• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II : PENGERTIAN AL QUR'AN DAN URGENSINYA

D. Manfaat Menghafal al Qur'an

D. Manfaat Menghafal al Qur'an

. 99 . h , 15 juz & " $ 9 , abari T Al 84 85 Al Nawâwi, a

" "8 ) ) & (t.tp.: Dâr al Kutub al Arabiyyah, t.th.), h. 85.

86 Ada juga diantara mereka yang menghatamkan al Qur'an dalam lima hari, empat hari, tiga

hari, bahkan satu hari satu malam. Bahkan dalam satu hari satu malam ini ada yang mampu menghatamkan sampai dua kali, tiga kali, bahkan delapan kali. Dan inilah yang terbanyak menurut imam al Nawâwi, sebagaimana dilakukan oleh Ibn Kâtib al Shûfi yang menghatamkan empat kali di

siang hari dan empat kali dimalam hari. Lihat al Nawawi, " "8 ) ) & h. 85 86.

87 Mannâ‘ al Qattân,

Menghafal al Qur'an memiliki kedudukan yang tinggi sekali dalam Islam, hal itu dapat difahami dari kedudukan al Qur'an, keutamaan membaca dan yang terpenting adalah berkhidmat kepada agama Allah dalam rangka memelihara kelestarian dan kemurniaan sumber utama ajaran agama ini sehingga pada gilirannya agama ini tetap sampai akhir masa. Dalam memperkuat urgensi al Qur'an, para ulama merumuskan hukum menghafal al Qur'an, yaitu " ".88 Tentang ini imâm al Nawâwi mengatakan:

"F artinya merealisasikan suatu perintah yang telah dilakukan "

sebagian atau minimal tiga orang, sehingga hal itu dapat menggugurkan beban orang yang lain, artinya jika menghafal al Qur'an telah dilakukan satu orang atau lebih, maka kewajiban itu menggugurkan beban masyarakat lain yang terdapat di suatu kaum, seperti pelaksanaan salat jenazah".89

kewajiban yang bersifat " " dapat bernilai sangat penting bahkan lebih utama dari " , ! dilihat dari sisi kemaslahatannya, karena orang yang menghafal al Qur'an, berarti dia menutupi kejelekan suatu kaum, menggugurkan beban dan dosa suatu kaum dihadapan Allah Swt., sedangkan ibadah " , ", bersifat individual yang menguntungkan dirinya saja.90 Maka dari sisi maslahat ini, menghafal al Qur'an sangat penting untuk menggugurkan beban kaum selain juga seorang yang menghafal al Qur'an akan memiliki kualitas pribadi yang baik.

Dalam kajian , 2 al Qur'an, urgensi menghafal al Qur'an ditunjukan dengan , al Qur'an, yaitu keutamaan membaca, + dan memelihara hafalan. Hal ini sering disebutkan Rasul dalam memotifasi sahabatnya, beliau bersabda:

ِﻪِﺑﺎﺤﺻﹶﺄِﻟ ﺎﻌﻴِﻔﺷ ِﺔﻣﺎﻴِﻘﹾﻟﺍ ﻡﻮﻳ ﻲِﺗﹾﺄﻳ ﻪﻧِﺈﹶﻓ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺍﻭُﺀﺮﹾﻗﺍ

.

"Bacalah al Qur'an, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan $ kepada para pembacanya".91

motifasi membaca dan menghafal al Qur'an dibarengi dengan anjuran merawat, menjaga serta memelihara hafalan al Qur'an karena hafalan al Qur'an itu cepat sekali hilangnya. Rasulullah Saw. bersabda:

88 Aliallah bin 6Ali Abû al Wafâ,

"82 " "# $ "' & (t.tp: Dâr al Wafâ, 2003), cet. ke III, h. 37.

89 Al Nawâwi,

" "8 ) ) & (t.tp.: Dâr al Kutub al Arabiyyah, t.th.), h. 89.

90 Abû al Wafâ,

"82 " & , h. 37.

91 Hadis , riwayat Muslim. Lihat Muslim,

"Peliharalah hafalan al Qur'an, sebab demi dzat yang menguasai jiwa Muhammad, al Qur'an itu lebih cepat terlepas daripada unta yang terikat dalam ikatannya".92

Namun, manfaat menghafal al Qur'an dapat bernilai sangat penting karena sama juga dengan menjaga otentitas sumber agama Islam, maka dalam hal ini ia berkedudukan sangat penting. Dalam konteks memelihara otentitas sumber agama Islam, paling tidak menghafal al Qur'an dapat disimpulkan dua hal yaitu: pertama, menjaga tradisi

) al Qur'an yang ditunjukan dengan ilmu + $ al Qur'an, karena kajian ini berkaitan dengan silsilah bacaan al Qur'an yang bersumber dari imam imam tujuh atau sepuluh. Dari kajian ilmu + $ ini difahami bahwa menghafal al Qur'an adalah " " , atau disebut dengan "tradisi yang mengikuti", karena memang al Qur'an yang dibaca umat Islam kini adalah al Qur'an yang dibaca Rasulullah, sahabat dan generasi pertama dahulu. Kedua, menghafal al Qur'an dapat meningkatkan mutu pribadi seorang ( ) dan atau masyarakat Islam secara umum 0 1, karena al Qur'an adalah kitab hidayah yang mencerdaskan. Berikut akan dipaparkan point point urgensi menghafal al Qur'an ini:

1. Menghafal al Qur'an dapat menjaga ) dan otentisitas al Qur'an. Pemeliharaan al Qur'an merupakan sebuah keniscayaan yang Allah Swt. jamin, sebagaimana firmannya "% " )

2 " ("Sesungguhnya kewajiban Kami menurunkan al Qur'an dan menjaganya").93 Dalam usahanya memelihara al Qur'an, Allah menjadikan orang orang pilihan Nya untuk menghafal dalam hatinya yang mulia dan bersih. Allah Swt. berfirman:

§

ΝèO$uΖøOu÷ρr&|=tGÅ3ø9$#tÏ%©!$#$uΖøŠx sÜô¹$#ôÏΒ$tΡÏŠ$t7Ïã(óΟßγ÷ΨÏϑsùÒΟÏ9$sßÏ Å¡ø uΖÏj9Νåκ÷]ÏΒuρÓ‰ÅÁtFø)•Β

ö

Νåκ÷]ÏΒuρ7,Î/$yÏN≡uŽöyø9$$Î/ÈβøŒÎ*Î/«!$#4š9≡Ï sŒuθèδã≅Òô x ø9$#玍Î7x6ø9$#∩⊂⊄∪

"Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang orang yang kami pilih di antara hamba hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang amat besar". (Q.S. Fâtir/35:32).

92

+ , . Lihat al Bukhâri, " & juz 3, h. 233 dan Muslim,

&juz 1, h. 317.

Memelihara ) al Qur'an merupakan atas umat ini sebagai wujud pemeliharaan yang Allah tetapkan teradap al Qur'an. )

dalam term hadîts adalah sebuah berita yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak disetiap tingkatan dan tidak mungkin mereka berbohong.94 Urgensi memelihara

) dalam al Qur'an dimaksudkan sebagai memelihara jumlah para penghafal al Qur'an di setiap masa dimana jangan sampai di setiap masa sejarah umat manusia yang tidak menghafal al Qur'an, mereka menukilkan dari tangan ketangan dan dari hafalan ke hafalan dalam jumlah yang banyak, sehingga setiap huruf al Qur'an, kalimat, dan bahkan dalam harakat dan sukun sukunnya terpelihara utuh dalam jumlah yang banyak ini.95 Dengan ) jumlah penghafal ini, Allah ingin mengamankan al Qur'an dari usaha usaha adanya .96 al Qur'an merupakan perubahan teks teks dan kata kata yang tidak sesuai dengan aslinya. Al Qur'an sangat jauh sekali dari adanya , karena adanya para penghafal al Qur'an di setiap masa dalam jumlah yang banyak.

Selain , al Qur'an terpelihara dari kesalahan, kekeliruan, pengurangan dan penambahan huruf huruf terutama dalam proses kodifikasinya. Sebagai data sejarah yang otentik, al Qur'an dipelihara Allah dengan adanya para penghafal yang jumlahnya ) . Bacaan yang keliru, salah dan kurang tepat sedikitpun akan

94 Hadis

) dalam term hadîts yaitu berita yang diriwayatkan dalam setiap tingkatan

sanad perawi yang banyak –dalam pandangan akal tidak mungkin jumlah yang banyak ini berbohong dan berbeda beda atas hadis yang diriwayatkan itu. Dari definisi ini ada beberapa syarat hadis mutawatir, pertama maslah jumlah perawi dalam tiap tingkatan, para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan sepuluh orang, dua puluh, sampai seratus orang, namun pendapat yang umum adalah sepuluh orang. Kedua, jumlah yang banyak ini harus ada ditiap tingkatan tingkatan sanad. Ketiga, mereka yang meriwaytakan hadis ini tidak mungkin berdusta dan berbohong, karena matan hadisnya

pasti sama. Keempat, sandaran berita tersebut harus dari hal yang dapat dijangkau indra/ " 3 Lihat

Mahmûd al Tahhân, " & (Surabaya: al Haramain, t.th.), h. 19 20. juga Jalaluddîn

al Suyûti, "6 ) + "8 ) ) & (Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 1996), juz 2,

cet. ke I, h. 177.

95 Muhammad Hadi Ma'rifat,

"# $ & terjemah: Toha Musawa, (Jakarta: al Huda, 2007), cet. ke I, h. 236.

96 sering dilakukan umat Yahudi dan Nasrani atas sumber ajaran mereka. Al Qur'an

menegaskan bahwa: 2 2 " , ) , ("yaitu sebagian orang

Yahudi mengubah perkataan dari tempat tempatnya"). Sedangkan umat Nasrani lebih parah lagi, mereka berlebih lebihan dalam persoalan agama, yaitu menganggap al Masîh 6Isa putra Maryam

sebagai Tuhan. ini sering dilakukan umat dahulu karena beberapa sebab, pertama, para ulama

dan pendeta Yahudi dan Narani tidak menjaga amanah ini dengan sebaik baiknya (al Maidah/5: 44), akibatnya mereka mengubah seenaknya ketentuan ketentuan agama, seperti mengubah hukum zina, sifat sifat

nabi, pembalasan amal perbuatan manusia dan ketentuan ketentuan agama lain. Kedua, merekamereka mengubah firman firman Allah karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Al Qur'an siratkan dengan "setiap rasul yang datang pada mereka yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, sebagian kelompok mendustakan dan sebagian lainnya membunuh". (Q.S. al Maidah/5:70). Lihat Fakhruddîn al

terlihat dan terdengar oleh para penghafal al Qur'an. Sehingga dengan penjagaan ini, Allah telah mewujudkan keutamaan kitab sucinya dengan . Mereka yang datang kemudian sangatlah sulit untuk mencari sisi kelemahan al Qur'an dan jika dibandingkan dengan kitâb kitâb ) terdahulu hal tersebut berbeda sekali, karena kitâb kitâb tersebut tidak dihafal seperti al Qur'an, para ulama dan pendeta yang diberikan kepercayaan memeliharanya tidak menjaganya dengan baik, bahkan sampai kini kitab tersebut tidak diketahui keberadaannya.

Para sahâbat yang dipilih Allah untuk menghafal al Qur'an menerima hal ini dengan penuh keikhlasan dan keyakinan bahwa memang al Qur'an adalah sumber agama Islam. Mereka mendapat keagungan dan keistimewaan di sisi Allah Swt. untuk memelihara keotentisan dan kemurnian al Qur'an sejak diturunkan, sehingga tidak ada lagi bantahan bagi mereka yang tidak percaya terhadap al Qur'an untuk berkata: "al Qur'an berisi berita bohong, banyak salah, keliru, dan palsu" atau ungkapan ungkapan lainnya. Sebagaimana yang terjadi pada kitab kitab terdahulu dimana para ulama dan pendeta mereka berlomba lomba memalingkan kitab suci dari sumber sumber yang asli. Al Qur'an mengyebutkan hal tersebut dengan ungkapan

\ِ^ِ_اَbَc ْeَf َgِhَiْjا َنْbُlmUَnُo

(mereka memalingkan firman firman Allah Swt. dari tempat tempatnya).97

Selain itu ) al Qur'an sebagai bukti kemurnian al Qur'an, khususnya dalam aspek bacaan. Beberapa pakar sejarah teks teks al Qur'an selalu berbeda dalam menemukan teks teks sahabat, dalam melakukan penelitian tersebut yang mereka andalkan hanya teks teks sejarah pada masa mereka. Demikian juga orientalis menggungat otentisitas al Qur'an, seperti: Wansbrough, Noldake, Schwally, John Burton dan Bell.98 Bagi mereka al Qur'an itu hanya fiksi fiksi yang

97 Ungkapan ini sering ditunjukan al Qur'an antara lain dalam surat al Nisâ/4:46, al

Mâidah/5:13 dan 41. Al Qur'an menunjukan ungkapan ini untuk memberikan prediket pada orang orang Yahudi dan Nasrani yang melakukan perubahan perubahan pada kitab suci mereka. Seperti hukum rajam, pada awalnya umat yahudi yang melakukan perzinahan dihukum rajam, sebagaimana disebutkan dalam kitab Ulangan xxii. 22 24: yaitu: "Perempuan bersuami atau laki laki beristri kedapatan tidur bersama, "haruslah keduanya dibunuh mati". Dan jika yang melakukan itu adalah seorang gadis yang masih perawan, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati". Umat Yahudi kemudian mengubah hukum tersebut dengan hukum "cukur kepala/dihitamkan dan dipukul seratus kali, bagi yang kaya dengan cara membayar diat". Hal hal lain yang mereka ubah, seperti: perhitungan dan amal balasan di

akhirat, sifat sifat kedatangan nabi Muhammad Saw. Lihat Depag, "# $ "'

6%& (Jakarta: Depag, 2008), juz. 5, h. 363.

98 Isma6il K Poonowala, dkk,

"# $ / / &(Bekasi: PT. Gugus Press, 2002), cet. ke I, h. 132

tidak memiliki pijakan, bahkan al Qur'an itu hanya karya Muhammad saja.99 Namun mereka lupa dan mengabaikan hafalan hafalan yang terdapat di hati sahâbat Nabi, padahal Zaid bin Tsâbit ketika mengumpulkan al Qur'an pada masa Abu Bakar, mengandalkan hafalan para sahâbat, mereka yang mengaku telah menerima suatu ayat dari nabi, harus menghadirkan paling minimal dua orang saksi dihadapannya untuk ditulis. Zaid bahkan membantuk tim kerja yang terdiri dari dua puluh lima orang dan dia sendiri yang menjadi ketua timnya. Setiap hari tim ini bekerja dan berkumpul di masjid. Orang orang yang memiliki ayat atau surat al Qur'an merujuk kepada tim kerja yang diketuai oleh Zaid. Dalam hal ini Muhammad Hadi Ma'rifat berkata:

"Tim kerja ini tidak menerima sesuatupun sebagai al Qur'an, dari siapapun, kecuali orang itu membawa dua orang saksi dan bukti yang manyatakan bahwa itu adalah wahyu al Qur'an. Bukti pertama adalah naskah tertulis, bukti kedua adalah hafalan, yaitu dengan kesaksian orang oragn bahwa pembawa al Qur'an itu telah mendengar dari lisan Rasulullah Saw.".100

Upaya tim kerja ini mengalami kesulitan ketika Khuzaimah bin Tsâbit al Ansâri membawa dua ayat akhir surat al Taubah tanpa menghadirkan saksi, karena Rasulullah Saw. telah menjadikan kesaksiannya sama seperti kesaksian dua orang, karena itu Zaid menerima dua ayat terakhir al Taubah dari Khuzaimah. Ayat itu berbunyi:

ô

‰s)s9 öΝà2u!%y` Ñ^θ™ß u ôÏiΒ öΝà6Å¡à Ρr& ͕tã Ï ø‹n=tã $tΒ óΟšGΨÏtã ëȃ̍my Νà6ø‹n=tæ

š

ÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Ô∃ρâ‘u ÒΟŠÏm§‘ ∩⊇⊄∇∪ β*Î sù (#öθ©9uθ?s ö≅à)sù š_<É ó¡ym ª!$# Iω t s9Î) āωÎ) θu èδ ( Ï ø‹n=

à

Mù=ā2uθs?(uθèδuρ>u¸Ä öyèø9$# ΟŠÉ Ïàyèø9$# ∩⊇⊄∪

99 Orientalis yang menggugat otentisitas al Qur'an antara lain Wansbrough, Noldake,

Schwally, John Burton dan Bell. Bagi Wansbrough, periwayatan al Qur'an dari generasi pertama sampai kedua dan seterusnya hingga abad ke 2 Hijriah adalah cara yang sangat bebas. Kaum muslimin awal selalu berupaya "menyempurnakan" dan ketika terjadi pembakuan al Qur'an, keseluruhan "tradisi dari berbagai stase tersebut dapat dipertahankan eksistensi dalam redaksi final al Qur'an. Dia juga mengatakan bahwa bahasa al Qur'an adalah bahasa kaum muslimin awal, akibatnya duplikasi dan repetisi ayat ayat al Qur'an dipandang sebagai hasil karya kaum muslimin dari setiap perkembangan mereka dimana generasi yang belakang dikumpulkan serta disejajarkan begitu saja dalam naskah final al Qur'an. Dengan mendasarkan teori Joseph Schacht, bahwa hukum Islam awal tidaklah dideduksi dari al Qur'an, Wansbrough mengemukakan bahwa redaksi final al Qur'an baru disusun pada permulaan abad ke III Hijriah, karena penyimpulan hukum al Qur'an merupakan fenomena abad itu. Bagi John Burton teks al Qur'an yang ada dewasa ini merupakan karya Muhammad sendiri, beliaulah yang mengedit, mencek dan memprormulgasikan al Qur'an. Sementara kisah pengumpulan al Qur'an pada masa Abu Bakar dan Utsman dipandangnya sebagai fiksi fiksi yang tidak memiliki pijakan. Lihat

Isma6il K Poonowala, dkk, "# $ / , h. 132 136.

100 Hadi Ma'rifat,

Namun ungkapan 6Umar bin al Khattab tidak dapat disebut al Qur'an, tentang seorang laki laki tua yang berzina dengan seorang wanita tua maka rajamlah, yaitu:

ﺔﺘﺒﻟﺍ ﺎﻤﻫﺍﻮﻤﺟﺭﺎﹶﻓ ﺎﻴﻧﺯ ﺍﹶﺫِﺇ ﹸﺔﺨﻴﺸﻟﺍﻭ ﺦﻴﺸﻟﺍ

ﻧﹶﻜ

ﹰﻻﺎ

ِﻣ

ﻦ

ِﷲﺍ

ﻭ

ُﷲﺍ

ﻋ

ِﺰﻳ

ﺰ

ﺣ

ِﻜﻴ

Ini karena ketika tim kerja meminta dihadirkan dua orang saksi, 6Umar tidak bisa memenuhi, ketika 6Umar menyampaikan kepada setiap orang yang dikehendakinya, mereka menolak bahwa mereka telah mendengar kedua ungkapan tersebut dari Nabi Saw. Sehingga hal itu tidak bisa diterima tim pengumpulan al Qur'an.101 Demikianlah ketelitian upaya yang dilakukan para sahabat terhadap al Qur'an.

Bukti lain dari ) ini adalah timbulnya ilmu + $ . Ilmu + $

adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji perbedaan perbedaan bacaan al Qur'an dari jalur imam imam ) dan bersumber dari Nabi Saw.102 Perbedaan bacaan tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu: pertama, " pertama yang berbeda, baik sebelum disatukan mushaf mushaf pada zaman 6Utsmân maupun setelahnya. Kedua, tidak layaknya khat dan tulisan tulisan al Qur'an yang ketika itu tidak memiliki tanda tanda baca yang jelas bahkan huruf hurufnya tidak bertitik. Ketiga, khat di kalangan arab masih sangat asing ketika itu.103 Lahirnya ilmu + $

merupakan fakta bahwa bacaan bacaan al Qur'an itu sangat ) & karena para imam imam yang menjadi rujukan bacaan tersebut memiliki jalur periwayatan bacaan mereka yang kuat sampai kepada Nabi, sehingga qira'at tersebut disebut + $

$ . mereka itu seperti: Imam Hafs bin Amar bin Abd al Azîz (250 H.), Ibn Katsir (120 H.), Abu Amar al Basri (154 H.), Ibn 6Âmir al Sya'mi, Warasy (197 H.), Nâfi al Madinî (169 H.), Qunbul (280 H.), Qâlûn (220 H.), al Bizzî (240 H.), Mâlik bin Amar bin Tamîm (154 H.), Abû Syu aib (202 H.).104 Bacaan bacaan dari imam imam ini telah ditetapkan sebagai bagian dari bacaan bacaan yang , karena telah terpenuhi beberapa syarat + $ yang , yaitu: pertama, sanadnya , yaitu suatu bacaan al Qur'an harus diterima dari guru guru yang jelas, tertib, tidak ada cacat dan bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Kedua, sesuai dengan khat/tulisan 6utsmâni. Ketiga, sesuai dengan tata bahasa arab.105 Tiga syarat ini kemudian menjadi barometer para ulama dalam menentukan + $ al Qur'an, sehingga

101 Al Suyûtî,

"% + & juz 2, h. 70.

102 Sa6îd bin 6Amar al Dânî,

" # $ " $& (Beirut: Dâr al Kutub al 6Arabi, 1984), cet. ke II, h. 2.

103 M. Hadi Ma'rifat,

"# $ & h. 213.

104 Sa6îd bin 6Amar,

" # $ " $& h. 3.

105 Al Zarqâni,

dirumuskan + $ $ dan atau , . # $ + $ lain banyak yang muncul, namun syarat syarat tersebut menjadikan + $ tersebut tidak diterima.

2. Menghafal al Qur'an dapat meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat Islam. Al Qur'an adalah kitab hidayah, sumber ilmu dan petunjuk manusia menuju keselamatan hidup dunia dan akhirat. Petunjuk petunjuk kehidupan dan kebahagiaan hidup adalah sumber diturunkannya al Qur'an, sumber ini jika dimaksimalkan dalam diri seorang maka ia akan manjadi sebuah kekuatan untuk meraih cita cita yang dituju, cita cita itu adalah menuju kualitas pribadi yang optimal menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam al Qur'an, Allah Swt. menyebutkan kemuliaan, keagungan, dan keadaan manusia di alam ini. Allah Swt. menegaskan bahwa:

ô

‰s)s9!$uΖø9tΡr&öΝä3ö‹s9Î)$Y6≈tG2Å Ï ŠÏùöΝä.ãø.ÏŒ(ξŸ sùr&šχθ=è É)÷ès?∩⊇⊃∪

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tidak memahaminya?" (Q.S. al Anbiyâ/21:10).

ayat ini menunjukan bahwa al Qur'an menyebutkan kemuliaan manusia,106 artinya dalam al Qur'an banyak sekali penyebutan manusia sebagai makhluk hidup, penciptaan manusia, peraturan hidup, dan undang undang baik kepada Allah dan atau kepada alam. Karena itu, penutup terakhir ayat tersebut menyiratkan " $+ 2 "

& sebagai isyarat minimnya penggunaan akal sebagai

potensi memahami kualitas alam ini. Dengan demikian al Qur'an terkandung nilai nilai yang mencerdaskan kualitas umat Islam dari berbagai aspek keilmuan, sehingga mereka yang menggali hal tersebut secara , manusia akan menemukan puncak keilmuan yang tidak akan pernah bertepi.

Menghafal al Qur'an adalah langkah awal untuk mencapai hal hal tersebut, karena orang yang menghafal akan sangat mudah mencerna makna, arti, kandungan serta seluruh petunjuk petunjuk dalam kehidupan, sehingga mereka dapat memahami

106 Menurut Fakhruddin al Râzi, ayat ini menunjukan keutamaan al Qur'an pada manusia di

dunia dan akhirat. Keutamaan tersebut ditunjukan dengan menyebutkan kemuliaan manusia dan wasiat wasiat al Qur'an pada manusia untuk mewarisi hidup ini secara optimal. Kemuliaan ini dimaksudkan beberapa hal, pertama, menyebutkan kemuliaan dan wasiat hidup bagi manusia sebagaimana dalam surat al Zukruf/43:44. kedua, peringatan kepada manusia apa yang harus diperbuat dan ayang harus dijauhi sebagaimana surat al Dzariyât/51:55. Ketiga, menyebutkan ajaran ajaran agam Islam apa yang harus dilakukan seorang dan yang harus ditinggalkan, sehingga mereka mendapat

kemenangan di akhirat dengan syurga yang mengalir sungai sungai. Lihat al Râzî, "

bagaimana harus mengatur kehidupan dan bergaul bersama orang lain. Para ulama selalu mengajarkan keutamaan ini kepada anak anaknya, bahkan menghafal al Qur'an adalah materi pertama yang dipelajari sebelum ilmu ilmu lain, seperti penuturan Walîd bin Muslim (195 h.) berkata: "Kami belajar dalam satu majelis dengan guru kami al Auzâ‘î (157 h.), ia berkata: "Wahai anakku apakah engkau telah menghafal al Qur'an, kalau berkata sudah, beliau menyuruh membaca ayat !

aِc ُEا ُ=ُ{ْ>ِzْVُm

َا

ْو

َQ

ِد

ُآ

ْ=

... !&107 jika menjawab: belum, ia berkata: pergi dan hafalkan al Qur'an sebelum

mempelajari ilmu ilmu lain".108 Pentingnya menghafal di waktu kecil dapat meningkatkan kualitas otak anak, karena otak merupakan sumber berfikir, belajar dan kecerdasan kognitif untuk memahami ilmu ilmu lain yang menjadi konsentrasinya di masa depan. Rasulullah menekankan keutamaan ini, beliau menegaskan bahwa: "Siapa yang mempelajari al Qur'an di usia kecil, Allah akan mencampurkan dengan daging dan darahnya".109 Artinya seorang yang hafal diwaktu kecil, al Qur'an akan membimbingnya, menyatu dengan darah dan dagingnya, hafalan tersebut akan sangat kuat tertanam dalam diri seorang di masa dewasa nanti, selain juga hafalan itu akan meningkatkan kecerdasan otak sebagai sebagai sumber ilmu yang digeluti di bidang lain.

Selain itu, menghafal al Qur'an mencerdaskan potensi indra belajar, seperti pendengaran, penglihatan, penciuman dan rasa atau disebut dengan

/ .110 Dalam kecerdasan pendengaran/ & Allah menanamkan sumber belajar yang tinggi sebelum indra indra lain, karena manusia itu biasa mendengar untuk mendapat pelajaran sebelum melihat dan meneliti. Allah Swt. berfirman:

ª

!$#uρΝä3y_t ÷zr&.ÏiΒÈβθÜä ç/öΝä3ÏF≈yγ¨Βé&Ÿωšχθßϑn=÷ès?$\↔ø‹x©Ÿ yèy_uρãΝä39s yìôϑ¡¡9$#t |Áö/F{$#uρ

107 Q.S. Al Nisâ/4:11.

108 Al Khâtib al Baghdâdi,

"9 , "6 ) ) @ " A& (Beirut: Mua ssasah al Risâlah, 1991), cet. ke 1, h. 42.

mad bin h Dan A . 94 . h & A , .) th .t , Fikr Dâr al : Beirut ( & ' " " & ri Bukhâ l A 109 . h , I ke . cet , 2 juz , .) h 1410 , 6Ilmiyyah Kutub al Dâr al : Beirut ( & % " , , Baihaqi usein al H dia , ammad h ukim bin Mu H

hadis tersebut terdapat seorang yang bernama : Bukhari berkata Al . 330 ukim bin H

Menurut Ibn Hajar ia .

ammad bin Qais bin Makhramah h

ragu apakah itu Hukim bin Mu

" + , 6Asqalânî Lihat Ibn Hajar al

. tingkatan keenam &

2+ ammad bin Qais berkualitas h

Mu

& (Beirut: Dâr al Fikr, 1995), juz 1, cet. ke I, h. 136.

110

/ pada dasarnya bakat kecerdasan beragam ini dimiliki setiap orang,

karena mereka memiliki kecerdasa yang berbeda beda. Dalam arti manusia bukan hanya memiliki satu

Dokumen terkait