• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

Dalam dokumen MARCO FANRO H. TONDANG AGRIBISNIS (Halaman 21-0)

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan masukan untuk petani agar dapat mengelola dan mengembangkan usahataninya dengan baik.

2. Sebagai bahan Pertimbangan serta gambaran serta evaluasi bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan di bidang pertanian dalam usaha penyempurnaan sistem pertanian terutama untuk usahatani tanaman kedelai.

3. Sebagai referensi dan bahan studi bagi peneliti selanjutnya dan bagi pihak yang membutuhkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Kedelai

Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang kaya dan merupakan salah satu makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak seperti makanan lain yang mengandung lemak jenuh dan tidak dapat dicerna yang terdapat pada sebagian besar makanan hewan, kacang kedelai tidak mengandung kolestrol, mempunyai rasio kalori rendah dibandingkan protein dan bertindak sebagai makanan yang tidak menggemukkan bagi penderita obesitas. Kacang kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium, phosphorus dan vitamin B kompleks serta memiliki keunikan yaitu terbebas dari racun kimia (Adisarwanto, 2008).

Kedelai memiliki nama latin Glycine max L. Merill adalah salah satu tanaman yang berasal dari dataran cina yang telah ditemukan dan di budayakan sejak tahun 2500 SM. Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak dengan ketinggian tanaman berkisar 10 - 200 cm, tumbuh tegak, berdaun lembut dengan beragam morfologi, bercabang sedikit atau banyak tergantung dengan kultivar dan lingkungan hidup (Inawati, 2000).

Tanaman kedelai memerlukan kelembaban tanah yang cukup dan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang optimal. Di Indonesia, curah hujan yang tinggi pada musim hujan sering berakibat tanah jenuh air, drainase buruk (water-logged), atau banjir, sehingga kurang ideal bagi pertumbuhan kedelai. Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan tanah menjadi basah secara terus-menerus, mengakibatkan alat-mesin pertanian sukar beroperasi di lapangan. Faktor ini

merupakan salah satu penghambat upaya mekanisasi kedelai di Indonesia (Djojodarmodjo dan Marco 1985).

2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi

Jalan yang diyakini dapat mengatasi permasalahan (ketidakberdayaan) petani dan membebaskan manusia petani dari kemiskinan adalah melalui pendidikan.

Yang menjadi pertanyaan pendidikan seperti apakah yang dibutuhkan petani untuk membebaskan, memanusiakan dan pada akhirnya mengubah situasi hidupnya.

Karakteristik sosial ekonomi termasuk salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam kegiatan penyuluhan agar mendukung efektivitas penyampaian pesan pembangunan. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan.

2.2.1 Umur

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1998).

Usia adalah waktu sejak dilahirkan sampai dilaksanakanya penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Usia > 20 tahun dinamakan remaja, dimana menurut piaget secara psikologi, masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa dan termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Pada masa remaja terjadi perubahan sikap dan prilaku, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Usia 18-40 tahun dinamakan dewasa dini dimana kemampuan mental mencapai puncaknya dalam usia 20 tahun

untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru seperti pada misalnya mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis dan berfikir kreatif. Pada masa dewasa ini sering mencapai puncak prestasi. Usia > 40 tahun dinamakan usia madya dini dimana pada masa tersebut pada akhirnya ditandai perubahan-perubahan jasmani dan mental pada masa ini seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapainya pada usia dewasa (Hurlock. 2002).

Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan penyuluh, umur dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2.2.2 Pendidikan

Pendidikan ada dua jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Pendidikan formal adalah seseorang yang semakin tinggi semakin cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan dapat mempercepat cara berpikir seseorang (Lumentha, 1997).

Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dapat dilakukan sebagai usaha untuk menambah wawasan, pengalaman , keterampilan, dan pengetahuan.

Pendidikan ini dapat berupa seminar-seminar, kursus-kursus, dan pelatihan-pelatihan. Pendidikan ini merupakan suatu proses pengembangan kepribadian seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Lumentha, 1997).

2.2.3 Lama Berusahatani

Orang-orang yang lama/berpengalaman pada suatu pekerjaan akan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Suhardiyono, 1992).

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para petani dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kekurangannya dan dapat sendiri memenuhi kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang lain. Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan (oleh pihak penyuluh) yang akan menyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan pengertian tentang itu.

2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang bertambah baik.

3. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki.

2.2.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penyuluh untuk melakukan banyak aktifitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006).

Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor penyebab wanita secara sukarela mengambil keputusan untuk keluar rumah bekerja bagi mendapatkan

pendapatan lebih bagi keluarganya agar kebutuhan hidup keluarganya terpenuhi (Shamsiah, 2002).

Adapun yang dimaksud dengan tanggungan keluarga secara umum dapat diartikan sebagai angka yang menunjukkan banyaknya penduduk pada usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun) yang harus ditanggung oleh setiap 100 penduduk usia produktif (BPS Jateng, 2004 : 4).

2.2.5 Luas Lahan

Lahan adalah salah satu faktor produksi, tempat dihasilkannya produk pertanian yang memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap usahatani, karena banyak sedikitnya hasil produksi dari usahatani sangat dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan ( Mubyarto, 1989).

Luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh petani. Jika luas lahan meningkat maka pendapatan petani akan meningkat, demikian juga sebaliknya. Sehingga hubungan antara luas lahan dengan pendapatan petani merupakan hubungan yang positif. Di negara agraris seperti Indonesia, lahan merupakan faktor produksi yang paling penting dibandingkan

dengan faktor produksi yang lain karena balas jasa yang diterima oleh lahan lebih tinggi dibandingkan dengan faktor produksi yang lain (Hijratullaili, 2009).

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Usahatani

Usahatani merupakan suatu usaha yang dilakukan petani dalam mengusahakan penggunaan faktor-faktor produksi dengan efektif dan efisien untuk memberikan pendapatan yang semaksimal mungkin, dalam mengusahakannya.

(Suratiyah, 2009)

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input (Soekartawi, 1995).

Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah barang tersebut.

Biaya Penyusutan Alat (BPA), merupakan biaya yang terdapat pada suatu alat dengan melihat nilai produksi cabang usahatani, total nilai produksi dan nilai penyusutan alat.

(Prawirokusumo, 1999)

Usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost). Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan total biaya (Total Cost).

TC= TFC + TVC Keterangan :

TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel

2.3.2 Input Produksi a. Bibit

Bibit adalah salah satu input produksi pertanian yang sangat terkait dengan ketahanan pangan keluarga, komunitas, dan ketahanan pangan nasional. Bibit merupakan mata rantai pertama dari keseluruhan mata rantai pangan, oleh karena itu kebebasan petani untuk memperoleh akses pada bibit tidak hanya syarat penting bagi terjaminnya kelestarian pangan suatu negara (Soekartawi, 1993).

b. Pupuk

Pemupukan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budidaya tanaman kakao. Akibat pemupukan yang tidak tepat, lahan-lahan banyak yang mengalami kemunduran, terutama dalam hal kualitasnya. Kemunduran kualitas lahan tersebut antara lain terjadi karena berkurangnya unsur hara di dalam tanah, kerusakan

sifat-sifat fisik maupun biologis, serta semakin menipisnya ketebalan tanah (Rosmana, 2005).

(Soekartawi, 1995)

c. Pestisida

Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama, penyakit dan gulma, karena dapat membunuh langsung jasad pengganggu. Kemanjurannya dapat diandalkan, penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya tinggi, ketersediaannya mencukupi dan mudah didapat serta biaya relatif murah. Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern karena mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini terbukti di beberapa negara sedang berkembang produksi pertanian melimpah, namun kesehatan masyarakat terjaga dengan cara yang tepat dan aman. Di sisi lain apabila pestisida pengelolaannya tidak baik maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan yang pada akhirnya langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia (Panut, 2004).

d. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yangsedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Faktor produksi tenaga kerja menentukan tingkat keberhasilan usahatani jika jumlah penggunaan tenaga sesuai dengan kebutuhan.

Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga melainkan bertindak sebagai manajer (Mubyarto, 1995).

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani.

Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi 16 pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan

uang. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Hari orang kerja wanita (HOKW) setara dengan 0,8 HOKP (Soekartawi, 2003)

2.3.3 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Produksi Douglas Pada tahun 1989, fungsi produksi Cobb-Douglas pertama kali diperkenalkan oleh Cobb, C. W dan Cobb-Douglas, P.H, melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production”.Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan variabel independen, yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 2011).

Nicholson (2002) menyatakan bahwa fungsi produksi dimana σ = 1 (elastisitas substitusi) disebut fungsi produksi Cobb-Douglas dan menyediakan bidang tengah yang menarik antara dua kasus ekstrim.

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan : Q = AKα L β Dimana : Q : Output K : Input modal 15 L : Tenaga kerja A : Parameter efisien / koefisien teknologi α : Elastisitas input modal β : Elastisitas input tenaga kerja Fungsi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat persamaan linier sehingga menjadi : LnQ = LnA+αLnK+ βLnL + ε Dengan persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Jadi, salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linier sehingga memudahkan untuk mendapatkannya (Suhartati, 2003).

Fungsi Cobb Douglas Sebagai Fungsi Frontier

Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur output bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi

frontiernya.Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquantini adalah garis yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan input produksi yang optimal (Soekartawi, 2003).

Salah satu keunggulan fungsi produksi frontier dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain adalah kemampuannya untuk menganalisa keefisienan ataupun ketidak efisienan teknik suatu proses produksi. Pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan 16 dengan tercapainya maksimum dengan sejumlah input, artinya jika rasiooutput besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Sedang efisiensi harga (efisiensi alokatif) jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, sedangkan efisiensi ekonomi akan dicapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga juga tercapai.

2.3.4 Biaya Input Produksi

Biaya Produksi, semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2005)

a. Biaya Benih

Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usahatani kedelai. Pada penanaman

tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik.

Penanaman bibit kedelai dengan ditugal dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 40 x 20 cm, 2 biji per lubang. Bibit yang baik untuk budidaya kedelai ialah bibit yang sudah cukup tua, utuh, dan warnanya mengkilat. Bibit dibutuhkan sebanyak 50-75 kg untuk 1 hektarnya.

Menurut Penelitan (Mahyutan, 2016), Harga 1 kg bibit seharga 15.000. Jadi biaya untuk 1 hektar adalah sebesar Rp. 750.000.

b. Biaya Pupuk

Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan diserap melalui akar, batang dan daun. Nutrisi tersebut memiliki berbagai fungsi saling mendukung satu sama lainnya dan menjadi salah satu komponen penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian (Dwi, 2007)

Menurut Penelitan (Mahyutan, 2016), Pupuk yang biasa digunakan petani kedelai adalah urea, kandang, agrobos, TSP, SP36, ponska, KCl, ZPT Atonik. Serta untuk 1 hektar luas lahan dibutuhkan 50 kg pupuk urea, 1000 kg kandang, 3.5 kg agrobos dan 100 kg ponska.

Biaya pupuk untuk 1 kg pupuk urea sebesar Rp 2.400,00. Biaya 1 kg pupuk kandang sebesar Rp 10,00. Biaya 1 kg agrobos sebesar Rp 70.000,00. Biaya untuk

1 kg ponska adalah sebesar Rp 2.700,00 dan total biaya untuk pupuk adalah sebesar Rp 645.000,00.

c. Biaya Pestisida

Pestisida merupakan suatu substansi bahan kimia dan material lain (mikroorganisme, virus, dan lain-lain) yang tujuan penggunaannya untuk mengontrol atau membunuh hama dan penyakit yang menyerang tanaman, bagian tanaman, dan produk pertanian, membasmi rumput/gulma, mengatur, dan menstimulasi pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, namun bukan penyubur.

Pestisida meliputi herbisida (untuk mengendalikan gulma), insektisida (untuk mengendalikan serangga), fungisida (untuk mengendalikan fungi), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan rodentisida (racun vertebrata) (Rianto, 2006).

Menurut Penelitan (Mahyutan, 2016, Pestisida yang biasa digunakan petani kedelai adalah SMART, Round up, Dursban, Virtacho , Prevaton, Zekat / Decis , ZPT Score. Serta untuk 1 hektar luas lahan dibutuhkan pestisida 3 liter round up, 0.55 liter dursban, 0.25 liter Prevaton.

Biaya pestisida untuk 1 hektar adalah 3 liter round up seharga Rp 180.000,00 dan juga 0.55 liter dursban seharga Rp 45.000,00 serta 0.25 liter Prevaton seharga 142.000 dengan total biaya pestisida Rp 367.000,00.

d. Biaya Penyusutan

Penyusutan usahatani terjadi terhadap peralatan usahatani seperti alat pertanian, mesin pertanian, dan lahan. Penyusutan ini merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukuan (Soekartawi et al. 1986). Penyusutan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Keterangan :

Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp) N = Umur ekonomis (satuan)

Menurut (Winahyu, 2014), alat-alat yang biasa digunakan petani kedelai adalah cangkul, sabit, ember, tugal, sprayer, perontok kedelai, pompa air dan pemotong rumput. Biaya peralatan yang digunakan adalah total sebesar Rp.

3.950.432,32 dengan total biaya penyusutan sebesar Rp. 73 302.81 e. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja memiliki beberapa definisi, menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada UU No. 25 tahun 1997mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk usia 15 tahun atau lebih, sedangkan pada undang-undang terbaru tentang ketenagakerjaan yaitu UU No. 13 tahun 2013 tidak memberikan batasan umur dalam definisi tenaga kerja, namun pada undang-undang tersebut melarang mempekerjakan anak – anak. Anak-anak menurut UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain akan sangat tergantung pada kemampuan dari sumber daya manusia yang memanfaatkannya. Peningkatan

produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Menurut Akmal (2006), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan dan kualitas tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh pendidikan, kondisi fisik tenaga kerja, latihan, motivasi kerja, etos kerja, serta sikap mental.

2. Sarana pendukung tenaga kerja mencakup kesejahteraan tenaga kerja dan lingkungan kerja. Kesejahteraan tenaga kerja dapat dilihat dari upah dan jaminan sosial yang diterima pekerja. Sedangkan lingkungan kerja meliputi sarana produksi dan teknologi serta keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Kebijakan pemerintah yang dapat mendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja seperti hubungan industrial, pengupahan, dan lain sebagainya.

Menurut (Silalahi, 2013), Tenaga kerja yang digunakan petani adalah tenaga kerja pria, dan tenaga kerja wanita. Upah yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pria adalah sebesar Rp30.000.00, sedangkan upah untuk tenaga kerja wanita sama seperti upah tenaga kerja pria. Upah tenaga kerja wanita sama dengan upah tenaga kerja pria, karena hari kerja tenaga kerja wanita telah disetarakan dengan hari orang kerja. Tenaga kerja yang banyak digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yang ikut membantu usahatani petani berjumlah sekitar 1-3 orang. Biaya total yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.220.763,00.

2.3.5 Produksi

Ditinjau dari pengertian teknis, maka produksi merupakan suatu proses pendayagunaan dari sumber-sumber yang telah tersedia sehingga dapat mewujudkan suatu hasil yang optimal, baik secara kualitas dan kuantitas sehingga menjadi suatu komoditi yang dapat diperdagangkan (Assauri, 2004).

Faktor produksi/input adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen merupakan faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 2005).

2.3.6 Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya-biaya usahatani seperti bibt, pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput, dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil (in natura). Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh yang disebut hasil bersih atau keuntungan (Rahim dan Hastuti, 2007).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y . Py (Suratiyah, 2009)

Dimana :

TR =Total Penerimaan

Y =Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani Py =Harga Y

2.3.7 Pendapatan

Pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor-faktor alam, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani dilakukan untuk menghitung seberapa besar penerimaan yang diterima petani dalam berusahatani yang dikurangi dengan biaya. Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengukur keberhasilan usahatani. Dengan adanya analisis pendapatan usahatani petani dapat mengetahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang.

Hanafie (2010) menerangkan bahwa pendapatan terbagi menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan non tunai. Pendapatan tunai adalah pendapatan yang terhitung dari hasil pertanian secara tunai. Contohnya: hasil penjualan sapi pedaging dikurangi dengan total biaya. Pendapatan non tunai adalah pendapatan yang tidak terhitung dari hasil pertanian tidak tunai tetapi termasuk pendapatan.

Contohnya: sapi pedaging yang dikonsumsi sendiri.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain (Soekartawi, 1995):

1. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar.

2. Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor yang dikurangi dengan total biaya produksi atau penerimaan kotor di kurangi dengan biaya variabel dan biaya tetap.

3. Biaya produksi adalah semua pngeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan produksi.

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC (Soekartawi, 2002)

Pd = TR – TC (Soekartawi, 2002)

Dalam dokumen MARCO FANRO H. TONDANG AGRIBISNIS (Halaman 21-0)

Dokumen terkait