• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengatahuan peneliti mengenai indikator-indikator yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah pasar pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ45 selama periode 2015-2020.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu membantu pihak manajer perusahaan dalam menilai indikator-indikator apa saja yang dapat mempengaruhi nilai tambah pasar dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan keuangan perusahaan.

3. Bagi Investor atau Pemegang Saham

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada investor dan pengguna laporan keuangan mengenai penciptaan nilai tambah pasar sehingga informasi tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi pada suatu perusahaan.

4. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai penciptaan nilai tambah pasar.

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. Penyusunan laporan keuangan biasanya dibuat per periode waktu, seperti tiga bulan atau enam bulan untuk kepentingan dalam menyusun kebijakan internal perusahaan. Selain itu, laporan keuangan yang sifatnya lebih luas biasanya disusun dalam jangka waktu satu tahun. Penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau capaian serta perubahan posisi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan keuangan perusahaan (Kasmir, 2018).

2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2018) jenis-jenis laporan keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Neraca yaitu laporan keuangan yang menunjukkan jumlah aset, utang dan modal perusahaan yang disusun dalam jangka waktu tahunan.

2. Laporan laba rugi menunjukkan perkembangan usaha perusahaan selama periode tertentu. Sehingga laporan ini harus disusun dalam siklus tertentu untuk mengetahui jumlah keuntungan dan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan baik pada saat untung maupun rugi.

3. Laporan perubahan modal menggambarkan jumlah modal dan perubahan

modal perusahaan serta penyebab terjadinya perubahan modal.

4. Catatan atas laporan keuangan menggambarkan informasi mengenai laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan.

5. Laporan arus kas menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar suatu perusahaan. Arus kas masuk yaitu berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak eksternal perusahaan, sedangkan arus kas keluar berupa seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan selama periode tertentu.

2.1.3 Keterbatasan Laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan belum mampu menunjukkan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan karena masih terdapat beberapa hal yang belum dicatat, seperti kontrak penjualan maupun pembelian yang telah disetujui dan pesanan yang tidak dapat dipenuhi. Namun, belum dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu. Selain itu, terdapat beberapa hal yang tidak bisa dinyatakan dalam angka, seperti: reputasi, kinerja maupun capaian manajer perusahaan dan sebagainya. Setiap laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahaan memiliki beberapa keterbatasan, antara lain (Kasmir, 2018):

1. Laporan keuangan disusun berdasarkan data historis perusahaan yang hanya menggambarkan kondisi keuangan pada periode tahun lalu.

2. Laporan keuangan disusun secara umum, bukan hanya ditujukan bagi pihak tertentu melainkan dapat diakses oleh setiap orang.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak terlepas dari perkiraan maupun pertimbangan dari perusahaan yang bersangkutan.

4. Laporan keuangan bersifat konservatif, misalnya pada saat perusahaan rugi

selalu dihitung berapa persen kerugian yang ditanggung perusahaan.

5. Laporan keuangan merujuk pada sudut pandang ekonomi dalam mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan berdasarkan sifat normal laporan keuangan perusahaan.

Namun, keterbatasan laporan keuangan tersebut tidak akan mengurangi makna nilai keuangan secara langsung karena hal ini perlu dilakukan supaya dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan sebenarnya. Perubahan berbagai kondisi pada masing-masing sektor perusahaan terus terjadi. Namun, selama laporan keuangan disusun berdasarkan aturan yang telah ditetapkan maka dianggap telah memenuhi syarat sebagai laporan keuangan suatu perusahaan.

2.1.4 Rasio Keuangan

Alat ukur kinerja keuangan perusahaan biasanya menggunakan rasio keuangan. Menurut Harahap (2016) rasio keuangan adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos keuangan dengan pos lainnya yang saling terkait, seperti: utang dengan modal, kas dengan total aset, harga pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya. Pengukuran rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan menyederhanakan informasi yang terdapat pada laporan keuangan sehingga diperoleh informasi mengenai keuangan perusahaan. Harahap (2016) juga mengemukakan jenis-jenis rasio keuangan, antara lain:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka pendek dan dapat dihitung melalui modal

kerja perusahaan yang terdapat pada pos aktiva lancar dan utang lancar.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang setelah perusahaan dilikuidasi dan dihitung menggunakan pos laporan keuangan yang bersifat jangka panjang, seperti:

aktiva tetap dan utang jangka panjang.

3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui kemampuan dan sumber daya perusahaan, seperti: penghasilan dari kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

4. Rasio Leverage

Rasio leverage menunjukkan hubungan antara utang dan modal maupun aset perusahaan yang dapat digunakan untuk menilai seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang, dimana perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari pada utang.

5. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan beragam aktivitas kegiatan operasional perusahaan baik dalam hal penjualan, pembelian maupun kegiatan lainnya.

6. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan menunjukkan persentase pertumbuhan masing-masing pos laporan keuangan perusahaan yang dapat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya, semakin tinggi rasio pertumbuhan maka

akan samakin baik kinerja keuangan perusahaan.

7. Rasio Penilaian Pasar

Rasio penilaian pasar biasa digunakan di pasar modal yang menunjukkan kinerja atau capaian perusahaan di pasar modal.

8. Rasio Produktivitas

Rasio produktivitas menunjukkan tingkat produktivitas dari unit setiap kegiatan perusahaan, seperti: rasio karyawan atas penjualan, rasio biaya dari masing-masing karyawan, rasio penjualan terhadap space ruangan, rasio laba terhadap karyawan dan rasio laba terhadap cabang.

9. Rasio Keuangan Perbankan

Rasio keuangan perbankan tidak sama dengan rasio keuangan industri lainnya, perbankan biasanya menggunakan rasio produktivitas karyawan dan rasio produktivitas aset produktif perusahaan.

Dalam Harahap (2016) terdapat beberapa keunggulan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio, antara lain:

1. Rasio keuangan berupa angka atau taksiran statistik yang mudah dipahami.

2. Rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi dalam laporan keuangan suatu perusahaan.

3. Rasio keuangan digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya.

4. Rasio keuangan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan analisis kebangkrutan perusahaan.

5. Rasio keuangan dapat menstandarisasi ukuran perusahaan.

6. Rasio keuangan memberikan kemudahan untuk melihat perbandingan perkembangan antar perusahaan.

7. Rasio keuangan memberikan kemudahan untuk melihat kecenderungan (trend) perusahaan dalam melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Harahap (2016) mengungkapkan pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat untuk kepentingan pihak pemakai laporan keuangan perusahaan.

2. Keterbatasan pada laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis rasio keuangan, seperti:

a. Perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak ditemukan taksiran dan pertimbangan yang dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terdapat pada rasio keuangan berupa nilai perolehan (cost) bukan harga pasar perusahaan.

c. Klasifikasi pada laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan standar akuntansi bisa diterapkan berbeda dari masing-masing sektor perusahaan.

3. Terdapat kesulitan dalam menghitung rasio keuangan jika tidak tersedia data yang sinkron.

4. Beberapa perusahaan yang dibandingkan bisa saja menggunakan teknik dan standar akuntansi yang berbeda maka akan rentan terjadi kesalahan.

2.2 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan. Selain itu, pengukuran kinerja dijadikan sebagai dasar penyusunan tingkat pengembalian dari laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Ditengah semakin ketatnya persaingan antar industri, perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja saat ini dan masa yang akan datang. Kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan dapat menggambarkan kondisi dan posisi keuangan serta hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu.

Kinerja keuangan merupakan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dianalisis menggunakan alat analisis sehingga diketahui baik atau buruk kondisi keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan supaya sumber daya perusahaan dapat digunakan secara optimal seiring terjadinya perubahan di dunia industri, melalui pengukuran kinerja manajemen perusahaan dapat memenuhi kewajiban terhadap para penyandang dana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hamid, 2016). Kinerja keuangan merupakan prestasi manajemen perusahaan dari sisi keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam Utari, Purwanti, & Prawironegoro (2016) kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan tiga sudut pandang, yaitu:

1. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih (earning after tax) yang disebut sebagai net profit margin atau laba bersih dibagi pendapatan penjualan perusahaan.

2. Kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan yang disebut sebagai perputaran harta atau asset turnover yaitu pendapatan penjualan dibagi total harta perusahaan.

3. Kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber pembiayaan dari pihak eksternal perusahaan yang disebut sebagai equity multiplier, yaitu total asset dibagi total equity perusahaan.

2.3 Market Value Added (MVA)

Selain menghasilkan laba, tujuan awal berdirinya perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang dapat dilihat dari usaha perusahaan dalam menciptakan nilai tambah pasar atau Market Value Added (MVA). Menurut Nakhaei & Hamid (2013) Market Value Added digunakan untuk mengukur penilaian pasar terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, MVA dapat mengukur nilai oleh manajemen melebihi biaya modal perusahaan yang ditanamkan investor.

Niresh & Alfred (2014) menyatakan Market Value Added sebagai indikator terbaik dalam menciptakan kekayaan pemegang saham dari sudut pandang investor. MVA menghadirkan citra yang koheren bahwa pertumbuhan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri tidak menghasilkan nilai. Nilai hanya bisa diciptakan ketika strategi pertumbuhan membuka jalan menuju nilai tambah yang melebihi tambahan modal yang disediakan. Nilai akan musnah ketika nilai sekarang bersih dari strategi tersebut bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan jika manajer berinvestasi pada proyek-proyek yang memiliki nilai sekarang bersih positif, maka nilai akan berhasil diciptakan.

Brigham & Houston (2015) mendefinisikan Market Value Added yaitu selisih antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan nilai buku seperti yang ditunjukkan pada neraca, dimana nilai pasar ditemukan dengan mengalikan harga

saham dengan jumlah saham yang beredar. MVA dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

MVA = Nilai pasar dari saham – ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham atau

MVA = ( harga saham x jumlah saham yang beredar) – total ekuitas saham biasa

Market Value Added merupakan jumlah nilai pasar dari seluruh saham dan utang yang dimiliki perusahaan, berarti hal ini dapat memberi gambaran mengenai berapa jumlah yang akan dihasilkan investor jika semua investasinya baik berupa saham maupun obligasi yang dijual ke pasar keuangan lalu dikurangi dengan total modal yang diinvestasikan (berupa ekuitas, laba ditahan, utang lewat pasar modal dan utang terhadap bank). Pada dasarnya konsep MVA yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara meningkatkan selisih antara nilai pasar perusahaan dengan jumlah yang ditanamkan investor (Esomar & Tuapattinaja, 2019).

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan Market Value Added adalah suatu teknik analisis keuangan perusahaan dari sisi pasar perusahaan.

MVA digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang dapat diukur dari selisih antara nilai pasar saham dengan total ekuitas saham biasa perusahaan.

Dimana ketika nilai pasar saham perusahaan melebihi total ekuitas saham biasa berarti perusahaan mampu memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Sebaliknya, ketika nilai pasar saham perusahaan lebih kecil dari total ekuitas saham biasa berarti perusahaan belum mampu memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

2.4 Economic Value Added (EVA)

2.4.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)

Seorang ahli bernama Stern Stewart menyatakan Economic Value Added (EVA) lebih erat kaitannya dengan tingkat pengembalian saham, nilai perusahaan serta mampu mengalahkan laba dalam kaitannya dengan tingkat pengembalian dan nilai perusahaan tersebut. Sehingga EVA mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian yang diperoleh investor dan nilai perusahaan. EVA adalah laba ekonomis yang dihasilkan perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh biaya modal. Dalam konsep EVA, biaya modal dijadikan sebagai komponen biaya dalam perhitungan keuntungan. Sebuah perusahaan dikatakan berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis jika mampu menanggung biaya operasional dan biaya modal perusahaan. EVA dapat diformulasikan dengan menggunakan rumus, yaitu (Suripto, 2015):

EVA = NOPAT – capital charges atau

EVA = NOPAT – (WACC x invested capital)

Biaya modal erat kaitannya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor dan perusahaan. Dari sudut pandang investor, tingkat keuntungan yang diharapkan sama halnya dengan risiko dari aset yang dimiliki. Sedangkan dari sisi perusahaan, tingkat keuntungan yang diharapkan berupa biaya modal yang dikeluarkan untuk memperoleh dana. Tentunya EVA dipengaruhi oleh jumlah modal perusahaan baik berupa modal sendiri maupun berasal dari utang.

Sehingga dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mengelola dana terkait

masing-masing sumber pendanaan. Modal sendiri dan utang akan membentuk struktur modal perusahaan sehingga manajer keuangan harus mampu meminimalisir biaya modal dan memaksimalkan keuntungan perusahaan. Namun, hingga saat ini belum ada rumus baku mengenai struktur modal yang optimal menjanjikan keuntungan bagi perusahaan. Sehingga terdapat beberapa teori struktur modal yang digunakan perusahaan, yaitu (Syahyunan, 2015):

1. Model Modigliani–Miller (MM) tanpa pajak yaitu struktur modal tidak relevan atau tidak mampu mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Model Modigliani–Miller (MM) dengan pajak yaitu penyempurnaan dari teori MM tanpa pajak, tambahan pajak yang dibayarkan kepada pemerintah dicatat sebagai aliran kas keluar, utang bisa digunakan untuk menghemat pajak karena bunga yang disebabkan oleh utang bisa mengurangi pajak.

3. Model Miller yaitu meliputi pajak untuk penghasilan pribadi dari saham dan obligasi.

4. Model Hamada yaitu gabungan teori Capital Assets Pricing Model dengan model MM dengan pajak untuk menciptakan suatu model biaya modal bagi perusahaan yang menggunakan utang.

5. Trade-off Theory yaitu dapat dilihat dari implikasi sejauh mana perusahaan akan berutang, jika terjadi penghematan pajak dari adanya penambahan utang sama halnya dengan biaya kesulitan keuangan.

6. Packing Order Theory yaitu teori yang menggambarkan perusahaan dengan tingkat profitabiitas yang tinggi akan memiliki sedikit utang karena perusahaan memiliki sumber dana internal yang berlimpah.

7. Equity Market Timing yaitu perusahaan akan menerbitkan modal pada saat nilai pasar meningkat dan akan membeli kembali pada saat nilai pasar turun.

Nakhaei & Hamid (2013) mendefinisikan Economic Value Added sebagai metode penting untuk mengukur nilai ekonomi bisnis setelah mempertimbangkan biaya modal termasuk biaya utang dan biaya ekuitas. Dengan demikian, EVA diharapkan mampu mendorong manajer dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk bisnis. EVA juga menyediakan investasi untuk memilih opsi berisiko rendah untuk mengevaluasi nilai perusahaan.

Menurut Brigham & Houston (2015) Economic Value Added merupakan perkiraan laba ekonomi sebenarnya dari bisnis untuk tahun tertentu dan seringkali berbeda dengan laba bersih akuntansi. Alasan utama untuk perbedaan ini adalah bahwa meskipun pendapatan akuntansi memperhitungkan biaya utang (biaya bunga perusahaan), namun pendapatan akuntansi tidak mengurangi biaya modal ekuitas. Sebaliknya, EVA memperhitungkan total biaya dolar dari semua modal yang mencakup biaya utang dan modal ekuitas.

Van Horne & Wachowicz (2017) menyatakan bahwa Economic Value Added merupakan laba ekonomis yang dihasilkan perusahaan setelah semua biaya modal dikurangkan.

Menurut Sunardi (2020) Economic Value Added atau nilai tambah ekonomi adalah perbedaan laba usaha setelah pajak (NOPAT) dan beban modal untuk periode tersebut (yaitu, produk dari biaya modal perusahaan dan modal yang diinvestasikan pada awal periode).

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan Economic Value

Added merupakan metode pengukuran kinerja keuangan yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana usaha perusahaan dalam menciptakan nilai tambah perusahaan. EVA diperoleh dari selisih laba bersih operasional dengan seluruh biaya modal perusahaan. EVA juga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen, seperti keputusan pendanaan dan kegiatan operasional perusahaan. Sehingga perusahaan mampu menggunakan biaya modal dengan baik untuk menunjang kegiatan perusahaan.

2.4.2 Manfaat Economic Value Added (EVA)

Menurut Utami (dalam Suripto, 2015) terdapat beberapa manfaat Economic Value Added dalam mengukur kinerja perusahaan, antara lain:

1. Economic Value Added digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dimana penilaian kinerja tersebut ditujukan pada penciptaan nilai (value creation) perusahaan.

2. Economic Value Added bisa membantu perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.

3. Economic Value Added menjadikan manajemen berpikir dan bertindak layaknya seperti pemegang saham perusahaan yaitu memilih investasi yang dapat memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat diciptakan.

4. Economic Value Added dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang menghasilkan tingkat pengembalian melebihi biaya modal perusahaan.

Tunggal (dalam Suripto, 2015) juga mengemukakan beberapa manfaat

lainnya dari Economic Value Added dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu:

1. Economic Value Added sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan yang mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan perusahaan sejenis maupun menganalisis kecenderungan (trend).

2. Hasil perhitungan Economic Value Added mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk kegiatan investasi dengan biaya modal yang rendah.

2.4.3 Kelebihan Economic Value Added (EVA)

Menurut Suripto (2015) Economic Value Added memiliki kelebihan dibanding ukuran kinerja konvensional, antara lain:

1. Economic Value Added sebagai kerangka kerja manajemen keuangan yang menyeluruh, mencakup berbagai fungsi mulai dari perencanaan strategi, pengalokasian modal, penganggaran operasional, pengukuran kinerja dan kompensasi manajemen hingga komunikasi antar pihak internal dan eksternal perusahaan.

2. Economic Value Added dinilai mampu berperan sebagai suatu sistem insentif kompensasi yang dapat mengarahkan perusahaan dalam mencapai tujuan sebenarnya, yaitu menciptakan nilai untuk pemegang saham.

3. Economic Value Added bisa digunakan sebagai transformasi budaya perusahaan sehingga semua elemen organisasi menjadi termotivasi untuk terus menciptakan nilai bagi pemegang saham.

4. Economic Value Added mampu mendorong setiap manajer memainkan peran seperti layaknya pemegang saham perusahaan melalui penerapan kompensasi

berdasarkan nilai.

2.4.4 Kelemahan Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan juga memiliki beberapa kelemahan yang terdapat dalam Suripto (2015), yaitu:

1. Economic Value Added sebagai ukuran kinerja masa lalu tidak mampu meramalkan dampak dari penggunaan strategi yang saat ini diterapkan untuk kelangsungan perusahaan.

2. Sifat pengukuran Economic Value Added merupakan gambaran jangka pendek sehingga manajemen cenderung enggan berinvestasi untuk jangka panjang karena bisa mengakibatkan penurunan nilai dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa mengakibatkan terjadi penurunan daya saing perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Economic Value Added mengabaikan kinerja lainnya, seperti kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa mendorong peningkatan kinerja perusahaan.

2.4.5 Indikator Economic Value Added (EVA)

Pandini (2019) menjelaskan hasil penelitian dari kinerja perusahaan menggunakan Economic Value Added dapat dikategorikan kedalam 3 indikator yang berbeda, yaitu:

1. Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif.

Economic Value Added bernilai positif berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

2. Nilai EVA = 0

Economic Value Added sama dengan 0 berarti manajemen perusahaan berada pada titik impas dimana perusahaan tidak mengalami kemunduran sekaligus tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.

3. Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif

Economic Value Added bernilai negatif berarti manajemen perusahaan tidak menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan, dalam artian laba yang dihasilkan tidak bisa memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham perusahaan.

2.4.6 Langkah-langkah menghitung Economic Value Added (EVA)

Menurut Tunggal (dalam Saputra, Sukoco, Suyono & Elisabeth, 2019) langkah-langkah dalam menghitung Economic Value Added antara lain:

1. Menghitung Laba Bersih Operasional Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT)

NOPAT merupakan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, termasuk biaya keuangan (entri pembukuan non-keuangan) seperti biaya penyusutan. Sumber perhitungan NOPAT terdapat pada laporan laba rugi perusahaan. NOPAT dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

NOPAT = Laba (rugi) usaha – pajak 2. Menghitung Modal yang Diinvestasikan (Invested Capital)

Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah dari semua pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek bebas bunga (kewajiban tanpa bunga), seperti utang usaha, biaya yang masih harus dibayar, utang pajak, dan

uang muka. Sumber perhitungan modal yang diinvestasikan terdapat pada laporan neraca perusahaan. Modal yang diinvestasikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

Modal yang Diinvestasikan = Total kewajiban dan ekuitas - kewajiban jangka pendek

3. Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weight Average Cost of Capital / WACC)

Biaya modal rata-rata tertimbang merupakan pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan oleh kreditur dan pemegang saham). Biaya modal perusahaan tidak hanya terkait dengan biaya utang dan ekuitas pembiayaan, melainkan seberapa besar masing-masing biaya modal yang terdapat dalam struktur modal perusahaan. Sumber perhitungan modal yang diinvestasikan

Biaya modal rata-rata tertimbang merupakan pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan oleh kreditur dan pemegang saham). Biaya modal perusahaan tidak hanya terkait dengan biaya utang dan ekuitas pembiayaan, melainkan seberapa besar masing-masing biaya modal yang terdapat dalam struktur modal perusahaan. Sumber perhitungan modal yang diinvestasikan

Dokumen terkait