• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA 2020 DI KOTA MAKASSAR

Oleh:

SITI RATNASARI

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11259 17

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(2)

i SKRIPSI

KOMUNIKASI ORGANISASI PENYELENGGARA PEMILIHAN WALIKOTA 2020 DI KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Dan Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik (S.AP)

Disusun dan Diajukan Oleh:

SITI RATNASARI

Nomor Stambuk: 10561 11259 17

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v ABSTRAK

Siti Ratnasari, Budi Setiawati dan Muhammad Yahya. Komunikasi Organisasi Penyelenggara Pemilihan Walikota 2020 Di Kota Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Organisasi Penyelenggara Pemilihan Walikota 2020 di Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan tipe pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang terdiri dari KPUD, Bawaslu, masing-masint tim pemenangan kandidat dan masyarakat di Kota Makassar. Dengan teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi serta analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian di lapangan terkait Komunikasi Organisasi Penyelenggara Pemilihan Walikota 2020 Di Kota Makassar didapatkan hasil sebagai berikut: dimana informasi seluruh tahapan pelaksanaan pilwali menjadi tugas dari setiap struktural dalam melaksanakan setiap program bagi setiap devisi yang ada didalam struktural, seperti pemuktahiran data pemilih, sosialisasi dalam meningkatkan partisipasi pemilih, termasuk ketersediaan logistic. Selain itu beberapa regulasi yang mengatur anggaran dana kampanye juga menjadi perhatian dalam pelaksanaan pilwali di Kota Makassar sebagai upaya dalam meminimalisir politik uang dan kecurangan dalam perhelatan kontestasi pemilihan wali kota dan wakil walikota di Makassar. Upaya persuasive bagi setiap struktural masing- masing struktur dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pemilihan. Beberapa permasalahan yang melanggar regulasi pelaksanaan pilwali di Kota Makassar lebih banyak pada pelanggaran protokol kesehatan sehingga baik KPUD, Bawaslu, Kandidat dan tim pemenangan saling bekerjasama dalam menghimbau masyarakat serta pendukung masing-masing kandidat agar senantiasa menerapkan protokol kesehatan. Loyalitas pegawai merupakan jaminan pelaksanaan pilkada dapat berjalan baik serta menyelesaikan seluruh tahapan serta meminimalisir kesalahan yang dapat mengganggu aktivitas pelaksanaan pilwali di Kota Makassar.

Kata Kunci: Komunikasi, Organisasi, Penyelenggara

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komunikasi Organisasi Penyelenggara Pemilihan Walikota 2020 Di Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. DR. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, MPA selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Nurbiah Tahir, S.Sos., M.Ap selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar

5. Dr. Budi Setiawati, M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Muhammad Yahya, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Kedua Orang tua tercinta bapak Alm. Jusman dan ibu Sumarni yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan, merawat, memberi pendidikan sampai pada jenjang saat ini, mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta bantuan baik moril ataupun materi dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

vii

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENERIMAN TIM ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERNYATAAN...iv

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Konsep Komunikasi Organisasi ... 11

C. Konsep Pemilihan Umum ... 18

D. Penyelenggara Pemilihan Umum ... 24

E. Kerangka Pikir ... 35

F. Fokus Penelitian ... 36

G. Deskripsi Fokus Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 38

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 38

C. Informan ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 41

F. Keabsahan Data ... 42

(10)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 44

B. Komunikasi organisasi dalam penyelenggaran pilwali di Kota Makassar ... 55

C. Pembahasa Hasil Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 98

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. jumlah DPT Kota Makassar ... 5 Tabel 2. Data Informan Penelitian ... 39 Tabel 3. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar ... 46 Tabel 4. Jumlah Kelurahan/Desa, RW dan RT dirincikan per Kecamatan di Kota Makasar ... 47 Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Pilwali Makassar 2020... 53 Tabel 6. Jumlah DPT Pada Pilwali Kota Makassar 2020 ... 54

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. kerangka pikir ... 36 Gambar 2. Peta Wilayah Kota Makassar ... 48 Gambar 3. Struktur Organisasi KPUD Kota Makassar ... 55

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 4. KPU Kota Makassar ... 98

Gambar 5. Real Count KPU Pilkada 2020 Makassar ... 98

Gambar 6. Wawancara Penelitian ... 99

Gambar 7. Kantor BAWASLU Kota Makassar ... 99

Gambar 8. Rekapitulasi Tingkat Kabupaten/Kota ... 100

Gambar 9. Rekapitulasi Tingkat Kecamatan ... 100

Gambar 10. Rapat Koordinasi Pengawasan Tahapan Pada Pilwali Makassar Tahun 2020 ... 101

Gambar 11. Rapat BAWASLU ... 101

Gambar 12.Rapat Koordinasi Pengamanan Persiapan Debat Publik Tahap Kedua ... 102

Gambar 13. Daftar pasangan calon peserta pemilihan walikota dan wakil walikota makassar tahun 2020 ... 103

Gambar 14. Surat penelitian ... 104

Gambar 15. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 105

Gambar 16. Surat Keterangan Bebas Plagiat ... 106

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemilu merupakan sebuah aktifitas tak terhindari di Negara yang menganut sistem demokrasi. Tidak ada sebuah Negara demokrasi yang tidak menjalankan pemilihan bagi sebuah jabatan publik dengan melibatkan warga Negara yang berhak memilih (eligible). Dalam tatanan filisofis, para teoritis demokrasi, terutama yang menganut perspektif prosedural, mengisyaratkan pelaksanaan pemilu yang baik sebagai fondasi dari pemerintahan yang dapat dikategorikan demokratis. Pemilu merupakan pengejawantahan dari prinsip pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat.

Pemilihan umum sebagai implementasi demokrasi telah digunakan hampir sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, yang merupakan negara heterogen. Indonesia telah melakukan pemilihan umum sebanyak 11 kali, pemilu di Indonesia pada awalnya di tujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten atau kota.

Di dalam perspektif administrasi, penyelenggaraan pemilihan umum oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU pusat dan daerah), dapat dikategorikan sebagai pelaksanaan manajemen publik. Hal itu dimungkinkan melalui penjelasan bahwa KPU di berbagai tingkatan sejatinya merupakan organisasi publik. Melalui pelaksanaan tugas dan fungsi kelembagaannya,

(15)

KPU tidak dapat menghindarkan masyarakat untuk menerima dampak dari pelaksanaan tugasnya yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif.

Komunikasi organisasi yang berjalan dengan baik, sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan hal yang sangat penting, baik dalam organisasi, perusahaan, maupun instansi pemerintahan. Khususnya untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu, sumber daya manusia juga penentu untuk tercapainya keberhasilan suatu usaha.

Oleh sebab itu dibutuhkan pengurus yang mampu berprestasi, mempunyai produktivitas tinggi, bersemangat kerja tinggi, setia dan mau bekerja sebaik mungkin demi kepentingan organisasi.

Komunikasi organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian, pendek kata agar terjadi penyetaraan dalam kerangka referensi (frame of reference), maupun bidang pengalaman.

Komunikasi organisasi yang berjalan dengan baik, sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan hal yang sangat penting, baik dalam organisasi, perusahaan, maupun instansi pemerintahan. Khususnya untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu, sumber daya manusia juga penentu untuk tercapainya keberhasilan suatu usaha.

(16)

Oleh sebab itu dibutuhkan pengurus yang mampu berprestasi, mempunyai produktivitas tinggi, bersemangat kerja tinggi, setia dan mau bekerja sebaik mungkin demi kepentingan organisasi.

Pemilihan umum secara langsung tidak hanya dilakukan dalam pemilihan presiden akan tetapi penyelenggaraan juga dilakukan disetiap daerah yakni disebut dengan pemilihan umum kepala daerah. Pemilihan umum kepala daerah merupakan pemilihan yang dilakukan secara langsung disetiap daerah dimana pemilihan kepala daerah meliputi pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.

Komunikasi KPU dalam pemilihan umum bertujuan menyampaikan pesan pemilu yaitu seluruh proses dan tahapan pemilu kepada publiknya.

Publik memiliki hak untuk mengetahui proses pemilu yang sedang berjalan.

Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menyatakan bahwa salah satu kewajiban Komisi Pemilihan Umum Provinsi yaitu menyampaikan semua informasi penyelenggaraan pemilu kepada masyarakat.

Target komunikasi KPU dalam pemilihan umum adalah partisipasi pemilih dalam memberikan hak suaranya dalam pemilu. Peningkatan maupun penurunan partisipasi pemilih dalam pemilu tidak terlepas dari peran seluruh stakeholders, namun, sebagai lembaga penyelenggara pemilu, KPU harus mampu memaksimalkan perannya dengan melakukan komunikasi secara aktif dalam setiap proses tahapan yang berlangsung agar publik dapat memahami arti penting sebuah pemilu dan dengan kesadaran

(17)

diri ikut berpartisipasi. Indikator keberhasilan sosialisasi yang dilaksanakan oleh penyelenggara pemilu adalah persentase partisipasi pemilih sesuai dengan target yang ditetapkan.

Posisi KPU sebagai penyelenggara lebih bertanggungjawab terhadap persoalan partisipasi masyarakat yang disebabkan oleh persoalan teknis penyelenggaraan pemilu. Ketika pemilih tidak menggunakan hak pilihnya akibat absennya informasi tentang mekanisme pemilihan atau hari pemungutan suara yang disampaikan oleh KPU maka hal ini menjadi tanggungjawab penyelenggara.

Penyelenggaraan pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar tahun 2020 di ikuti oleh empat pasangan kandidat yaitu:

1. Nomor Urut 1 pasangan Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi (Danny-Fatma) diusung oleh Partai Nasdem (6 Kursi) dan Partai Gerindra (5 Kursi).

2. Nomr urut 2 pasangan Munafri Arifuddin-Rahman Bando (Appi-Rahman) diusung oleh Partai Demokrat (6 Kursi), Partai PPP (5 Kursi), dan Perindo (2 Kursi).

3. Nomor urut 3 pasangan Syamsul Rizal-Fadli Ananda (Ical-Fadli) diusung oleh PKS (5 Kursi), PDIP (6 Kursi) dan PKB

(1 Kursi)

4. Nomor urut 4 pasangan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Nurdin (None-Zunnun) diusung oleh partai Golkar (5 Kursi) dan PAN (5 Kursi).

Komisi pemilihan umum Kota Makassar, mengalami peningkatan partisipasi pemilih sebanyak 0,7% pada pilwali Kota Makassar, dimana

(18)

dalam pilwali pada Tahun 2020 partisipasi pemilih 59,6% di banding tahun 2018 hanya sebesar 58,9%.

Adapun daftar pemilih tetap pada pilwali Kota Makassar adalah sebagai berikut:

Tabel 1. jumlah DPT Kota Makassar

No. Kecamatan Jumlah TPS Jumlah Pemilih

L P Total

1. Biringkanaya 376 59.803 64.322 124.125

2. Bontoala 114 18.741 19.671 38.412

3. Kepulauan

Sangkarang 22 5.227 5.372 10.599

4. Makassar 171 27.365 29.011 56.376

5. Mamajang 127 18.784 20.685 39.469

6. Manggala 213 44.585 46.224 90.809

7. Mariso 117 19.173 20.401 39.574

8. Panakukang 275 56.234 58.332 114.566

9. Rappocini 281 50.216 52.355 102.571

10. Tallo 249 46.189 47.377 93.566

11. Tamalanrea 215 32.798 35.228 68.026

12. Tamalate 318 71.633 74.085 145.718

13. Ujung Pandang

54 9.965 10.750 20.715

14. Ujung Tanah 64 11.967 12.282 24.249

15. Wajo 74 10.669 11.392 22.061

Jumlah 2.670 477.349 507.497 901.087

(Sumber: KPUD Kota Makassar 2020)

Dalam konteks pemilihan umum walikota dan wakil walikota, kota Makassar merupakan daerah yang masuk rangking 3 nasional sebagai penyelenggaraan pemilu dengan tingkat kerawanan tertinggi sehingga memerlukan komunikasi yang intens termasuk dalam permutahiran data pemilih. Berikut rekomendasi Bawaslu Sulsel setelah Makassar masuk

(19)

ranking 3 pilkada paling rawan di Indonesia (DetikNews.com):

Rekomendasi untuk Penyelenggara Pemilu, meningkatkan pelayanan terutama terhadap proses pencalonan (perseorangan dan partai politik), akurasi data pemilih dan peningkatan partisipasi masyarakat. Rekomendasi untuk Partai Politik, meningkatkan akses dan keterlibatan masyarakat dalam proses pencalonan dan melakukan pendidikan politik yang intensif sepanjang tahapan Pilkada. Pemerintah Pusat dan Daerah, memastikan dukungan pelaksanaan Pilkada dan mengintensifkan forum-forum komunikasi (Forkopimda, FKUB) untuk konsolidasi dan pencegahan potensi kerawanan. Polri, TNI, BIN, BINDA, menguatkan koordinasi untuk mencegah potensi konflik horizontal dan vertikal berdasarkan pemetaan dari IKP. Ormas dan OKP, memperluas jaringan pemantauan Pilkada untuk meningkatkan kesadaran berpolitik yang demokratis.

Berbagai persoalan terjadi dalam sebuah kontestasi pemilihan umum di Kota Makassar. Seperti dalam pilwali Kota Makassar 2020 setidaknya ada beberapa kasus yang terjadi dalam penyelenggaraan pemilu tersebut seperti: dugaan kampanye diluar jadwal, tidak netralnya ASN dengan terlibat mengkampanyekan salah satu kandidat, dugaan money politic, sampai kepada penusukan salah satu tim sukses kandidat pada saat debat di Jakarta.

Selain meingkatkan partisipasi pemilih oleh KPUD Kota Makassar yang beralamat di Jl. Perumnas Raya Raya No.2A, Bangkala, Kec.

Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90234 tentu pengawasan oleh

(20)

Bawaslu yang beralamat di Jl. Anggrek Raya, Paropo, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231 dalam sebuah kontestasi pemilu perlu di magsifkan oleh penyelenggaraan pemilihan umum. Mulai dari pendidikan politik, melakukan tindakan tegas, dan berkoordinasi sehingga tercapai pemilu sesuai dengan asas pemilihan jujur, bersih, adil dan terbuka untuk umum. Sehingga berangkat dari permasalahan tersebut penulis tertarik melakukan penelitian terkait “Komunikasi organisasi penyelenggara Pemilihan Walikota 2020 di Kota Makassar” dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan fungsi komunikasi organisasi dalam penyelenggaraan Pilwali di Kota Makassar Tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan fungsi komunikasi organisasi dalam penyelenggaraan pilwali di Kota Makassar Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

1) Dapat dijadikan referensi untuk pembahasan yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dalam rangkaian pelaksanaan pemilihan umum.

(21)

2) Memberikan masukan terhadap pelaksanaan pemilihan umum yang terjadi di daerah dan teknis pelaksanaan yang baik.

2. Secara Praktis

1) Dapat di jadikan input bagi pengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan pelaksanaan pemilihan umum di suatu daerah.

2) Dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain untuk melihat bentuk komunikasi organisasi penyelenggara pemilu di daerah lain.

(22)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Hasriani Amin (2017) yang melakukan penelitian mengenai Model Komunikasi Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Kendari Dalam Mensukseskan Pemilihan Walikota Langsung Dan Serentak Tahun 2017. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam proses mensukseskan Pemilihan Walikota Langsung dan Serentak tahun 2017, model komunikasi kelompok atau organisasi digunakan oleh KPUD sehingga terjadi proses komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi kepada sesama jabatan dalam Sekretariat KPUD untuk melakukan setiap kegiatan organisasinya dalam rangka pelaksanaan Pilwali meliputi: mekanisme kerja KPUD Kota Kendari, proses koordinasi tahapan dan melakukan sosialisasi tentang pemilihan (Hasriani, 2017).

2. Alfyana (2019) yang melakukan penelitian mengenai KPU dan Konsolidasi Demokrasi (Studi Terhadap Independensi KPU Kota Makassar dalam Pilwali 2018) Hasil penelitian terdapat beberapa hal yang menunjukkan independensi KPU Kota Makassar: Pertama, dalam verifikasi berkas paslon bahwa KPU berdasar pada peraturan No.3 Tahun 2018 tentang acuan memverifikasi berkas yang dimana meliputi

(23)

verifikasi administrasi dan verifikasi faktual. Kedua, dalam penetapan paslon bahwa KPU melakukan verifikasi berkas calon dengan meninjau langsung kesesuaian ijazah mulai dari sekolah pertamanya sampai pendidikan terakhirnya dan KPU juga memastikan apakah paslon telah melaporkan harta kekayaannya kepada KPK dengan berdasar pada UU No.10 Tahun 2016 maka paslon telah resmi ditetapkan. Ketiga, dalam diskualifikasi paslon KPU tidak memiliki otoritas dan menghiraukan putusan bawaslu sehingga terjadi diskualifikasi yang seharusnya KPU tidak perlu mendengar putusan PT TUN dan mengajukan kasasi ke MA karena putusan bawaslu juga sesuai dengan aturan perundang- undangan. Keempat, dalam proses pemungutan suara KPU membentuk KPPS yang bertugas di TPS untuk melaksanakan pemugutan suara.

Dalam hal ini KPU hanya memfasilitasi kandidat dan pemilih bukan melakukan mobilisasi apalagi intervensi kepada pemilih. Kelima, dalam penetapan hasil pemungutan suara KPU melakukan rekap atau hasil perhitungan secara transparan ke masyarakat, KPPS sampai kecamatan dan terakhir rekap di KPU (Alfyana, 2019).

3. Mudita Maidihani (2018) yang melakukan penelitian mengenai Komunikasi Organisasi dalam Knowledge Management (Komunikasi Knowledge Sharing pada Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian ini KPU merupakan lembaga penyelenggara Pemilu yang memiliki struktur organisasi terdiri atas Komisioner yang dipilih secara periodik dan Sekretariat dengan unsur

(24)

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tentu membutuhkan komunikasi organisasi yang baik untuk memfasilitasi dan menjembatani. Dengan metode penelitian studi kasus, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan semi-structured interview dan observasi. Dari hasil pengumpulan data dan analisis data, dipaparkan bagaimana penerapan knowledge management, komunikasi knowledge sharing, dinamika komunikasi yang terjadi dalam proses komunikasi tersebut, serta capaian dan hambatan dalam komunikasi knowledge sharing di KPU DIY (Mudita Maidihani, 2018).

B. Konsep Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan sebuah alat penghubung antar manusia dengan manusia lainnya, yang dikatakan komunikasi bukan hanya yang dilakukan secara verbal tapi juga secara non verbal. Komunikasi dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yaitu antara lain, memberi dan mencari informasi, mengajak individu lain melakukan apa yang kita inginkan atau mempersuasi (Lubis, 2008).

Komunikasi adalah penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi diantara pengirim dan penerima tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis, tetapi juga yang menggunakan alat komunikasi canggih. Pentingnya komunikasi dalam hubungannya dengan pekerjaan ditunjukkan oleh banyaknya waktu

(25)

yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam pekerjaan (Nurrohim &

Anatan, 2009).

Adapun proses komunikasi menyangkut hal-hal sebagai berikut (Mulyana, 2014):

1. Adanya dua pihak yang terlibat, yaitu subyek dan obyek komunikasi.

Subyek merupakan sumber dan obyek sebagai sasaran komunikasi.

2. Adanya pesan yang hendak disampaikan oleh subyek kepada obyek.

3. Pemilihan cara atau metode yang digunakan oleh obyek untuk menyampaikan pesan, lisan atau tertulis dengan alat penyampaian.

4. Pemahaman metode penyampaian pesan oleh obyek sehingga pesan diterima dalam bentuk yang diinginkan oleh subyek.

5. Penerimaan oleh obyek.

6. Umpan balik dari obyek ke subyek Agar terjadi kegiatan kelompok atau organisasi maka harus ada komunikasi antara para anggotanya.

Seperti pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, dalam dunia organisasi juga komunikasi adalah hal yang sangat penting dan harus diperhatikan. Baik atau tidaknya komunikasi di suatu organisasi dapat menentukan berkembang atau tidaknya organisasi tersebut.

Salah satu prinsip dalam manajemen dan organisasi adalah kerjasama.

Kerjasama dapat dilaksanakan dengan baik apabila terjadi komunikasi dialogis antara manajer dan bawahan dan diantara seluruh pekerja yang melaksanakan kegiatan organisasi. Dengan adanya respons, anggapan atau

(26)

umpan balik yang diberikan oleh komunikan berarti pesan yang dikirim itu sudah sampai sehingga terjadi komunikasi dua arah (Yuliani, 2012).

Komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

Adapun fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut (Mulawarman & Rosilawati, 2014):

1. Fungsi Informatif

Informasi dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Dalam sebuah struktur organisasi membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan dalam organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh dalam fungsi regulatif ini :

a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Mereka juga mempunyai wewenang untuk memberikan perintah atau intruksi, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atas supaya perintah- perintahnya dilaksanakan sesuai intruksi.

(27)

b. Berkaitan dengan pesan dimana setiap anggota dalam organisasi membutuhkan standar operasional kerja dalam memperoleh kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh atau tidak boleh untuk dilakukan.

3. Fungsi persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi tidak cukup dengan mengandalkan kewenangan dan kekuasaan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara suka rela akan lebih menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding dengan pimpinan yang sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal yang terjadi dalam setiap organisasi yaitu seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut dan laporan kemajuan organisasi.

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi.

Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi kepada seluruh bagian

(28)

organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi (Ernika, 2016).

Dalam kehidupan organisasi, komunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting karena komunikasi dapat meningkatkan saling pengertian antara karyawan dan atasan, dan meningkatkan koordinasi dari berbagai macam kegiatan/tugas yang berbeda. Komunikasi merupakan inti dari proses kerja sama yang terjadi di dalam organisasi. Jalannya perusahaan dapat terhambat bila tidak terdapat komunikasi yang baik antara orang-orang di dalamnya (Lubis, 2008).

Komunikasi dalam sebuah organisasi merupakan salah satu bentuk tindakan atau prilaku manajerial yang sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Tanpa komunikasi organisasi tidak akan berjalan. Dalam proses komunikasi itu paling tidak ada dua tindakan yang terjadi masing-masing yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan (Nurrohim & Anatan, 2009).

Proses komunikasi melibatkan lima unsur: orang yang menyampaikan pesan, pesan yang dikomunikasikan, media penyampaian, penerima pesan dan umpan balik. Selain itu, ada tiga unsur dalam komunikasi (Romli, 2014), sebagai berikut:

1. Komunikator/Pengirim/Sender merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu, seorang komunikator

(29)

dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.

2. Komunikan/Penerima/Receiver merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Dalam proses komunikasi, penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar. Penerima pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti secara sempurna.

3. Saluran/Media/Channel merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikasi dan sebaliknya.

Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, faksimile fotokopi, email, sandi morse, smartphone, sms, dan sebagainya. Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.

Komunikasi dalam organisasi ada dua diantaranya komunikasi formal dan informal. Adapun yang dimaksud dengan komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur organisasi. Sedangkan komunikasi formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam lingkup lembaga resmi, melalui jalur garis perintah, berdasarkan struktur lembaga, oleh pelaku yang

(30)

berkomunikasi sebagai petugas lembaga dengan status masing-masing, dengan tujuan untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan kepentingan dinas dan bentuk resmi yang berlaku pada lembaga resmi pada umumnya (Ishak, 2012).

Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tiga sistem komunikasi dalam Organisasi yakni sebagai berikut (Ernika, 2016):

1. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi.

2. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk.

3. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi.

Komunikasi organisasi adalah suatu pendekatan untuk mensurveri sikap, persepsi, dan kepuasaan anggota organisasi sehingga memberikan informasi mengenai komunikasi. Ada beberapa indikator komunikasi efektif, yaitu (Mulawarman & Rosilawati, 2014):

1. Pemahaman, tujuan dari komunikasi adalah terjadinya pengertian bersama, dan untuk sampai pada tujuan itu, maka seorang komunikator maupun komunikan harus sama-sama saling mengerti fungsinya masing-masing.

(31)

2. Kesenangan, suasana yang lebih rilex dan menyenangkan akan lebih enak untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan suasana yang tegang. Karena komunikasi bersifat fleksibel. Dengan adanya suasana semacam itu, maka akan timbul kesan yang menarik.

3. Pengaruh pada sikap, jika dengan berkomunikasi dengan orang lain, kemudian terjadi perubahan pada perilakunya, maka komunikasi yang terjadi adalah efektif, dan jika tidak ada perubahan pada sikap seseorang, maka komunikasi tersebut tidaklah efektif.

4. Hubungan yang semakin baik, secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Seringkali jika orang telah memiliki persepsi yang sama, kemiripan karakter, cocok, dengan sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik.

5. Tindakan, komunikasi akan efektif jika kedua belah pihak setelah berkomunikasi terdapat adanya sebuah tindakan.

Sebagai kesimpulan dari berbagai teori diatas di dalam sebuah organisasi jelas dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antar individu di dalam organisasi tersebut maupun antara organisasi satu dengan yang lainnya. Kita tahu pentingnya komunikasi organisasi yang baik akan sangat mempengaruhi kinerja dalam suatu organisasi tersebut.

C. Konsep Pemilihan Umum

Bagi bangsa Indonesia, pemilu merupakan agenda ketatanegaraan yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali sejak masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru, asas pemilu sebatas pada langsung, umum, bebas, dan

(32)

rahasia (luber). Asas itu lebih diorientasikan pada cara pemilih menyampaikan suaranya, yaitu harus secara langsung tanpa diwakilkan, berlaku umum bagi semua warga negara, dilakukan secara bebas tanpa adanya paksaan, dan secara rahasia (Hardjanto, 2019).

Pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan amandemen UUD 1945, semua anggota lembaga perwakilan dan bahkan presiden serta Kepala Daerah dipilih dengan mekanisme Pemilihan Umum.Pemilihan umum menjadi agenda yang diselenggarakan secara berkala di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republia Indonesia tahun 1945 (Liany, 2016).

Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.

Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilihwakil-wakilnya yang pada gilirannya akcan mengendalikan roda pemerintahan. Hasil pemilihan umum yang diselengarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat (Susanto, 2013).

(33)

Pemerintahan untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan dari dan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan pemerintah terhadap kebutuhan rakyat dan terhadap aspirasi rakyat yang perlu diakomodir yang kemudian di follow-up melalui pengeluaran kebijakan maupun melalui pelaksanaan program kerja pemerintah (Zuhro, 2019).

Pemilu merupakan kesempatan bagi para warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam membuat keputusannya itu para warga negara menentukan apakah sebenarnya yang mereka inginkan untuk dimiliki. Pemilu menjadi sarana demokrasi yang penting dan merupakan perwujudan yang nyata untuk keikut sertaan rakyat dalam kehidupan kenegaraan (Susanto, 2013).

Pemilih dalam pemilu disebut juga sebagai konstituen, di mana para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama diwaktu yang telah ditentukan menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai (Kusmanto, 2014).

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu di Indonesia merupakan mekanisme penentuan pendapat rakyat melalui sistem

(34)

yang bersifat langsung. Pemilu bertujuan memilih orang atau partai politik untuk menduduki suatu jabatan di lembaga perwakilan rakyat atau lembaga eksekutif, seperti presiden dan wakil presiden, anggota DPR dan MPR, anggota DPD dan MPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten, dan anggota DPD Kota (Hardjanto, 2019).

Pemilihan umum merupakan syarat minimal adanya demokrasi yang bertujuan memilih wakil-wakil rakyat, wakil daerah, presiden untuk membentuk pemerintahan demokratis. pentingnya penyelenggaraan Pemilihan Umum secara berkala tersebut dikarenakan beberapa sebab diantaranya sebagai berikut (Kusmanto, 2014):

1. Pendapat atau aspirasi rakyat cenderung berubah dari waktu ke waktu.

2. Kondisi kehidupan masyarakat yang dapat juga berubah.

3. Pertambahan penduduk dan rakyat dewasa yang dapat menggunakan hak pilihnya.

4. Guna menjamin regulasi kepemimpinan baik dalam cabang eksekutif dan legislative.

Kondisi kehidupan rakyat yang cenderung berubah memerlukan adanya mekanisme yang mewadahi dan mengaturnya yaitu melalui proses pemilihan umum. Setiap penduduk dan rakyat Indonesia yang telah dewasa memiliki hak untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum.

Regulasi kepemimpinan baik cabang eksekutif maupun legislatif akan terlaksana secara berkala dengan adanya pemilihan umum. Asas pemilu

(35)

menurut UU No.23 tahun 2003, tentang pemilihan umum meliputi (Pasaribu, 2018):

1. Langsung artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikansuaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.

2. Umum artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi.

3. Bebas artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa ada pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.

4. Rahasia artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapa pun dan dengan jalan apa pun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan.

5. Jujur dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara pelaksana, perintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

6. Adil dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

(36)

Pemilihan umum merupakan sarana untuk memfasilitasi proses perebutan mandat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Dalam Pemilu, rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memilih pemimpin yang akan menentukan nasibnya untuk lima tahun ke depan. Adapun tujuan penyelenggaraan pemilihan umum itu ada empat, yaitu (Kusmanto, 2014):

1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai.

2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.

3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan.

4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

Pemilihan umum merupakan mekanisme memindahkan konflik kepentingan (conflict of interests) dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi atau kesatuan masyarakat tetap terjamin. Oleh karena itu wakil rakyat mestilah orang-orang yang memiliki moralitas, integritas dan akuntabilitas yang memadai serta memiliki otoritas ekonomi dan otoritas kultural. Oleh karena itulah dibutuhkan pemilu sebagai media untuk menyeleksi orangorang yang memenuhi standar minimal sebagai wakil rakyat (Hardjanto, 2019).

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilu merupakan suatu cara menentukan wakil-wakil yang akan menjalankan roda

(37)

pemerintahan dimana pelaksanaan pemilu harus disertai dengan kebebasan dalam arti tidak mendapat pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun juga. Semakin tinggi tingkat kebebasan dalam pelaksanaan pemilu maka semakin baik pula penyelenggaraan pemilu. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kebebasan maka semakin buruk pula penyelenggaraan pemilu.

D. Penyelenggara Pemilihan Umum

Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggara Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat (Pardede, 2014).

Pemilihan adalah fitur dari negara yang demokratis. Kekuatan mana yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut UU No. 7 tahun 2017 tentang penyelenggara pemilu, pemilu itu adalah sarana untuk menerapkan kedaulatan rakyat secara langsung, terbuka, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam penyatuan kembali Republik Indonesia (Harahap &

Fahmi, 2019).

Penyelenggara pemilu dibentuk sebagai suatu lembaga yang bersifat independen diluar dari pengaruh partai politik dan pemerintah. Amandemen UUD 1945 sebagai salah satu proyek Reformasi yang berdampak banyak

(38)

munculnya lembaga negara baru yang dibentuk sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Salah satu lembaga yang dibentuk setelah amandemen tersebut yaitu komisi pemilihan umum sebagai penyelenggara pemilu di Indonesia (Harahap & Fahmi, 2019).

Dalam rangka mewujudkan sebuah pemilu yang suskes, dalam hal ini yang memenuhi unsur pemilu umum, bebas, rahasia , jujur, langsung , dan adil tentunya di perlukan suatu lembaga yang benar-benar menjalankan dan melaksanakan segala tugas, wewenang serta fungsi secara baik. Tujuan penyelenggara pemilu yaitu (Saputra, 2018):

1. Sistem demokratis yang menguat dalam ketatanegaraan Indonesia.

2. Melahirkan pemilihan umum yang berintregitas dan adil.

3. Adanya kepastian hukum serta tidak pencegahan terkait duplikasi dalam penyelenggaraan pemilu.

4. Melahirkan Pemilu yang sukses.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah merumuskan keberadaan KPU, Bawaslu dan DKPP dalam satu nafas harmonis yang menyatu sebagai satu kesatuan dalam menjalankan fungsi dan tugas penyelenggaraan pemilu. Ketiga lembaga yang di sebutkan diatas merupakan amanat dari undang-undang dalam menjalankan penyelenggaraan pemilu dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya masing- masing (Harahap & Fahmi, 2019).

Secara konstitusional KPU sebagai penyelenggara Pemilu diatur dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

(39)

bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan pemilu. KPU terdiri atas: KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU kabupaten/Kota, PPS, PPK, KPPSLN, KPPS; dan PPLN (Harahap & Fahmi, 2019).

Penetapan jumlah anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 didasarkan pada kriteria, jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah wilayah administratif pemerintahan. Jumlah anggota KPU sebanyak 7 (tujuh) orang: KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang; dan KPU Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang (Dedi, 2019).

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, KPU memiliki tugas-tugas dan wewenang-wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Adapun tugas, wewenang, dan kewajiban yaitu (Dedi, 2019):

1. Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

a. merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal;

b. mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan Pemilu.

(40)

c. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat.

2. Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, seperti:

a. merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal.

b. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat.

c. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.

3. Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota, seperti:

a. menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan pemilihan setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah.

b. mengoordinasikan dan memantau tahapan pemilihan.

c. melakukan evaluasi tahunan penyelenggaraan pemilihan.

Selain itu era reformasi juga memberikan dampak pada panitia pengawas Pemilu. Dampak yang di berikan terhadap lembaga pengawasan pemilu yaitu nama Panwaslak Pemilu berubah menjadi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Bawaslu adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan panitia pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu kabupaten/Kota adalah Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk

(41)

mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah Provinsi dan Kabupaten /kota (Hamimah, 2018).

Pembentukan Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pengawasan Pemilu mempunyai landasan tertentu yaitu: peraturan ini menyatakan: bahwa pengawasan pemilihan umum dilakukan dalam rangka mewujudkan terselenggaranya pemilihan umum secara demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum secara menyeluruh. Selanjutnya bahwa untuk menegakkan integritas penyelenggara, transparansi penyelenggaraan dan akuntabilitas hasil pemilihan umum perlu dilakukan pengawasan pemilihan umum.

Mengacu pada dua konsiderans dimaksud, pelaksanaan pengawasan pemilu dalam rangka menjamin pemilu diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemilu, menjamin kedaulatan rakyat, menjamin kepastian hukum serta menjamin moral yang baik penyelenggara pemilu.

Bawaslu Republik Indonesia mempunyai tugas antara lain (Hamimah, 2018):

1. Menyusun standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan Pemilu untuk pengawas Pemilu di setiap tingkatan.

2. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:

a. Pelanggaran Pemilu b. Sengketa proses Pemilu

3. Mengawasi persiapana Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:

(42)

a. Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu.

b. Perencanaan pengadaan logistiK oleh KPU.

c. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu.

d. Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuain dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:

a. Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta daftar pemilih tetap.

b. Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD kabupaten/kota.

c. Penetapan Peserta Pemilu.

d. Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon, calon anggota DPR, calon anggota DPD, dan calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye.

f. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya.

g. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di TPS.

h. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara dan tingkat TPS sampai ke PPK

(43)

i. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU.

j. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan.

k. Penetapan hasil Pemilu.

5. Mencegah terjadinya praktik politik uang.

6. Mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia.

7. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan, yang terdiri atas:

a. Putusan DKPP.

b. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu.

c. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.

d. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.

e. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas aparatur sipil Negara.

f. Netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia.

8. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggaraan pemilu kepada DKPP.

9. Menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada Gakkumdu.

(44)

10. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

11. Mengevaluasi pengawasan Pemilu.

12. Mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU.

13. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengawasan pemilu berkaitan dengan aktifitas dan tindakan untuk melakukan pengamatan, melakukan analisis, melakukan pemeriksaan serta memberi penilaian prosedur dan tahapan-tahapan penyelenggaraan yang didasari hukum positif tertulis. Bawaslu dalam melaksanakan tugas pengawasan berwenang terdiri atas (Hamimah, 2018):

1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap.

2. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pemilu.

3. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu.

4. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran politik uang

5. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu

6. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil pengawasan terhadap netralitas aparatur sipil negara, netralitas

(45)

anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia.

7. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota secara berjenjang jika Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

8. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, dugaan tindak pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu.

9. Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangu-ndangan

10. Membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Luar Negeri.

11. Mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi, anggota Bawaslu Kabupaten/Kota, dan anggota Panwaslu Luar Negeri

12. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemilu 2009 memperkenalkan sebuah sejarah dalam kepemiluan yaitu dikenalnya Kode Etik dan Dewan Kehormatan Berdasarkan Ketentuan

(46)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Dewan Kehormatan dan kode etik dibentuk dan disusun oleh Bawaslu, KPU dan Dewan Kehormatan yang bersifat ad hoc (Liany, 2016).

Dewan Kehormatan adalah Ethics Institutions penyelenggara pemilihan umum untuk mengatasi masalah administrasi yang melanggar standar etika. Namun, kewenangannya tidak begitu kuat pada saat itu.

Lembaga ini hanya dapat memanggil, memeriksa dan mendengarkan sebelum membuat rekomendasi kepada KPU, dan dari perspektif kemampuan anggota (Rahmatunnisa, 2017).

Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP) lahir dengan mengemban amanat untuk menjaga kemandirian, kredibilitas, dan integritas penyelenggara pemilu. Kinerja DKPP akan memberikan prospek yang baik dalam pengembangan tradisi berdemokrasi, dengan sumbangan putusannya yang menjadi bagian upaya perbaikan berkesinambungan atas penegakan etika. Sebagai pemegang amanat penegakan kode etik penyelenggara pemilu (Rahmatunnisa, 2017).

Lahirnya DKPP yang bersifat permanen (sebelumnya pernah dikenal dengan nama Dewan Kehormatan KPU), disebabkan norma hukum dan etik dalam penyelenggara Pemilu dipandang tidak berjalan dengan baik. Karena itu eksistensi lembaga DKPP dalam penataan sistem demokrasi ditengah krisis kepercayaan publik terhadap penyelenggara Pemilu menjadi signifikan dalam upaya meraih kembali trust masyarakat, yang dari padanya

(47)

kemudian diharapkan dapat terwujud dalam kegairahan berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara (Nurdin, 2019).

Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017 pasal 5 ayat 1 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum bahwa Kode Etik berlandaskan pada (Nurdin, 2019):

1. UUD 1945 Dan Pancasila.

2. Ketetapan MPR RI No VI/MPR/2001 tentang Beretika dalam Berkehidupan Berbangsa.

3. Janji/sumpah jabatan sebagai Pejabat Penyelenggara Pemilu.

4. Asas-asas Kepemiluan.

5. Prinsip Penyelenggara Pemilu.

Salah satu antisipasi yang dilakukan DKPP menghadapi Pemilu 2014 adalah membentuk Tim Pemeriksa di Daerah. Tugas tim ini menjalankan satu kewenangan DKPP untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh jajaran KPU dan Bawaslu di 33 provinsi Indonesia.

Secara hukum, pembentukan Tim Pemeriksa di Daerah memiliki dasar hukum yang jelas. Seperti termaktub dalam Pasal 113 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, bahwa apabila dipandang perlu, DKPP dapat melakukan pemeriksaan di daerah (Rahmatunnisa, 2017).

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada dasarnya penyelenggaraan pemilu di Indonesia dilakukan oleh 3 lembaga yang

(48)

bersifat independen dan mandiri yaitu, KPU, Bawaslu dan DKPP. Ketiga lembaga tersebut mempunyai fungsi dan tugasnya masing-masing.

E. Kerangka Pikir

Komunikasi organisasi yang berjalan dengan baik, sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Secara khusus, pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menyadari pentingnya keberadaan komunikasi organisasi. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Komunikasi Organisasi.

Berdasarkan penelitian terakit Komunikasi organisasi penyelenggara pemilu di Kota Makassar penulis membangun kerangka pikir berdasarkan teori oleh (Mulawarman & Rosilawati, 2014) dan teori (Romli, 2014) dengan melihat bentuk komunikasi sehingga apa yang menjadi tujuan dari proses penyelenggaraan pemilu di Kota Makassar dapat berjalan dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Adapun gambaran kerangka pikir sebagai berikut:

(49)

Bagan Kerangka Pikir

F. Fokus Penelitian

Adapun fokus dalam penelitian terkait Komunikasi organisasi penyelenggara pemilu di Kota Makassar dilihat dari sebelas indikator yaitu:

informatif, regulatif, persuasif, dan integratif oleh KPUD Kota Makassar.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang terdiri dari empat indikator maka yang menjadi gambaran dari fokus penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 1. kerangka pikir Komunikasi Organisasi Penyelenggara Pemilihan

Walikota 2020 di Kota Makasaar

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi:

(Mulawarman & Rosilawati, 2014) 1. Informatif

2. Regulatif 3. Persuasif 4. Integratif

Pilwali 2020 Di Kota Makassar

(50)

1. Informatif adalah ketersediaan informasi yang dibutuhkan setiap anggota dalam struktur organisasi yang mengarahkan kepada penyelenggaraan kegiatan pemilihan umum di Kota Makassar.

2. Fungsi regulatif adalah berkaitan dengan aturan pelaksanaan kegiatan setiap anggota dalam melaksanakan penyelenggaraan pemilu di Kota Makassar.

3. Persuasif adalah pola komunikasi dengan cara menghadirkan tanggung jawab bagi pelaksana agar bekerja sesuai dengan tugas masing-masing dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Makassar.

4. Integratif adalah model komunikasi dengan mengedepankan integritas terhadap anggota terkait pencapaian dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Makassar sehingga menjadi acuan dalam pelaksanaan pemilu yang lebih baik.

(51)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini selama 2 (dua) bulan mulai dari 06 Juli 2021 sampai dengan 09 September 2021. lokasi penelitian bertempat di sekretariat KPU Kota Makassar yang tepatnya di Jl.

Perumnas Raya No.2A, Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Komunikasi organisasi penyelenggara pilwali 2020 di Kota Makassar adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan studi kasus merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang penelitian.

(52)

C. Informan

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari penelitian ini berdasarkan Komunikasi organisasi penyelenggara pemilu di Kota Makassar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah:

Tabel 2. Data Informan Penelitian

No. Informan Inisial Jabatan

1. Aryastuti Arudji, SE AA Kasubag Program dan Data KPUD Kota Makassar 2. Asrar Marlang, SH, M.Si AM Sekretaris KPUD Kota Makassar 3. Moh. Maulana, SH, MH MA Pelayanan Informasi Bawaslu

Kota Makassar

4. Mutmainnah Hafid, SE MH Tim Pemenangan Paslon Nomor Urut 1

5. Hasan HS Tim Pemenangan Paslon Nomor

Urut 2

6. Bachrun Dg. Naba BN Tim Pemenangan Paslon Nomor Urut 3

7. Zulfikar Machmud, S.Sos ZM Tim Pemenangan Paslon Nomor Urut 4

8. Hendi Prayoga HP Masyarakat

9. Muhammad Alfian MF Masyarakat

(53)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan dengan Komunikasi organisasi penyelenggara pemilu di Kota Makassar.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data

(54)

atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3). Penarikan serta

pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok- kelompok, dan pola-pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang

(55)

dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions)

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola- pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

F. Keabsahan Data

Menurut (Sugiyono, 2015), Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian

(56)

peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(57)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Profil Kota Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang. Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam provinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada dikoordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0-5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di Selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².

Kondisi geografi Kota Makassar sangat di pengaruhi oleh kondisi wilayahnya. Secara administrasi Kota Makassar memiliki luas wilayah kurang lebih 175,77 Km2 terdiri atas 15 kecamatan dan 153 kelurahan.

Berdasarkan letak geografis wilayah Kota Makassar berada pada posisi 50

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas artinya bahwa setiap karyawan mau bekerja untuk mencapai target dengan baik di perusahaan asalkan adanya pemberian motivasi positif yang sesuai dengan apa

Rumah sakit tidak menetapkan pelayanan khusus terhadap pasien yang mendapat kem'terapi atau pelayanan lain yang berisik'

Laporan Tahunan Nasional PUS ini disusun oleh Pengurus Forum Koordinasi Nasional Pendidikan Untuk Semua (PUS), yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menkokesra RI Nomor

Program waqaf sahabat-sahabat Qatar pada Ramadhan 1437 yang lalu telah pun disalurkan untuk pembinaan bangunan kelas di kompleks pelajar-pelajar perempuan Maahad Imam Syafi’e Kg

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, strategi coping sering kali dikaitkan dengan upaya-upaya mengatasi beberapa penyakit kronis atau gangguan-gangguan

c. Selama proses pembelajaran, penulis mengamati penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran membaca teknik teks percakapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V MI

74 Tahun 2001 yang menetapkan bahwa suatu zat/senyawa/bahan kimia dengan nilai LD 50 lebih besar dari 15.000 mg/kg bobot badan hewan uji, maka dikategorikan sebagai

Penyelesaian program nonlinier fuzzy adalah dengan menyelesaikan program nonlinier konvensional ekivalen yang selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan algoritma