BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
1) Dapat dijadikan referensi untuk pembahasan yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dalam rangkaian pelaksanaan pemilihan umum.
2) Memberikan masukan terhadap pelaksanaan pemilihan umum yang terjadi di daerah dan teknis pelaksanaan yang baik.
2. Secara Praktis
1) Dapat di jadikan input bagi pengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan pelaksanaan pemilihan umum di suatu daerah.
2) Dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain untuk melihat bentuk komunikasi organisasi penyelenggara pemilu di daerah lain.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Hasriani Amin (2017) yang melakukan penelitian mengenai Model Komunikasi Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Kendari Dalam Mensukseskan Pemilihan Walikota Langsung Dan Serentak Tahun 2017. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam proses mensukseskan Pemilihan Walikota Langsung dan Serentak tahun 2017, model komunikasi kelompok atau organisasi digunakan oleh KPUD sehingga terjadi proses komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi kepada sesama jabatan dalam Sekretariat KPUD untuk melakukan setiap kegiatan organisasinya dalam rangka pelaksanaan Pilwali meliputi: mekanisme kerja KPUD Kota Kendari, proses koordinasi tahapan dan melakukan sosialisasi tentang pemilihan (Hasriani, 2017).
2. Alfyana (2019) yang melakukan penelitian mengenai KPU dan Konsolidasi Demokrasi (Studi Terhadap Independensi KPU Kota Makassar dalam Pilwali 2018) Hasil penelitian terdapat beberapa hal yang menunjukkan independensi KPU Kota Makassar: Pertama, dalam verifikasi berkas paslon bahwa KPU berdasar pada peraturan No.3 Tahun 2018 tentang acuan memverifikasi berkas yang dimana meliputi
verifikasi administrasi dan verifikasi faktual. Kedua, dalam penetapan paslon bahwa KPU melakukan verifikasi berkas calon dengan meninjau langsung kesesuaian ijazah mulai dari sekolah pertamanya sampai pendidikan terakhirnya dan KPU juga memastikan apakah paslon telah melaporkan harta kekayaannya kepada KPK dengan berdasar pada UU No.10 Tahun 2016 maka paslon telah resmi ditetapkan. Ketiga, dalam diskualifikasi paslon KPU tidak memiliki otoritas dan menghiraukan putusan bawaslu sehingga terjadi diskualifikasi yang seharusnya KPU tidak perlu mendengar putusan PT TUN dan mengajukan kasasi ke MA karena putusan bawaslu juga sesuai dengan aturan perundang-undangan. Keempat, dalam proses pemungutan suara KPU membentuk KPPS yang bertugas di TPS untuk melaksanakan pemugutan suara.
Dalam hal ini KPU hanya memfasilitasi kandidat dan pemilih bukan melakukan mobilisasi apalagi intervensi kepada pemilih. Kelima, dalam penetapan hasil pemungutan suara KPU melakukan rekap atau hasil perhitungan secara transparan ke masyarakat, KPPS sampai kecamatan dan terakhir rekap di KPU (Alfyana, 2019).
3. Mudita Maidihani (2018) yang melakukan penelitian mengenai Komunikasi Organisasi dalam Knowledge Management (Komunikasi Knowledge Sharing pada Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian ini KPU merupakan lembaga penyelenggara Pemilu yang memiliki struktur organisasi terdiri atas Komisioner yang dipilih secara periodik dan Sekretariat dengan unsur
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tentu membutuhkan komunikasi organisasi yang baik untuk memfasilitasi dan menjembatani. Dengan metode penelitian studi kasus, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan semi-structured interview dan observasi. Dari hasil pengumpulan data dan analisis data, dipaparkan bagaimana penerapan knowledge management, komunikasi knowledge sharing, dinamika komunikasi yang terjadi dalam proses komunikasi tersebut, serta capaian dan hambatan dalam komunikasi knowledge sharing di KPU DIY (Mudita Maidihani, 2018).
B. Konsep Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan sebuah alat penghubung antar manusia dengan manusia lainnya, yang dikatakan komunikasi bukan hanya yang dilakukan secara verbal tapi juga secara non verbal. Komunikasi dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yaitu antara lain, memberi dan mencari informasi, mengajak individu lain melakukan apa yang kita inginkan atau mempersuasi (Lubis, 2008).
Komunikasi adalah penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi diantara pengirim dan penerima tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis, tetapi juga yang menggunakan alat komunikasi canggih. Pentingnya komunikasi dalam hubungannya dengan pekerjaan ditunjukkan oleh banyaknya waktu
yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam pekerjaan (Nurrohim &
Anatan, 2009).
Adapun proses komunikasi menyangkut hal-hal sebagai berikut (Mulyana, 2014):
1. Adanya dua pihak yang terlibat, yaitu subyek dan obyek komunikasi.
Subyek merupakan sumber dan obyek sebagai sasaran komunikasi.
2. Adanya pesan yang hendak disampaikan oleh subyek kepada obyek.
3. Pemilihan cara atau metode yang digunakan oleh obyek untuk menyampaikan pesan, lisan atau tertulis dengan alat penyampaian.
4. Pemahaman metode penyampaian pesan oleh obyek sehingga pesan diterima dalam bentuk yang diinginkan oleh subyek.
5. Penerimaan oleh obyek.
6. Umpan balik dari obyek ke subyek Agar terjadi kegiatan kelompok atau organisasi maka harus ada komunikasi antara para anggotanya.
Seperti pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, dalam dunia organisasi juga komunikasi adalah hal yang sangat penting dan harus diperhatikan. Baik atau tidaknya komunikasi di suatu organisasi dapat menentukan berkembang atau tidaknya organisasi tersebut.
Salah satu prinsip dalam manajemen dan organisasi adalah kerjasama.
Kerjasama dapat dilaksanakan dengan baik apabila terjadi komunikasi dialogis antara manajer dan bawahan dan diantara seluruh pekerja yang melaksanakan kegiatan organisasi. Dengan adanya respons, anggapan atau
umpan balik yang diberikan oleh komunikan berarti pesan yang dikirim itu sudah sampai sehingga terjadi komunikasi dua arah (Yuliani, 2012).
Komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Adapun fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut (Mulawarman & Rosilawati, 2014):
1. Fungsi Informatif
Informasi dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Dalam sebuah struktur organisasi membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan dalam organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh dalam fungsi regulatif ini :
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Mereka juga mempunyai wewenang untuk memberikan perintah atau intruksi, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atas supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sesuai intruksi.
b. Berkaitan dengan pesan dimana setiap anggota dalam organisasi membutuhkan standar operasional kerja dalam memperoleh kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh atau tidak boleh untuk dilakukan.
3. Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi tidak cukup dengan mengandalkan kewenangan dan kekuasaan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara suka rela akan lebih menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding dengan pimpinan yang sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal yang terjadi dalam setiap organisasi yaitu seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut dan laporan kemajuan organisasi.
Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi kepada seluruh bagian
organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi (Ernika, 2016).
Dalam kehidupan organisasi, komunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting karena komunikasi dapat meningkatkan saling pengertian antara karyawan dan atasan, dan meningkatkan koordinasi dari berbagai macam kegiatan/tugas yang berbeda. Komunikasi merupakan inti dari proses kerja sama yang terjadi di dalam organisasi. Jalannya perusahaan dapat terhambat bila tidak terdapat komunikasi yang baik antara orang-orang di dalamnya (Lubis, 2008).
Komunikasi dalam sebuah organisasi merupakan salah satu bentuk tindakan atau prilaku manajerial yang sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Tanpa komunikasi organisasi tidak akan berjalan. Dalam proses komunikasi itu paling tidak ada dua tindakan yang terjadi masing-masing yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan (Nurrohim & Anatan, 2009).
Proses komunikasi melibatkan lima unsur: orang yang menyampaikan pesan, pesan yang dikomunikasikan, media penyampaian, penerima pesan dan umpan balik. Selain itu, ada tiga unsur dalam komunikasi (Romli, 2014), sebagai berikut:
1. Komunikator/Pengirim/Sender merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu, seorang komunikator
dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
2. Komunikan/Penerima/Receiver merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Dalam proses komunikasi, penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar. Penerima pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti secara sempurna.
3. Saluran/Media/Channel merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikasi dan sebaliknya.
Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, faksimile fotokopi, email, sandi morse, smartphone, sms, dan sebagainya. Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.
Komunikasi dalam organisasi ada dua diantaranya komunikasi formal dan informal. Adapun yang dimaksud dengan komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur organisasi. Sedangkan komunikasi formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam lingkup lembaga resmi, melalui jalur garis perintah, berdasarkan struktur lembaga, oleh pelaku yang
berkomunikasi sebagai petugas lembaga dengan status masing-masing, dengan tujuan untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan kepentingan dinas dan bentuk resmi yang berlaku pada lembaga resmi pada umumnya (Ishak, 2012).
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tiga sistem komunikasi dalam Organisasi yakni sebagai berikut (Ernika, 2016):
1. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi.
2. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk.
3. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi.
Komunikasi organisasi adalah suatu pendekatan untuk mensurveri sikap, persepsi, dan kepuasaan anggota organisasi sehingga memberikan informasi mengenai komunikasi. Ada beberapa indikator komunikasi efektif, yaitu (Mulawarman & Rosilawati, 2014):
1. Pemahaman, tujuan dari komunikasi adalah terjadinya pengertian bersama, dan untuk sampai pada tujuan itu, maka seorang komunikator maupun komunikan harus sama-sama saling mengerti fungsinya masing-masing.
2. Kesenangan, suasana yang lebih rilex dan menyenangkan akan lebih enak untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan suasana yang tegang. Karena komunikasi bersifat fleksibel. Dengan adanya suasana semacam itu, maka akan timbul kesan yang menarik.
3. Pengaruh pada sikap, jika dengan berkomunikasi dengan orang lain, kemudian terjadi perubahan pada perilakunya, maka komunikasi yang terjadi adalah efektif, dan jika tidak ada perubahan pada sikap seseorang, maka komunikasi tersebut tidaklah efektif.
4. Hubungan yang semakin baik, secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Seringkali jika orang telah memiliki persepsi yang sama, kemiripan karakter, cocok, dengan sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik.
5. Tindakan, komunikasi akan efektif jika kedua belah pihak setelah berkomunikasi terdapat adanya sebuah tindakan.
Sebagai kesimpulan dari berbagai teori diatas di dalam sebuah organisasi jelas dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antar individu di dalam organisasi tersebut maupun antara organisasi satu dengan yang lainnya. Kita tahu pentingnya komunikasi organisasi yang baik akan sangat mempengaruhi kinerja dalam suatu organisasi tersebut.
C. Konsep Pemilihan Umum
Bagi bangsa Indonesia, pemilu merupakan agenda ketatanegaraan yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali sejak masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru, asas pemilu sebatas pada langsung, umum, bebas, dan
rahasia (luber). Asas itu lebih diorientasikan pada cara pemilih menyampaikan suaranya, yaitu harus secara langsung tanpa diwakilkan, berlaku umum bagi semua warga negara, dilakukan secara bebas tanpa adanya paksaan, dan secara rahasia (Hardjanto, 2019).
Pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan amandemen UUD 1945, semua anggota lembaga perwakilan dan bahkan presiden serta Kepala Daerah dipilih dengan mekanisme Pemilihan Umum.Pemilihan umum menjadi agenda yang diselenggarakan secara berkala di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republia Indonesia tahun 1945 (Liany, 2016).
Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.
Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilihwakil-wakilnya yang pada gilirannya akcan mengendalikan roda pemerintahan. Hasil pemilihan umum yang diselengarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat (Susanto, 2013).
Pemerintahan untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan dari dan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan pemerintah terhadap kebutuhan rakyat dan terhadap aspirasi rakyat yang perlu diakomodir yang kemudian di follow-up melalui pengeluaran kebijakan maupun melalui pelaksanaan program kerja pemerintah (Zuhro, 2019).
Pemilu merupakan kesempatan bagi para warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam membuat keputusannya itu para warga negara menentukan apakah sebenarnya yang mereka inginkan untuk dimiliki. Pemilu menjadi sarana demokrasi yang penting dan merupakan perwujudan yang nyata untuk keikut sertaan rakyat dalam kehidupan kenegaraan (Susanto, 2013).
Pemilih dalam pemilu disebut juga sebagai konstituen, di mana para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama diwaktu yang telah ditentukan menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai (Kusmanto, 2014).
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu di Indonesia merupakan mekanisme penentuan pendapat rakyat melalui sistem
yang bersifat langsung. Pemilu bertujuan memilih orang atau partai politik untuk menduduki suatu jabatan di lembaga perwakilan rakyat atau lembaga eksekutif, seperti presiden dan wakil presiden, anggota DPR dan MPR, anggota DPD dan MPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten, dan anggota DPD Kota (Hardjanto, 2019).
Pemilihan umum merupakan syarat minimal adanya demokrasi yang bertujuan memilih wakil-wakil rakyat, wakil daerah, presiden untuk membentuk pemerintahan demokratis. pentingnya penyelenggaraan Pemilihan Umum secara berkala tersebut dikarenakan beberapa sebab diantaranya sebagai berikut (Kusmanto, 2014):
1. Pendapat atau aspirasi rakyat cenderung berubah dari waktu ke waktu.
2. Kondisi kehidupan masyarakat yang dapat juga berubah.
3. Pertambahan penduduk dan rakyat dewasa yang dapat menggunakan hak pilihnya.
4. Guna menjamin regulasi kepemimpinan baik dalam cabang eksekutif dan legislative.
Kondisi kehidupan rakyat yang cenderung berubah memerlukan adanya mekanisme yang mewadahi dan mengaturnya yaitu melalui proses pemilihan umum. Setiap penduduk dan rakyat Indonesia yang telah dewasa memiliki hak untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum.
Regulasi kepemimpinan baik cabang eksekutif maupun legislatif akan terlaksana secara berkala dengan adanya pemilihan umum. Asas pemilu
menurut UU No.23 tahun 2003, tentang pemilihan umum meliputi (Pasaribu, 2018):
1. Langsung artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikansuaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.
2. Umum artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi.
3. Bebas artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa ada pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.
4. Rahasia artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapa pun dan dengan jalan apa pun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan.
5. Jujur dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara pelaksana, perintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Adil dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
Pemilihan umum merupakan sarana untuk memfasilitasi proses perebutan mandat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Dalam Pemilu, rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memilih pemimpin yang akan menentukan nasibnya untuk lima tahun ke depan. Adapun tujuan penyelenggaraan pemilihan umum itu ada empat, yaitu (Kusmanto, 2014):
1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai.
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.
3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan.
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
Pemilihan umum merupakan mekanisme memindahkan konflik kepentingan (conflict of interests) dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi atau kesatuan masyarakat tetap terjamin. Oleh karena itu wakil rakyat mestilah orang-orang yang memiliki moralitas, integritas dan akuntabilitas yang memadai serta memiliki otoritas ekonomi dan otoritas kultural. Oleh karena itulah dibutuhkan pemilu sebagai media untuk menyeleksi orangorang yang memenuhi standar minimal sebagai wakil rakyat (Hardjanto, 2019).
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilu merupakan suatu cara menentukan wakil-wakil yang akan menjalankan roda
pemerintahan dimana pelaksanaan pemilu harus disertai dengan kebebasan dalam arti tidak mendapat pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun juga. Semakin tinggi tingkat kebebasan dalam pelaksanaan pemilu maka semakin baik pula penyelenggaraan pemilu. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kebebasan maka semakin buruk pula penyelenggaraan pemilu.
D. Penyelenggara Pemilihan Umum
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggara Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat (Pardede, 2014).
Pemilihan adalah fitur dari negara yang demokratis. Kekuatan mana yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut UU No. 7 tahun 2017 tentang penyelenggara pemilu, pemilu itu adalah sarana untuk menerapkan kedaulatan rakyat secara langsung, terbuka, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam penyatuan kembali Republik Indonesia (Harahap &
Fahmi, 2019).
Penyelenggara pemilu dibentuk sebagai suatu lembaga yang bersifat independen diluar dari pengaruh partai politik dan pemerintah. Amandemen UUD 1945 sebagai salah satu proyek Reformasi yang berdampak banyak
munculnya lembaga negara baru yang dibentuk sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Salah satu lembaga yang dibentuk setelah amandemen tersebut yaitu komisi pemilihan umum sebagai penyelenggara pemilu di Indonesia (Harahap & Fahmi, 2019).
Dalam rangka mewujudkan sebuah pemilu yang suskes, dalam hal ini yang memenuhi unsur pemilu umum, bebas, rahasia , jujur, langsung , dan adil tentunya di perlukan suatu lembaga yang benar-benar menjalankan dan melaksanakan segala tugas, wewenang serta fungsi secara baik. Tujuan penyelenggara pemilu yaitu (Saputra, 2018):
1. Sistem demokratis yang menguat dalam ketatanegaraan Indonesia.
2. Melahirkan pemilihan umum yang berintregitas dan adil.
3. Adanya kepastian hukum serta tidak pencegahan terkait duplikasi dalam penyelenggaraan pemilu.
4. Melahirkan Pemilu yang sukses.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah merumuskan keberadaan KPU, Bawaslu dan DKPP dalam satu nafas harmonis yang menyatu sebagai satu kesatuan dalam menjalankan fungsi dan tugas penyelenggaraan pemilu. Ketiga lembaga yang di sebutkan diatas merupakan amanat dari undang-undang dalam menjalankan penyelenggaraan pemilu dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya masing-masing (Harahap & Fahmi, 2019).
Secara konstitusional KPU sebagai penyelenggara Pemilu diatur dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan pemilu. KPU terdiri atas: KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU kabupaten/Kota, PPS, PPK, KPPSLN, KPPS; dan PPLN (Harahap & Fahmi, 2019).
Penetapan jumlah anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 didasarkan pada kriteria, jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah
Penetapan jumlah anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 didasarkan pada kriteria, jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah