• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi Guru

Sebagai informasi dalam upaya mengembangkan kecerdasan emosional siswa

2. Bagi siswa

Berusaha meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar dapat meraih prestasi yang optimal.

3. Bagi sekolah

Menjadi informasi tentang perkembangan kecerdasan emosional siswa sekaligus membantu proses pengembangan kecerdasan emosional siswa.

6

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena belajar merupakan suatu proses sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Sebelum membahas tentang pengertian prestasi belajar, perlu diketahui pengertian dari belajar itu sendiri.

Menurut W.S. Winkel bahwa belajar adalah Suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan nilai-sikap, Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.1

Menurut Thorndike (dalam Hamzah B. Uno) menjelaskan: “Belajar adalah proses interaksi antara pikiran, perasaan, atau gerakan yang menghasilkan perubahan yang dapat berwujud kepada sesuatu yang konkrit atau non konkrit”.2

Para pakar psikologi menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar, dengan alasan sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.3

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi antara pikiran, perasaan, dan gerakan yang dapat menghasilkan perubahan, baik dalam sikap maupun pengetahuan, dan

1

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta : Media Abadi, 2004), cet.6, hal. 59

2

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008),

cet.3, hal. 11

3

perubahan tersebut ditimbulkan oleh pengalaman yang nyata yang dialami oleh dirinya sendiri.

Sedangkan prestasi belajar dapat diartikan suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk melukiskan hasil belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam satu bidang studi maupun untuk beberapa bidang studi, baik dalam satu waktu maupun dalam deretan waktu tertentu.4

Di dalam bukunya Sumadi Suryabrata yang berjudul Psikologi Pendidikan ditemukan bahwa prestasi belajar ialah untuk mengetahui pada waktu dilakukan penilaian itu sudah sejauhmanakah kemampuan anak didik tersebut. Hasil dari tindakan penilaian tersebut dapat dinyatakan dalam perumusan yang bermacam-macam, ada yang digolongkan dengan lambang A, B, C, D, E, ada yang menggunakan skala angka dari 0 sampai 10, dan ada yang memakai angka dari 0 sampai 100, dan selanjutnya pada setiap akhir masa tertentu di Sekolah dasar tiap 4 bulan dan di Sekolah Lanjutan tiap-tiap 6 bulan sekali, sekolah mengeluarkan raport tentang kelakuan, kerajinan, dan kepandaian murid-murid yang menjadi tanggung jawab guru. Raport itu merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu itu.5

Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar adalah motivasi. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Pengaruh motivasi tersebut terhadap prestasi belajar tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu itu sendiri.6

McClelland menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi karena orang yang berhasil dalam akademik, bisnis, dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu.7

4

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 1995), hal.461

5

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010),cet.5, hal. 296

6

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), hal.110

7

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008),

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh anak didik atau dapat digambarkan pada suatu tingkatan keberhasilan yang dicapai oleh anak didik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan atau keterampilan yang dilandasi dengan perubahan tingkah laku yang pada umumnya diketahui dari hasil belajar tersebut yaitu raport.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang optimal, dipengaruhi oleh faktor dalam diri anak didik (internal) dan faktor dari luar diri anak didik (eksternal). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Drs. Sumadi Suryabrata :

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri anak didik dibagi menjadi dua, yaitu :

1). faktor-faktor sosial 2). faktor-faktor nonsosial

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik dibagi menjadi dua, yaitu :

1). faktor-faktor fisiologis 2). faktor-faktor psikologis8

Menurut Dr. Muhibbin syah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor Internal meliputi :

1) Faktor fisiologis

Secara umum, kondisi fisiologis yaitu seperti kesehatan jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak didik dalam mengikuti pelajaran.

Begitu pula dengan kesehatan panca indera yang menandai pendengaran dan penglihatan, juga sangat mempengaruhi

8

kemampuan anak didik dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.

2). Faktor psikologis

Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang esensial adalah sebagai berikut :

a). Inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.9 Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya, tingkat kecerdasan seseorang ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah di perolehnya).10 Ciri-ciri intelektual adalah mudah menangkap pelajaran, ingatannya baik, penalaran tajam (berpikir logis-kritis), daya konsentrasinya baik dan lain sebagainya itu semua adalah mencerminkan seseorang yang memiliki kecerdasan.11

b). Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional (EQ) merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati). Dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif atau intelektual, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Yang diperlukan untuk sukses atau berprestasi dimulai dari keterampilan intelektual, tetapi seseorang juga

9

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 148

10

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakart:PT

Gramedia, 1985), hal. 19

11Ibid.,

memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Karena menurut Goleman yang dikutip oleh paton bahwa IQ hanya mendukung sekitar 20 % faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80% sisanya berasal dari faktor lain termasuk kecerdasan emosional.12

c). Bakat

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.13 Ciri-ciri anak yang berbakat yaitu membaca lebih cepat dan banyak, dapat memberikan banyak gagasan, terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan, peka terhadap sesuatu, mempunyai pengamatan yang tajam dan sebagainya.14 Anak yang memiliki bakat tentang suatu objek maka mudah bagi dia menguasai objek tersebut sebagai contoh anak yang berbakat matematika, diperkirakan dia akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.15

d). Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

12

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi

Aksara, 2008), cet ke-3, hal. 69

13

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 151

14

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakart:PT

Gramedia, 1985), hal. 30

15

sesuatu. Minat seperti yang dipahami tersebut dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak didik dalam bidang-bidang studi tertentu. Jadi minat adalah perasaan senang dan puas terhadap suatu objek tertentu.

e). Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.16 Ciri-ciri motivasi adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat dan lain sebagainya.17 Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademik yang tinggi apabila : a) rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berprestasi, b) tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.18

b. Faktor eksternal meliputi : 1). Lingkungan sosial

Lingkungan sosial siswa dapat dibagi lagi menjadi tiga macam yaitu :

a). Orang tua dan keluarga

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri atau dapat di sebut juga dengan pola asuh orang tua. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi

16

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 152

17

Utami Munandar Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakart:PT

Gramedia, 1985), hal. 34

18

dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi dicapai oleh siswa.

b). Sekolah

Lingkungan sekolah seperti para guru (kepala sekolah dan wakil-wakilnya), dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

c). Masyarakat

Masyarakat dan tetangga juga adalah teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya, akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan sulit menemukan teman belajar atau berdiskusi.

2). Lingkungan nonsosial

Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya misalnya lingkungan sekolah yang letaknya jauh dari keramaian seperti pasar dan jalan yang ramai sehingga menimbulkan keadaan belajar yang nyaman dan tidak berisik, dan rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, misalnya tinggal di lingkungan yang kumuh, pergaulan yang tidak baik, sehingga seseorang akan kesulitan untuk belajar misalnya untuk kegiatan belajar kelompok dan

lain sebagainya. Faktor-faktor inilah yang dipandang turut menentukan tingkat prestasi belajar siswa.19

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar siswa itu dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, baik yang berasal dari dalam diri anak didik (internal) maupun dari luar diri anak didik (eksternal). Kecerdasan emosional (EQ) adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan intelektual , oleh karena itu kecerdasan emosional (EQ) mencakup semua sifat seperti : Mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan keterampilan sosial.

3. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam pengukuran prestasi belajar ini akan dijelaskan alat-alat penilaian hasil belajar, yakni tes subjektif maupun tes obyektif. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada anak didik untuk mendapat jawaban dari anak didik dalam bentuk lisan (tes lisan) dan dalam bentuk tulisan (tes tulis), Atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.20

a. Tes Subjektif

Pada umumnya tes subjektif berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

b. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi

19

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 154

20

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja

kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Biasanya cakupan materinya yang luas, mudah untuk mengoreksinya, dan tidak bisa menilai atau mengukur kemampuan anak.21

Macam-macam tes objektif sebagai berikut :

1). Bentuk soal benar-salah (true-false)

Bentuk soal Benar-Salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari soal pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.

2). Bentuk soal menjodohkan (mathcing test)

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang pararel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tatapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan hanya menebak.

3). Bentuk soal pilihan ganda (multiple choice item test)

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :

a) Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan.

21

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009),

b) Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban

c) Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat

d) Distractor (pengecoh) : jawaban-jawaban lain selain kunci

jawaban.22

4). Bentuk soal isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes

melengkapi, atau tes menyempurnakan. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh anak didik ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari anak didik.

Ada juga Completion test yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti yang dijelaskan diatas, tetapi merupakan kalimat-kalimat berangkai dan memuat banyak isian.23 Adapun ciri-ciri

Completion test adalah :

a). Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan

b). Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik (...)

c). Titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi atau disempurnakan oleh siswa, dengan jawaban (yang oleh guru) telah dihilangkan.24 Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi anak didik menggunakan angket.

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2010), cet.15, hal. 45

23

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009),

cet.9, hal. 175

24

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 1995),

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Sebelum membahas tentang pengertian kecerdasan emosional, perlu diketahui pengertian dari kecerdasan itu sendiri dan emosi. Intelligence

adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk beradabtasi dengan lingkungannya.25 Intelligence atau kecerdasan mengandung arti yang amat luas, menurut Gardner yang diambil dari bukunya Monty P. Satiadarma yang berjudul mendidik kecerdasan menjelaskan bahwa :

Inteligensi bukan merupakan suatu konstruk unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Ia beranggapan bahwa sekurang-kurangnya ada 8 bentuk inteligensiyaitu:

1). Inteligensi bahasa (Linguistik)

2). Inteligensi logika-matematika (Logic-Mathematical) 3). Inteligensi keruangan (Spatial)

4). Inteligensi musikal (Musical)

5). Inteligensi kinestetik (Bodily-kinesthetic) 6). Inteligensi Interpersonal

7). Inteligensi Intrapersonal. 8). Intelligensi naturalis26

Sedangkan menurut David Wechsler, seorang penguji kecerdasan, dalam bukunya Makmun Mubayidh yang berjudul Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak menurutnya “Kecerdasan adalah; kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Sejak tahun 1940, David Wechsler mengisyaratkan akan adanya unsur intelektual dan non- intelektual yang dikandung oleh akal, yaitu unsur emosi dan faktor-faktor pribadi dan sosial.27

Setelah mengetahui arti dari kecerdasan, perlu diketahui pula pengertian dari emosi.

25

Monti P. Satia Darma, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003),

Cet. 1, hal. 26

26

Ibid., hal. 5

27

Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta : Pustaka

Menurut Davies dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa “intelligence

emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang.” mereka mengemukakan bahwa kemampuan ini suatu yang amat penting dalam kemampuan psikologis seseorang.28

Beck mengungkapkan pendapat James dan Lange yang dikutip dari buku Hamzah B.Uno yang menjelaskan bahwa emosi adalah “persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respon) terhadap suatu peristiwa. Definisi ini bermaksud menjelaskan bahwa pengalaman emosi merupakan persepsi dari reaksi terhadap situasi”.29

Kata emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang artinya jiwa yang menggerakkan kita. Emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi emosi berlaku sebagai sumber energi autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, oleh karena itu emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pkiran khasnya, suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.30 Perasaan itu termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh setiap orang, hanya corak dan tingkah lakunya saja yang berbeda. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang, oleh sebab itu tanggapan perasaan antara satu orang dengan orang lain terhadap hal yang sama pastilah berbeda.31

Golongan utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya sebagai berikut :

a. Amarah : bringas, mengamuk marah besar, jengkel, kesal hati.

28

Monti P. Satia Darma, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003),

Cet. 1, hal.27.

29

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi

Aksara, 2008), cet ke-3, hal. 62

30

Ibid., hal. 62

31

Akhyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : PT Mizan Publika,

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, putus asa, depresi berat. c. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut

sekali, waspada, sedih, tidak tenag, ngeri, takut sekali.

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, puas, riang, senang, terhibur, bangga, takjub, rasa terpesona.

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Terkejut : terkesiap, terkejut.

g. Jengkel : hina, jijik, muak, benci, tidak suka.

h. Malu : rasa salah, malu hati, kesal, sesal, dan hati hancur lebur.32 Menurut Saphiro (dalam Hamzah B. Uno) istilah “Kecerdasan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayor. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoas.33

Kecerdasan emosional muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi saja tidak cukup untuk menghantarkan orang menuju suskes. Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, memiliki gelar yang tinggi, belum tentu sukses di dunia pekerjaan. Seringkali justru yang berpendidikan formal lebih rendah, banyak yang ternyata mampu lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal diperlukan pula pengembangan kecerdasan emosional seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi.34 Menurut Daniel Goleman pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki stabilitas emosi,

32

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi

Aksara, 2008), cet ke-3, hal. 65

33Ibid.,

hal. 68

34

motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stress, tidak mudah putus asa dll. Pengalaman-pengalaman demikian memperkuat keyakinan bahwa disamping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memelihara, dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, mampu menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.35

Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif, orang-orang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Kemudian, Doug Lennick menegaskan “yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan ketrampilan intelektual, tetapi orang juga memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Penyebab kita tidak mencapai potensi maksimum adalah ketidaktrampilan emosi”.

Kecerdasan emosionallah yang memotivasi seseorang untuk mencari manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

Jadi kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.36

35

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:PT

Remaja Rosda Karya, 2009)Cet ke-5, hal. 97

36

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi

Intelligensi memang sedemikian berpengaruh pada perkembangan manusia. Atau dengan kata lain bahwa perkembangan jiwa seseorang amat ditentukan oleh perkembangan penggunaan alat pikirnya. Namun ia bukan satu-satunya alat yang menentukan tingkat perkembangan manusia. Selain inteligensi, emosi juga berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Pada abad 19 orang-orang Barat begitu mengagumi akan pentingnya IQ sebagai

Dokumen terkait