• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Dari aspek akademik, penelitian ini diharapkan akan menambah pustaka diskursus kajian living Qur’an khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga diharapkan dapat berguna terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosio-cultural masyarakat muslim dalam memperlakukan, memanfaatkan atau menggunakan al-Qur’an. 2. Secara praktis, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membantu

memperkenalkan salah satu bentuk keanekaragaman khazanah

sosio-cultural masyarakat muslim Indonesia, guna meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya menjadikan al-Qur’an sebagai bagian dalam hidup.

E. Metodologi Penelitian

Pada dasarnya, metode penelitian adalah bagaimana seorang peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah

mengumpulkan data sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah. Dalam penelitian living Qur’an ini, metode yang tepat untuk digunakan yaitu metode penelitian kualitatif.6 Untuk mendapatkan data yang diinginkan guna mendukung kesempurnaan penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Berkenaan dengan persoalan dalam penelitian mengenai praktik pembacaan Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān serta pemaknaan ayat al-Qur’an yang terkandung dalam zikir-zikir tersebut, maka jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode penelitian deskriptif analisis kualitatif yang didukung dengan penelitian kepustakaan. Sebagaimana yang dikutip oleh Farouk Muhammad, John W. Creswell berpendapat bahwa ada tiga pendekatan yaitu Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Methods (mengasosiasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif).7 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang merupakan suatu penelitian mendalam (in-depth). Penelitian ini berupaya menemukan data secara terperinci dari kasus tertentu. Metode ini juga memungkinkan peneliti untuk melihat perilaku dalam situasi yang sebenarnya tanpa rekayasa yang kadang terjadi pada penelitian eksperimental atau survey. Selain itu, teknik ini dapat meningkatkan pemahaman peneliti terhadap fenomena yang diteliti, khususnya jika fenomena tersebut belum pernah diteliti sebelumnya.8 Singkatnya, penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penulisan yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan atau suatu gejala dalam masyarakat yang selanjutnya

6 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 71. 7 Farouk Muhammad, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 100.

8

data tersebut akan dianalisis.9 Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan guna melengkapi kebutuhan penelitian sebagai penguatan teori atas data-data yang didapatkan penulis di lapangan.

2. Sumber Data

Dalam hal ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu: a. Sumber Data Primer

Sumber data primer penulis dapatkan langsung dari hasil observasi di lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor melalui pengamatan kegiatan dan wawancara terhadap pengasuh, ustaz dan para santri di pondok pesantren tersebut selama kurang lebih empat bulan. b. Sumber Data Sekunder

Selain dari sumber data primer, penulis juga mengumpulkan data melalui berbagai macam sumber yang kemudian disebut sumber data sekunder. Penulis melakukan penelitian kepustakaan guna melengkapi data primer. Penulis juga melakukan analisis dokumentasi di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor guna membuat berkas primer dan sekunder relevan dengan wawancara, sehingga dapat melengkapi dokumen penelitian penulis.

3. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor yang berlokasi di Desa Cijujung Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor - Jawa Barat. Pesantren tersebut merupakan pesantren yang memiliki berbagai jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), hingga Madrasah Diniyyah (MD). Alasan penulis menggunakan lokasi ini

9

Kontjaraningrat, Metode-metode Penulisan Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1989), 29.

adalah karena Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor rutin mengamalkan

Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān selama kurang lebih

sepuluh tahun. Dengan demikian, ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam ketiga zikir pilihan tersebut telah dihidupkan di pesantren ini.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan keseluruhan waktu sekitar empat bulan. Penulis melakukan penelitian ini dimulai pada bulan September hingga Desember 2020, mencakup observasi dan penulisan. Observasi dilakukan selama tujuh hari, meliputi pengamatan lapangan dan wawancara dengan menyesuaikan waktu yang disediakan oleh narasumber, yakni tertanggal 1 sampai 3 September 2020 untuk observasi, 4 sampai 5 Oktober 2020, 3 dan 8 Desember 2020 untuk wawancara kepada jajaran pendidik dan para santri.

5. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah jajaran pendidik dan santri di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

6. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, atau pun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.10 Dalam penelitian ini, penulis mewawancari tiga jajaran pendidik dan sepuluh santri sebagai sampel dari jumlah keseluruhan 106 santri sebagai anggota populasi berdasarkan teknik purposive sampling, salah satu teknik

10

Sandu Siyoto, M Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Sleman: Literasi Media Publishing, 2015), 63-64.

non random sampling yang mana peneliti menentukan pengambilan

sampel dengan cara menetapkan ketentuan-ketentuan khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.11

7. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data yang lengkap, tepat dan valid, penulis menggunakan dua metode, yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengamatan fenomena-fenomena yang akan diteliti secara langsung, baik pengamatan terhadap objek atau pun subjek penelitian. Melalui metode ini, data yang didapatkan bersifat faktual, cermat dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan dan situasi sosial.12 Dalam hal ini, penulis melakukan obervasi partisipasi yang mana penulis melakukan pengamatan praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd

al-Sakrān secara langsung di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor dan

turut serta dalam kegiatan tersebut sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian.

b. Wawancara Semi Terstruktur

Secara garis besar wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan berhadapan secara langsung dengan narasumber, atau bisa juga dengan memberikan pertanyaan terlebih dahulu kemudian dijawab pada kesempatan lain.13 Sedangkan wawancara semi terstruktur yang penulis lakukan merupakan wawancara yang lebih bebas dari wawancara yang terstruktur, dengan kata lain wawancara tetap

11 Anwar Hidayat, “Penjelasan Teknik Purposive Sampling Lengkap Detail, 2019”, Diakses, 3 Februari, 2021, https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-teknik-purposive-sampling.html

12

Nasution, Metode Penelitian Naturalistic (Bandung: Tarsito, 2003), 59. 13

memiliki tema sentral untuk dieksplorasi namun pewawancara tidak harus menggunakan serangkaian pertanyaan yang ketat. Mula-mula pewawancara menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam.14 Tujuan dari wawancara semi terstruktur ini guna menemukan permasalahan secara lebih terbuka, yang mana narasumber dimintai pendapat atau ide-idenya. Pada saat melakukam wawancara, penulis mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikatakan oleh narasumber.15 Dalam hal ini, narasumber yang penulis maksud merupakan pengasuh, ustaz dan santri di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

c. Penelitian Dokumen

Penelitian dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang tidak bersifat lisan dan tulisan, sebab data yang ada tidak selalu dalam bentuk keduanya, maka dokumentasi diperlukan guna melengkapi data yang ada terdiri atas gambar, brosur, klipping dan lainnya yang dapat membantu menemukan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian kualitatif dokumentasi dibutuhkan untuk memperkuat data yang sudah ada.16 Dalam hal ini, penulis menyertakan dokumen yang berupa foto kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Cinta Rasu Bogorl.

8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif, yakni suatu cara dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran atau juga peristiwa masa sekarang. Jenis

14 Sandu Siyoto, M Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Sleman: Literasi Media Publishing, 2015), 77.

15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 66. 16

Sahiyah, Identitas Sosial dan Relasi Habib-Santri pada Lembaga Pendidikan

metode penelitian kualitatif ini berusaha menjelaskan fenomena sosial tertentu.17

F. Tinjauan Pustaka

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Ilham prakoso dengan judul

Bimbingan Islam dalam Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Jamaah Zikir Wirdul Laṭīf (Studi pada Santri Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora). Penelitian yang ditulis menggunakan metode deskriptif analisis

dan memperoleh data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa proses kegiatan bimbingan Islam yang dilakukan di Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora, para santri dapat merasakan ketenangan batin dan terbantu menumbuhkan kebermaknaan hidup, walaupun ada beberapa santri yang masih merasa terbebani untuk melakukan zikir Wirdul Laṭīf tersebut.18

Kedua, skripsi yang disusun oleh Heri Sunarto dengan judul

Urgensi Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan Keimanan Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. Sebagaimana

penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi menghasilkan kesimpulan bahwa Rātib al-Haddād ini dapat membentuk santri menjadi insan yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Dengan zikir ini juga para santri dapat memahami etika hablum minallāh dan hablum minannās. Melalui kegiatan ini juga santri termotivasi dan tumbuh semangat yang besar untuk

17 Rizki, “Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuantitatif, Menurut Para Ahli [Lengkap], 2019”, Diakses, 3 Februari, 2021, https://pastiguna.com/teknik-analisis-data/

18 Ilham Prakoso, Bimbingan Islam dalam Meningkatkan Kebermaknaan Hidup

Jama’ah Zikir Wirdul Laṭīf (Studi pada Santri Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora, (Skripsi S1, UIN Walisongo, 2014).

belajar sehingga para santri dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.19

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Etri Yuniatun dengan judul

Pengaruh Zikir bagi Kesehatan Mental Santri di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto, menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengaruh zikir yang dilakukan bagi kesehatan mental santri ini menimbulkan ketenangan dan ketentraman hati sehingga santri bisa lebih tenang dalam menghadapi suatu permasalahan, dengan kata lain tidak terlalu memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.20

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Ali Sodirin dengan judul

Praktik Pembacaan Rātib Al-Ḥaddād di Jam‘iyyah Eling Nurul Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kecamatan Brebes.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan living hadis menghasilkan kesimpulan pemahaman jamaah zikir Rātib al-Ḥaddād terhadap makna zikir itu sendiri menunjukkan pengertian yang baik dan positif. Secara umum, para jamaah mengungkapkan bahwa zikir Rātib al-Ḥaddād merupakan kumpulan doa-doa. Selain itu, para jamaah mempercayai bahwa zikir Rātib al-Ḥaddād mempunyai banyak manfaat yaitu dapat digunakan untuk meminta dikabulkannya segala permohonan kepada Allah, melatih agar senantiasa

19 Heri Sunarto, Urgensi Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan

Keimanan Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo, (Skripsi S1,

STAIN Ponorogo, 2015). 20

Etri Yuniatun, Pengaruh Zikir bagi Kesehatan Mental Santri di Pondok

ingat kepada Allah Swt., membersihkan jiwa manusia dan memberi kedamaian pada hati manusia.21

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Muhammad Fahrudin Febryansyah yang berjudul Upaya Peningkatan Kecerdasan Spiritual

Santri melalui Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād (Studi Kasus di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes Brotonegaran Ponorogo).

Menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwasannya kegiatan pembacaan Rātib al-Ḥaddād di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes mempunyai fungsi untuk meningkatkan kecerdasan spiritual santri melalui pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dan memperbanyak zikir kepada Allah Swt.22

Keenam, tesis yang ditulis oleh Azima Prisma Vera dengan judul

Zikir Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa Jamaah Warga Emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia

bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan zikir Rātib

al-Ḥaddād dalam meningkatkan ketenangan jiwa. Penelitian deskriptif

kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ini menghasilkan kesimpulan yang menunjukkan bahwa tahap-tahap zikir Rātib Al-Ḥaddād dalam meningkatkan ketenangan jiwa warga emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia berupa

21

Ali Sodirin, Praktik Pembacaan Rātib Al-Ḥaddād di Jam’iyah Eling Nurul

Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kecamatan Brebes (Studi Living Hadis), (Skripsi S1, UIN Walisongo Semarang, 2018).

22 Muhammad Fahrudin Febryansyah, Upaya Peningkatan Kecerdasan Spiritual

Santri melalui Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād (Studi Kasus di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes Brotonegaran Ponorogo), (Skripsi S1, IAIN Ponorogo, 2018).

tahap persiapan, tahap pelaksanaan zikir Rātib al-Ḥaddād, kemudian ditutup dengan tahap pengakhiran yang dilakukan dengan bertafakkur.23

Ketujuh, skripsi yang ditulis oleh Asep Yusup Hidayat dengan judul Efektivitas Rātib Al-Ḥaddād terhadap Kecerdasan Spiritual:

Penelitian di Pondok Pesantren Al-Mardiyah Cilenyi Kulon Kabupaten Bandung, yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, selain itu juga penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu menekan pada pengalaman pribadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengamalan pembacaan Rātib al-Ḥaddād terhadap kecerdasan santri sangatlah signifikan, terlihat dari bagaimana para santri bijak menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, ikhlas dalam menerima ketentuan-ketentuan Allah Swt. dan mampu memaknai setiap hakikat penciptaan makhluk atau hukum-hukum yang ada.24

Kedelapan, skripsi yang ditulis oleh Abdul Hadi dengan judul

Pengaruh Rātib Al-Ḥaddād terhadap Psychological Well Being pada Jamaah Majelis Al-Awwabien Palembang Darussalam ini merupakan

penelitian lapangan yang bersifat kuantitatif, dimana sumber data diambil dari data primer melalui penyebaran angket, populasi sebanyak tiga puluh orang jamaah majelis, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang berhubungan dengan persoalan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini adalah isi kandungan zikir Rātib al-Ḥaddād sebagian besar bersumber dari al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad Saw., dan kumpulan doa yang dikarang ulama kemudian dirangkum dalam zikir Rātib

23

Azima Prisma Vera, Zikir Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan Ketenangan

Jiwa Jamaah Warga Emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia, (Thesis

S2, UIN Sunan Kalijaga, 2018).

24 Asep Yusup Hidayat, Efektivitas Rātib Al-Ḥaddād terhadap Kecerdasan

Spiritual: Penelitian di Pondok Pesantren Al-Mardiyah Cilenyi Kulon Kabupaten Bandung, (Skripsi S1, UIN Sunan Gunung Djati, 2019).

Ḥaddād. Para jamaah majelis yang telah rutin membacakan zikir ini

mengalami perubahan perilaku yang signifikan dalam psycholofical well

being dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari.25

Kesembilan, skripsi yang ditulis oleh Ahmad Rifa’i yang berjudul

Pemahaman Terhadap Ayat-ayat Zikir dan Implementasinya Pada Jamaah di Desa Air Meles Bawah (Studi Living Qur’an), penelitian ini

meupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif yang menghasilkan kesimpulan bahwa sebagian masyarakat terbiasa berzikir secara jahr (lantang) dan sebagian lagi berzikir secara sir (di dalam hati). Perbedaan pendapat tentang dalil tentang zikir ini juga menyebabkan perbedaan dalam pengaplikasiannya bagi jamaah.26

Kesepuluh, artikel yang ditulis oleh Mamay Maesaroh dengan judul Intensitas Zikir Ratīb Al-Ḥaddād dan Kecerdasan Spiritual Santri. Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Mathla’unnajah Ujungjaya Sumedang dengan metode survei kuantitatif melalui analisis korelasi dan regresi sederhana dan teknik pengumpulan data dengan observasi, kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan nilai intensitas zikir Rātib al-Ḥaddād yaitu 79% dari setiap item pernyataan dengan kategorisasi tinggi. Sedangkan nilai kecerdasan spiritual santri sebesar 80% dari setiap item pernyataan dengan kategorisasi tinggi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa antara intensitas zikir Rātib

al-Ḥaddād terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren

25

Abdul Hadi, Pengaruh Rātib Al-Ḥaddād terhadap Psychological Well Being

pada Jamaah Majelis Al-Awwabien Palembang Darussalam, (Skripsi S1, UIN Raden

Fatah Palembang, 2018).

26 Ahmad Rifa’i, Pemahaman Terhadap Ayat-ayat Zikir dan Implementasinya

Pada Jamaah di Desa Air Meles Bawah (Studi Living Qur’an), (Skripsi S1, IAIN Curup,

Mathla’unnajah Ujungjaya Sumedang memiliki hubungan yang cukup kuat.27

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan kerangka dari penelitian yang memberikan petunjuk mengenai pokok-pokok yang akan dibahas dalam penelitian. Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga penelitian yang meliputi bagian awal, isi, dan akhir yaitu:

Bab I penulis mengawali dengan pendahuluan yang berusaha memberikan gambaran singkat latar belakang penulisan untuk pembahasan di bab selanjutnya, berisi tentang al-Qur’an yang memiliki fungsi sebagai pedoman hidup manusia, yang dilainfungsikan sebagai zikir dan wirid di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka dan diakhiri sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan umum untuk mempermudah pembahasan pada bab IV dengan menguraikan terlebih dahulu pengertian Qur’an sebagai zikir, pemaparan mengenai Wirīd Laṭīf, Rātib

Ḥaddād, dan Wirīd Sakrān beserta penyusunnya, nama lain dari

al-Qur’an sesuai fungsinya, klasifikasi dan tafsir singkat ayat-ayat al-al-Qur’an yang terdapat dalam ketiga zikir tersebut.

Bab III membahas profil lembaga yang meliputi latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, profil, visi, misi, tujuan, jadwal kegiatan, serta sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor. Pada bab ini, penulis mengumpulkan data yang sudah ada di

27 Mamay Maesaroh, “Intensitas Zikir Rātib Al-Ḥaddad dan Kecerdasan Spiritual Santri”, Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi

pesantren sebagai bahan untuk mengolah data dan mempermudah pembahasan di bab IV.

Bab IV merupakan hasil penelitian yang didapat dengan mengolah data dari bab II dan III serta observasi di lapangan. Bab ini mendekripsikan tentang latar belakang dan praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, pemahaman jajaran pendidik dan pengaruh ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam ketiga zikir tersebut bagi santri.

Bab V merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan setelah melakukan deskripsi dan analisis terhadap praktik pembacaan ayat-ayat Qur’an dalam Wirīd Laṭīf, Rātib Ḥaddād, dan Wirīd

al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, kemudian dilanjut dengan

saran bagi penulis dan juga pembaca agar penelitian ini dapat dikembangkan sebagaimana mestinya.

23

BAB II

GAMBARAN UMUM WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN

WIRĪD SAKRĀN SERTA TAFSIR SINGKAT AYAT-AYAT

AL-QUR’AN YANG TERDAPAT DI DALAMNYA A. Fungsi al-Qur’an Sebagai Zikir

Kata zikir dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’an tidak kurang dari 280 kali. Sebagian pakar berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah/menyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, karena mengingat sesuatu seringkali menyebutnya dengan lidah (lisan). Demikian juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu.

Secara umum, kata zikir digunakan dalam arti “memelihara sesuatu”. Karena tidak melupakan sesuatu berarti memeliharanya atau terpelihara dalam benaknya. Dari sini, kata zikir tidak harus selalu dikaitkan dengan sesuatu yang telah terlupakan, tetapi bisa saja ia masih tetap dalam benak dan terus terpelihara. Dengan berzikir, sesuatu direnungkan dan dimantapkan pemeliharaannya, melalui lidah dan bisa juga berhenti pada merenungkan tanpa melibatkan lidahnya. Karena itu pula ketika Nabi Muhammad Saw. dan orang-orang yang dekat kepada Allah Swt. diperintahkan untuk berzikir, mengingat Allah Swt. dan asma-Nya, maka bukan berarti mereka tidak berzikir sebelum perintah itu datang apalagi melupakan-Nya. Karena itu, tidaklah keliru orang yang berkata bahwa zikir adalah kondisi kejiwaan yang menjadikan seseorang memelihara sesuatu yang telah diperoleh sebelumnya. Dari sini, zikir

dapat dipersamakan dengan menghafal. Hanya saja yang ditekankan lebih pada upaya memperoleh pengetahuan dan menyimpannya dalam benak.1

Faḍl bin ‘Alwī bin Muḥammad bin Sahl al-Husainī (w. 1900 M), pada saat menulis syarh (uraian penjelasan) tentang wirid dan Rātib

al-Haddād, menyatakan bahwa hizb, wirid, dan ratib, pada hakikatnya adalah

kumpulan zikir, doa, dan kegiatan yang mengarah pada Allah Swt., yang disusun untuk mengingat, merenung, dan memohon perlindungan kepada-Nya dari berbagai macam keburukan serta meraih kebajikan. Ia adalah cara “membuka pintu” untuk meraih ma‘rifat dan pengetahuan. Itu semua disertai kebulatan hati dan tekad yang mengarah kepada Allah Swt.2

Para ulama mengembangkan nama lain yang kemudian disandangkan kepada al-Qur’an berdasarkan dari sudut isi dan substansinya, sebagaimana yang tersurat dalam buku Pengantar Studi Islam karya Yuli Umro‘atin, M.Pd. Di dalam buku tersebut setidaknya

Dokumen terkait