• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yakni: 1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini yakni sebagai referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai wadah penambahan ilmu.

2. Manfaat praktis

a) Bagi WP yakni agar WP lebih memperhatikan tagihan pajak dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh dirjen pajak.

b) Bagi instansi pemerintah dirjen pajak, agar lebih teliti dalam menganalisa laporan wajib pajak yang telah di serahkan oleh wajib pajak pada instansi kantor pajak.

8 A. Pengertian Pajak

Pajak (dari bahasa Latin taxo "rate") adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung, Pengertian pajak secara umum ialah iuran wajib atau pungutan yang dibayar oleh Wajib Pajak ( Orang yang bayar pajak) kepada Pemerintah berdasarkan Undang-Undang dan hasilnya digunakan unutk membiayai pengeluaran umum pemerintah dengan tanpa balas jasa yang ditunjukan secara langsung sedangkan Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut para ahli pajak dapat di defenisikan sebagai berikut :

1. Soemitro (Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang(yang dapat dipaksakan) dengan mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran.

2. Waluyo dan Wirawan (2003:5) dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan

kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.

3. Leroy Beaulieu, Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah

Berdasarkan pengertian pajak di atas maka dapat di simpulkan bahwa pajak, Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga Negara) kepada sektor publik (Masyarakat). Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat dan bersifat memaksa. Berikut komponen-komponen pajak :

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas domisili (asas tempat tinggal) adalah negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas sumber adalah negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak

c. Asas kebangsaan adalah pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak seperti dikemukan Marihot Pahala Siahaan (2010), yaitu :

a. Fungsi budgetair (penerimaan), disebut juga fungsi utama pajak atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu suatu fungsi dimana pajak digunakan untuk memasukan dana secara optimal kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.

b. Fungsi regularend (mengatur) disebut juga fungsi tambahan yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunaan oleh pemerintah sebagai alat kebijakan mencapai tujuan tertentu.

c. Fungsi redistribusi pendapatan berarti pajak digunakan sebagai alat untuk mengalihkan kekayaan dari sebagian masyarakat ke golongan masyarakat lain yang berpenghasilan rendah. Fungsi Demokrasi dimaksudkan bahwa pajak merupakan salah satu perwujudan dari sistem kekeluargaan dan kegotongroyongan rakyat yang sadarakan baktinya kepada Negara.

3. Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan suatu negara terdiri dari tiga unsur yaitu, Tax Policy, Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut sebagai suatu metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara (Safri Nurmantu, 2003:106) Menurut Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2004), terdapat 4 (empat) sistem pemungutan pajak, yaitu :

a. Official Assessment System, yakni sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar ( pajak terutang ) oleh seseorang.

b. Semi Self Assessment System, yakni suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada fiksus dan wajib pajak untuk

menentukan besarnya utang pajak.

c. Self Assessment System, yakni suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepda Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

d. Witholding System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang.

4. Istilah Perpajakan

a. Wajib Pajak, Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong pajak (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:9).

b. Masa Pajak, Masa Pajak adalah Jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 ( satu ) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 ( tiga ) bulan takwim (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:9).

c. Pajak yang Terutang, Pajak yang terutang adalah pihak yang harus dibayar pada suatu saat,dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:11).

d. Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan perundangundangan perpajakan (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:11)

e. Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunuk oleh Menteri Keungan (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:11).

f. PPh Pasal 21, PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghsilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:16).

g. PPh Pasal 25, PPh Pasal 25 yaitu angsuran pembayaran pajak yang dilakukan setiap bulan oleh Wajib Pajak berdasarkan kententuan UU PPh merupakan pembayaran dimuka terhadap utang pajak penghasilan yang akan dihitung sendiri (self assesment) oleh Wajib Pajak pada akhir tahun pajak melalui penyampaian SPT (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:12).

B. Sistem Dan Prosedur Pemeriksaan Pajak

Kamdar (1997) seperti yang dikutip Junaidi Eko Widodo (2004:117-130), menyatakan bahwa tindakan pemeriksa merupanan alat pencegah utama ketidakpatuhan Wajib Pajak (effective deterrent to noncompliance ) dan semakin besar rasio pemeriksaan pajak dapat mendorong peningkatan penerimaan. Pendapat ini didasarkan pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kamdar untuk menganalisis kepatuhan Wajib Pajak badan di Amerika Serikat dengan menggunakan analisis time series.

Penelitian ini mengambil data dari The Annual Report of the Commissioner of internal Renenue untuk tahun 1961 samapi dengan tahun 1997. Karena jumlah Wajib Pajak jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemeriksa pajak, maka tidak mungkin pemeriksaan dilakukan kepada semua Wajib Pajak. Oleh karena itu, prioritas pemeriksaan lebih diutamakan pada Wajib Pajak dengan resiko tinggi melakukan penggelapan pajak. pemeriksaan merupakan interaksi antara

pemeriksa dengan Wajib Pajak. Untuk itu, dibutuhkan sikap positif dari Wajib Pajak sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat lebih efektif (Priantara, 2000:24)

Pemeriksaan pajak dilakukan oleh pegawai Direktorat Jendral Pajak, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah memiliki keahlian sebagai pemeriksa pajak. Selain itu, pemeriksa pajak bisa merupakan tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak dan diberi wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai pemeriksa pajak. Tenaga ahli yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal pajak adalah pegawai Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan (Itjen Depkeu), pemeriksa dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Bagian-bagian dari pemeriksaan :

1. Tujuan Pemeriksaan Pajak

Tujuan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan RI No. 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang menyatakan bahwa tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk:

a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak yamg dilakukan dalam hal:

1. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

2. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Menunjukkan Rugi

3. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan

4. Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak

5. Ada indikasi kewajiban pajak yang tidak dipenuhi

b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka:

b. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; c. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan; e. Pencocokan data atau alat keterangan;

f. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.

Tujuan ini diimplementasikan berdasarkan prinsip tidak ada satupun Wajib Pajak baik Badan maupun Orang Pribadi yang tidak dapat diperiksa, semua mempunyai kesempatan yang sama untuk diperiksa karena secara yuridis Direktorat Jenderal Pajak harus memperlakukan hal yang sama (equal treatment) terhadap semua Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak menata kegiatan pemeriksaan untuk mewujudkan tujuan pemeriksaan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan agar pelaksanaan

pemeriksaan menjadi selaras dan terarah sesuai dengan misi yang diemban.

2. Ruang Lingkup Pemeriksaan

Penataan kegiatan pemeriksaan dilakukan dengan memperbaiki tata cara dan kebijakan pemeriksaan sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007. Secara garis besar ketentuan tersebut telah menata prasarat dilakukannya pemeriksaan. Ruang lingkup pemeriksaan telah diklasifikasikan menjadi pemeriksaan lapangan dan kantor, dengan uraian sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan di tempat Wajib Pajak yang dapat meliputi kantor wajib Pajak, pabrik, tempat usaha atau tempat tinggal atau tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak atas satu, beberapa atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahuntahun sebelumnya. Pemeriksaan Lapangan dapat dibedakan menjadi:

1. Pemeriksaan Lengkap (PL) adalah Pemeriksaan Lapangan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk kerja sama operasi dan konsorsium atas seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) adalah Pemeriksaan Lapangan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak secara terkoordinasi antar seksi oleh Kepala Kantor dalam tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya, yang yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang dipandang perlu menurut keadaan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.

b. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak di kantor Unit Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak. Pemeriksaan kantor meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya. Pemeriksaan Kantor hanya dapat dilaksanakan dengan Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK). PSK dilaksanakan dalam jangka waktu empat minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) minggu.

3. Jenis Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Rutin, Yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan rutin diantaranya dapat dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :

1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyatakan Lebih Bayar;

2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyatakan Rugi Tidak Lebih Bayar;

3. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang termasuk dalam kategori Non Efektif (NE) selama dua tahun berturut-turut; 4. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyatakan

rugi yang pelaksanaan pemeriksanaannya dikaitkan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Rutin untuk tahun pajak lainnya.

5. Wajib Pajak Orang Pribadi tidak menyampaikan SPT thunan PPh walaupun telah dikirimkan Surat Tegoran dan tidak mengajujkan permohonan perpanjangan penyampaian SPT, termasuk SPT kembali pos dan Wajib Pajak kelompok Non Efektif (NE).

6. Wajib Pajak Orang Pribadi menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

7. Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan yang tidak sesuai dengan ketentuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Netto

8. Data prioritas dan alat keterangan

9. Pemeriksaan dalam rangka ekstensifikasi

b. Pemeriksaan Khusus yaitu Pemeriksaan yang dilakukan terutama terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan adanya keterangan atau masalah yang berkaitan dengan Wajib Pajak tersebut. Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif dan dilakukan demi terselenggaranya keadilan dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Pemeriksaan Khusus dapat dilakukan terhadap:

1. Wajib Pajak yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

2. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat, termasuk melalui kotak pos 5000

3. Wajib pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak

4. Wajib Pajak yang tidak memenuhi himbauan Direktorat Jenderal Pajak.

5. Pemeriksaan WP Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik, dan atau tempat usaha dari WP domisili

6. Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap WP yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu dan mengumpulkan data dan/atau alat keterangan untuk tujuan tertentu 7. Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan

untuk mendapatkan bukti pemulaan tentang adanya dugaan terjadi tindak pidana di bidang perpajakan

8. Pemeriksaan Terintegrasi, yaitu pemeriksaan yang terkoordinasi dari dua atau lebih unit pemeriksaan terhadap beberapa Wajib Pajak yang memiliki hubungan kepemilikan, penguasaan, pengelolaan, usaha dan/atau financial

9. Pemeriksaan untuk Tujuan Pemeriksaan Pajak (Delingquensi Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data

mengenai harta Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang merupakan objek sita sehubungan dengan adanya tunggakan pajak sesuai dengan Undang-Undang Penagihan dengan Surat Paksa.

4. Prosedur Tahapan Pemeriksaan

Secara garis besar pemeriksaan pajak dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu (1) persiapan pemeriksaan, (2) pelaksanaan pemeriksaan, (3) pembuatan laporan pemeriksaan pajak, berikut penjelasannya :

a. Persiapan Pemeriksaan, Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka persiapan pemeriksaan adalah :

1. Mempelajari berkas wajib pajak / berkas data.

2. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak. 3. Mengidentifikasi masalah.

4. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak. 5. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan. 6. Menyusun program pemeriksaan.

7. Menentukan buku-buku dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam.

8. Menyediakan saran pemeriksaan

b. Pelaksanaan pemeriksaan, Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah :

1. Memeriksa di tempat wajib pajak.

2. Melakukan penilaian dan pengendalian intern.

4. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen.

5. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.

6. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak yang diperiksa.

7. Melakukan sidang penutup.

c. Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak, Laporan pemeriksaan pajak disusun oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang merupakan ihtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang menghasilkan laporan-laporan :

1. Keterangan umum, yaitu keterangan tentang wajib pajak yang diperiksa

2. Pelaksanaan pemeriksaan yang meliputi penilaian pemeriksaan atas pospos yang diperiksa dan temuan-temuan pemeriksaan. 3. Hasil pemeriksaan, merupakan gambaran mengenai perbandingan

antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai besarnya pajak yang terutang.

4. Kesimpulan dan usul pemeriksaan, merupakan gambaran hasil pemeriksaan dalam bentuk perbandingan antara pajak yang terutang berdasarkan laporan wajib pajak dengan hasil pemeriksaan, data atau informasi yang diperoleh dari awal pemeriksaan.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2011:54), menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan untuk memeriksa pajak adalah sebagai berikut :

1. petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

2. Wajib Pajak yang diperiksa harus:

a. Memperlihatkan dan / meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terhutang pajak.

b. Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan. Memberikan keterangan yang diperlukan c. Memberikan keterangan yang diperlukan

d. Apabila dalam pengungkapan hal-hal dalam angka (1) Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban itu tidak berlaku untuk keperluan pemeriksaan tersebut.

3. Dirjen Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu, bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban huruf b diatas.

PMK RI No.123/PMK.03/2006 Tentang Perubahan atas KMK RI Nomor 545/KMK.04/2000 Pasal 8, menyatakan bahwa “ Pelaksanaan pemeriksaan pajak yang meliputi pedoman umum pemeriksaan pajak, pedoman pelaksanaan pemeriksaan pajak, dan pedoman laporan pemeriksaan pajak”. PMK RI No.123/PMK.03/2006 Tentang Perubahan atas KMK RI Nomor 545/KMK.04/2000 Pasal 10, menjelaskan tentang pedoman pelaksanaan pemeriksaan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pemeriksaan yang seksama. (2) Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain berkenaan dengan pemeriksaan. (3) Pendapat dan kesimpulan Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada temuan yang kuat dan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Adapun metode-metode pemeriksaan yang dapat digunakan terdiri dari dua jenis yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung digunakan

1. Kriteria Wajib Pajak Yang Diperiksa a. Wajib pajak dengan SPT Lebih Bayar. b. Wajib pajak dengan SPT Kurang Bayar. c. Wajib pajak dengan SPT Nihil.

d. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

e. Wajib pajak yang menyampaikan SPT tidak sesuai dengan penggunaan norma

f. Penghitungan penghasilan netto.

g. Wajib pajak yang diduga melakukan tindak pidana perpajakan. h. Wajib pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktorat Jenderal

Pajak.

2. Petugas Pelaksana Pemeriksaan Pajak

Petugas Pelaksana Pemeriksaan Pajak Sesuai dengan PMK RI Nomor. 123/PMK.03/2006 Tentang Perubahan atas KMK RI No.545/KMK.04/2000 pasal 1 ayat (2), yang menjadi pemeriksa pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak

Selain itu, berdasarkan Pasal 9 ayat (1), pemeriksaan pajak harus dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang:

a. Telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak.

b. Bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersikap terbuka, sopan, dan objektif, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela

c. Menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang Wajib Pajak.

Untuk melaksanakan suatu tugas pemeriksaan pajak dilakukan oleh pemeriksa pajak yang tergabung dalam suatu tim yang terdiri dari seorang

supervisor, seorang ketua tim dan seorang atau lebih anggota. Penunjukan tim pemeriksa pajak ini dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak(SP3).

3. Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP)

Laporan pemeriksaan pajak adalah laporanyang dibuat oleh

pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Laporan pemeriksaan pajak menyajikan penilaian dan pengujian atas ketaatan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak yang akan diperiksa, yang disarikan dari kertas kerja

pemeriksaan. Laporan pemeriksaan pajak digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak.

a. Cara penyusuna laporan pemeriksaan pajak

1. Umum, memuat keterangan-keteranganmengenai identitas wajib pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan wajib pajak, penugasan dan alasan pemeriksaan data atau informasi yang tersedia, daftar lampiran

2. Pelaksanaan Pemeriksaan, memuat penjelasan secara lengkap mengenai pos-pos yang diperiksa, temuan-temuan pemeriksaan. 3. Hasil Pemeriksaan, merupakan ikhtisar yang menggambarkan

perbandingan antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terhutang.

4. Kesimpulan dan Usul Pemeriksaan. b. Pengesahan LPP

1. Konsep LPP yang telah ditandatangani oleh pemeriksa harus harus disampaikan bersama-sama dengan lembar pengawasan laporan pemeriksaan pajak kepada ketua tim pemeriksa untuk ditelaah, setiap konsep LPP yang diserahkan untuk ditelaah harus selalu disertai dengan berkas KKP.

2. Konsep yang telah disetujui oleh kepala kantor di kembalikan kepada pemeriksa dan penelaah untuk ditandatangani dan digunakan sebagi dasar pembuatan nota penghitungan.

c. Pembuatan nota penghitungan dan penerbitan surat ketetapan pajak (SKP), laporan hasil pemeriksaan lengkap yang telah selesai diperiksa dan selesai dibahas selanjutnya dikirim ke TUP untuk proses untuk proses penerbitan SKP.

C. Penyidik Pajak

Penyidikan pajak adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang denngan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan yang terjadi, sera menemukan tersangkanya. Penyidikan pajak diilakukan oleh pejabat Pegawai Negeri di lingkunga Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan. Penyidikan pajak dilakukan sebagai akibat tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan. Penyidikan merupakan proses kelanjutan dari hasil pemeriksaan yang

mengindikasikan adanya bukti permulaan tindak pidana perpajakan. Tindak pidana dibidang perpajakan meliputi perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau oleh badan yang diwakili orang tertentu (pengururs). Memeunuhi rumusan undang-undang diancam sanksi pidana, melawan hukum, dilakukan dibidang perpajaka, dan dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara.

Dasar hukum penyidikan pajak tertuang dalam pasal 44 UU KUP. pasal 44 UU KUP berbunyi sebagai berikut :

1. Penyidikan tindak pidana dibidang perajakan hanya dapat dilakukan pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Direktorat Jendral Pajak yang

Dokumen terkait