• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat untuk :

1. Manfaat teoritis

Untuk memberikan wawasan yang luas bagi para akademisi dimana dapat mengetahui tata kelola alokasi dana desa dengan baik dan dapat memberikan pengembangan konsep terhadap pemberian kebijakan, sehingga dalam penerapannya tidak adanya perbedaan pandangan antara pemerintah pusat, daerah, desa serta masyarakat.

2. Manfaat praktis

Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berguna bagi berbagai pihak, yaitu :

a. Bagi Pemerintah

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai gambaran tentang akuntabilitas pengelolaan ADD khususnya di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sebagai bahan evaluasi atau masukan bagi pemerintah.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi maupun bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan pengetahuan dalam menganalisa penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan ADD dalam pencapaian good government governance.

c. Bagi Masyarakat Desa Bone

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk memperkaya wawasan masyarakat desa mengenai pengelolaan ADD sehingga masyarakat desa dapat berpartisipasi dalam mensukseskan pelaksanaan ADD.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia). Undang-undang ini mengatur suatu desa untuk bisa mengatur pemerintahannya dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.

(Andriawan, 2020) menyatakan desa memiliki kewenangan dibidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pemberdayaan masyarakat desa serta pembinaan kemasyarakatan desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 menyebutkan kewenangan desa yaitu:

1) Kewenangan berdasarkan hak asal-usul 2) Kewenangan lokal berskala desa

3) Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota

4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten atau kota sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang.

Lebih jauh (Prandara, 2020) mengungkapkan bahwa desa memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam UU No. 6 Tahun 2014, yaitu.

Desa berhak:

1) Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat desa 2) Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa

3) Mendapatkan sumber pendaptan Desa berkewajiban:

1) Melindungi dan menjaga persatuan, keutuhan, serta kerukunan masyarakat desa dalam rangka menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

2) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa 3) Mengembangkan kehidupan demokrasi

4) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa

5) Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa

2. Pemerintahan Desa

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Desa, menyatakan bahwa Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa

sebagai penyelenggara pemerintahan dilaksanakan kepala desa yang dibantu oleh perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Perangkat desa ialah warga desa yang diangkat oleh kepala desa yang memenuhi persyaratan umum dan khusus kemudian di konsultasikan kepada camat atas nama bupati atau walikota untuk sah dijadikan aparatur desa.

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa Kepala desa memiliki tugas untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, kepala desa memiliki wewenang sebagai berikut:

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa 2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa

3) Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa 4) Menetapkan peraturan desa

5) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 6) Membina kehidupan masyarakat desa

7) Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

8) Membina dan meningkatkan perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa

9) Mengembangkan sumber pendapatan desa

10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejaahteraan masyarakat desa

11) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa

12) Memanfaatkan teknologi tepat waktu

13) Mengoordinasikan pembanguna desa secara partisipatif

14) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya

15) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun hak kepala desa dalam menjalankan tugasnya, yaitu:

1) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa 2) Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan desa

3) Menerima penghasilan tetap (gaji) setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan 4) Mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan

5) Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat desa.

Kepala desa dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

3. Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan desa yang diperolah dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen) untuk desa. Dana perimbangan pusat dan daerah dimaksud yaitu dana yang terdiri dari

dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam ditambah Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi belanja pegawai. Seluruh kegiatan yang berasal dari anggrana alokasi dana desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh masyarakat desa (Karimah, Saleh, & Wanusmawatie, 2014).

Karisma 2013 dalam (Malumperas, Manossoh, & Pangerapan, 2021) menyatakan bahwa alokasi dana desa merupakan dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten atau kota untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota, yang dimaksudkan untuk membiayai program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pembagunan, pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat desa dengan meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai potensi desa dalam meningkatkan pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja untuk mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat. Bagian dari ADD yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah desa yaitu :

1. Paling banyak 30% (tiga puluh persen) untuk pemerintah dan Badan Permusyawaratan Rakyat (BPD). Penggunaan alokasi dana desa 30% dari anggaran pendapatan dan belanja desa digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa pada pos-pos anggaran yang menyangkut honorarium pemerintah desa seperti honorarium kepala desa, honorarium sekretariat desa yang terdiri atas

sekretaris desa, Kaur Keuangan, kepala seksi, kepala urusan dan kepala dusun, serta honorarium BPD

2. Paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan. Pemberdayaan masyarakat desa sebesar 70% untuk penggunaan sarana dan prasarana ekonomi desa, pemberdayaan di bidang pendidikan dan kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan bantuan keuangan kepada lembaga masyarakat desa.

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa Alokasi dana desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mebiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari ADD berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 sebagai berikut:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemeritah desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangan.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

5. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur.

7. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial.

8. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Adapun mekanisme penyaluran alokasi dana desa adalah sebagai berikut:

1. Kepala Desa, menyampaikan dokumen persyaratan penyaluran kepada bupati/wali kota: menyampaikan perubahan atau pergantian rekening desa, menyampaikan APBDes, laporan penyerapan dan capaian output, dan menyampaikan lembar konfirmasi penerimaan dana pada RKD.

2. Bupati/wali kota, melakukan verifikasi kesesuaian dokumen persyaratan penyaluran dari desa, kemudian menyampaikan kepada KPPN.

3. KPPN, menerima kelengkapan dokumen penyaluran, kemudian melakukan penyaluran (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan).

4. Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian dari pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan ADD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan desa. Berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018, pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan dengan basis kas yaitu dengan melakukan pencatatan transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas desa.

Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Adapun asas-asas dalam pengelolaan keuangan desa sebagai berikut:

1) Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya. Pengelolaan tersebut dipercayakan dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) Akuntabel merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas ini menentukan bahwa setiap anggaran kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses perencanaan hingga pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Partisipatif merupakan penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.

4) Tertib dan disiplin anggaran yaitu anggaran harus dlaksanakan secara konsisten dengan pencatatan atas penggunaannya sesuai dengan peraturan yang melandasinya.. Beberapa disiplin anggaran yang harus diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa, sebagai berikut:

a) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.

b) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum atau tidak tersedia anggarannya dalam APBD/APBD-Perubahan.

c) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBDesa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa (BPKP, 2015).

Lebih jauh (Safitri & Fathah, 2018) Mengemukakan tahapan pengelolaan ADD yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan ADD dimulai dari Kepala Desa selaku penanggungjawab ADD melakukan rencana penggunaan ADD dalam musyawarah desa yang dihadiri oleh unsur pemerintah desa,

lembaga kemasyarakatan desa, badan permusyawaratan desa dan tokoh masyarakat, hasil dari musyawarah desa dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

2. Tahap pelaksanaan ADD, sebagaimana pelaksanaan kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD ditetapkan dalam APBDes.

3. Tahap Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dalam pertanggungjawaban APBDes, dimana perangkat desa dalam melaksanakan pengelolaan ADD wajib melaporkan pelaksanaan ADD berupa laporan pertanggungjaawaban keuangan desa, laporan berkala serta laporan akhir ADD.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas sebagai prinsip utama good government governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pemerintah atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggungjawab pemerintahan. Mardiasmo, 2014 dalam (Prandara, 2020) mengartikan akuntabilitas sebagai kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan kolektif suatu organinsasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan berupa hasil laporan dengan prinsip bahwa setiap kegiatan pengelolaan keuangan desa yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya dan merupakan hal yang penting untuk menjamin

nilai-nilai seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas dalam pelaporan keuangan desa.

Pemerintah pusat ataupun daerah harus dapat menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya. Dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, terdapat beberapa prinsip yang mendasarinya (Hamid, 2016) sebagai berikut:

1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2) Harus merupakan sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang telah dibuat serta hasil dan manfaat yang diperoleh.

4) Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan

5) Harus dilaksanakan dengan jujur, objektif, transparan, akurat serta inovatif.

Akuntabilitas memiliki kewajiban dan kewenangan dalam melaporkan segala bentuk kegiatan, akuntabilitas tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban.

Sementara itu Sumarto, 2003 dalam (Bolang, 2014) menjelaskan bahwa prinsip akuntabilitas merupakan suatu keadaan atau situasi

dimana penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan dihadapan publik secara administratif ataupun secara politik, baik dari segi pengambilan kebijakan, pelaksanaan, hingga pelaporan dari sebuah kebijakan. Sedangkan untuk aspek akuntabilitas memungkinkan publik untuk mengukur berhasil tidaknya pelaksanaan sebuah kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, terdapat beberapa indikator dalam akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

1) Perencanaan pengelolaan keuangan desa di anggarkan dalam APB Desa.

2) Sekretaris desa mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan.

3) Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APB Desa kepada Kepala Desa.

4) Rancangan peraturan desa tentang APB Desa disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah BPD paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

b. Tahap pelaksanaan

1) Segala bentuk penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

2) Rekening kas desa dilaporkan kepala desa kepada Bupati/Wali Kota.

3) Bupati/Wali Kota kepada Gubernur melaporkan daftar nomor rekening kas desa untuk pengendalian penyaluran dana transfer.

4) Kaur keuangan mencatat pengeluaran anggaran kedalam buku kas umum dan buku pembantu panjar.

5) Kaur dan Kasi pelaksana kegiatan anggaran wajib menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran kepada Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh) hari sejak seluruh kegiatan selesai.

c. Tahap penatausahaan

1) Penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan.

2) Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum.

3) Pencatatan pada buku kas umum ditutup setiap akhir bulan.

4) Kaur keuangan wajib membuat buku pembantu kas umum yang terdiri atas :

a) Buku pembantu bank, merupakan catatan penerimaan dan pengeluaran melalui rekening kas desa.

b) Buku pembantu pajak, merupakan catatan penerimaan potongan pajak dan pengeluaran setoran pajak.

c) Buku pembantu panjar, merupakan catatan pemberian dan pertanggungjawaban uang panjar.

d. Tahap pelaporan

1) Kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui camat.

2) Laporan semester pertama berupa laporan pelaksanaan APB Desa dan Laporan realisasi kegiatan.

3) Kepala Desa menyusun laporan dengan cara menggabungkan seluruh laporan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan.

4) Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa kepada menteri paling lambat minggu kedua Bulan Agustus tahun berjalan.

e. Tahap pertanggungjawaban

1) Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa kepada Bupati/Wali Kota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.

2) Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

3) Laporan pertanggungjawaban terdiri atas laporan keuangan, laporan realisasi kegiatan, dan daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang masuk ke desa.

6. Good Government Governance

(Hamid, 2016) mengartikan governance secara umum sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani serta dilindunginya, private sectors (sektor swasta atau dunia usaha) dan society (masyarakat). Jadi, good governance adalah suatu proses

tata kelola yang baik, dengan melibatkan stakeholders terhadap berbagai kegiatan perekonomian, sosial politik dan pemanfaatan berbagai sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan, serta manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas pemerataan, persamaan, keadilan, efisiensi dan akuntabilitas.

World bank mendefinisikan governance sebagai cara pemerintah mengelola sumber daya ekonomi dan sosial untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan pada good governance didefinisikan sebagai suatu penyelenggara manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan kerangka politik bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002).

Good governance mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan bersama.

Sedangkan Good Government merupakan seperangkat yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang bekaitan dengan hak-hak atau kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Berdasarkan pengertian good governance dan good government, maka good government governance adalah suatu penyelenggara manajemen pembangunan yang bertanggungjawab yang sejalan

dengan prinsip demokrasi, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi dengan menggunakan seperangkat aturan Negara yang diciptakan oleh pemerintah Negara dan kepentingan masyarakat.

Lebih jauh United Nation Development Programme dalam (Mardiasmo, 2002) menyatakan bahwa terdapat sembilan prinsip yang perlu diperhatikan dalam pencapaian good government governance.

Dari kesembilan prinsip tersebut ada tiga prinsip utama yang melandasi good government governance yaitu :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas artinya para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat, bertanggungjawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Akuntabilitas merupakan sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Transparansi

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas artinya seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat di mengerti dan dipantau. Transparansi berarti adanya keterbukaan terhadap publik sehingga dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi badan usaha, terutama para

pemberi pelayanan publik. Organisasi publik yang bergerak atas nama publik mengharuskan adanya keterbukaan agar dapat menilai kinerja pelayanan yang diberikan. Dengan ini akan terlihat bagaimana suatu sistem yang berjalan dalam organisasi tersebut.

3. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat artinya semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga-lembaga perwakilan yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat.

Partisipasi masyarakat dapat mendukung tugas pemerintah untuk mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat, mengatur agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Kurrohman, 2015).

Good government governance merupakan kebutuhan mutlak mayoritas rakyat demi terciptanya suatu sistem pemerintahan yang lebih berpihak kepada kepentingan rakyat. Dengan mewujudkan good government governance berarti terciptanya suatau layanan publik atau tata kelola pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

B. Tinjauan Empiris

Berdasarkan penelitian terdahulu, Penulis mengutip informasi dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan akuntabilitas pengelolaan ADD

yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu yang akan menjadi rujukan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Metodologi Hasil 1. Teti Anggita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1) Sistem pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Sardonoharjo telah menerapkan prinsip-prinsip good governance.

2) Tahapan pengelolaan Alokasi Dana Desa laporan dari pendukuhan dan pihak desa sedikit

kesulitan dalam

menerapkan Sistem

Keuangan Desa

(SISKEUDUS).

3) Pengukuran kinerja keuangan desa di Desa Sardonoharjo didasarkan pada tingkat efektivitasnya yaitu sebesar 97% yang

Hasil analisis menunjukkan belum diberlakukannya pertanggungjawaban alokasi dana anggaran dengan pendekatan good governance menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Desa pada Desa Talang Buluh Kabupaten Banyuasin.

pengelolaan keuangan desa pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, dan

Ceacilia Srimindarti (2019)

Governance pertanggungjawaban belum

sepenuhnya berjalan baik sesuai Permendagri No.113 tahun 2014 dan Perbup Pemalang No. 58 tahun 2015.

Hasil pengelolaan alokasi dana desa kab. pemalang

belum sepenuhnya

mengimplementasikan prinsip

Good Government

Governance dalam bentuk transparansi dan akuntabilitas karena banyak aparat desa sudah purna tugas bahkan pindah tugas sehingga yang terjadi adalah rangkap jabatan.

namun secara rutin ditindak lanjuti audit dari inspektorat untuk menjaga kualitas laporan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsip good government governance ini telah diterapkan oleh pemerintah Desa Poto, namun tidak semua prinsip dari good government governance sudah diterapkan sepenuhnya.

Prinsip good government governance yang telah diterapkan yaitu prinsip tegaknya supremasi hukum, perduli kepada masyarakat, berorientasi terhadap consensus, efektif dan efisien, prinsip fairness. Sedangkan prinsip yang belum sepenuhnya diterapkan yaitu prinsip partisipasi, 1) Akuntabilitas berpengaruh

terhadap pengelolaan ADD dalam pencapaian good governance pada Desa Manulea, dibuktikan

dengan adanya

pertanggungjawaban dalam

Desa Manulea

2) Transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan ADD dalam pencapaian good governance pada Desa Manulea dibuktikan dengan adanya keterbukaan secara transparan terhadap masyarakat maupun pihak lain yang membutuhkan.

3) Akuntabilitas dan

3) Akuntabilitas dan

Dokumen terkait