi Morfofonemik Bahasa Simalungun. Medan: USU Repository.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Dayyab, Hifni Bek dkk. 1997. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul ulum Press. G, M, Abdi L-Masih, 1996. Qawa’idu L-lugati L-‘arabiyyah. Beirut: Maktabatul L-libnan. Ghulayayni, Syeikh Mustafa. 2005. Jami’u ad-Durusi al-Arabiyyah. Kairo: Daru al-Hadis. Hasan, Abbas. 1974. Annahwu L-wafi. Kairo: Daru L-ulum.

Husain, sholahuddin shalih. 1983. Dirasatu fi ‘ilmil lugati. Al-wasfi wat tarikhi wal maqarani. Kairo: daru al-ulum.

Asy-Syamsani, Abi Aus Ibrahim. 1997. Durusu ‘Ilmi Sharfi.. Riyad: maktabati rusydi. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah

Kholisin. 2005. “Pola Asimilasi dalam Bahasa Arab” dalam Bahasa Dan Seni, Tahun 33, Nomor 2.(Agustus). Malang

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia : Pustaka Utama

---. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muin, Abd. 2004. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia : Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara

Muskar, Rahlina. 2009. Fonologi Bahasa Arab. Medan: program Studi Bahasa Arab. Pulungan, Abdusio. 2000. Analisis Idgam pada Ilmu Sharfi dan Tajwid dalam Tinjauan

Ilmu Ashwat (fonologi). Medan: Program Studi Bahasa Arab.

Ramlan,M. 1980. Ilmu Bahasa Indonesia. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif”.

Yogyakarta: cv. Karyono.

Ramlan,M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif”. Yogyakarta: cv. Karyono. Rimah, Abu. Tanpa Tahun. Hidayatu L-Mustafid . Surabaya: Al-Hikmah

Rofiq, Aunur. 2007. Mukhtarot qowaidil Lughotil Arobiyyah : Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab. Gresik: Pustaka Al Furqon.

Samsuri. 1980. Analisis Bahasa. Malang: PT. Gelora Aksara Pratama. Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian. Bandung: Tarsito Verhaar. 2008. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada. Wierjosoedarmo. 1985 “Tata Bahasa Indonesia”. Surabaya: Sinar Wijaya.

Dokumen terkait