BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penghilangan Bunyi
3.2.1.1 Penghilangan Bunyi dalam Satu Kata
1. Kata
ﱞﺏَﺭ
[rabbun]Pada data (1) di atas, morfem bebas ﱞﺏَﺭ [rabbun] dalam potongan ayat
ْﻢ ِﻬﱢﺑَﺭﻰَﻠَﻋَﻭ
...
/ ...wa ‘alā rabbihim/ (QS: 6: 99). Mempunyai pola suku kata KVKKVK.Kata ini telah mengalami idgam yaitu adanya urutan bunyi konsonan stop bilabial. Bentuk dasar dari kata
ﱞﺏَﺭ
[rabbun] adalah dari perubahan kata kerja maḍi, mudori’, dan masdarﺎًّﺑَﺭ , ُﺐُﺑ ْﺮَﻳ , َﺐَﺑَﺭ
[rababa – jarbubu – rab:ba:n] Dalamkaidah idgam apabila dua bunyi konsonan yang sama setelahnya ada bunyi vokal, maka bunyi vokal yang pertama dari kedua konsonan tersebut dibuang. Dengan demikian kata kerja maḍi
َﺐَﺑَﺭ
[rababa] dalam pola suku kata (KVKVKV) maka untuk membentuk kata dasarnya dibuang bunyi vokal yang ada setelah bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] yang pertama. Bentuk kata berubah menjadiَﺐْﺑَﺭ
[rabba] atau (KVKKV). Karena bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] berurutan dalam proses idgam lambang bunyi yang serupa dan berurutan diganti dengan tanda tasydid
yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, sehingga bunyi tulisannya menjadiﱞﺏَﺭ
[rab:bun]. Dalam kaedah idgam kedua bunyi konsonan yang mengalami idgam akan mengalami pemanjangan bunyi konsonan yang disebut dengan geminasi dalam bentuk fonologi yaitu [rab:bun].2. kata
َﻊَﺒﱠﺗﺇ
[/ittaba÷a]Pada data (2) di atas, morfem
َﻊَﺒﱠﺗِﺇ
[/ittaba÷a] dalam potongan ayatْﻢُﺘْﻌَﺒﱠﺗﺍ
ِﻦِﺌـَﻟ
ﺎًﺒـْﻴـَﻌُﺷ
./ la`init-taba’tum syu’aybān/ (QS. 7: 90) berasal dari morfemُﻊَﺒْﺘَﻳ
– َﻊِﺒَﺗ
[tabi÷a - jatba÷u], lalu morfem tersebut dimasukkan pola
َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ
[/ifta÷ala] maka morfem [tabia÷a] menjadiَﻊَﺒَﺘْﺗِﺇ
[/it taba÷a]. Dalam data tersebut terlihat adanya dua bunyi konsonan stop dental tidak bersuara [t] yang berurutan. Dalam kaidahidgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan
tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk morfemَﻊَﺒَﺘْﺗِﺇ
[/ittaba÷a] menjadi
َﻊَﺒ ﱠﺗِﺇ
[/ittaba÷a] yaitu memakai tanda tasydid pada konsonan stop dental tidak bersuara [t]. Menurut kaidah idgam, dua bunyi konsonan yang sama apabila berurutan maka diucapkan dengan memanjangkan bunyi konsonan tersebut. Dalam kaedah fonologi, pemanjangan konsonan ini disebut dengan geminasi. Secara fonetik dapat dilihat seperti [/it:taba÷a].3. Kata
ﱠﺚَﺑ
[baTTa]Pada data (3) di atas, morfem bebas
ﱠﺚَﺑ
[baTTa] dalam potongan ayatﺎَﻤُﻬْﻨِﻣ
ﱠﺚَﺑ َﻭ
/
wa baṡṡa minhumā/ (QS 4: 1) berasal dari morfemَﺚَﺜَﺑ
[baTaTa], dengan pola suku kata (KVKVKV), bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua setelah bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] yang pertamaَﺙ
- َﺙ
- َﺏ
[ba-Ta-Ta]. Dalam kaidah idgam, bunyi vokal yang hadir setelah bunyi konsonan yang sama seperti dalam data harus dihilangkan, sehingga pola suku kata berubah menjadi (KVKKV) atauَﺙ
- ْﺙ
- َﺏ
[baTTa] dan dua bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] menjadi bunyi konsonan berurutan yaitu [TT]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺚ ْﺜَﺑ
[baTTa] menjadiﱠﺚَﺑ
[baTTa]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara [T] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut geminasi menjadi [baT:Ta].4. Kata
ُﻪﱠﺟﺎَﺣ
[a:∆∆ahu]Pada data (4) di atas, morfem bebas
ُﻪﱠﺟﺎَﺣ
[a:∆∆ahu] dalam potongan ayatُﻪُﻣْﻮَﻗ
ُﻪﱠﺟﺎَﺣ َﻭ
/wa hājjahu qaumuhu/ (QS 6:80) berasal dari bentuk kata kerja maḍi,mudori’,dan masdar
ﺎﱞﺟﺎَﺣ
-ُﺞِﺟﺎَﺤُﻳ
-َﺞَﺟﺎَﺣ
[a:∆a∆a - jua:∆i∆u - a:∆∆a:n] dengan polaَﻞَﻋﺎَﻓ
[fa:÷ala],
bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﺝ- َﺝ-ﺎَﺣ
[a:-∆a-∆a] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﺝ- ْﺝ-ﺎَﺣ
[a:∆∆a] dan dua bunyi konsonan frikatif alveo palatal bersuara [∆] menjadi bunyi konsonan berurutan yaitu [∆∆]. Dalam kaidahidgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan
tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺞْﺟﺎَﺣ
[a:∆∆a] menjadiﱠﺝﺎَﺣ
[a:∆∆a]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonanfrikatif alveo palatal bersuara [∆] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi menjadi [a:∆:∆a].
5. Kata
ﱠﺢُﺷ
[Sua]Pada data (5) di atas, morfem bebas
ﱠﺢُﺷ
[Sua] dalam potongan ayatِﺕَﺮِﻀْﺣُﺃَﻭ
ﱠﺢﱡﺸﻟﺍ
ُﺲُﻔْﻧﻷﺍ
/ wa `aḥḍirati l-`anfusu sy-syuḥḥa/ (QS 4: 128) berasal dari bentukkata kerja maḍi, mudori’, dan masdar
ﺎًّﺤُﺷ– ُﺢُﺤْﺸَﻳ– َﺢَﺤَﺷ
[Saa a - jaSuu -Sua:n]. Karena adanya dua bunyi konsonan frikatif faringal tidak bersuara [] yang berurutan, Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukﺎًﺤْﺤُﺷ
[Sua:n] menjadiﺎًّﺤُﺷ
[Sua:n]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan frikatif faringal tidak bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [] yang disebut dengan geminasi menjadi [Su:a:n].6. Kata
ﱠﺦَﺑ
[baxxa].Pada data (6) di atas, morfem bebas
ﱠﺦَﺑ
[baxxa] (BAK, 1972: 57) berasal dari kata kerja maḍiَﺦَﺨَﺑ
[baxaxa]. Menurut kaedah idgam bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﺥ- َﺥ- َﺏ
[ba-xa-xa],dihilangkan atau dibuang. Dengan demikian bunyi konsonan frikatif velar tidak bersuara [x] menjadi konsonan berurutan yaitu [xx]. Dalam kaidah idgam apabila bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺦَﺨَﺑ
[baxaxa] menjadiﱡﺦَﺑ
[baxxa]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif velar tidak bersuara [x] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi menjadi [bax:xa].7. Kata
َﺓﱠﺪِﻋ
[÷iddata]Pada data (7) di atas, morfem bebas
َﺓﱠﺪِﻋ
[÷iddata] dalam potongan ayatَﺓﱠﺪـِﻋ
ﱠﻥِﺇ
ِﺭﻮُﻬﱡﺸﻟﺍ
/ `inna ‘iddata sy-syuhūri / (QS 9: 36) berasal dari morfemُﺩُﺪْﻌَﻳ
– َﺩَﺪَﻋ
[÷adada - ja÷dudu - ÷idda:n] karena kata
ُﺭْﻮُﻬُﺸﻟﺍ
[aS-Ssuhu:ru] adalah ism jamak yang dianggap mu’annas maka bentuk [÷idda:n] harus dirubah menjadi ism mu’annas dengan polaٌﺔَﻠْﻌِﻓ
[fi÷latun] maka kataﺍًّﺪِﻋ
[÷idda:n] menjadiٌﺓَﺩْﺪِﻋ
[÷iddatun]. Dalam morfemٌﺓَﺩْﺪِﻋ
[÷iddatun] terdapat dua bunyi konsonan stop dental bersuara [d] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukٌﺓَﺩْﺪِﻋ
[÷iddatun] menjadiٌﺓﱠﺪِﻋ
[÷iddatun]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan stop dental bersuara [d] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [d] yang disebut dengan geminasi, dengan demikian bentuk luarannya adalah [ ÷id:datun].8. Kata
ﱡﺬَﺷ
[SaDDa]Pada data (8) di atas, morfem bebas
ﱡﺬَﺷ
[SaDDa] (BAK, 1972: 192) berasal dari morfemَﺫَﺬَﺷ
[SaDaDa]. Bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﺫ
- َﺫ
- َﺵ
[Sa-Da-Da], dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﺫ
-ﺫ
- َﺵ
[Sa-D-Da] dan dua bunyi konsonan frikatif interdental bersuara [D] menjadi konsonan berurutan yaitu [DD]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺫْﺬَﺷ
[SaDDa] menjadiﱠﺬَﺷ
[SaDDa]. Dalam kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif interdental bersuara [D] bersuara yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, dengan demikian bentuk luarannya adalah [SaD:Da].9. Kata
ﱠﺮَﻣ
[marra]Data (9) di atas merupakan, morfem bebas dalam potongan ayat
ﱠﺮَﻣ
ﻱِﺬﱠﻟﺎَﻛ
ْﻭَﺃ
/`aw ka l-lażī marra ‘alā qaryatin/ (QS 2: 259). Morfemﱠﺮَﻣ
[marra] berasal dari morfemَﺭَﺮَﻣ
[marara]. Bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﺭ
- َﺭ
- َﻡ
[ma-ra-ra] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﺭ
- ْﺭ
- َﻡ
[ma-r-ra]. Kedua bunyi konsonan tersebut menjadi konsonan berurutan yaitu [rr]. Dalam kaidah idgam, bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu bunyi konsonan yang sama berurutan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺭَﺮَﻣ
[marara] menjadiﱠﺮَﻣ
[marra]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan vibran alveolar bersuara [r] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga menjadi [mar:ra].10.Kata
َﺓﱠﺰِﻋ
[÷iZZata]Pada data (10) di atas, morfem bebas
َﺓﱠﺰِﻋ
[÷iZZata] dalam potongan ayatﱠﻥِﺇ
ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ
ِﱠ ِﻟ
َﺓﱠﺰـ ِﻌْﻟﺍ
/ inna l-‘izzata lillahi jamī’ān / (QS 10; 65). berasal dari morfemkata kerja maḍi, mudori’, dan masdar
ٌﺓَﺯْﺰِﻋ
– ُﺯِﺰْﻌَﻳ
- َﺯَﺰَﻋ
[÷aZaZa - ja÷ZiZu –ZiZZatun]. Pada morfem
ٌﺓَﺯْﺰِﻋ
[÷iZZatun] ini terdapat dua bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara [Z] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid[
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukٌﺓَﺯْﺰِﻋ
[÷iZZatun]menjadi
ٌﺓﱠﺰِﻋ
[÷ZZatun]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara [Z] yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [Z] yang disebut dengan geminasi, sehingga bentuk luarannya adalah [÷Z:Zatun].11.Kata
ﱠﺲَﻣ
[massa]Pada data (11) di atas, morfem bebas
ﱠﺲَﻣ
dalam potongan kataﱠﺲَﻣ ْﻦَﻣ
/ man massa / (TBBA tt: 17) berasal dari morfem kata kerja maḍi, mudori’ dan masdarَﺲَﺴَﻣ
–
ُﺲَﺴْﻤَﻳ
–
ﺎًﺴْﺴَﻣ
[masasa – yamsasu – massa:n]. Bunyi vokal [a] yanghadir pada suku kata kedua pada morfem
َﺱ
-
َﺱ - َﻡ
[ma – sa – sa]dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﺱ– ْﺱ
- َﻡ
[ma – s – sa] dan dua bunyi konsonan menjadi konsonan berurutan yaitu [ss]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, sehingga bentukَﺲْﺴَﻣ
[massa] menjadiﱠﺲَﻣ
[massa]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif alveolar bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, sehingga bentuk luarannya adalah [mas:sa].12.Kata
ﱠﺶَﻋ
[÷aSSa]Pada data di atas, morfem bebas
ﱠﺶ َﻋ
[÷aSSa] (KBA, 1972: 40) berasal dari morfemَﺶَﺸَﻋ
-ُﺶُﺸْﻌَﻳ
[÷aSSa - ja÷uSSu]. Bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﺵ
- َﺵ
- َﻉ
[÷a- Sa – Sa] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﺵ
- ْﺵ
- َﻉ
[÷a-S-Sa]. Karena adanya dua bunyi konsonan frikatif alveo palatal tidak bersuara [S] yang berurutan, dalam kaidahidgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan
tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, oleh karena ituَﺶْﺸَﻋ
[÷aSSa] menjadiﱠﺶَﻋ
[÷aS:Sa]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif alveo palatal tidak bersuara [ﺵ
] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi.13.Kata
ﱡﺺَﺘْﺨَﻳ
[jaxtaßßu]Pada data di atas, morfem bebas
ﱡﺺَﺘْﺨَﻳ
[jaxtaßßu] dalam potongan ayatﱡﺺـَﺘـْﺨَﻳ
ِﻪِﺘَﻤْﺣَﺮِﺑ
/ yakhtaṣṣu biraḥmatihi/ (QS 2:74) berasal dari morfem– َﺺَﺼَﺘْﺧِﺇ
ُﺺِﺼَﺘْﺨَﻳ
[/ixtaßaßa – jaxtaßißu]. Bunyi vokal [i] yang hadir pada suku kataketiga pada morfem
َﺹ
- ِﺹ
- َﺕ
- ْﺦ َﻳ
[jax-ta-ßi-ßu] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata keempat menjadiُﺹ
– ْﺹ- َﺕ- ْﺦَﻳ
[jax- ta- ß-ßu] dan dua bunyi konsonan tersebut menjadi konsonan berurutan yaitu [ßß]. Karena adanya dua bunyi konsonan frikatif velarized tidak bersuara [ß] yang berurutan, dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena ituُﺺِﺼَﺘْﺨَﻳ
[jaxtaßißu] menjadiﱡﺺَﺘْﺨَﻳ
[jaxtaßßu]. Menurut kaedah fonologi bunyikonsonan frikatif velarized tidak bersuara [ß] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi.
14.Kata
ﱠﺾَﺣ
[aÍÍa]Pada data di atas, morfem bebas
ﱠﺾَﺣ
[aÍÍa] (BAK, 1972: 104) berasal dari morfemَﺾَﻀ َﺣ
[aÍaÍa] bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﺽ
- َﺽ
- َﺡ
[a-Ía-Ía] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﺽ
- ْﺽ
- َﺡ
[a-Í-Ía] dan dua bunyi konsonan menjadi konsonan berurutan yaitu [ÍÍ]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantkan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﺾَﻀَﺣ
[aÍaÍa] -ﱠﺾَﺣ
[aÍÍa]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental velarized bersuara [Í] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi.15.Kata
ًﺔﱠﻄِﺣ
[iˇˇatun]Pada data di atas, morfem bebas
ًﺔﱠﻄِﺣ
[iˇˇatun] dalam potongan ayatﺍﻮُﻟﻮُﻗَﻭ
ٌﺔﱠﻄِﺣ
/wa qūlūḥiṭṭatun/ (QS 7: 116) berasal dari morfemُﻂُﻄ ْﺤَﻳ – َﻂَﻄَﺣ
[aˇaˇa- jaˇuˇu] lalu morfem tersebut dimasukkan pola
ٌﺔَﻠْﻌِﻓ
[fi÷latun] maka menjadiٌﺔَﻄّْﻄ ِﺣ
[i ˇˇa t u n]. Karena adanya dua bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara [ˇ] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukٌﺔَﻄْﻄِﺣ
[i ˇˇa t u n]menjadi
ٌﺔﱠﻄِﺣ
[i ˇ:atun]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara [ˇ] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [ˇ] yang disebut dengan geminasi.16. Kata
ﺎًّﻈَﻓ
[fa¸¸an]Pada kata di atas, morfem bebas
ﺎًّﻈَﻓ
[fa¸¸a:n] dalam potongan ayatَﺖْﻨُﻛ
ْﻮَﻟَﻭ
ﺎًّﻈـ َﻓ/
wa lau kunta faẓẓān / (QS 3: 159) berasal dari morfemﺎًﻈْﻈَﻓ - ُﻆَﻈْﻔَﻳ - َﻆَﻈَﻓ
[fa¸a¸a - jaf¸a¸u - fa¸¸an] karena adanya dua bunyi konsonan frikatif velarized bersuara [¸] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam.Oleh karena itu bentukﺎًﻈْﻈَﻓ
[fa¸¸a:n] menjadiﺎًّﻈَﻓ
[fa¸¸a:n]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan frikatif velarizd bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [¸] yang disebut dengan geminasi.17.Kata
ﱠﻊَﻛ
[ka÷÷a]Pada data di atas, morfem bebas
ﱠﻊَﻛ
[ka÷÷a] (BAK, 1972: 104) berasal dari morfemَﻊَﻌَﻛ
[ka÷a÷a] bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﻉ
- َﻉ
- َﻙ
[ka-÷a-÷a] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadiَﻉ
- ْﻉ
– َﻙ
[ka-÷-÷a] dan dua bunyi konsonan menjadi konsonan berurutan yaitu [÷÷]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantkan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﻊَﻌَﻛ
[ka-÷a-÷a] menjadiﱠﻊَﻛ
[ka÷÷a]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan frikatif faringal bersuara [÷] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi.18.Kata
ﱡﻒَﻜْﻟﺍ
[al-kaffu]Pada data di atas, kata
ﱞﻒ َﻛ
(kaffun] dalam potongan kalimatﱢﻒَﻜْﻟﺍ َﻦِﻣ ُﺮِﺜْﻨَﺘْﺴَﻳَﻭ /
wa yastanṣiru minal-kaffi / (TBBA, tt: 12) berasal dari morfemﺎًﻔْﻔَﻛ– ُﻒَﻔْﻜَﻳ– َﻒَﻔَﻛ
[kafafa- jakfafu – kaffa:n] karena adanya dua bunyi konsonan frikatif labo dental tidak bersuara [f] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukﺎًﻔْﻔَﻛ
[kaffa:n] menjadiﺎًّﻔَﻛ
[kaf:fa:n]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan frikatif labio dental tidak bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [f] yang disebut dengan geminasi.19. Kata
ﱡﻖَﺤْﻟﺍ
[al-aqqu]Pada data di atas, kata
ﱞﻖَﺣ
[aqqun] dalam potongan kalimatﱠﻖَﺤ ْﻟﺍ
ﺍﻮُﺴِﺒْﻠَﺗ
ﻻَﻭ
/wa lā talbisū l-haqqa/ (QS 2: 42) berasal dari morfemﺎًﻘْﻘَﺣ
– ُﻖِﻘْﺤَﻳ
– َﻖَﻘَﺣ
[aqaqa- jaqiqu – aqqa:n] karena adanya dua bunyi konsonan stop uvular tidak bersuara [q] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukﺎًﻘْﻘَﺣ
[aqqa:n] menjadiﺎًّﻘَﺣ
[aq:qa:n]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan stop uvular tidak bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [q] yang disebut dengan geminasi.20.Kata
ﱟﻚَﺷ
(Sakkin)Pada data di atas, kata
ﱞﻚَﺷ
[Sakkun] dalam potongan ayatﱟﻚَﺷ
ﻲِﻔَﻟ
ِﻪﻴِﻓ
ﺍﻮُﻔَﻠَﺘْﺧﺍ
/`ikhtalafū fīhi lafī syakkin/ (QS 4: 157). berasal dari morfemﺎًﻜْﻜَﺷ– ُﻚُﻜْﺸَﻳ– َﻚَﻜَﺷ
[Sakaka – jaSkuku – Sakka:n] karena adanya dua bunyi konsonan stop velar tidak bersuara [k] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukٌﻚْﻜَﺷ
[Sakkun] menjadiﱞﻚَﺷ
[Sak:kun]. Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan stop velar tidak bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [k] yang disebut dengan geminasi.21.Kata
ﱠﻞَﺿ
[Íalla]Pada data di atas, kata
ﱠﻞَﺿ
[Íalla] dalam potongan ayatِﻞﻴِﺒﱠﺴﻟﺍ
َءﺍَﻮَﺳ
ﱠﻞَﺿ
ْﺪَﻘَﻓ
/faqad ḍalla sawā`a s-sabīli / (QS 10: 108). berasal dari morfemَﻞَﻠَﺿ
[Íalala] ] bunyi vokal [a] yang hadir pada suku kata kedua pada morfemَﻝ
- َﻝ
– َﺽ
[Ía-la-la] dihilangkan dan dirangkaikan dengan suku kata ketiga menjadi– َﺽ
ْﻝ
–
َﻝ
[Ía-l-la] dan dua bunyi konsonan menjadi konsonan berurutan yaitu [ll]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentukَﻞَﻠَﺿ
[Íalala] -ﱠﻞَﺿ
[Íalla]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan lateral alveolar bersuara [l] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi.22. Kata
ﱞﻢُﺻ
[ßummun]Pada data di atas, kata
ﱞﻢُﺻ
[ßummun] dalam potongan ayatٌﻢْﻜُﺑ
ﱞﻢُﺻ
/ṣummun bukmun / (QS 2: 18). berasal dari morfemﺎﱞﻤ َﺻ
- ُﻢُﻤْﺼَﻳ
– َﻢَﻤَﺻ
[ßamama – jaßmumu – ßamma:n] karena adanya dua bunyi konsonan nasal bilabial bersuara [m] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [
] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalamiidgam. Oleh karena itu bentuk
ٌﻢْﻤَﺻ
[ßammun] menjadiﱞﻢَﺻ
[ßam:mun].Menurut kaidah fonologi bunyi konsonan stop velar tidak bersuara sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan [k] yang disebut dengan geminasi.
23.Kata
ﱠﻦﱠﻈﻟﺍ
[a¸-¸anna]Pada data di atas, kata
ﱠﻦﱠﻈﻟﺍ
[a¸-¸anna]dalam potongan ayatﱢﻦﱠﻈﻟﺍ
َﻉﺎَﺒﱢﺗﺍ
/`ittiba’a z-zanni / (QS 4: 157). berasal dari morfemﺎﱞﻨَﻅ
– ُﻦُﻨْﻈَﻳ
– َﻦَﻨَﻅ
[¸anana -ja¸nunu -¸anna:n] karena adanya dua bunyi konsonan nasal alveolar bersuara [n] yang berurutan. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka, salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [