• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis:

1. Hasil studi ini bermanfaat pada: (1) Pemahaman secara lebih holistik dan koheren yang mendalam tentang berbagai analisis fenomena ekonomi berdasarkan paradigma yang dapat menjelaskan perilaku manusia (human behavior) mengenai nilai-nilai agama dan budaya Jawa yang terkandung di dalam filosofi Gus-ji-gang sebagai keutamaan para pengusaha IKBK bordir di Kabupaten Kudus.; (2) Pemahaman fonomena ekonomi kegiatan IKBK bordir dalam kegiatan produksi, pertukaran, resiprositas dan distribusi dengan menempatkan makna pemahaman pelaku (aktor IKBK bordir) sebagai subyek utama sumber pembelajaran. (3) Pemahaman pentingnya fenomena ekonomi yang realistis dalam konteks kelembagaan adalah menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan kecermatan berdasarkan teori, dengan penafsiran yang holistik, serta menyerap berbagai gejala dan fenomena bisa dapat menjawab keberlakuan keutamaan dagang berperan sebagai kekuatan social capital dalam berdagang para pengusaha IKBK bordir di Kabupaten Kudus.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: (a) dapat menjadikan rujukan menyelesaikan solusi terhadap persoalan religius, sosial dan ekonomi IKBK bordir yang banyak terdapat diberbagai tempat dalam menghadapi tantangan perubahan dinamika lingkungan internal dan ekternal IKBK. (b) menemukan berbagai elemen-elemen yang dapat mendorong keunggulan dan kemunduran kinerja ekonomi IKBK bordir akibat perubahan lingkungan ekonomi global sehingga memiliki kemampuan akomodatif terhadap semua perubahan. (c) menjadikan filosofi Gus-ji-gang sebagai dasar perilaku berbisnis bagi para pengusaha di Kabupaten Kudus dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan.

CATATAN-CATATAN KAKI

1 Kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana,penuh kearifan,

bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat.

2 Wawancara dengan Humas Pengurus Masjid Menara Kudus Bp.Denny Nur Hakim

dan Ketua Pengurus Masjid Menoro Kudus Bp. KH. Nadjib Hassan pada tanggal 9 Mei 2014.

3Sunan Kudus Dja‟far Sodiq, atau lebih dikenal Sunan Kudus, adalah putra dari Raden

Usman Haji yang bergelar dengan sebutan Sunan Ngudung di Jipang Panolan, beliau salah seorang ulama, guru besar agama Islam yang mengajarkan agama Islam di sekitar daerah Kudus khususnya di Jawa Tengah pesisir Utara serta sebagai saudagar/pedagang yang ditunjukkan pada artefak seperti hiasan berupa mangkuk dan piring dari Tiongkok, Arab, Persia, India, Vietnam sebagai hiasan Masjid Menara Kudus. Selanjutnya baca Solichin Salam,1986, hlm.11-12.

4Walisongo dapat dijelaskan secara denotatif dan konotatif. Secara denotatif Walisongo sejumlah guru besar atau ulama (wali) yang terdiri dari sembilan yang diberi tugas untuk dakwah di daerah dan komunitas umat tertentu. Sedangkan secara konotatif Walisongo berarti seorang yang mampu mengendalikan hawa sanga (sembilan lubang pada diri manusia) yaitu: 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, mulut, dubur dan kelamin masing-masing satu lubang, maka dia akan memperoleh predikat kewalian yang mulia dan akan selamat dunia dan akhiratnya. Selanjutnya

untuk dibaca. Purwadi, dan Maharsi. 2005, selanjutnya kata “wali”, baca

Nasution,dkk. ”Ensiklopedi Islam Indonesia”. Bandung.Tarsito.1992. berasal dari

Bahasa Arab “wala” atau “waliya” yang berarti qaraba (dekat), artinya memiliki kedekatan dengan Allah SWT dan mengembangkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW, sehingga mereka memiliki peran meneruskan misi Nabi

Muhamad SAW dan sekaligus sebagai pewarisnya. Sedangkan kata sanga

merupakan hitungan Jawa berarti sembilan. Dalam Simuh (1996) angka magis

“Jawa” yang berasal dari kata “ja” yang memiliki nilai tiga, dan “wa” yang memiliki nilai enam sehingga berjumlah sembilan. Disamping itu ada yang berpendapat kata sanga berasal dari kata Bahasa Arab“tsana” yang berarti mulia, serupa dengan kata mahmud (terpuji). Sehingga golongan ini menilai pengucapan yang benar adalah Walisongo (wali terpuji).

5 Menara Kudus pada jaman dahulu kedatangan Islam di tanah Jawa adalah tempat

pembakaran mayat para raja-raja atau kaum bangsawan.Ada pula yang mengatakan, bahwa konon kabarnya pada jaman dahulu di bawah Menara terdapat sebuah kawah tempat pembuangan/penyimpanan abu para nenek moyang kita, jadi berarti bekas candi peninggalan Hindu. Keterangan ini mengingatkan kepada uraian dari

Drs.R.Sukmono, salah seorang ahli purbakala yang mengatakan bahwa: ”Di dalam

candi biasanya terdapat semacam sumur kecil yang lubangnya berbentuk segi empat, dimana para ahli mendapatkan kotak kecil berisi abu (bekas pembakaran mayat) dan beberapa barang kecil-kecil lainnya, seperti perhiasan, barang logam

mulia, barang permata dan sebagainya”, selanjutnya baca Solichin Salam,1986. hlm.32.

6 Dr.Abdul Jalil.M.Ei diwancarai peneliti 16 Nopember 2014 di rumah Jl.Kudus Pati

KM 5 Kacling Boto No.9.Golantepus Mejobo, Kudus.

7Hasyim Asy‟ari.2003, ”Wong Kudus: Bersikap Sak Titahe, Bergaya Maliter”, Suara

Merdeka,21 Juli 2003.

8 Wong Kudus sebutan asal mula orang-orang yang tinggal di sekitar Masjid Menara

Kudus atau ngisor Menara Kudus pada waktu itu, yang kemudian berkembang menjadi sebutan masyarakat asli Kudus dan masyarakat Kudus pada umumnya. 9Kaji yaitu menunaikan rukun Islam ke 5 “naik Haji” disamping sudah melaksanakan

yang lain yaitu syahadat, sholat, puasa dan zakat dan secara ekonomi seorang kaji sudah masuk kategori mampu karena ongkos naik haji terbilang tidak murah. Baca Abdul Jalil.2013,hlm.139.

10 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004. santri berari orang yang mendalami agama

Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh

11 Filosofi adalah cara berpikir dalam tahap makna atau nilai, ia mencari hakikat

makna dari sesuatu, atau keberadaan dan kehadiran kehidupan bagi manusia. Berpikir dalam tahap makna artinya menemukan makna terdalam dari sesuatu, yang berada dalam kandungan sesuatu itu. Makna yang terkandung itu berupa nilai-nilai yaitu, kebenaran, keindahan atau kebaikan, sehingga nilai keindahan menjadi makna dalam karya seni, nilai kebenaran bisa terkandung dalam suatu teori keilmuan dan, nilai kebaikan bisa terkandung dalam suatu tindakan. Nilai

itulah yang memberikan makna sesuatu itu. Selanjutnya dibaca Musa Asy‟arie,

2001, hlm. 4-5.

12 Najib Hasan dkk, “Zairah Spiritual dan Jejak Para Wali”, (Jakarta:Kompas,2006), hlm.219.

13 Karl Mart menjelaskan kedudukan agama dengan jelas beranggapan bahwa agama

hanyalah pantulan saja dari kenyataan sosial-ekonomi. Jadi posisi agama adalah suatu variabel yang tergantung pada yang lain (dependent variabel).

14 Bryan.S.Turner, ”Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analisis Atas Tesa Sosiologi Weber”,

terjemahan oleh GA.Tocialu, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), hlm.7.

15 Max Weber,The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, translated by

Talcoott Persons, (New York: Charles Scribners Son‟s,1958), hlm.35.

16 Etos sebagai semangat dan sikap batin yang tetap termuat tekanan-tekanan moral

dan nilai-nilai moral tertentu. Baca Franz Magnis Suseno,”Berfilsafat dari

Konteks”.(Jakarta: Gramedia, 1992), hlm.120.

17 Sistem kebudayaan sebagai suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam

pengertian dimana individu-individu dunianya, menyatakan perasaan dan memberi-kan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-orang mengkomunikasikan, mengabdikannya, dan mengembangkan pengetahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan

simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomik. Baca

Clifford Geertz, 1981. ”Abangan, Santri, Priyayi dalam.Masyarakat Jawa”. Pustaka

Jaya, Jakarta. Kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik, maka proses budaya haruslah dibaca, diterjemahkan, dan diinterpretasikan, selanjutnya baca dalam Adam Kuper, 1999. hlm.98.

18 Budaya adalah hasil cipta (pengolahan, pengerahan dan pengarahan terhadap alam)

manusia dengan kekuatan jiwa (pikiran, kemauan, intuisi, dan bakat-bakat rohaniah lainnya) dan raganya yang menyatakan diri dalam berbagai kehidupan (rohaniah) dan penghidupan (lahiriah) manusia sebagai jawaban atas segala tantangan, tuntutan dan dorongan dari interen diri manusia, menuju arah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan spiritual dan material) manusia, baik individu manupun mayarakat ataupun individu dan masyarakat. Selanjutnya baca Kuntowijoyo,2006.hlm 3.

19 HA.Mukti Ali.”Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini‟.(Jakarta;Rajawali

Press,1987)

20Javanisme atau kejawaan merupakan cap diskriptif bagi unsur-unsur kebudayaan Jawa yang dianggap pada hakikatnya Jawa dan yang mendefinisikan sebagai

kategori khas. John M. Echols Shadily, An Indonesian-English Dictionary, (baca:

Cornell University Press), hlm. 338. Javanisme (pandangan hidup Jawa) mengakui

bahwa pengalaman religius dan spiritual dikomunikasikan melalui kebijaksanaan, yang menuntut petunjuk praktis. Pengalaman tersebut dikomunikasikan dalam bentuk cerita: simbolis, perumpamaan, nyanyian dialog, teater dan lain-lain. Semua dimak-sudkan untuk membuka hati dan pikiran tentang realita hidup sebenarnya. Selanjutnya baca Y.Sudiantara, 1998, hlm.30-31.

21 N. Driyarkara. “Percikan Filsafat”, (Jakarta: PT Pembangunan,1964), hlm. 148.

22 Bourdieu.”Outline of Theory of Practice”.terjemahan Richard Nice,(Cambridge

University Press, USA.1997),hlm.72.

23 Interior merupakan segala sesuatu yang melekat pada diri pelaku sosial,baca

Richard Harker, Cheleen Mahar, Chris Wilkes.”(Habitus x Modal)+Ranah =

Praktik, Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu, terjemahan Pipit Maizier, (Yogyakarta: Jalasutra,2009,cet.ke 2.hlm.19.

24 Bourdieu.”The Logic of Practice“. terjemahan Richard Nice,(Stanford University

Press,1990),hlm.53.Lihat juga Bourdieu.1997.”Outline of Theory of Practive”,

terjemahan Ricard Nice

25 N. Driyarkara, Percikan Filsafat, (Jakarta: PT Pembangunan, 1964), hlm. 148.

26 Istilah spiritual/rohaniah dalam bahasa Inggris: spiritual, Latinnya: spiritualis dari

spiritus (roh). Berbagai pengertiannya: 1) tidak jasmani, immaterial, terdiri dari roh, 2) mengacu ke kemampuan-kemampuan lebih tinggi (mental, intelektual, estetik, religius) dan nilai-nilai pikiran, 3) mengacu ke nilai-nilai yang manusiawi nonmaterial seperti, keindahan, kebaikan, cinta, kebenaran, belas kasihan,

kejujuran dan, kesucian, 4) mengacu ke perasaan dan emosi-emosi religius dan estetik. Selanjutnya dibaca Lorens Bagus, 2000, hlm. 1034.

27Dunia kehidupan merupakan tandon anggapan-anggapan, sebagai konteks bersama sekelompok orang terdapat cakrawala pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma yang bagi para ahli merupakan barang tertentu, yang tidak direfleksikan dan merupakan latar belakang pendapat dan penilaian-penilaian

untuk dipersoalkan sesuatunya. Dunia kehidupan merupakan tandon

anggapan-anggapan latar belakang yang diorganisasikan dalam bahasa, yang memproduksikan

diri dalam bentuk tradisi cultural dan berfungsi sebagai konteks komunikasi. Ia

merupakan tandon pengetahuan dan anggapan yang perlu diandaikan untuk

mengambil sikap. Franz Magnis Suseno, 2000, hlm. 223.

28 Tipe ideal artinya, model yang dicita-citakan Lorens Bagus.”Kamus Filsafat”.

(Jakarta:PT Gramedia.2000), hlm. 1199.

29 Cita ideal artinya, pemikiran yang sesuai dengan yang dicita-citakan atau

dikehendaki Hasan Alwi (Pem.Red.) ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001), hlm. 416.

30 Cita ideal artinya, pemikiran yang sesuai dengan yang dicita-citakan atau

dikehendaki Hasan Alwi (Pem.Red.) ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001), hlm. 416.

31 Menurut Kuntowidjaja, obyektifikasi mengandung makna „membuat sesuatu

menjadi obyektif‟. Obyektifikasi adalah, perbuatan rasional nilai (wertrational) yang diwujud-kan ke dalam perbuatan rasional, sehingga orang luar pun dapat

menikmati tanpa harus menyetujui atau meng-imani nilai-nilai asalnya.

Maksudnya, obyektifikasi merupakan konkretisasi keyakinan internal (subyektif) tetapi harus dibuktikan dalam kategori-kategori obyektif. Misalnya, suatu perbuatan yang merupakan konkretisasi nilai-nilai moral dalam Islam, disebut obyektif bila dirasakan oleh non-Muslim sebagai perbuatan natural (wajar). Selanjutnya dibaca Kuntowidjaja, 1997, hlm. 68-69.

32 Berfilsafat adalah cara berpikir dalam tahap makna atau nilai, ia mencari hakikat

makna dari sesuatu, atau keberadaan dan kehadiran kehidupan bagi manusia. Berpikir dalam tahap makna artinya menemukan makna terdalam dari sesuatu, yang berada dalam kandungan sesuatu itu. Makna yang terkandung itu berupa nilai-nilai yaitu, kebenaran, keindahan atau kebaikan, sehingga nilai keindahan menjadi makna dalam karya seni, nilai kebenaran bisa terkandung dalam suatu teori keilmuan dan, nilai kebaikan bisa terkandung dalam suatu tindakan. Nilai

itulah yang memberikan makna sesuatu itu. Selanjutnya dibaca Musa Asy‟arie,

2001, hlm. 4-5.

33Keinsyafan diri atau refleksi diri merupakan sifat khas dari manusia sebagai suatu sistem kehidupan berpikir, cerdas dan juga sadar secara moral, peka secara estetis dan cenderung ke arah yang manusiawi, luhur, rohaniah, adikodrati, nominus, Illahi yang dalam pengertian filsafat umumnya digolongkan dalam konsep budi. Selanjutnya dibaca The Liang Gie, 1979, hlm. 30.

34 Struktur sosial artinya, konsep perumusan asas hubungan antar individu dalam

kehidupan masyarakat sebagai pedoman tingkah laku individu. Hasan Alwi

(Pim.Red.),”Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka. 2001), hlm. 1092. Magnis Suseno menjelaskan, pada hakikatnya orang Jawa tidak membeda-bedakan antara sikap-sikap religius dan bukan religius. Berbagai interaksi sosial sekaligus sebagai sikap terhadap alam, begitu juga sikap terhadap alam sekaligus mempunyai relevansi terhadap sosial. Antara pekerjaan, interaksi dan doa tidak ada

perbedaan prinsip yang hakiki. Franz Magnis Suseno, Etika Jawa sebuah Filsafat

Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa”(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.2001). hlm. 82.

35 Sejarah pemikiran merupakan terjemahan dari “history of thought, history of ideas”

atau “intellectual history”. Sejarah pemikiran yaitu, the study of the role of ideas in historical event and process. Roland N Stromberg, European Intellectual History Since 1789, (New York: Mereditn-Century-Croff, 1968), hlm. 3.

36 Hubungan simbolik sebagai gejala budaya yang mengutamakan imaginasi simbolik

bisa ditemukan dalam novel biografi termasuk di dalamnya sejarah intelektual atau

juga tokoh-tokoh lokal kharismatik, baca Roland Barthes, ”Mythologies,” (London:

Vintage Books, 1993).

37 Pendapat umum dinilai sebagai suatu bentuk khusus dari adanya kesadaran sosial

dalam bentuk kesadaran massa yang tidak resmi dari kelompok-kelompok sosial atau asosiasi-asosiasi dari rakyat terhadap kepentingan umum. Oleh karena itu, pendapat umum tidak hanya menyingkap suatu perbedaan kepentingan tetapi juga suatu tingkat kesadaran sosial yang tidak sama. Lorens Bagus, 2000, hlm. 797.

38 Macam-macam keutamaan Jawa misalnya,kesetian,kemurahan hati,sepi ing pamrih

rame ing gawe, dan lain-lain.Pembahasan lengkap baca.Franz Magnis Suseno, 2001, hlm. 205-206. Untuk selanjutnya baca juga K. Bertenns, 2005,hlm. 222.

39K. Berens, “etos” adalah salah satu kata Yunani yang masuk ke dalam banyak bahasa

(termasuk bahasa Indonesia). Kata “etos” menunjukkan ciri-ciri, pandangan,

nilai-nilai yang menandai suatu kelompok atau seseorang. Dalam Concise Oxford

Dictionary (1974), kata “etos disifatkan sebagai characteristic spirit of community, people or system maksudnya, suasana khas yang menandai suatu kelompok, seseorang atau sistem. Etos menunjukkan kepada suasana khas yang meliputi kerja

atau profesi. Kata “suasana” harus dipahami dalam arti baik secara moral. Karenanya, jika bicara “etos” dalam profesi tertentu mesti sebagai hal yang terpuji. Sikap komersial pedagang sebagai profesi misalnya, tentu etos dagangnya berkecenderungan kurang baik jika satu-satunya tujuan bisnis adalah maksimalisasi pada keuntungan yang hanya berupa uang. K. Bertens, 2005, op cit.,hlm. 225-228.

40 Franz Magnis Suseno,”Berfilsafat dari Konteks” (Jakarta:PT Gramedia,1992)., hlm.

127.

41 Dimaksud budaya Jawa menurut Hans Antlov menjelaskan, budaya Jawa tidak

dapat dibatasi hanya pada ide tentang kekuasaan dan ide tentang itu tidak dapat dibatasi hanya pada masalah tentang keteladanan. Karenanya, tidak seorangpun

mengatakan yang lebih baik daripada Eldar Braten bahwa: “Budaya Jawa adalah,

sekumpulan ide, norma, keyakinan, dan nilai yang sangat beragam sehingga tidak

mungkin dapat dilukiskan sebagai „keseluruhan yang padu‟, yang sama-sama dipakai oleh orang Jawa. Sebaliknya, perhatian kita hendaknya dipusatkan pada

distribusi dan reproduksi dari pengetahuan yang demikian beragam di masyarakat”.

Hans Antlov dan Sven Cederroth (ed.), Kepemimpinan Jawa Perintah Hlmus

Pemerintahan Otoriter, (Jakarta: YOI, 2001), hlm. 19.

42 IKM merupakan gabungan dari istilah industri kecil dan industri menengah.

Industri kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50 juta sampai dengan paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta sampai dengan paling banyak Rp.2,5 juta milyar. Sedangkan Industri menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.Memiliki kekayan bersih lebih dari Rp.500 juta sampai dengan paling banyak Rp.10 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2,5 milyar sampai dengan paling banyak Rp.50 milyar.,Lihat Statistik UMKM

tahun 2010–2011,Bagian Data-Biro Perencanaan Depkop, dari Website:

www.depkop.go.id. Diakses 10 Mei 2013.

43 Pada tahun 2004-2009 di Indonesia terjadi peningkatan lapangan usaha sebesar

793.709 unit usaha atau tumbuh rata-rata per tahun sebesar 7,3% melampaui persentase target Rencana Strategis IKM sebesar 4,6%. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terjadi sejumlah 943.108 orang, dengan rata-rata pertambahan 188.621 atau laju pertumbuhan sebesar 3,26%. IKM di Jawa Tengah pada tahun 2011mampu menyerap 81% (2.542.480 orang) tenaga kerja dari seluruh tenaga kerja di Jawa Tengah (BPS Jawa Tengah, 2012). Selain itu IKM di Jawa Tengah juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 6,5% terutama berasal dari kontribusi 3 (tiga) sektor terbesar yaitu sektor industri pengolahan (1,7%), perdagangan hotel dan restoran (1,5%) dan pertanian (1,4%). Tingginya sumbangan sektor industri pengolahan terutama didorong oleh pertumbuhan IKM sebesar 4,98%, sementara pertumbuhan industri manufaktur mengalami penurunan sebesar 1,60% (Bank Indonesia, 2012)

44 Kontribusi UMKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku, Pada

tahun 2010 sebesar Rp.3.466,4 triliun atau 57,12 persen, kontribusi Usaha Mikro (UMI) tercatat Rp.2.051,9 triliun atau 33,81 persen dan UK (Usaha Kecil) sebesar Rp.597,8 triliun atau 9,85 persen.UM (Usaha Menegah) tercatat sebesar Rp.816,7 triliun atau 13,46 persen dari Total PDB Nasional. Sedangkan pada tahun 2011 kontribusi UMKM terhadap penciptaan PDB Nasional menurut harga berlaku

tercatat Rp.4.303,6 triliun atau 57,94 persen berarti mengalami perkembangan Rp.837,2 triliun atau 24,15 persen dibanding tahun 2010.Kontribusi Usaha Mikro (UMI) sebesar Rp.2.579,4 triliun atau 34,73 persn dan UK (Usaha Kecil) sebesar Rp.722,0 triliun atau 9,72 persen. UM (usaha menengah) sebesar Rp.1.002,2 triliun atau 13,49 persen. Kontribusi UMKM terhadap pembentukan total nilai eksport non migas pada tahun 2010 sebesar Rp.175,9 triliun atau 15,8 persen, kontribusi usaha mikro (UMI) sebesar Rp.16,7 triliun atau 1,50 persen dan Usaha Kecil (UK) tercatat Rp.38,0 triliun atau 3,43 persen. Sedangkan Usaha Menengah (UM) sebesar121,2 triliun atau 10,89 persen. Satatistik UKMK 2010-2011, diakses pada www.depkop.go.id pada 10 Mei 2013.

45 Menurut UU No.20 Tahun 2008 pada Bab IV Pasal 6 ayat 2, Industri Kecil

merupakan usaha produktif yang berdiri sendiri,yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 (lima puluh juta) sampai paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih Rp.2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan menurut BPS (2011) dengan jumlah

tenaga kerja antara 5 – 19 orang.

46 Menurut UU No.20 Tahun 2008 pada Bab IV Pasal 6 ayat 2, Industri Kecil

merupakan usaha produktif yang berdiri sendiri,yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 (lima puluh juta) sampai paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih Rp.2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan menurut BPS (2011) dengan jumlah

tenaga kerja antara 5 – 19 orang.

47 Ferdinand Tonnies and Charles P.Loomis:”gemeinschaft and Gesellschaft” dalam

Reading in Sociology,editor Alferd MC Clung Lee,cetakan ke-5,Barnes & Noble College Outline Series,1960,hlm 82 dan seterusnya.

48 Bordir merupakan hiasan pada kain yang memiliki proses perjalanan yang cukup

panjang, dan pada tahun 330 sesudah Masehi sampai abad ke -15 di Byzantium hiasan bordir dipadukan dengan ornamen emas. Di Asia, masa dinasti Tang (518-907 sesudah mesehi ) jubah kerajaan yang terbuat dari sutera diramaikan oleh hiasan bordir. Selain China adalah India yang punya ciri khas tersendiri dalam seni hiasan bordir dengan motif tidak jauh dari bentuk aneka tumbuhan, bunga-bunga, dan pepohonan yang sedang berbunga. Motif indah ini diserap oleh orang-orang Inggris sehingga orang-orang Inggris tidak ketinggalan meramaikan bordir. Hal ini menyebabkan hiasan bordir mulai masuk ke negara-negara Eropa lainnya termasuk Belanda pada abad 17 dan ke 18. Di Indonesia keterampilan bordir mulai dikenal sekitar abad 18 Masehi, dikenalkan oleh para pedagang China dan India melalui

perdagangan. Saat itu ragam hiasan bordir diperuntukan sebagai inisial kerajaan dan menghiasi busana para bangsawan dan kaum ningrat. Hiasan bordir ini merupakan jenis keterampilan sangat sederhana dan mudah dipelajari, namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Keterampilan ini identik dengan kerajian seni sehingga dibutuhkan ekstra konsentrasi, semangat, kesabaran, niat dan minat

yang kuat dari seorang pembordir. Dalam “buku Panduan Launching Desa

Produktif Klaster Bordir dan konfeksi Padurenan, Kudus melalui Pendekatan

Diamond Cluster”, (2009:4), Kudus: Penerbit kerja sama Pemerintah Kabupaten

Kudus dengan Balai Besar Peningkatan Produktivitas, Depnakertrans RI, Dinas Tenaga Kerja,Transmigrasi & Kependudukan Propinsi Jawa Tengah, Kantor Bank Indonesia Semarang,Bank Jateng & GIZ RED.

49Home-woker memiliki karakteristik: rumah sendiri sebagai tempat ia beraktivitas untuk menghasilkan produk bordir, upah yang ditetapkan dengan borongan atau kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha, ada interaksi antara pemberi kerja

(pengusaha) dengan pekerja. Home-worker sering disamakan dengan home based

worker (bahasa Indonesia: Pekerja Rumahan) yang dikonotasikan sebagai

Pembantu Rumah Tangga. Home-Woker, sering dikategorikan dalam kategori yang

salah, seperti home-industri, pengusaha mikro, pengrajin, ibu rumah tangga,

pekerja musiman, bahkan tidak bekerja (Hunga, 2005).

Dokumen terkait