• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran PAI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran PAI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Bojongsari Depok)

Oleh:

Karmila

(109011000112)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi be{udul : Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi

Belajar Siswa (Penelitian Korelasional Pada Siswa Kelas

VIII MTs Al-Hidayah

Arco

kota Depok). Disusun

oleh Karmila,

NIM

109011000112, Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Fakultas llrnu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Isiam Negeri

Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 10 April 2014

Yang mengesahkan

Dra. Eni Rosda Syarbaini, M. Psi

(3)

MTs Al-Hidayah

Arco Kelas

\/III"

disusun oleh Kanlila. NIN{ 109011000112. diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 24 Apri| 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

lakarta 24 April 2014

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. H. Abdul Maiid Khon. M.Ae lrIP. 19s80707 198703 1005

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Hi. Marhamah Saleh. Lc.. MA

NIP. 19720313 200801 2 010

Penguji

I

Dr. Zaimudin. M.As

NrP. 19590705 199103 1 002

Penguji

II

Yudhi Munadi. M.Ae

NIP. 19701203 199803 1003

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

!/r.*t

7/5.zav

{&:

#

k

ti

W

(4)

Karmila

109011000112

Pendidikan Agama Islam 2009/2010

Jl. Sawangan Elok Kel. Duren Seribu 001/008 Kec. Bojong Sari Kota Depok 16518 Jawa Barat

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skipsi yang berjudul Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan

Prestasi Belajar Siswa pada pelajaran

PAI

adalah benar hasil karya sendiri di

bawah bimbingan dosen: Nama

NIM

Jurusan

Angkatan Tahun Alamat

Nama NIP

Dosen Jurusan

: Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi : 19530813 198003 2 001

: Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila pemyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

l*ulta,23

April 2014

Menyatakan,

Karmila

(5)

v

pada Pelajaran PAI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jawaban mengenai ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang siswa yang diambil sacara random sampling dari seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco tahun ajaran 2013-2014. Kecerdasan emosional ini diukur dengan skala kecerdasan emosional model Likert berdasarkan indikator-indikator kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial yang diambil dari buku Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran karya Hamzah B. Uno dan dikembangkan sesuai kebutuhan penelitian.

Data prestasi belajar sdiambil dari hasil perhitungan angket prestasi belajar agama siswa MTs Al-Hidayah Arco tahun ajaran 2013-2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco. Hal ini dapat dilihat dari perolehan perhitungan angka dengan rumus product moment, yang memperoleh nilai rxy sebesar rhitung > rtabel = .569 > .250 dengan taraf signifikansi 5% sedangkan bila diambil taraf signifikansi 1% diperoleh nilai rxy sebesar rhitung > rtabel = .569 > .325. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Hidayah Arco dapat diterima.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa MTs Al-Hidayah Arco disarankan kepada seluruh guru agar dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa baik pengaturan diri, kesadaran diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat meraih prestasi belajar yang optimal. Kepada orang tua agar lebih meningkatkan perhatiannya dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa agar mereka semakin percaya diri dan mandiri demi mencapai prestasi yang optimal.

Kata Kunci:Kecerdasan Emosional, Prestasi Belajar, Pelajaran PAI.

(6)

v

Class VIII of Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Hidayah Arco Sawangan-Depok)

This research aim to to know the answer hit there do not it him relation of among emotional intellegence with the achievement learn the student. This research is executed in MTs Al-Hidayah Arco of Sawangan-Depok. Method used in this research is method of korelasional research.

Subyek in this research amount to 60 student people is taken away by random sampling from entire/all student of class of VIII MTs Al-Hidayah Arco of teaching year 2013-2014. This Emotional intellegence measured with the emotional intellegence scale model the Likert of pursuant to emotional intellegence indicator that is self awareness, self arrangement, motivate the, empathy and social skill which is taken away from by a New Orientation book in Psychology of Study of masterpiece Hamzah B. Uno and developed by according to research requirement.

Achievement data learn the took from result of calculation of achievement enquette learn the religion of student MTs Al-Hidayah Arco school year 2013-2014.

Research result indicate that there is relation of among emotional intellegence with the achievement learn the student of Class of VIII MTs Al-Hidayah Arco. This Matter is visible from acquirement of number calculation with the formula of product moment, obtaining value rxy of equal to rhitung > rtabel = . 569 > . 250 with the level signifikansi 5% while if/when taken [by] level signifikansi 1% obtained by value rxy of equal to rhitung > rtabel = . 569 > . 325. Thereby, hypothesis expressing there are relation which signifikan of among emotional intellegence with the achievement learn student in acceptable MTs Al-Hidayah Arco.

To increase achievement learn the student of MTs Al-Hidayah Arco suggested to entire/all teacher of to be can develop the emotional intellegence of good student of self arrangement, self awareness, the motivate , social skill and empathy in the effort improving study process so that can reach for the achievement optimal learn. To parent of to be more improving is its attention in developing emotional intelligence student to be them progressively self confidence and self-supporting for the shake of reaching optimal achievement.

Keyword: Emotional Intellegence, Achievement Learn, Lesson of Islamic Religion Education.

(7)

vi

Segala puji bagi Allah penulis panjatkan atas segala karunia, taufiq, inayah serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita penghulu alam yakni Nabi Muhammad SAW, rasul pilihan yang membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang dengan ilmu pengetahuan. Serta untaian doa semoga tercurahkan kepada keluarga, kerabat, sahabat, hingga kepada seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan

Prestasi Belajar Siswa Penelitian di MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok” ini, penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidaklah semata-mata atas usaha sendiri, namun berkat bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menghaturkan ucapan terimakasih kepada :

1. Nurlena Rifai, M.A, Phd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarig Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vii

Hidayatullah Jakarta yang penuh tanggung jawab dalam mendidik penulis selama menimba ilmu di sini.

6. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Pendidikan Agama Islam .

7. Segenap pengelola perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari buku serta data0dat yang dibutuhkan.

8. H. Amung Sutisna sebagai Kepala Sekolah MTs Al-Hidayah Arco yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

9. Bapak/Ibu Guru, TU Mts Al-Hidayah Arco yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian.

10.Ayahanda Kawih, dan Ibunda Aminah tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, memberikan dukungan moril maupun materil serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi ini. Mudah-mudahan Allah SWT selalu meridhoi perjuangan beliau dan memberi keberkahan untuknya, Amiin Ya

Robbal’alamiin.

11.Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat kepada penulis khususnya teh Nurfarida SE, Yanih.

12.Calon suamiku tercinta yakni Nur Afif awaludin S.Pd yang telah membantu penulis baik tenaga pikiran maupun materil semoga Allah membalas semua kebaikannya dengan kebaikan yang berlipat ganda. 13.Teman-teman PAI C serta teman sebimbingan bu Rini, teh Nadia, Endah

(9)

viii

imbalan kebaikan pula yang berlipat ganda serta karunia dan hidayahnya yang tak terhingga. Dan mudah-mudahan juga Allah memberi petunjuk kepada penulis untuk selalu berada dalam jalan yang lurus dan yang diridhoi-Nya, majauhkan penulis dari ketidaktahuan, kesalahan berfikir, kesalahan berucap. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan mendapat Berkah-Nya.

Jakarta, 13 April 2014

(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Prestasi Belajar ... 6

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 6

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 8

3. Pengukuran Prestasi Belajar ... 13

B. Kecerdasan Emosional ... 16

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 16

(11)

x

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 36

D. Kerangka Berpikir ... 37

E. Hipotesa Penelitian ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 49

G. Hipotesis Statistik ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 52

1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 53

B. Hasil Analisis dan Interpretasi Data Utama ... 61

1. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa ... 62

(12)

xi

(13)

xii

Tabel 1. Kisi-kisi skala kecerdasan emosional ... 42

Tabel 2. Instrumen Prestasi Belajar Siswa ... 43

Tabel 3. Hasil uji validitas kecerdasan emosional ... 45

Tabel 4. Hasil uji validitas prestasi belajar ... 46

Tabel 5. Hasil uji reliabilitas kecerdasan emosional ... 48

Tabel 6. Hasil uji reliabilitas prestasi belajar siswa ... 48

Tabel 7. Keadaan siswa MTs Al-Hidayah Arco ... 54

Tabel 8. Keadaan pendidik dan tenaga kependidikan MTs Al-Hidyah Arco ... 54

Tabel 9. Keadaan sarana dan prasarana MTs Al-Hidayah Arco ... 55

Tabel 10. Gambaran umum siswa MTs Al-Hidayah Arco berdasarkan jenis kelamin ... 56

Tabel 11. Gambaran umum siswa MTs Al-Hidayah Arco berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga ... 56

Tabel 12. Gambaran umum siswa MTs Al-Hidayah Arco berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 57

Tabel 13. Gambaran umum siswa MTs Al-Hidayah Arco berdasarkan taraf pendidikan orang tua ... 58

Tabel 14. Gambaran umum siswa MTs Al-Hidayah Arco berdasarkan jenis pekerjaan orang tua ... 59

Tabel 15. Gambaran umum siswa MTs Al-Hidayah Arco berdasarkan jumlah penghasilan orang tua perbulan ... 60

Tabel 16. Proporsi prestasi belajar siswa kelas VIII Mts Al-Hidayah Arco ... 61

Tabel 17. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco ... 62

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai sarana siswa belajar berbagai hal. Pendidikan itu sendiri adalah suatu kegiatan yang dijalankan dengan maksud mengubah sekaligus mengembangkan prilaku yang lebih baik.

Dalam pendidikan formal, belajar menghasilkan adanya perubahan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal salah satunya adalah memiliki Emotional Intellegence atau kecerdasan emotional (EQ), Para ahli berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang optimal, seseorang tidak hanya memiliki Intelligence yang tinggi. Taraf Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Kedua kecerdasan itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak hanya mengembangkan IQ saja melainkan juga perlu mengembangkan kecerdasan emosional siswa.

Menurut Goleman yang di kutip dari Paton bahwa IQ hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan seseorang,sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional, dan sosial.1

1

(15)

Di zaman modernisasi seperti sekarang ini, banyak orang dewasa yang kurang memperhatikan perkembangan kecerdasan emosional, anak-anak di sekitar mereka. Hingga kini masih banyak orang tua yang memuja kecerdasan intelektual dengan mengandalkan kemampuan berlogika semata. Banyak juga orang tua yang hanya melihat pada hasil prestasi yang diraih oleh anak-anaknya, tanpa peduli pada usaha atau bagaimana cara anak mendapatkan prestasi tersebut. Orang tua merasa bangga bila melihat anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas, dan anak tersebut dianggap lebih berhasil dibandingkan dengan anak yang nilainya lebih rendah. Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen. Peserta didik juga harus memiliki kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, empati dan membina hubungan dengan orang lain dengan kata lain memiliki kemampuan menyesuaikan diri, dapat mengerti orang lain, menghargai orang lain dan bisa memahami orang lain.2

Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal IQ, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradabtasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru.3

Dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajarnya.4

2Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2010), Cet Ke-4, Hal. 20

3

Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emosional, Spiritual Quotient, (Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2001), Hal. 56

4

(16)

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan banyak anak yang cerdas namun kurangnya pengembangan kecerdasan emosionalnya seperti motivasi diri yang rendah, kurang ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, kurang menyesuaikan diri dengan orang lain, sehingga ada siswa yang terhambat kegiatan belajar di sekolahnya dan menginginkan untuk pindah dari sekolah tersebut dan kurang menghargai orang lain sehingga terhambatnya proses belajar dan sekaligus pecapaian prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan hasil pengamatan prapeneltian pada siswa MTs Al-Hidayah Arco, disini para siswanya banyak menghadapi beberapa permasalahan, baik masalah prestasi belajar maupun masalah pengendalian emosional siswa dalam proses belajar.

Oleh karena itu, Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi belajar, maka penulis tertarik untuk meneliti : ”HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

SISWA”.

Penelitian korelasional pada siswa kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Bojongsari Depok.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Siswa kurang mampu mengendalikan emosi dalam proses belajar 2. Siswa kurang bisa mengelola emosi

3. Masih banyak siswa yang kurang memiliki motivasi untuk meraih prestasi belajar yang optimal

(17)

5. Siswa kurang memiliki ketrampilan sosial dalam membina hubungan yang kaitannya dengan mengerti orang lain, bisa memahami orang lain, menghargai orang lain dan kemampuan menyesuaikan diri.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi, sebagai berikut :

1. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil angket yang berupa hasil belajar dari pelajaran Agama Islam

2. Kecerdasan emosional yang dimaksud yaitu meliputi : mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan keterampilan sosial.

3. Siswa yang di maksud adalah siswa kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk menelaah dan mengkaji bagaimana hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

(18)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi Guru

Sebagai informasi dalam upaya mengembangkan kecerdasan emosional siswa

2. Bagi siswa

Berusaha meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar dapat meraih prestasi yang optimal.

3. Bagi sekolah

(19)

6

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena belajar merupakan suatu proses sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Sebelum membahas tentang pengertian prestasi belajar, perlu diketahui pengertian dari belajar itu sendiri.

Menurut W.S. Winkel bahwa belajar adalah Suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan nilai-sikap, Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.1

Menurut Thorndike (dalam Hamzah B. Uno) menjelaskan: “Belajar adalah proses interaksi antara pikiran, perasaan, atau gerakan yang menghasilkan perubahan yang dapat berwujud kepada sesuatu yang konkrit

atau non konkrit”.2

Para pakar psikologi menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar, dengan alasan sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.3

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi antara pikiran, perasaan, dan gerakan yang dapat menghasilkan perubahan, baik dalam sikap maupun pengetahuan, dan

1

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta : Media Abadi, 2004), cet.6, hal. 59

2

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008), cet.3, hal. 11

3

(20)

perubahan tersebut ditimbulkan oleh pengalaman yang nyata yang dialami oleh dirinya sendiri.

Sedangkan prestasi belajar dapat diartikan suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk melukiskan hasil belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam satu bidang studi maupun untuk beberapa bidang studi, baik dalam satu waktu maupun dalam deretan waktu tertentu.4

Di dalam bukunya Sumadi Suryabrata yang berjudul Psikologi Pendidikan ditemukan bahwa prestasi belajar ialah untuk mengetahui pada waktu dilakukan penilaian itu sudah sejauhmanakah kemampuan anak didik tersebut. Hasil dari tindakan penilaian tersebut dapat dinyatakan dalam perumusan yang bermacam-macam, ada yang digolongkan dengan lambang A, B, C, D, E, ada yang menggunakan skala angka dari 0 sampai 10, dan ada yang memakai angka dari 0 sampai 100, dan selanjutnya pada setiap akhir masa tertentu di Sekolah dasar tiap 4 bulan dan di Sekolah Lanjutan tiap-tiap 6 bulan sekali, sekolah mengeluarkan raport tentang kelakuan, kerajinan, dan kepandaian murid-murid yang menjadi tanggung jawab guru. Raport itu merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu itu.5

Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar adalah motivasi. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Pengaruh motivasi tersebut terhadap prestasi belajar tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu itu sendiri.6

McClelland menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi karena orang yang berhasil dalam akademik, bisnis, dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu.7

4

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 1995), hal.461 5

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010),cet.5, hal. 296

6

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), hal.110

7

(21)

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh anak didik atau dapat digambarkan pada suatu tingkatan keberhasilan yang dicapai oleh anak didik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan atau keterampilan yang dilandasi dengan perubahan tingkah laku yang pada umumnya diketahui dari hasil belajar tersebut yaitu raport.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang optimal, dipengaruhi oleh faktor dalam diri anak didik (internal) dan faktor dari luar diri anak didik (eksternal). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Drs. Sumadi Suryabrata :

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri anak didik dibagi menjadi dua, yaitu :

1). faktor-faktor sosial 2). faktor-faktor nonsosial

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik dibagi menjadi dua, yaitu :

1). faktor-faktor fisiologis 2). faktor-faktor psikologis8

Menurut Dr. Muhibbin syah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor Internal meliputi :

1) Faktor fisiologis

Secara umum, kondisi fisiologis yaitu seperti kesehatan jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak didik dalam mengikuti pelajaran.

Begitu pula dengan kesehatan panca indera yang menandai pendengaran dan penglihatan, juga sangat mempengaruhi

8

(22)

kemampuan anak didik dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.

2). Faktor psikologis

Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang esensial adalah sebagai berikut :

a). Inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.9 Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya, tingkat kecerdasan seseorang ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah di perolehnya).10 Ciri-ciri intelektual adalah mudah menangkap pelajaran, ingatannya baik, penalaran tajam (berpikir logis-kritis), daya konsentrasinya baik dan lain sebagainya itu semua adalah mencerminkan seseorang yang memiliki kecerdasan.11

b). Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional (EQ) merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati). Dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif atau intelektual, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Yang diperlukan untuk sukses atau berprestasi dimulai dari keterampilan intelektual, tetapi seseorang juga

9

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 148 10

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakart:PT Gramedia, 1985), hal. 19

11Ibid.,

(23)

memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Karena menurut Goleman yang dikutip oleh paton bahwa IQ hanya mendukung sekitar 20 % faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80% sisanya berasal dari faktor lain termasuk kecerdasan emosional.12

c). Bakat

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.13 Ciri-ciri anak yang berbakat yaitu membaca lebih cepat dan banyak, dapat memberikan banyak gagasan, terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan, peka terhadap sesuatu, mempunyai pengamatan yang tajam dan sebagainya.14 Anak yang memiliki bakat tentang suatu objek maka mudah bagi dia menguasai objek tersebut sebagai contoh anak yang berbakat matematika, diperkirakan dia akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.15

d). Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

12

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, hal. 69

13

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 151 14

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakart:PT Gramedia, 1985), hal. 30

15

(24)

sesuatu. Minat seperti yang dipahami tersebut dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak didik dalam bidang-bidang studi tertentu. Jadi minat adalah perasaan senang dan puas terhadap suatu objek tertentu.

e). Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.16 Ciri-ciri motivasi adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat dan lain sebagainya.17 Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademik yang tinggi apabila : a) rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berprestasi, b) tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.18

b. Faktor eksternal meliputi :

1). Lingkungan sosial

Lingkungan sosial siswa dapat dibagi lagi menjadi tiga macam yaitu :

a). Orang tua dan keluarga

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri atau dapat di sebut juga dengan pola asuh orang tua. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi

16

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 152 17

Utami Munandar Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakart:PT Gramedia, 1985), hal. 34

18

(25)

dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi dicapai oleh siswa.

b). Sekolah

Lingkungan sekolah seperti para guru (kepala sekolah dan wakil-wakilnya), dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

c). Masyarakat

Masyarakat dan tetangga juga adalah teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya, akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan sulit menemukan teman belajar atau berdiskusi.

2). Lingkungan nonsosial

(26)

lain sebagainya. Faktor-faktor inilah yang dipandang turut menentukan tingkat prestasi belajar siswa.19

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar siswa itu dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, baik yang berasal dari dalam diri anak didik (internal) maupun dari luar diri anak didik (eksternal). Kecerdasan emosional (EQ) adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan intelektual , oleh karena itu kecerdasan emosional (EQ) mencakup semua sifat seperti : Mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan keterampilan sosial.

3. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam pengukuran prestasi belajar ini akan dijelaskan alat-alat penilaian hasil belajar, yakni tes subjektif maupun tes obyektif. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada anak didik untuk mendapat jawaban dari anak didik dalam bentuk lisan (tes lisan) dan dalam bentuk tulisan (tes tulis), Atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.20

a. Tes Subjektif

Pada umumnya tes subjektif berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

b. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi

19

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos wacana ilmu, 2001), hal 154 20

(27)

kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Biasanya cakupan materinya yang luas, mudah untuk mengoreksinya, dan tidak bisa menilai atau mengukur kemampuan anak.21

Macam-macam tes objektif sebagai berikut :

1). Bentuk soal benar-salah (true-false)

Bentuk soal Benar-Salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari soal pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.

2). Bentuk soal menjodohkan (mathcing test)

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang pararel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tatapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan hanya menebak.

3). Bentuk soal pilihan ganda (multiple choice item test)

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :

a) Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan.

21

(28)

b) Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban c) Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat

d) Distractor (pengecoh) : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.22

4). Bentuk soal isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes melengkapi, atau tes menyempurnakan. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh anak didik ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari anak didik.

Ada juga Completion test yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti yang dijelaskan diatas, tetapi merupakan kalimat-kalimat berangkai dan memuat banyak isian.23 Adapun ciri-ciri Completion test adalah :

a). Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan

b). Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik (...)

c). Titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi atau disempurnakan oleh siswa, dengan jawaban (yang oleh guru) telah dihilangkan.24 Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi anak didik menggunakan angket.

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet.15, hal. 45

23

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet.9, hal. 175

24

(29)

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Sebelum membahas tentang pengertian kecerdasan emosional, perlu diketahui pengertian dari kecerdasan itu sendiri dan emosi. Intelligence adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk beradabtasi dengan lingkungannya.25 Intelligence atau kecerdasan mengandung arti yang amat luas, menurut Gardner yang diambil dari bukunya Monty P. Satiadarma yang berjudul mendidik kecerdasan menjelaskan bahwa :

Inteligensi bukan merupakan suatu konstruk unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Ia beranggapan bahwa sekurang-kurangnya ada 8 bentuk inteligensiyaitu:

1). Inteligensi bahasa (Linguistik)

2). Inteligensi logika-matematika (Logic-Mathematical) 3). Inteligensi keruangan (Spatial)

4). Inteligensi musikal (Musical)

5). Inteligensi kinestetik (Bodily-kinesthetic) 6). Inteligensi Interpersonal

7). Inteligensi Intrapersonal. 8). Intelligensi naturalis26

Sedangkan menurut David Wechsler, seorang penguji kecerdasan, dalam bukunya Makmun Mubayidh yang berjudul Kecerdasan dan Kesehatan

Emosional Anak menurutnya “Kecerdasan adalah; kemampuan sempurna

(komprehensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Sejak tahun 1940, David Wechsler mengisyaratkan akan adanya unsur intelektual dan non- intelektual yang dikandung oleh akal, yaitu unsur emosi dan faktor-faktor pribadi dan sosial.27

Setelah mengetahui arti dari kecerdasan, perlu diketahui pula pengertian dari emosi.

25

Monti P. Satia Darma, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. 1, hal. 26

26

Ibid., hal. 5 27

(30)

Menurut Davies dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa “intelligence emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir serta

perilaku seseorang.” mereka mengemukakan bahwa kemampuan ini suatu

yang amat penting dalam kemampuan psikologis seseorang.28

Beck mengungkapkan pendapat James dan Lange yang dikutip dari buku Hamzah B.Uno yang menjelaskan bahwa emosi adalah “persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respon) terhadap suatu peristiwa. Definisi ini bermaksud menjelaskan bahwa pengalaman emosi merupakan persepsi dari reaksi terhadap situasi”.29

Kata emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang artinya jiwa yang menggerakkan kita. Emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi emosi berlaku sebagai sumber energi autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, oleh karena itu emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pkiran khasnya, suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.30 Perasaan itu termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh setiap orang, hanya corak dan tingkah lakunya saja yang berbeda. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang, oleh sebab itu tanggapan perasaan antara satu orang dengan orang lain terhadap hal yang sama pastilah berbeda.31

Golongan utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya sebagai berikut :

a. Amarah : bringas, mengamuk marah besar, jengkel, kesal hati.

28

Monti P. Satia Darma, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. 1, hal.27.

29

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, hal. 62

30

Ibid., hal. 62

31

(31)

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, putus asa, depresi berat. c. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut

sekali, waspada, sedih, tidak tenag, ngeri, takut sekali.

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, puas, riang, senang, terhibur, bangga, takjub, rasa terpesona.

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Terkejut : terkesiap, terkejut.

g. Jengkel : hina, jijik, muak, benci, tidak suka.

h. Malu : rasa salah, malu hati, kesal, sesal, dan hati hancur lebur.32 Menurut Saphiro (dalam Hamzah B. Uno) istilah “Kecerdasan

Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli,

yaitu Peter Salovey dan John Mayor. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoas.33

Kecerdasan emosional muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi saja tidak cukup untuk menghantarkan orang menuju suskes. Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, memiliki gelar yang tinggi, belum tentu sukses di dunia pekerjaan. Seringkali justru yang berpendidikan formal lebih rendah, banyak yang ternyata mampu lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal diperlukan pula pengembangan kecerdasan emosional seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi.34 Menurut Daniel Goleman pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki stabilitas emosi,

32

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, hal. 65

33Ibid.,

hal. 68 34

(32)

motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stress, tidak mudah putus asa dll. Pengalaman-pengalaman demikian memperkuat keyakinan bahwa disamping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memelihara, dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, mampu menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.35

Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif, orang-orang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Kemudian, Doug Lennick

menegaskan “yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan ketrampilan

intelektual, tetapi orang juga memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Penyebab kita tidak

mencapai potensi maksimum adalah ketidaktrampilan emosi”.

Kecerdasan emosionallah yang memotivasi seseorang untuk mencari manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

Jadi kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.36

35

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2009)Cet ke-5, hal. 97

36

(33)

Intelligensi memang sedemikian berpengaruh pada perkembangan manusia. Atau dengan kata lain bahwa perkembangan jiwa seseorang amat ditentukan oleh perkembangan penggunaan alat pikirnya. Namun ia bukan satu-satunya alat yang menentukan tingkat perkembangan manusia. Selain inteligensi, emosi juga berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Pada abad 19 orang-orang Barat begitu mengagumi akan pentingnya IQ sebagai faktor penentu kesuksesan hidup. Namun belakangan ini posisi IQ mulai bergeser dan digantikan dengan kecenderungan baru yakni bahwa justru

“Kecerdasan Emosional” (EQ) dinilai sngat lebih berpengaruh pada

kesuksesan seseorang.

Kecerdasan emosi ini menekankan tentang bagaimana seseorang mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain, menanamkan rasa empati, juga bagaimana cara mengalahkan emosi dengan cara memotivasi diri.37

Seseorang yang cerdas emosi adalah mereka yang selalu berusaha untuk mempertahankan pikiran dan sikap positif sepanjang masa, walaupun pada saat itu sedang dihinggapi perasan-perasaan negatif. Dia akan selalu berjuang untuk mengubah perasaan negatif menjadi positif agar benar-benar bisa memancarkan sikap yang menyenangkan dan cocok dengan lingkungannya, kemudian berupaya menerjemahkan diri ke dalam prilaku yang sedap dipandang mata dan serasi. Perasaan negatif menjadi positif tidak bisa secara langsung dinilai, namun dapat disimpulkan dari caranya bertindak..38

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecerdasan emosional disini adalah kemampuan untuk memiliki kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi yang tinggi serta memiliki kecakapan sosial yang meliputi empati dan keterampilan sosial yang tinggi pula.

37

Akhyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : PT Mizan Publika, 2004), Cet ke-1, hal 158

38

(34)

2. Indikator Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang di dasarkan pada lima indikatornya : mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, empati dan membina hubungan dengan orang lain.39 Selanjutnya akan dijelaskan berikut ini :

a. Mengenali Emosi Diri

Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri, memiliki tolak ukur yang realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.40Sedangkan menurut John Mayer, kesadaran diri berarti waspada, terhadap suasana hati maupun pikiran kita.41 Dalam mengenali emosi itu juga berarti dapat memahami konsekuensi dan akibat yang ditimbulkan emosi serta dapat membedakan antara emosi dengan prilaku.42

Unsur kesadaran diri dalam kecerdasan emosi melahirkan kecakapan yang meliputi kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti dan percaya diri. Selanjutnya akan dipaparkan sebagai berikut :

1). Kesadaran emosi, menurut Goleman orang memiliki kecakapan kesadaran emosi adalah

a). Tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa.

b). Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan dengan yang mereka pikirkan, perbuat dan katakan.

39

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 2005),cet-6, hal. 39

40

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, hal.85

41

Ibid., hal.74

42

(35)

c). Mengetahui bagaimana perasaan mereka memengaruhi kinerja.

d). Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka.

2). Penilaian Diri, orang yang memiliki penilaian diri secara teliti dan pengukuran yang akurat maka ia akan :

a). Sadar tentang kekuatan dan kelemahannya

b). Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman

c). Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima umpan perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri

d). Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas

3). Percaya diri, orang yang memiliki kepercayaan diri adalah mereka yang :

a). Berani tampil dengan keyakinan diri; berani menyatakan

“keberadaannya”

b). Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban

c). Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan yang tidak pasti dan tertekan.43

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas. Kecakapan ini bergantung pula pada kesadaran diri. Mengelola emosi berhubungan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya

43

(36)

keterampilan emosional dasar. Sementara orang-orang yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Sedangkan mereka yang buruk kemampuannya dalam ketrampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung.44

Kemudian unsur pengaturan diri atau mengelola emosi dalam kecerdasan emosional, melahirkan kecakapan yang meliputi kendali diri, sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, dan adaptabilitas. Selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :

1). Menurut Goleman orang yang cakap dalam kendali diri adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut :

a). Mengelola dengan baik perasaan implusif dan emosi yang menekan mereka

b). Tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah walaupun dalam situasi yang paling berat.

c). Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tertekan

2). Orang yang memiliki kecakapan dalam sifat dapat dipercaya adalah mereka yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :

a). Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang

b). Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan autentitas

c). Mengakui kesalahan sendiri dan sendiri dan berani dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain

d). Berpegang pada prinsip secara teguh walaupun apabila akibatnya menjadi tidak disukai

44

(37)

3). Orang yang memiliki kecakapan dalam kewaspadaan, antara lain: a). Memenuhi komitmen dan mematuhi janji

b). Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka

c). Terorganisasi dan cermat dalam bekerja

4). Orang yang memiliki kecakapan Adaptabilitas, antara lain ; a). Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya

prioritas dan pesatnya perubahan

b). Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

c). Luwes dalam memandang situasi.45 c. Memotivasi diri sendiri

Memotivasi diri adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

Sementara itu untuk unsur yang berkaitan dengan motivasi dalam kecakapa emosi melahirkan kecakapan yang meliputi dorongan berprestasi, komitmen dan optimisme. Akan dijelaskan sebagai berikut:

1). Orang yang memiliki kecakapan dorongan untuk berprestasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a). Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar

b). Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan

c). Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidak pastian dan mencari cara yang lebih baik

45

(38)

d). Terus belajar untuk meningkatkan kinerja mereka.

2). Orang yang memiliki kecakapan dalam Komitmen, mempunyai karakter sebagai berikut:

a). Siap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih penting

b). Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar c). Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan

keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan

d). Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok. 3). Optimisme, adalah mereka yang mempunyai keterampilan

berikut:

a). Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan

b). Bekerja dengan harapan untuk sukses, bukannya takut gagal

c). Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.46

d. Empati

Empati berarti merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.47 Menurut teori Titchner, (dalam Hamzah B. Uno) empati berasal dari semacam peniruan secara fisik atas beban orang lain, yang kemudian menimbulkan perasaan yang serupa dalam diri seseorang. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.48

46

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, hal.89

47

Ibid., hal:85 48

(39)

Berkaitan dengan unsur empati dalam kecerdasan emosi, yang meliputi: memahami orang lain, pengembangan orang lain, dan mengatasi keragaman. Goleman menjelaskan pula dengan rinci.

1). Dalam memahami orang lain, mereka memiliki keterampilan sebagai berikut:

a) Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkannya dengan baik

b) Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain

c) Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain

2). Orang yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan orang lain adalah orang yang:

a). Mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan perkembangan orang lain

b). Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi kebutuhan orang lain untuk berkembang c). Menjadi mentor, memberikan pelatihan pada waktu yang

tepat, dan penugasan yang menantang serta memaksakan dikerahkannya keterampilan seseorang

3). Orang yang memiliki kecakapan mendayagunakan keragaman adalah mereka yang:

a). Hormat dan mau bergaul dengaan orang-orang dari berbagai latar belakang

b). Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antar kelompok

(40)

d). Berani menentang sikap membeda-bedakan dan intoleransi49

e. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan mampu untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. 50 Keterampilan sosial atau yang disebut dengan hubungan antar sesama manusia, bahwa persaudaraan antar sesama manusia itu terletak pada upaya yang sungguh-sungguh dan terus menerus dalam membina kekuatan dalam prinsip-prinsip akhlak, prinsip kebenaran, kejujuran, ketaqwaan, saling menghormati, saling menghargai, saling menyayangi dan lain-lain. Dengan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar secara terus menerus merupakan upaya pokok dalam membina hubungan antar sesama manusia yang sesuai dengan sunnah dan petunjuk Allah serta rasulNya Muhammad SAW.51 Dalam firman Allah surat Al-Hujurat ayat 10 di sebutkan :



























“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah

supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)52

Hubungan antara manusia dengan manusia adalah persaudaraan karena Allah karena ingin menjadikan diri sebagai Rahmatan Lil ‘Alamiin. Rasa persaudaraan atau hubungan sesama manusia di jalan

49

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, hal.90

50

Ibid., hal:85 51

Zuardin Azzaino, Asas-asas Sosiologi Ilahiah, (Jakarta : Pustaka Al-Hidayah, 1990), cet ke-1, hal. 36

52

(41)

Allah adalah kekuatan pengikat kelompok yang paling kuat dan abadi. Persaudaraan itu berarti saling membantu dan membebani seseorang hanya sekedar sesuai dengan kemampuannya yakni saling menghormati, menghargai, dan menyayangi.53

Dan pada pembahasan terakhir yang berkaitan dengan unsur keterampilan sosial dalam kecerdasan emosional adalah komunikasi dan pengaruh, kepemimpinan dan katalisator perubahan, pengikat jaringan dan kemampuan tim. Goleman juga menjelaskan secara lebih luas yaitu :

1). Komunikasi, orang yang memiliki kecakapan komunikasi adalah mereka yang memiliki kemampuan berikut:

a). Efektif dalam memberi dan menerima, menyertakan isyarat emosi dalam pesan-pesan mereka.

b). Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda

c). Mendengarkan dengan baik, berusaha saling memahami, dan bersedia berbagi informasi secara utuh

d). Menggalakkan komunikasi terbuka dan tetap bersedia menerima kabar buruk sebagaimana kabar baik.

2). Pengaruh, orang yang memiliki kecakapan pengaruh adalah mereka yang:

a). Terampil dan persuasi

b). Menyesuaikan presentasi untuk menarik hati pendengar c). Menggunakan strategi yang rumit seperti memberi

pengaruh tidak langsung untuk membangun konsensus dan dukungan

d). Memadukan dan menyelaraskan peristiwa-peristiwa dramatis agar menghasilkan sesuatu secara efektif.

3). Kepemimpinan, adalah mereka yang:

53Ibid.,

(42)

a). Mengartikan dan membangkitkan semangat untuk meraih visi serta misi bersama

b). Melangkah di depan untuk memimpin apabila diperlukan, tidak peduli sedang di mana

c). Memandu kinerja orang lain namun tetap memberikan tanggung jawab kepada mereka

d). Memimpin melalui teladan.

3). Orang yang memiliki katalisator perubahan, adalah mereka yang mempunyai kecakapan berikut:

a). Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan

b). Menantang status quo untuk menyatakan perlunya perubahan

c). Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam perjuangan itu

d). Membuat model perubahan seperti yang diharapkan oleh orang lain.

4). Pengikat jaringan, adalah mereka yang memiliki kkemampuan berikut:

a). Menumbuhkan dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas

b). Mencari hubungan yang saling menguntungkan

c). Membangun hubungan saling percaya dan memelihara keutuhan anggota

d). Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama mitra kerja.

5). Orang yang memiliki kecakapan dalam kemampuan tim adalah mereka yang:

(43)

b). Mendorong setiap anggota tim agar berpartisipasi secara aktif dan penuh antusiasme

c). Membangun identitas tim, semangat kebersamaan, dan komitmen.54

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator kecerdasan emosional memiliki keterampilan seseorang dalam mengelola emosi dalam perasaan sendiri maupun orang lain dan memiliki memotivasi dalam dirinya, sehingga dapat melahirkan pengaruh dalam memahami dan kemampuan merasakan serta menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Dari indikator kecerdasan emosional tersebut penulis menggunakannya untuk mengembangkan instrumen penelitian.

3. Pengembangan Kecerdasan Emosional

Kajian tentang perkembangan emosional dalam bidang psikologi masih relatif baru. Apakah emosional dipelajari atau ditentukan sebelumnya secara biologis, atau apakah anak dapat melakukan manajemen terhadap pengalaman dan perilaku emosionalnya.

Dalam perspektif Islam, segala macam emosi dan ekspresinya, diciptakan oleh Allah untuk membentuk manusia yang lebih sempurna. Dalam Al-Qur’an dinyatakan :































Artinya : “Dan bahwasannya Dialah yang menjadikan manusia

tertawa dan menangis, dan bahwasannya Dialah yang mematikan dan

menghidupkan.” (QS. Al-Najm : 43-44)

Al-Qur’an dan Hadis banyak membahas tentang ekspresi emosi

manusia. Berbagai ekspresi emosi dasar manusia, mulai dari kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan lain-lain diungkapkan dengan bahasa yang indah

54

(44)

dalam Al-Qur’an dan Hadis. Emosi lain yang lebih kompleks, seperti malu, sombong, bangga, iri hati, dengki, penyesalan, dan lain-lain juga terangkaikan dalam berbagai kalimat. Demikian juga tentang cinta dan benci.55

Kemampuan mengontrol emosional diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosinya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Sebaliknya, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil atau kurang terkontrol (seperti : marah-marah, mudah mengeluh, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil atau kurang sehat.56

Ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) yang dirumuskan oleh John Gottman, yaitu :

Langkah Pertama : Menyadari emosional anak, dalam menyadari emosional

anak ini agar orang tua merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya. Oleh karena itu orang tua dapat sadar secara emosional dan dengan demikian siap menjadi pelatih emosi bagi anak-anaknya. Kesadaran emosional hanyalah berarti kita mengenali kapan kita merasakan suatu emosi, dapat mengidentifikasi perasaan kita, dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain.

Langkah Kedua : Mengakui emosi sebagai kesempatan, maksudnya dalam meraih kesempatan entah kesempatan itu berwujud dari sebuah nilai matematika yang buruk, atau pengkhianatan seoarang teman, pengalaman-pengalaman negatif semacam itulah dapat berguna sebagai peluang yang baik sekali untuk berempati, untuk membangun kedekatan dengan orang lain, dan untuk membantu cara-cara menangani perasaan mereka itu.

55

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), cet ke-2, hal. 161

56

(45)

Langkah Ketiga : Mendengarkan dengan empati, yaitu menggunakan mata mereka untuk mengamati petunjuk fisik emosi-emosi seseorang. mereka menggunakan imajinasi mereka untuk melihat situasi tersebut dari titik pandang seseorang itu. Tetapi yang paling penting mereka menggunakan hati mereka untuk merasakan apa yang sedang dirasakan oleh seseorang.

Langkah Keempat : Membantu menemukan solusi, ada beberapa tahap

dalam proses memecahkan masalah yaitu; menentukan batas-batas sasaran, memiliki pemecahan masalah yang mungkin, mengevaluasi pemecahan masalah yang disarankan, dan memilih satu pemecahan masalah. Kita dapat membantu seseorang melalui tahap tersebut. Tetapi terkadang seseorang dapat memecahkan masalah dengan pengalaman

Langkah Kelima : Menjadi teladan, adalah tindakan ampuh dan efektif yang dapat dilakukan oleh seorang pengembang atau pelatih emosi. Keteladanan dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan tanpa banyak kata-kata.secara umum seseorang lebih senang melihat teladan daripada banyak diceramahi panjang lebar.57

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan menyadari emosionalnya sendiri, dapat melihat dari apa yang dirasakan oleh orang lain, dapat menemukan solusi atau memecahkan masalah serta dapat menjadi contoh bagi orang lain, itu semua dilakukan agar dapat mengembangkan emosional yang ada pada dirinya sendiri.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional secara umum terdiri dari dua macam, yaitu :58

57

Agus Nggermanto, Quantum Quotient Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, SQ yang

harmonis, (Bandung: Nuansa, 2001), hal. 102

58

(46)

a. Faktor Keturunan

Orang tua merupakan orang yang pertama kali berperan dalam pembentukan pribadi anak, manakala orang tua memiliki latar belakang dan pribadi yang baik, maka langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada pribadi anak begitupun sebaliknya.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional terdiri dari 3 macam, yaitu :

1) Lingkungan keluarga, Adapun lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang diantaranya adalah : nilai-nilai dalam keluarga, cara orang tua mendidik anak, teladan yang diberikan orang tua kepada anak, dan keharmonisan keluarga.

2) Lingkungan sekolah, Adapun lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang diantaranya adalah : suri tauladan yang diberikan oleh guru, materi pendidikan yang diberikan, teman sekolah, peraturan atau tata tertib sekolah.

3) Lingkungan masyarakat, Adapun lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang diantaranya adalah : budaya atau adat istiadat setempat, dan teman sepermainan

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

5. Pengukuran Kecerdasan Emosional

Adapun cara-cara yang digunakan untuk menghitung EQ yaitu :

(47)

b. Ujian kedua adalah skala EQ Multifaktor (MEIS – Multifactor Emotional Intelligence Scale). Ini adalah ujian untuk mengukur kemampuan seseorang dalam menghadapi, membedakan, memahami, dan menyikapi emosi.

c. Ujian ketiga adalah menghitung kompetensi emosi. Ini adalah ujian 360°, dimana seseorang diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar orang yang hendak dihitung EQ-nya yang telah dia kenal. Ini adalah skala baru, dan setengah bagiannya diadopsi dari skala-skala lain yang beragam. Dewasa ini, tidak ada kajian yang mengisyaratkan kemampuan-rekaan yang dihasilkan oleh ujian ini. d. Cara lain untuk mengukur EQ adalah dengan mengukur kemampuan

dan potensi tersebut secara parsial, di mana akumulasi kemampuan dan potensi tersebut membentuk EQ secara umum. Ada ujian istimewa untuk mengukur kemampuan-kemampuan parsial, di antaranya adalah ujian SASQ yang dirancang oleh Seligman. SASQ digunakan untuk mengukur optimisme-bawaan dan optimisme yang dipelajari. SASQ terbukti mampu mengidentifikasi orang-orang yang mempunyai kemampuan dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pedagang, dan lain-lain.59

Dalam penelitian ini untuk mengukur kecerdasan emosional siswa menggunakan skala kecerdasan emosional yang dikembangkan dari teori kecerdasan emosional yang dikutip dari buku Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, karya Hamzah B. Uno. Pengembangan teori kecerdasan emosional tersebut diambil dari indikator kecerdasan emosional yang terdiri dari mengelai emosi diri, mengelola emosi, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

59

(48)

6. Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar

Menurut Goleman, “keberhasilan siswa dalam belajarnya tidak hanya ditentukan oleh IQ melainkan juga ditentukan oleh EQ, oleh keselarasan

perkembangan antara IQ dan EQ”. EQ adalah kemampuan seseorang

mengatur kehidupan emosinya, agar dapat mengungkapkannya secara selaras melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial.60

Siswa yang memiliki EQ yang tinggi, lebih mampu mengenal emosi sendiri, lebih mampu secara bijaksana menentukan sikap dan mengambil keputusan, lebih mampu mengendalikan emosi d

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Skala Kecerdasan Emosional
Tabel 2 Instrumen Prestasi Belajar Siswa
Tabel 3
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Prestasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model-model pembelajaran prestasi belajarnya selalu lebih tinggi daripada

pembelajaran IPA di sekolah dasar secara tidak langsung akan berpengaruh positif terhadap motivasi belajarnya serta meningkatkan kesadaran siswa untuk menjadi

5) Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan pihak lain secara baik. Jika kita memang mampu memahami dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi tersebut,

membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal. dan mengakui emosinya sendiri, maka orang

Hal ini terdeskripsikan dari siswa memiliki kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi diri, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) efikasi diri siswa berada pada kategori tinggi, (2) kecerdasan emosional siswa berada pada kategori tinggi, (3) motivasi belajar

Siswa yang memiliki motivasi belajar dan kedisiplinan belajar yang tinggi akan diikuti dengan prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya jika seorang siswa yang

Memiliki kecerdasan emosional tinggi menjadi sangat penting dalam pencapaian keberhasilan dibanding IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kognitif verbal dan