• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.4. Manfaat Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bidang Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan tenaga medis mengenai kanker paru.

2. Bidang Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti kanker paru.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi praktisi medis dan RSUP H. Adam Malik Medan dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya penanganan kanker paru.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Paru

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru (metastasis di paru). Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru.

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (WHO). Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.14,15,16

2.2 Epidemiologi

Pada tahun 2001 di Amerika, kanker paru menyebabkan kematian sebesar 32% pada laki-laki dan 25% pada perempuan, Pada tahun 2004, insidens kanker paru pada laki-laki sebesar 81,2 per 100.000 penduduk, sedangkan pada perempuan sebesar 52,3 per 100.000 penduduk. Di negara industri, usia terkena kanker paru ≥ 40 tahun, terbanyak pada umur 55 -75 tahun dengan rata-rata 65 tahun. Pada tahun 1993-1997 di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, ditemukan 89%

penderita kanker paru berusia ≥ 40 tahun.17,18,19 Faktor penyebab kanker paru yaitu:

1. Umur

Pada tahun 2011 melaporkan, dari 626 penderita kanker paru, terdiri dari 51.3% laki-laki dan 48.7% perempuan. Berdasarkan usia penderita dikelompokkan menjadi usia kurang dari 70 tahun 48.6% dan lebih dari 70 tahun 51.4%.20

2. Jenis Kelamin

Bila dibandingkan antara perempuan dan laki-laki bukan perokok, maka perempuan memiliki risiko menderita kanker paru 2-7 kali seumur hidupnya dan jika dibandingkan antara perempuan dan laki-laki perokok, maka perempuan memiliki risiko lebih besar menderita kanker paru dibandingkan dengan laki-laki.

Namun demikian penderita kanker paru, tetap lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan, hal ini terjadi karena biasanya laki-laki memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah lebih banyak dengan hisapan yang lebih dalam dibandingkan perempuan biasanya merokok dengan jumlah lebih sedikit, hisapan lebih dangkal, memulai merokok pada usia yang lebih tua dan lebih menyukai rokok filter.21

Perempuan memiliki risiko lebih besar menderita kanker paru dibandingkan dengan laki-laki, hal ini terjadi karena metabolisme unsur-unsur tembakau pada perempuan rendah, terdapat perbedaan dalam enzim sitokrom P-450, dan kemungkinan efek estrogen terhadap perkembangan pertumbuhan kanker paru.21

3. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan sedangkan pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah, berulang dan banyak tantangan. 22,43

Menurut Wales (2009) pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia, dalamarti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas / kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. 44

2.3 Etiologi

Etiologi kanker paru dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk jenis kelamin, faktor genetika dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain, paparan terhadap asap rokok, asap rokok lingkungan, karsinogen di lingkungan pekerjaan, polusi udara, makanan dan beberapa penyakit pada paru juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker paru.23

2.4 Patofisiologi

Merokok merupakan penyebab 87% kematian akibat kanker paru. Pada wanita, kanker paru melampaui kanker payudara yang merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Hal ini disebabkan karena dalam tiga dekade terakhir ini, jumlah wanita yang merokok semakin bertambah banyak. Merokok saat ini juga dianggap menjadi penyebab dari kegagalan kehamilan, meningkatnya kematian bayi, dan penyakit lambung kronis. Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru yang normal karena hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida membentuk karboksihemoglobin daripada membawa oksigen.24.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.25

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin (wheezing) unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat

bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.27

2.5 Patogenesis

Kanker paru dimulai oleh aktivasi onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan suatu gen yang diyakini sebagai penyebab seseorang cenderung terkena kanker. Proto-onkogen berubah menjadi onkogen apabila terpapar karsinogen spesifik. Mutasi yang terjadi pada proto-onkogen K-ras menyebabkan adenokarsinoma paru sampai 10-30%. Epidermal growth factor reseptor (EGFR) mengatur prolifersi sel, apoptosis, angiogenesis, serta invasi tumor. Mutasi serta berkembangnya EGFR sering dijumpai pada kanker paru non-small sel sehingga menjadikan dasar terapi menggunakan penghambat EGFR.

Kerusakan kromosom menyebabkan kehilangan sifat keberagaman heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen

supresor tumor. Kerusakan kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p paling sering menyebabkan karsinoma paru non-small sel. Gen p53 tumor supresor berada di kromosom 17p yang didapatkan 60-75% dari kasus. Gen gen lainnya yang sering bermutasi dan berkembang ialah c-Met, NKX2-1, LKB1, PIK3CA dan BRAF.28

2.6 Faktor Risiko

Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh dunia.26

Banyak penelitian menyatakan bahwa merokok merupakan penyebab utama kanker paru, dengan periode laten antara dimulainya merokok dengan terjadinya kanker paru adalah 15-50 tahun. Selain itu, jumlah pack rokok dalam 1

tahun yang dihabiskan dan usia dimulainya merokok, sangat erat dihubungkan dengan risiko terjadinya kanker paru. Variasi geografik dan pola dari insidensi kanker paru baik pada laki-laki maupun perempuan berhubungan dengan kebiasaan merokok. Di Asia kebiasaan merokok masih tinggi, tetapi angka kebiasaan merokok pada laki-laki berkurang. Angka kebiasaan merokok pada perempuan Asia masih rendah, tetapi sekarang semakin meningkat pada perempuan-perempuan usia muda.26.

Penyebab lain dari kanker paru adalah polusi udara, paparan terhadap arsen, asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel, hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses penghalusan logam. Predisposisi genetik juga memegang peranan dalam etiologi kanker paru.26

2.7 Klasifikasi Kanker Paru

Menurut WHO, kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk dalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.9

Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1999, tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya dapat diketahui:

a. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid) b. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma) c. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)

d. Karsinoma sel besar (large Cell carcinoma) e. Metastase karsinoma (metastasis carcinoma)

Berbagai keterbatasan sering menyebabkan dokter specialis Patologi Anatomi mengalami kesulitan menetapkan jenis sitologi/histologis yang tepat.

Karena itu, untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal harusditetapkan, apakah termasuk kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK atau small cell lung cancer, SCLC) atau kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK, nonsmall cell lung cancer, NSCLC).25

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.

Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.29

Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.

Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar.

Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum.

Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.30

Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstitial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus

dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru.

Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.29

Karsinoma sel besar adalah sel -sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.

Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat -tempat yang jauh. Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus.

Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.9

Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh akibat dari penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain. Carcinoma metastatic adalah penyebaran tumor ganas atau sel-sel kanker keluar dari tempat asalnya (primary site) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel ganas mempunyai kemampuan untuk mengadakan invasi baik secara lokal maupun ke tempat yang jauh. Metastasis merupakan produk akhir dari sebuah proses evolusi di mana interaksi beragam antara sel kanker dan hasil perubahan mikro.

Carcinoma metastasis merupakan salah satu penyebab terbesar kematian pada penderita kanker. Hal ini disebabkan karena metastasis sudah terjadi sebelum tumor primer itu sendiri terdeteksi. Sel tumor berkembang di habitat jaringan baru dan pada akhirnya menyebabkan disfungsi organ dan kematian.41

Informasi pada genotipe KRAS/BRAF juga sangat berguna ketika memilih kemoterapi sistemik untuk pasien maju dan berulang dengan colorectal cancer (CRC), di mana dapat membantu mengidentifikasi pasien dengan prognosis yang buruk. KRAS dan BRAF saat ini sedang fokus sebagai potensi biomarker prognostik dan prediktif pada pasien dengan penyakit metastasis diobati dengan

antibodi- epidermal growth factor receptor (EGFR) monoclonal ( mAb ) seperti cetuximab dan panitumumab.31

2.8 Diagnosis Kanker Paru

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa:32

• Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

• Batuk darah

• Sesak napas

• Suara serak

• Sakit dada

• Sulit atau sakit menelan

• Benjolan di pangkal leher

• Sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

• Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki.

Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

• Berat badan berkurang

• Nafsu makan hilang

• Demam hilang timbul

• Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic Pulmonary Osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.

2.9 Stadium

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM International menurut Union Against (IUAC/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut:27

Tabel 2.1. : Stadium Klinis Kanker Paru,27

Stadium TNM

Karsinoma Tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Tx : tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmoner, tapi tidak terlihat secara bronkoskopis dan radiologis.

Tis : karsinoma in situ

T0 : tidak terbukti adanya tumor primer T1 : tumor, diameter ≤ 3cm

T2 : tumor, diameter > 3cm

T3: tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma, perikardium, < 2 cm dari karina, terdapat atelektasis total

T4 : tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi pleura malignan

N0 : tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub karina

N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB skaleneus atau supraklavikular

M0 : tidak ada metastasis jinak

M1 : metastasis jinak pada organ (otak, hati, dll).

2.10 Penatalaksanaan 2.10.1 Pembedahan

Pembedahan tetap menjadi pilihan penanganan dan harapan terbaik terhadap penyembuhan pada NSCLC. Berbagai pilihan pembedahan tersedia meliputi fototerapi laser untuk kanker kecil superfisial (permukaan) melalui bronkoskopi. Untuk tumor-tumor besar, lobektomi (pengangkatan satu lobus paru), reseksi desakan (pengangkatan desakan paru atau bagian yang membesar saja), segmentektomi (pengangkatan segmen dari paru), atau pneumotektomi (pengangkatan seluruh jaringan paru) mungkin dilakukan jika penyakit terlokalisasi.33

Pembedahan merupakan pilihan yang jarang dilakukan untuk SCLC karena biasanya bermetastase saat didiagnosa. Akan tetapi, jika saat didiagnosa tumor tersebut dapat dilakukan reseksi dan tidak ada tanda-tanda atau bukti penyakit pada beberapa daerah lain, pembedahan mungkin dapat dilakukan, ini biasanya dikuti dengan tindakan kemoterapi lanjutan.33

2.10.2 Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NSCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter

dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.34

2.10.3 Kemoterapi

Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih.34 Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker, tapi dapat memberi efek seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi termasuk didalamnya yaitu mual dan muntah, serta rambut rontok.35

Umumnya kemoterapi dapat diberikan sampai 4-6 siklus/sekuen, bila penderita menunjukkan respons yang memadai. Hasil pengobatan 4-6 siklus tidak berbeda secara signifikan tetapi pemberian 6 siklus dapat memperpanjang masa progresivitas penyakit (time to progression=TTP). Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan menggunakan CTScan toraks setelah 3 kali pemberian.14

2.10.4 Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau yang mengancam jiwa, seperti kanker. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup yang baik bagi seseorang yang memiliki hambatan untuk terus hidup akibat suatu penyakit dan memberikan dukungan bagi keluarga.36

Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, pekerja sosial beserta dengan apoteker, ahli gizi, pendeta, dan profesional medis lainnya. Anggota tim paliatif juga mencakup pasien dan atau pengasuh keluarganya. Tim perawatan paliatif bekerjasama dengan pengasuh keluarga, dokter yang biasa menangani anggota keluarga, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien.37

Dalam memberikan perawatan paliatif, tim paliatif memiliki standar yaitu harus mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang baik dalam masa perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang konsisten dalam mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli dan menyediakan perawatan paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam setahun.37

2.11 Prognosis

Secara keseluruhan prognosis kanker paru buruk. Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien SCLC dengan limited-stage sekitar 20%, sedangkan yang extensive stage sangat buruk < 1%. Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien NSCLC bervariasi berdasarkan stadium, 60 %-70 % pasien dengan stadium I, dan

< 1% pada pasien dengan stadium IV. Rata-rata pasien NSCLC yang telah bermetastase jika tidak diterapi angka harapan hidupnya 6 bulan. Saat ini harapan hidup pasien NSCLC stadium dini maupun lanjut meningkat, dari yang didapat harapan hidup pasien dengan stadium dini apabila diberikan regimen platinum-based setelah dilakukan reseksi. Terapi target juga meningkatkan harapan hidup pasien dengan stadium IV. Namun pada penyakit yang telah bermetastase hasilnya masih mengecewakan.38

2.12 Pencegahan

Indonesia merupakan satu negara peserta Framework Convention On Tobacco Control (FCTC) dan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003 yang melarang merokok di tempat ibadah, sarana kesehatan dan pendidikan, tempat anak-anak beraktifitas dan kendaraan umum. Namun, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan penegakan hukum dalam pengendalian rokok masih lemah.39

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu :

a. Berhenti Merokok dengan berhenti merokok, akan menurunkan risiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik

kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.

b. Menghindari menghisap rokok orang lain (secondhand smoke)

c. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon. Menurut EPA (Environmental Protection Agency), setiap rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak.

d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak dengan mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.40

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka Teori Pengendapan

Karsinogen

Efusi Pleura Sub Bronkus

Cilia Hilang Deskuamasi

Metaplasia Hyperplasia Displasia

Menembus Ruang Pleura

Carcinoma Faktor risiko:

1. Laki-laki 2. Genetik 3. Polusi udara

Karakteristik Kanker paru:

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan Kanker Paru

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian adalah:

Skema 3.1 Karakteristik Kanker Paru Karakteristik:

1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan 4. Sitopatologi 5 Riwayat merokok

Kanker paru

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode cross sectional yang dilakukan untuk menentukan karakteristik kanker paru di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-November 2016.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah penderita kanker paru di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2015 sebanyak 37 kasus.

4.3.2. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian adalah seluruh penderita kanker paru pada tahun 2014-2015 sebanyak 37 kasus (total populasi).

Kriteria inklusi :

Semua data rekam medik penderita karakteristik kanker paru diperlukan untuk menjawab tujuan penderita. Untuk penderita kanker paru harus ada hasil pemeriksaan patologi anatomi.

Kriteria eksklusi :

Semua data rekam medik penderita karakteristik kanker paru yang tidak lengkap.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang tersedia dari rekam medik penderita kanker paru di RSUP H.

Adam Malik Medan.

Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada instansi pendidikan.

b. Setelah mendapatkan izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin kepada RSUP Adam Malik Medan untuk memperoleh data

b. Setelah mendapatkan izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin kepada RSUP Adam Malik Medan untuk memperoleh data

Dokumen terkait