• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Memberi masukan atas kebijakan pemerintah daerah yang mampu menciptakan kestabilan, keterprediksian, dan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat termasuk IHT sebagai salah satu sumber penghasil pendapatan kota Surakarta

2. Menciptakan hubungan baik antara instansi pemerintahan dengan pihak Program Diploma III Perpajakan Sebelas Maret Surakarta

3. Merupakan tambahan referensi bacaan dan bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan terkait dengan DBH CHT di kota Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang tidak mendapatkan imbalan langsung untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mardiasmo (2009) mendefinisikan fungsi pajak yang terdiri dari 2, yaitu:

a. Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Pengertian Cukai

Cukai menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang. Barang-barang tertentu yang

commit to user

mempunyai sifat atau karakteristik adalah barang yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan dan keseimbangan

3. Dasar Hukum

a. Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

b. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009 tentang pedoman pengelolaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Provinsi Jawa Tengah

4. Barang Kena Cukai a. Etil alcohol

Yang dimaksud dengan "etil alkohol atau etanol" adalah barang cair, jernih, dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH, yang diperoleh baik secara peragian dan/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi b. Minuman yang mengandung Etil Alkohol

Yang dimaksud dengan "minuman yang mengandung etil alkohol" adalah semua barang cair yang lazim disebut minuman yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

mengandung etil alkohol yang dihasilkan dengan cara peragian, penyulingan, atau cara lainnya, antara lain bir, shandy, anggur, gin, whisky, dan yang sejenis. Yang dimaksud dengan "konsentrat yang mengandung etil alkohol" adalah bahan yang mengandung etil alkohol yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan minuman yang mengandung etil alkohol.

c. Hasil Tembakau Sigaret

Yang dimaksud dengan "sigaret" adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau rajangan yang dibalut dengan kertas dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti,atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.

Hasil Tembakau merupakan salah satu barang yang dikenakan BKC (Barang Kena Cukai). Setiap orang yang akan menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik hasil tembakau wajib memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).

Industri Hasil Tembakau (IHT) adalah industri yang menghasilkan, atau mendistribusikan atau memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan dari pengolahan tembakau. Cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagihasilkan kepada daerah karena barang kena cukai berupa hasil tembakau memiliki sifat atau karakteristik yang konsumsinya perlu dikendalikan dan diawasi serta memberikan

commit to user

dampak negatif bagi masyarakat dan mengoptimalkan upaya penerimaan negara dari cukai.

5. Tarif Cukai

Untuk penetapan harga dasar dan tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.04/2005, pada peraturan ini dilakukan pembagian jenis-jenis hasil tembakau, penggolongan pengusaha pabrik hasil tembakau, nilai tarif cukai dan batasan harga jual eceran hasil tembakau buatan dalam negeri dan luar negeri, batasan harga jual eceran dan tarif cukai hasil tembakau yang diimpor maupun tidak. Peraturan ini diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.04/2006 pada tahun 2006, diubah kembali pada tahun 2007 dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007.

Pada tahun 2008 dikeluarkan peraturan baru yang mengatur tentang tarif cukai hasil tembakau dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008 dan diubah kembali pada tahun 2009 dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009. Perubahan yang dilakukan berulang-ulang ini dimaksudkan untuk mengikuti perubahan perekonomian negara mengikuti inflasi dan kenaikan harga yang terjadi. Hal-hal yang diubah adalah mengenai tarif dasarnya. Mengenai pengaturan DBH CHT diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan DBH CHT dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

DBH CHT. Tata urutan pelaksanaan pembagian DBH CHT ke daerah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi:

1) Untuk yang dibuat di Indonesia:

a. 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau

b. 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.

2) Untuk yang diimpor:

a. 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau;

b. 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.

6. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau

Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) adalah Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% (dua persen). DBH CHT merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam pengembangan pembangunan di Indonesia atas pemungutan cukai dari Industri Hasil Tembakau (IHT). DBH CHT digunakan untuk mendanai:

commit to user

a. Peningkatan kualitas bahan baku

Peningkatan proses produksi industri hasil tembakau berupa bahan mentah dengan bantuan sarana dan prasarana produksi, bantuan modal kerja, demo intensifikasi tembakau sebagai bahan baku utama dan cengkeh sebagai bahan baku tambahan dalam proses pembuatan rokok. Peningkatan kualitas bahan baku industri hasil tembakau, meliputi:

1) Standardisasi kualitas bahan baku;

2) Pembudidayaan bahan baku dengan kadar nikotin rendah; 3) Pengembangan sarana laboratorium uji dan pengembangan

metode pengujian;

4) Penanganan panen dan pascapanen bahan baku; dan/atau

5) Penguatan kelembagaan kelompok petani bahan baku untuk industri hasil tembakau.

b. Pembinaan Industri

Kegiatan dalam rangka perbaikan kualitas produk IHT sejak dari bahan mentah hingga barang siap dipasarkan, termasuk penyediaan data yang menyajikan informasi yang memuat tentan IHT, kebutuhan bahan baku IHT, daerah penghasil bahan baku IHT, jumlah tenaga kerja, jenis IHT yang diproduksi, total produksi IHT periode tertentu, dan potensi pemakaian cukai. Pembinaan industri hasil tembakau, meliputi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Pendataan mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau (registrasi mesin/peralatan mesin) dan memberikan tanda khusus;

2) Penerapan ketentuan terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI);

3) Pembentukan kawasan industri hasil tembakau;

4) Pemetaan IHT berupa kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan industri hasil tembakau di suatu daerah, meliputi :

5) Asal daerah bahan baku (tembakau dan cengkih).

6) Kemitraan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan usaha besar dalam pengadaan bahan baku;

7) Penguatan kelembagaan asosiasi industri hasil tembakau; 8) Pengembangan industri hasil tembakau dengan kadar tar dan

nikotin rendah melalui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP).

c. Pembinaan lingkungan sosial

Merupakan tanggung jawab sosial yang dilakukan untuk membantu penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan lingkungan, membantu permodalan Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Industri Kecil Menengah (IKM). Pembinaan lingkungan sosial, meliputi :

commit to user

1) Pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat di lingkungan IHT dan/atau daerah penghasil bahan baku IHT; 2) Penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau yang

mengacu kepada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL); 3) Penetapan kawasan tanpa asap rokok dan pengadaan

tempat khusus untuk merokok di tempat umum; dan/ atau 4) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan

fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok

d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai

Proses pengenalan dan pemahaman tentang penggunaan pita cukai rokok, pentingnya pendapatan dari cukai rokok untuk pembangunan, dampak penggunaan pita cukai rokok illegal.

e. Pemberantasan barang kena cukai illegal

Kegiatan yang bertujuan untuk meminimalisir peredaran rokok illegal, meningkatkan penggunaan cukai rokok resmi dan memberikan efek jera kepada pelaku. Pemberantasan barang kena cukai ilegal, meliputi:

1) Pengumpulan informasi hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu di peredaran atau tempat penjualan eceran;

2) Pengumpulan informasi hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai di peredaran atau tempat penjualan eceran; dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3) Pengumpulan informasi barang kena cukai berupa etil alkohol dan minuman mengandung etil alkohol yang ilegal di peredaran atau tempat penjualan eceran.

4) Apabila dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan informasi ditemukan indikasi adanya hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu, hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai, atau etil alkohol dan minuman mengandung etil alcohol yang ilegal di peredaran atau tempat penjualan eceran, walikota menyampaikan informasi secara tertulis kepada DJBC.

Dana bagi hasil cukai merupakan bagian kapasitas fiskal yang perhitungannya disesuaikan dengan formula Dana Alokasi Umum (DAU) yang setiap tahun ditetapkan dalam pembahasan RAPBN. Pembagian, pengelolaan, dan penggunaan pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau kepada kabupaten/kota penyumbang cukai hasil tembakau dihitung berdasarkan kontribusi penerimaan cukai hasil tembakau pada kabupaten/kota tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009. Pembagian DBH CHT untuk masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota diatur oleh gubernur dan diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dan penetapan oleh Menteri Keuangan, dengan komposisi :

a. 30 % untuk provinsi penghasil

b. 40% untuk kabupaten/kota daerah penghasil c. 30% untuk kabupaten/kota lainnya

commit to user

Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal yang berasal dari DBH CHT yang dibuat di Indonesia. Apabila hasil pemantauan dan evaluasi anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau mengidikasikan adanya penyimpangan pelaksanaan akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundagan yang belaku. Atas penyalahgunaan alokasi tersebut dapat diberikan sanksi penangguhan hingga penghentian penyaluran DBH CHT serta apabila dalam pelaksanaan pengalokasian ke setiap SKPD terdapat sisa alokasi, Penganggaran Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) DBH CHT dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran berikutnya untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

7. Pengalokasian DBH CHT

Pengalokasian DBH CHT melalui mekanisme sebagai berikut : a. Penetapan Alokasi DBH CHT

Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang dialokasikan kepada provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1) Besaran alokasi DBH CHT per tahun ditetapkan dalam UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

2) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan pembagian alokasi DBH CHT per provinsi;

3) Gubernur menetapkan pembagian untuk provinsi, kabupaten, dan kota di wilayahnya masing-masing dengan komposisi : 30% untuk provinsi, 40% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 30% kabupaten/kota lainnya;

4) Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas pembagian alokasi yang ditetapkan Gubernur dengan Peraturan Menteri Keuangan

b. Penyaluran DBH CHT

Penyaluran DBH CHT dari pusat yang dialokasikan kepada provinsi hingga ke kota Surakarta dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan

2) Penyaluran dilaksanakan dengan cara memindahbukukan dari rekening kas umum negara ke masing-masing rekening kas umum daerah

3) Penyaluran triwulan I sampai dengan III dihitung dari penetapan alokasi sementara

commit to user

4) Penyaluran triwulan I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 20%, triwulan II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dan triwulan III dilaksanakan pada bulan September sebesar 30% 5) Penyaluran triwulan IV sebesar selisih antara penetapan alokasi

definitif dengan dana yang telah disalurkan pada triwulan I sampai dengan III

6) Penyaluran triwulan I dilakukan setelah Direktorat Jenderal Perimbangan dan Keuangan (DJPK) menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester II tahun anggaran sebelumnya dari gubernur dan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT

7) Penyaluran triwulan III dilakukan setelah DJPK menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester I tahun berjalan dari gubernur 8) Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan

DBH CHT sebagaimana dimaksud pada angka 6 dan 7 tidak menunjukan adanya realisasi penggunaan, maka penyaluran DBH CHT ditunda sampai dengan disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT

c. Pelaporan DBH CHT

Pelaporan DBH CHT atas alokasi dana ke tiap kota, dapat dirinci sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1) Awal tahun gubernur menyampaikan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;

2) Tanggal 20 Juli gubernur menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT semester I dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;

3) Tanggal 20 Desember gubernur menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBHCHT semester II dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota

Dokumen terkait