• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGAIMANA MEMBUMIKAN AL-QUR AN DENGAN BACAAN WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN WIRĪD AL-SAKRĀN DI PONDOK PESANTREN CINTA RASUL BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGAIMANA MEMBUMIKAN AL-QUR AN DENGAN BACAAN WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN WIRĪD AL-SAKRĀN DI PONDOK PESANTREN CINTA RASUL BOGOR"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

BAGAIMANA MEMBUMIKAN AL-QUR’AN DENGAN

BACAAN WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN

WIRĪD AL-SAKRĀN DI PONDOK PESANTREN CINTA

RASUL BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

Hanna Abimafy Mawaddatunnisa 11160340000070

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

BAGAIMANA MEMBUMIKAN AL-QUR’AN DENGAN BACAAN

WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN WIRĪD AL-SAKRĀN

DI PONDOK PESANTREN CINTA RASUL BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

Hanna Abimafy Mawaddatunnisa 11160340000070

Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, MA. NIP. 19720518 199803 1 003

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Hanna Abimafy Mawaddatunnisa, NIM 11160340000070

Bagaimana Membumikan Al-Qur’an Dengan Bacaan Wirīd Al-Laṭīf,

Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta

Rasul Bogor

Skripsi ini mengangkat tema living Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor melalui praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād dan Wirīd al-Sakrān. Ketiga zikir tersebut sebagiannya terdiri dari kumpulan ayat al-Qur’an yang dipercaya memiliki faedah-faedah yang selaras tujuan pembacaan yang dicanangkan oleh para penyusunnya, yang kemudian juga diikuti oleh para pembacanya. Persoalan yang mengemuka dalam penelitian ini adalah bagaimana para pendidik memahami ayat-ayat al-Qur’an dalam praktik pembacaan Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor. Penelitian ini dilakukan melalui penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif, data primer penelitian ini dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara dan penelitian dokumen. Temuan penulis di lapangan menegaskan bahwa setiap harinya Wirīd al-Laṭīf dibaca sebanyak satu kali, Rātib al-Ḥaddād dibaca sebanyak tiga kali dan Wirīd al-Sakrān dibaca sebanyak satu kali. Para pendidik memahami bahwa ayat-ayat al-Qur’an yang dibacakan berfungsi lebih dari sekedar petunjuk hidup, tetapi al-Qur’an juga berfungsi sebagai zikir penenang hati dan juga waṣilah bagi turunnya syifā’ dan rahmat dari Allah Swt. Praktik pembacaan Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād dan Wirīd al-Sakrān juga memberikan dampak yang positif bagi santri, seperti ketenangan dan keterjagaan hati, keberanian diri, perlindungan, memudahkan belajar dan memperkuat hafalan.

Kata Kunci : Living Qur’an, Wirīd Laṭīf, Rātib Ḥaddād, Wirīd

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. atas segala nikmat iman, kesehatan jasmani dan rohani, rizqi serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tanpa kendala yang berarti. Berkat

raḥmat dan kasih sayang-Nya, penulis dapat mengolah data menjadi kata,

kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi bab, hingga selesailah skripsi yang berjudul “Bagaimana Membumikan

Qur’an Dengan Bacaan Wirīd Laṭīf, Rātib Ḥaddād dan Wirīd

Al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor” ini.

Ṣalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi

Muhammad Saw. beserta keturunan dan para sahabatnya, sesungguhnya melalui ia-lah pesan-pesan kebajikan disampaikan, bibit-bibit ilmu disebarkan, hingga kita mendapat manfaat dan memiliki kesempatan untuk mengamalkan serta mengembangkanya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian munaqasyah guna memperoleh gelar Sarjana Agama jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari betul bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih begitu banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari teknik penyusunan dan kosakata yang tertulis, maupun dari isi pembahasan yang ada di dalamnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini ke depannya.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh banyak sekali bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(7)

iii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin beserta suami, KH. Musthofa Abdul Ghofur dan Hj. Maimunah, S.Pd. beserta keluarga yang telah mengajar dan mendidik penulis dengan nilai-nilai al-Qur’an yang telah diterapkan selama hidupnya.

4. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir sekaligus dosen Penasihat Akademik yang sangat banyak membantu selama masa studi dan mempermudah proses penyelesaian skripsi ini.

5. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, serta seluruh civitas akademik Fakultas Ushuluddin yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini.

6. Moh. Anwar Syarifuddin, MA., selaku dosen Penguji Proposal dan dosen Pembimbing Skripsi yang dengan ikhlas membantu dan membimbing penulis, menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan penulis selama proses penelitian maupun penulisan, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

7. Juga seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) yang telah dengan sabar dan ikhlas mendidik penulis selama melaksanakan perkuliahan di kampus ini. 8. Seluruh informan di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, terkhusus

pada H. Abdul Basit Mahfuf, S.Pd., KH. Mahfud Dzulwafi dan Ustaz Muhammad Basyari, S.Pd. beserta seluruh jajaran pendidik dan para

(8)

iv

santri yang telah bersedia memberikan informasi dan membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Sahabat-sahabat yang telah menyemangati, menemani dan membantu penulis selama masa studi hingga proses penulisan skripsi ini.

Kedua orang tua yang terkasih, Ayahanda H. Abdul Basit Mahfuf, S.Pd. beserta Ibunda Hj. Hesti Aryani, S.Pd. yang telah menghabiskan separuh hidupnya untuk membesarkan, mendidik, juga memberikan dukungan, baik dalam bentuk dukungan moril, materiel, maupun doa-doa yang tak pernah putus. Begitu juga kepada Ayunda Nadia Abimafy Chairunnisa, S.KM., Adinda Azkia Abimafy Maulidatunnada, Ahmad Zidan Abimafy Dhiyaurrahman, dan seluruh Keluarga Besar KH. Mahfuf Anwary beserta H. Alimuddin Syah.

Terakhir, kepada diri penulis sendiri, Hanna Abimafy Mawaddatunnisa yang telah berusaha keras menyelesaikan skripsi ini, sehingga dapat lulus tepat waktu sesuai yang diharapkan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis beserta pembacanya.

Ciputat, 11 Januari 2021

(9)

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Huruf Latin Nama

ا

Tidak dilambangkan

ب

b Be

ت

t Te

ث

ṡ Es (dengan titik diatas)

ج

j Je

ح

ḥ Ha ( dengan titik dibawah)

خ

kh Ka dan Ha

د

d De

ذ

ż Zet (dengan titik diatas)

ر

r Er

ز

z Zet

س

s Es

ش

sy Es dan Ye

ص

ṣ Es (dengan titik dibawah)

ض

ḍ De (dengan titik dibawah)

ط

ṭ Te (dengan titik dibawah)

(10)

vi

ع

‘ Apostrof terbalik

غ

g Ge

ف

f Ef

ق

q Qi

ك

k Ka

ل

l El

م

m Em

ن

n En

و

w We

ه

h Ha

ء

̓ Apostrof

ي

y Ye

Hamzah (

ء

) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ̓ ).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal disebut juga monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fatḥah

i Kasrah

(11)

vii

Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i

au a dan u

Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَئ

ā a dan garis di atas

ِ ئي

ī i dan garis di atas

ِ ئ

و

ū u dan garis di atas

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf

syamsiyah dan huruf qamariyah.

Al-Qamariyah

رْينِ

لما

al-Munīr

Al- Syamsiyah

لاَج

يررلا

al-Rijāl

D. Syaddah atau Tasydīd

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydīd dilambangkan dengan ( ) ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

(12)

viii

al-Qamariyah

ُةَّوُقرلا

al-Quwwah

al- Syamsiyah

ُةَرروُرَضرلا

al-Ḍarurah

E. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah (t). Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat

sukun, transliterasinya adalah (h). Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta

bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1.

ةَقر ييرَط

Ṭarīqah

2.

ُةَّييمَلارسيلإرا ُةَعيماَرلْا

al-Jāmi’ah al-Islāmiyyah

3.

يدروُجُورلا ُةَدرحَو

Waḥdat al-Wujūd

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmid al-Ghazālī, al-Kindi.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari Indonesia sendiri, tidak dialihaksarakan meskipun akar

(13)

ix Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan Dalam Bahasa Indonesia

Kata istilah atau kalimat Arab yang ditranliterasi adalah kata istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliteasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’ān), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh, contoh:

Fīẓilāl al-Qur`ān, al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab.

H. Singkatan-singkatan

Singkatan Keterangan

QS. al-Qur`ān Sūrah

Swt. Subḥānahu wa Ta‘āla

Saw. Ṣallallāhu ‘Alaihi Wasallam

r.a. Raḍiyallāhu ‘Anhu

terj. Terjemah

M Masehi

H Hijriah

(14)

xi ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii PEDOMAN TRANSLITERASI ... v DAFTAR ISI ... xi DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Permasalahan ... 7 1. Identifikasi Masalah ... 7 2. Pembatasan ... 8 3. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8 2. Manfaat Penelitian ... 9 D. Metodologi Penelitian ... 9 1. Jenis Penelitian ... 10 2. Sumber Data ... 11 3. Lokasi Penelitian ... 11 4. Waktu Penelitian ... 12 5. Subjek Penelitian ... 12

(15)

xii

7. Teknik Pengumpulan Data ... 13

8. Teknik Analisis Data ... 14

E. Tinjauan Pustaka ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II GAMBARAN UMUM WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN WIRĪD SAKRĀN SERTA TAFSIR SINGKAT AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG TERDAPAT DI DALAMNYA A. Fungsi Al-Qur’an sebagai Zikir ... 22

B. Zikir, Wirid, Ratib dan Hizb ... 28

C. Al-Ḥabīb ‘Abdullāh bin ‘Alwī Al-Ḥaddād, Wirīd Al-Laṭīf dan Rātib Al-Ḥaddād ... 30

1. Biografi Al-Ḥabīb ‘Abdullāh bin ‘Alwī Al-Ḥaddād ... 30

2. Wirīd Al-Laṭīf ... 33

3. Rātib Al-Ḥaddād ... 33

D. Al-Ḥabīb Abū Bakar Al-Sakrān dan Wirīd Al-Sakrān ... 34

1. Biografi Al-Ḥabīb Abū Bakar Al-Sakrān ... 34

2. Wirīd Al-Sakrān ... 35

E. Klasifikasi Ayat-ayat Qur’an yang Terdapat dalam Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān ... 36

F. Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an yang Terdapat dalam Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān ... 37

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN CINTA RASUL BOGOR

(16)

xiii

A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Cinta Rasul

Bogor ... 61

B. Profil Pendiri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 62

C. Deskripsi Umum Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 63

1. Profil Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 63

2. Visi, Misi, Tujuan dan Target Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 65

3. Kondisi Santri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 66

4. Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 67

5. Kewajiban, Larangan dan Sanksi bagi Santri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 69

a. Kewajiban Santri Pondok Pesantren Cinta Rasul ... 69

b. Larangan Santri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 71

c. Sanksi Santri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 71

6. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor 74 7. Biodata Informan ... 74

BAB IV PRAKTIK PEMBACAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN WIRĪD AL-SAKRĀN DI PONDOK PESANTREN CINTA RASUL BOGOR A. Latar Belakang Pembacaan Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān ... 77

B. Praktik Pembacaan Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān ... 80

C. Pemahaman Pendidik terhadap Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān ... 82

(17)

xiv BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99 B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN ... 107

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Klasifikasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Terdapat dalam

Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān ... 36

Tabel 3.1: Data Santri ... 67

Tabel 3.2: Kegiatan Harian ... 67

Tabel 3.3: Kegiatan Mingguan ... 68

Tabel 3.4: Kegiatan Bulanan ... 68

Tabel 3.5: Kegiatan Tahunan ... 68

Tabel 4.1:Jadwal Pembacaan Wirīd Al-Laṭīf, Rātib Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ... 80

(19)

xvi

Lampiran 1 : Struktur Kepemimpinan Pondok Pesantren Cinta

Rasul Bogor ... 107 Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ... 108 Lampiran 3 : Dokumentasi ... 112

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ma‘rifat atau pengenalan manusia akan Allah Swt. itu diawali

dengan menyebut nama-Nya, yang diketahui sebagai zikir. Dengan berzikir (mengingat Allah Swt.) inilah muncul istilah jauh dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan kata lain, zikir adalah penghubung antara manusia dengan sumber kehidupannya, yakni Allah Swt.

Jumhur ulama telah menetapkan keutamaan dan kelebihan berzikir dari amal baik lainnya adalah bahwa zikir dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan bagaimana pun keadaannya. Karena waktunya yang tidak ditentukan, maka zikir dianjurkan untuk dilakukan secara terus-menerus. Sebab zikir dapat dilakukan tanpa syarat, maka orang yang berhadas kecil maupun besar juga dapat melakukannya.1

Istilah zikir biasanya dikaitkan dengan bacaan al-Qur’an, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, salawat dan memanjatkan doa untuk kebaikan dunia akhirat. Baik itu doa yang bersifat muṭlaq (bebas dibaca tanpa ada batasan), atau doa yang bersifat muqayyad (tergantung pada waktu dan kondisi tertentu), dan sebaik-baiknya zikir ialah membaca Qur’an

al-Karīm.2

Ibnu Aṭaillāh menganjurkan agar senantiasa berzikir dengan hati lalai sekalipun. Dari sini dapat diketahui betapa pentingnya zikir, karena

1 Luqman Hakim, Zikir Al-Qur’an: Mengingat Allah sesuai Fitrah Manusia, (Jakarta: Mawahib, 2018), 1-4.

2

Ahmad bin Abdul Isa, Ensiklopedia Doa dan Wirīd Ṣahīh (Surabaya: Pustaka Elba, 2006), 25.

(21)

zikir merupakan jalan utama menuju pertemuan manusia dengan pencipta-Nya.

Ibnu Ajibah dalam kitab karangannya, Iqaẓ al-Humam ala Syahr

al-Ḥikām memaparkan bahwa menurutnya, zikir merupakan amalan paling

utama yang dilakukan para sufi. Dalam al-Qur’an Allah Swt. berfirman, “‘Sebutlah nama-Ku, maka Aku akan mengingatmu’, dan Wahai orang-orang beriman, sebutlah nama Allah Swt. dengan sebutan yang banyak.” Maksud dari kalimat ‘sebutan yang banyak’ adalah senantiasa mengingat dan menempatkan Allah Swt. di hati selamanya. Ibnu ‘Abbas r.a. berkata, “Allah Swt. menentukan waktu-waktu khusus untuk semua ibadah dan memaafkan hamba-Nya yang menunaikan ibadah itu di luar waktunya kecuali ibadah zikir karena Allah Swt. tidak menentukan waktu khusus untuk ibadah ini. Allah Swt. berfirman, ‘Bila kamu sekalian telah menunaikan sembahyang, maka sebutlah nama Allah Swt. saat kalian duduk, berdiri, dan berbaring.’ Seorang sahabat Rasul Saw. bertanya, ‘Ya Rasul Saw., syiar Islam kelewat banyak. Sebutlah satu amalan ringkas untukku agar aku dapat menyusul ketertinggalan di masa lalu.’ Rasul Saw. menjawab sambil tersenyum, ‘Jagalah lisanmu agar selalu basah menyebut nama Allah Swt.’ Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, ‘Jika ada seseorang yang memiliki banyak dirham dan membagikannya sampai habis, lalu seorang lagi hanya berzikir menyebut nama Allah Swt., niscaya orang kedua lebih utama di sisi-Nya’”.

Bahkan sebagian ulama menyebutkan bahwa zikir sebagai kunci pembuka penyatuan seorang hamba dan Allah Swt. Menurut Syekh Burhānuddīn Al-Syażilī Al-Hanafī dalam kitab Iḥkām al-Ḥikām fī Syarh

al-Ḥikām, tidak ada ketentuan khusus pada lafal zikir, maksudnya zikir

dengan lafal apa saja tetap akan dapat membuka pintu langit. Sedangkan menurut Syekh Zarruq, salah satu keutamaan berzikir ialah sebab zikir

(22)

dapat menghidupkan batin seseorang. Ia menjelaskan dalam kitab Syahr

al-Ḥikām sebagai peringatan bahwasannya zikir itu dapat menghidupkan

hati dan kelalaian dapat mematikan hati. Sementara puncak kelalaian berada pada titik dimana seseorang menganggap baik sesuatu yang sebenarnya tidak baik. Sementara awal dari semua itu adalah lupa atas ketidakbaikan hal itu sendiri.3

Fenomena ayat-ayat al-Qur’an yang kerap digunakan sebagai zikir menjadi salah satu bentuk resepsi sosio-cultural, apresiasi dan respon umat Islam terhadap al-Qur’an memang sangat dinamis dan variatif. Hal tersebut tidak luput dari pengaruh cara berfikir dan konteks yang mengitari kehidupan mereka. Berbagai bentuk model praktik resepsi sebagai respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan al-Qur’an itulah yang disebut Living Qur’an.4 Umat Islam senantiasa mengaplikasikan al-Qur’an di setiap hal dalam kehidupan sehari-seharinya. Sedangkan studi yang mengkaji fenoma gejala sosial yang tumbuh di masyarakat Islam ini disebut dengan Studi Living Qur’an.

Kegiatan-kegiatan keagamaan seperti tahlilan (pembacaan kalimat tauhid dan surah-surah tertentu dalam al-Qur’an) yang tak asing dilakukan oleh umat Islam khususnya masyarakat muslim di Indonesia. Selain kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat, ada juga kegiatan keagamaan yang biasa atau bahkan rutin dilakukan di pesantren-pesanren, seperti pembacaan zikir dan wirid tertentu. Hal ini merupakan fenomena gejala sosial yang tampak di masyarakat, dimana mereka menempatkan al-Qur’an bukan hanya sebagai fungsi awalnya, yaitu petunjuk bagi manusia, tetapi juga menempatkan al-Qur’an sebagai

3 K Al-Hafiz, “Ini Keutamaan Zikir Menurut Ibnu Aṭaillāh, 2017,” Diakses, 2 Mei, 2020, https://islam.nu.or.id/post/read/81391/ini-keutamaan-dzikir-menurut-ibnu-athaillah

4

Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, cet. II(Yogyakarta: Idea Press, 2015), 104.

(23)

fungsinya dari fenomena Qur’an in Everyday Life, yaitu sebagai sesuatu yang riil dipahami, dialami, dan dilakukan oleh masyarakat.5

Salah satunya seperti yang diterapkan di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor dalam menghidupkan teks-teks al-Qur’an melalui pembacaan

Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān. Di dalam ketiga

zikir pilihan ini terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca berulang pada waktu yang berbeda, sehingga dapat dikatakan Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor telah menghidupkan teks-teks al-Qur’an melalui kegiatan pembacaan ketiga zikir pilihan tersebut. Praktik pembacaan Wirīd al-Laṭīf,

Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān yang telah rutin dilakukan di

Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor itu, kini telah menjadi tradisi tersendiri. Wirīd al-Laṭīf dilakukan setelah salat Subuh berjamaah, sedangkan pembacaan Rātib al-Ḥaddād yang dibaca rutin tiga kali sehari yakni pagi dan siang hari sebelum melakukan aktivitas pembelajaran di sekolah yang diawali dengan pembacaan asmā’ al-ḥusnā dan sore, sebelum masuknya waktu salat Magrib, dan Wirīd al-Sakrān dibaca setelah salat Isya berjamaah. Sejauh pengetahuan penulis, tidak semua pesantren menerapkan kegiatan pembacaan ketiga zikir pilihan tersebut, khususnya dengan frekuensi waktu pembacaan lebih dari satu kali dalam satu hari.

Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān yang dibaca

rutin di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor ini mengandung ayat-ayat al-Qur’an, di antaranya sebagai berikut:

A. Wirīd Al-Laṭīf

1. QS. Al-Baqarah (2) ayat 256 2. QS. Al-Taubah (9) ayat 129

5 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras Press, 2007), 5.

(24)

3. QS. Al-Mu’minūn (23) ayat 97-98 4. QS. Al-Mu’minūn (23) ayat 115-118 5. QS. Al-Rūm (30) ayat 17-19 6. QS. Al-Ṣaffāt (37) ayat 79-81 7. QS. Al-Ḥasyr (59) ayat 21-24 8. QS. Al-Ṭalāq (65) ayat 12 9. QS. Al-Ikhlāṣ (112) 10. QS. Al-Falāq (113) 11. QS. Al-Nās (114) B. Rātib Al-Ḥaddād 1. QS. Al-Fātiḥah (1) 2. QS. Al-Baqarah (2) ayat 163 3. QS. Al-Baqarah (2) ayat 255 4. QS. Al-Baqarah (2) ayat 285-286 5. QS. Al-Ikhlāṣ (112) 6. QS. Al-Falāq (113) 7. QS. Al-Nās (114) C. Wirīd Al-Sakrān 1. QS. Al-Fātiḥah (1) 2. QS. Al-Baqarah (2) ayat 255

Selain ayat-ayat di atas, ketiga zikir pilihan di atas yang rutin dibaca di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor juga terdapat lafaz-lafaz berupa tahlil, tasbih, tahmid, takbir, istigfar, salawat atas Nabi Muhammad Saw. yang bersumber dari hadis, doa memohon riḍā Allah Swt. atas kehendak baik buruk-Nya, meminta perlindungan diri dari kejahatan makhluk-Nya dan segala bentuk marabahaya.

Dilihat dari isi yang termaktub dalam ketiga zikir tersebut, maka tak ayal lagi jika zikir-zikir ini dipercaya memiliki berbagai macam fungsi,

(25)

di antaranya berfungsi sebagai obat, mendatangkan ketenangan hati, bahkan menjauhkan dari gangguan dan kejahatan makhluk gaib. Beberapa fungsi yang penulis sebutkan di atas merupakan daya tarik tersendiri untuk diteliti. Selain fungsinya, ketiga zikir pilihan tersebut dibaca di waktu-waktu yang berbeda juga menjadi alasan penulis untuk meneliti praktik pembacaan Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

Pada riset kali ini, berkaitan dengan kajian living Qur’an, penulis melakukan penelitian terkait rutinitas pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor yang telah rutin dilakukan sejak berdirinya pesantren.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditemukan adanya permasalahan antara fungsi utama diwahyukannya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia, namun dalam praktik sehari-hari, al-Qur’an yang bersifat multifungsi juga dapat dijadikan bacaan dalam bentuk zikir hingga dapat disusun menjadi berbagai macam wirid, ratib, hizb, dll. yang dibaca untuk tujuan-tujuan tertentu, sesuai maksud penyusun dan pembacanya. Fenomena ini unik dibahas karena di dalamnya terkandung pemahaman yang perlu diteliti lebih lanjut apakah praktik pembacaan ini mengikuti makna ayat-ayat yang dibacakan, ataukah sekedar memfungsikan al-Qur’an dalam dimensi fungsional saja, sehingga sebagaimana fungsi zikir hanya bermuara pada tercapainya ketenangan hati, seperti yang banyak dilakukan di pesantren, meski tidak semua pesantren melakukan kegiatan rutin pembacaan ketiga zikir tersebut dalam keseharian santri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Baihaki di Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman Tangerang, ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Rātib al-Ḥaddād dibaca setiap malam

(26)

setelah jamaah salat Isya. Sedangkan di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, Rātib al-Ḥaddād dibaca sebanyak tiga kali dalam satu hari, yaitu pada pagi hari sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar siswa/siswi SMP, sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar siswa/siswi SMK, dan sebelum masuknya waktu salat Magrib. Selain itu, di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor juga rutin membaca ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf dan Wirīd al-Sakrān setiap harinya. Sehingga kiranya hal ini perlu dikaji dan diteliti lebih dalam. Oleh karena itu, penulis mengajukan penelitian skripsi dengan judul “Bagaimana

Membumikan Qur’an dengan Bacaan Wirīd Laṭīf, Rātib

Al-Ḥaddād dan Wirīd Al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul

Bogor”. Bagi penulis, fenomena ini menarik untuk dikaji dan diteliti

sebagai model kegiatan alternatif bagi suatu lembaga pendidikan dalam memperkenalkan dan menerapkan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang tercantum dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diindetifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana konsistensi santri dalam pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd Laṭīf, Rātib Ḥaddād, dan Wirīd

al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor?

2. Apa yang melatarbelakangi dilakukannya praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan

Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor?

3. Kapan saja dilakukan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor dan mengapa dipilihnya waktu-waktu tersebut?

(27)

4. Bagaimana praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul dan apa manfaatnya bagi kehidupan santri? 5. Apa manfaat dan tujuan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat

dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān bagi santri Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan apa yang terdapat dalam identifikasi masalah, maka penulis tidak secara khusus membatasi masalah yang penulis bahas. Masalah yang ada di dalam identifikasi masalah akan penulis teliti secara keseluruhan.

2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka untuk memperjelas alur penelitian, pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana membumikan al-Qur’an dengan praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor dan bagaimana manfaatnya bagi kehidupan santri?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang pembacaan Wirīd al-Laṭīf,

Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān yang di dalamnya terdapat

ayat-ayat pilihan dalam al-Qur’an yang rutin dibaca di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

(28)

2. Untuk mendeskripsikan praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

3. Untuk mendeskripsikan pemahaman jajaran pendidik terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

4. Untuk mendeskripsikan manfaat yang dirasakan oleh santri di Pondok Pesantren Cinta Rasul yang rutin membaca ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān. 5. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama

(S.Ag.).

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Dari aspek akademik, penelitian ini diharapkan akan menambah pustaka diskursus kajian living Qur’an khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga diharapkan dapat berguna terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosio-cultural masyarakat muslim dalam memperlakukan, memanfaatkan atau menggunakan al-Qur’an. 2. Secara praktis, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membantu

memperkenalkan salah satu bentuk keanekaragaman khazanah

sosio-cultural masyarakat muslim Indonesia, guna meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya menjadikan al-Qur’an sebagai bagian dalam hidup.

E. Metodologi Penelitian

Pada dasarnya, metode penelitian adalah bagaimana seorang peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah

(29)

mengumpulkan data sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah. Dalam penelitian living Qur’an ini, metode yang tepat untuk digunakan yaitu metode penelitian kualitatif.6 Untuk mendapatkan data yang diinginkan guna mendukung kesempurnaan penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Berkenaan dengan persoalan dalam penelitian mengenai praktik pembacaan Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān serta pemaknaan ayat al-Qur’an yang terkandung dalam zikir-zikir tersebut, maka jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode penelitian deskriptif analisis kualitatif yang didukung dengan penelitian kepustakaan. Sebagaimana yang dikutip oleh Farouk Muhammad, John W. Creswell berpendapat bahwa ada tiga pendekatan yaitu Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Methods (mengasosiasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif).7 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang merupakan suatu penelitian mendalam (in-depth). Penelitian ini berupaya menemukan data secara terperinci dari kasus tertentu. Metode ini juga memungkinkan peneliti untuk melihat perilaku dalam situasi yang sebenarnya tanpa rekayasa yang kadang terjadi pada penelitian eksperimental atau survey. Selain itu, teknik ini dapat meningkatkan pemahaman peneliti terhadap fenomena yang diteliti, khususnya jika fenomena tersebut belum pernah diteliti sebelumnya.8 Singkatnya, penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penulisan yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan atau suatu gejala dalam masyarakat yang selanjutnya

6 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 71. 7 Farouk Muhammad, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 100.

8

(30)

data tersebut akan dianalisis.9 Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan guna melengkapi kebutuhan penelitian sebagai penguatan teori atas data-data yang didapatkan penulis di lapangan.

2. Sumber Data

Dalam hal ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu: a. Sumber Data Primer

Sumber data primer penulis dapatkan langsung dari hasil observasi di lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor melalui pengamatan kegiatan dan wawancara terhadap pengasuh, ustaz dan para santri di pondok pesantren tersebut selama kurang lebih empat bulan. b. Sumber Data Sekunder

Selain dari sumber data primer, penulis juga mengumpulkan data melalui berbagai macam sumber yang kemudian disebut sumber data sekunder. Penulis melakukan penelitian kepustakaan guna melengkapi data primer. Penulis juga melakukan analisis dokumentasi di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor guna membuat berkas primer dan sekunder relevan dengan wawancara, sehingga dapat melengkapi dokumen penelitian penulis.

3. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor yang berlokasi di Desa Cijujung Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor - Jawa Barat. Pesantren tersebut merupakan pesantren yang memiliki berbagai jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), hingga Madrasah Diniyyah (MD). Alasan penulis menggunakan lokasi ini

9

Kontjaraningrat, Metode-metode Penulisan Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1989), 29.

(31)

adalah karena Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor rutin mengamalkan

Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān selama kurang lebih

sepuluh tahun. Dengan demikian, ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam ketiga zikir pilihan tersebut telah dihidupkan di pesantren ini.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan keseluruhan waktu sekitar empat bulan. Penulis melakukan penelitian ini dimulai pada bulan September hingga Desember 2020, mencakup observasi dan penulisan. Observasi dilakukan selama tujuh hari, meliputi pengamatan lapangan dan wawancara dengan menyesuaikan waktu yang disediakan oleh narasumber, yakni tertanggal 1 sampai 3 September 2020 untuk observasi, 4 sampai 5 Oktober 2020, 3 dan 8 Desember 2020 untuk wawancara kepada jajaran pendidik dan para santri.

5. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah jajaran pendidik dan santri di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

6. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, atau pun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.10 Dalam penelitian ini, penulis mewawancari tiga jajaran pendidik dan sepuluh santri sebagai sampel dari jumlah keseluruhan 106 santri sebagai anggota populasi berdasarkan teknik purposive sampling, salah satu teknik

10

Sandu Siyoto, M Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Sleman: Literasi Media Publishing, 2015), 63-64.

(32)

non random sampling yang mana peneliti menentukan pengambilan

sampel dengan cara menetapkan ketentuan-ketentuan khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.11

7. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data yang lengkap, tepat dan valid, penulis menggunakan dua metode, yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengamatan fenomena-fenomena yang akan diteliti secara langsung, baik pengamatan terhadap objek atau pun subjek penelitian. Melalui metode ini, data yang didapatkan bersifat faktual, cermat dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan dan situasi sosial.12 Dalam hal ini, penulis melakukan obervasi partisipasi yang mana penulis melakukan pengamatan praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd

al-Sakrān secara langsung di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor dan

turut serta dalam kegiatan tersebut sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian.

b. Wawancara Semi Terstruktur

Secara garis besar wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan berhadapan secara langsung dengan narasumber, atau bisa juga dengan memberikan pertanyaan terlebih dahulu kemudian dijawab pada kesempatan lain.13 Sedangkan wawancara semi terstruktur yang penulis lakukan merupakan wawancara yang lebih bebas dari wawancara yang terstruktur, dengan kata lain wawancara tetap

11 Anwar Hidayat, “Penjelasan Teknik Purposive Sampling Lengkap Detail, 2019”, Diakses, 3 Februari, 2021, https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-teknik-purposive-sampling.html

12

Nasution, Metode Penelitian Naturalistic (Bandung: Tarsito, 2003), 59. 13

(33)

memiliki tema sentral untuk dieksplorasi namun pewawancara tidak harus menggunakan serangkaian pertanyaan yang ketat. Mula-mula pewawancara menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam.14 Tujuan dari wawancara semi terstruktur ini guna menemukan permasalahan secara lebih terbuka, yang mana narasumber dimintai pendapat atau ide-idenya. Pada saat melakukam wawancara, penulis mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikatakan oleh narasumber.15 Dalam hal ini, narasumber yang penulis maksud merupakan pengasuh, ustaz dan santri di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor.

c. Penelitian Dokumen

Penelitian dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang tidak bersifat lisan dan tulisan, sebab data yang ada tidak selalu dalam bentuk keduanya, maka dokumentasi diperlukan guna melengkapi data yang ada terdiri atas gambar, brosur, klipping dan lainnya yang dapat membantu menemukan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian kualitatif dokumentasi dibutuhkan untuk memperkuat data yang sudah ada.16 Dalam hal ini, penulis menyertakan dokumen yang berupa foto kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Cinta Rasu Bogorl.

8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif, yakni suatu cara dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran atau juga peristiwa masa sekarang. Jenis

14 Sandu Siyoto, M Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Sleman: Literasi Media Publishing, 2015), 77.

15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 66. 16

Sahiyah, Identitas Sosial dan Relasi Habib-Santri pada Lembaga Pendidikan

(34)

metode penelitian kualitatif ini berusaha menjelaskan fenomena sosial tertentu.17

F. Tinjauan Pustaka

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Ilham prakoso dengan judul

Bimbingan Islam dalam Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Jamaah Zikir Wirdul Laṭīf (Studi pada Santri Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora). Penelitian yang ditulis menggunakan metode deskriptif analisis

dan memperoleh data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa proses kegiatan bimbingan Islam yang dilakukan di Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora, para santri dapat merasakan ketenangan batin dan terbantu menumbuhkan kebermaknaan hidup, walaupun ada beberapa santri yang masih merasa terbebani untuk melakukan zikir Wirdul Laṭīf tersebut.18

Kedua, skripsi yang disusun oleh Heri Sunarto dengan judul

Urgensi Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan Keimanan Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. Sebagaimana

penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi menghasilkan kesimpulan bahwa Rātib al-Haddād ini dapat membentuk santri menjadi insan yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Dengan zikir ini juga para santri dapat memahami etika hablum minallāh dan hablum minannās. Melalui kegiatan ini juga santri termotivasi dan tumbuh semangat yang besar untuk

17 Rizki, “Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuantitatif, Menurut Para Ahli [Lengkap], 2019”, Diakses, 3 Februari, 2021, https://pastiguna.com/teknik-analisis-data/

18 Ilham Prakoso, Bimbingan Islam dalam Meningkatkan Kebermaknaan Hidup

Jama’ah Zikir Wirdul Laṭīf (Studi pada Santri Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora, (Skripsi S1, UIN Walisongo, 2014).

(35)

belajar sehingga para santri dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.19

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Etri Yuniatun dengan judul

Pengaruh Zikir bagi Kesehatan Mental Santri di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto, menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengaruh zikir yang dilakukan bagi kesehatan mental santri ini menimbulkan ketenangan dan ketentraman hati sehingga santri bisa lebih tenang dalam menghadapi suatu permasalahan, dengan kata lain tidak terlalu memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.20

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Ali Sodirin dengan judul

Praktik Pembacaan Rātib Al-Ḥaddād di Jam‘iyyah Eling Nurul Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kecamatan Brebes.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan living hadis menghasilkan kesimpulan pemahaman jamaah zikir Rātib al-Ḥaddād terhadap makna zikir itu sendiri menunjukkan pengertian yang baik dan positif. Secara umum, para jamaah mengungkapkan bahwa zikir Rātib al-Ḥaddād merupakan kumpulan doa-doa. Selain itu, para jamaah mempercayai bahwa zikir Rātib al-Ḥaddād mempunyai banyak manfaat yaitu dapat digunakan untuk meminta dikabulkannya segala permohonan kepada Allah, melatih agar senantiasa

19 Heri Sunarto, Urgensi Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan

Keimanan Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo, (Skripsi S1,

STAIN Ponorogo, 2015). 20

Etri Yuniatun, Pengaruh Zikir bagi Kesehatan Mental Santri di Pondok

(36)

ingat kepada Allah Swt., membersihkan jiwa manusia dan memberi kedamaian pada hati manusia.21

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Muhammad Fahrudin Febryansyah yang berjudul Upaya Peningkatan Kecerdasan Spiritual

Santri melalui Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād (Studi Kasus di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes Brotonegaran Ponorogo).

Menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwasannya kegiatan pembacaan Rātib al-Ḥaddād di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes mempunyai fungsi untuk meningkatkan kecerdasan spiritual santri melalui pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dan memperbanyak zikir kepada Allah Swt.22

Keenam, tesis yang ditulis oleh Azima Prisma Vera dengan judul

Zikir Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa Jamaah Warga Emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia

bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan zikir Rātib

al-Ḥaddād dalam meningkatkan ketenangan jiwa. Penelitian deskriptif

kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ini menghasilkan kesimpulan yang menunjukkan bahwa tahap-tahap zikir Rātib Al-Ḥaddād dalam meningkatkan ketenangan jiwa warga emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia berupa

21

Ali Sodirin, Praktik Pembacaan Rātib Al-Ḥaddād di Jam’iyah Eling Nurul

Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kecamatan Brebes (Studi Living Hadis), (Skripsi S1, UIN Walisongo Semarang, 2018).

22 Muhammad Fahrudin Febryansyah, Upaya Peningkatan Kecerdasan Spiritual

Santri melalui Kegiatan Rātib Al-Ḥaddād (Studi Kasus di Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 Jenes Brotonegaran Ponorogo), (Skripsi S1, IAIN Ponorogo, 2018).

(37)

tahap persiapan, tahap pelaksanaan zikir Rātib al-Ḥaddād, kemudian ditutup dengan tahap pengakhiran yang dilakukan dengan bertafakkur.23

Ketujuh, skripsi yang ditulis oleh Asep Yusup Hidayat dengan judul Efektivitas Rātib Al-Ḥaddād terhadap Kecerdasan Spiritual:

Penelitian di Pondok Pesantren Al-Mardiyah Cilenyi Kulon Kabupaten Bandung, yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, selain itu juga penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu menekan pada pengalaman pribadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengamalan pembacaan Rātib al-Ḥaddād terhadap kecerdasan santri sangatlah signifikan, terlihat dari bagaimana para santri bijak menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, ikhlas dalam menerima ketentuan-ketentuan Allah Swt. dan mampu memaknai setiap hakikat penciptaan makhluk atau hukum-hukum yang ada.24

Kedelapan, skripsi yang ditulis oleh Abdul Hadi dengan judul

Pengaruh Rātib Al-Ḥaddād terhadap Psychological Well Being pada Jamaah Majelis Al-Awwabien Palembang Darussalam ini merupakan

penelitian lapangan yang bersifat kuantitatif, dimana sumber data diambil dari data primer melalui penyebaran angket, populasi sebanyak tiga puluh orang jamaah majelis, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang berhubungan dengan persoalan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini adalah isi kandungan zikir Rātib al-Ḥaddād sebagian besar bersumber dari al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad Saw., dan kumpulan doa yang dikarang ulama kemudian dirangkum dalam zikir Rātib

23

Azima Prisma Vera, Zikir Rātib Al-Ḥaddād dalam Meningkatkan Ketenangan

Jiwa Jamaah Warga Emas di Yayasan Al-Jenderami Dengkil Selangor Malaysia, (Thesis

S2, UIN Sunan Kalijaga, 2018).

24 Asep Yusup Hidayat, Efektivitas Rātib Al-Ḥaddād terhadap Kecerdasan

Spiritual: Penelitian di Pondok Pesantren Al-Mardiyah Cilenyi Kulon Kabupaten Bandung, (Skripsi S1, UIN Sunan Gunung Djati, 2019).

(38)

Ḥaddād. Para jamaah majelis yang telah rutin membacakan zikir ini

mengalami perubahan perilaku yang signifikan dalam psycholofical well

being dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari.25

Kesembilan, skripsi yang ditulis oleh Ahmad Rifa’i yang berjudul

Pemahaman Terhadap Ayat-ayat Zikir dan Implementasinya Pada Jamaah di Desa Air Meles Bawah (Studi Living Qur’an), penelitian ini

meupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif yang menghasilkan kesimpulan bahwa sebagian masyarakat terbiasa berzikir secara jahr (lantang) dan sebagian lagi berzikir secara sir (di dalam hati). Perbedaan pendapat tentang dalil tentang zikir ini juga menyebabkan perbedaan dalam pengaplikasiannya bagi jamaah.26

Kesepuluh, artikel yang ditulis oleh Mamay Maesaroh dengan judul Intensitas Zikir Ratīb Al-Ḥaddād dan Kecerdasan Spiritual Santri. Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Mathla’unnajah Ujungjaya Sumedang dengan metode survei kuantitatif melalui analisis korelasi dan regresi sederhana dan teknik pengumpulan data dengan observasi, kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan nilai intensitas zikir Rātib al-Ḥaddād yaitu 79% dari setiap item pernyataan dengan kategorisasi tinggi. Sedangkan nilai kecerdasan spiritual santri sebesar 80% dari setiap item pernyataan dengan kategorisasi tinggi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa antara intensitas zikir Rātib

al-Ḥaddād terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren

25

Abdul Hadi, Pengaruh Rātib Al-Ḥaddād terhadap Psychological Well Being

pada Jamaah Majelis Al-Awwabien Palembang Darussalam, (Skripsi S1, UIN Raden

Fatah Palembang, 2018).

26 Ahmad Rifa’i, Pemahaman Terhadap Ayat-ayat Zikir dan Implementasinya

Pada Jamaah di Desa Air Meles Bawah (Studi Living Qur’an), (Skripsi S1, IAIN Curup,

(39)

Mathla’unnajah Ujungjaya Sumedang memiliki hubungan yang cukup kuat.27

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan kerangka dari penelitian yang memberikan petunjuk mengenai pokok-pokok yang akan dibahas dalam penelitian. Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga penelitian yang meliputi bagian awal, isi, dan akhir yaitu:

Bab I penulis mengawali dengan pendahuluan yang berusaha memberikan gambaran singkat latar belakang penulisan untuk pembahasan di bab selanjutnya, berisi tentang al-Qur’an yang memiliki fungsi sebagai pedoman hidup manusia, yang dilainfungsikan sebagai zikir dan wirid di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka dan diakhiri sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan umum untuk mempermudah pembahasan pada bab IV dengan menguraikan terlebih dahulu pengertian Qur’an sebagai zikir, pemaparan mengenai Wirīd Laṭīf, Rātib

Ḥaddād, dan Wirīd Sakrān beserta penyusunnya, nama lain dari

al-Qur’an sesuai fungsinya, klasifikasi dan tafsir singkat ayat-ayat al-al-Qur’an yang terdapat dalam ketiga zikir tersebut.

Bab III membahas profil lembaga yang meliputi latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, profil, visi, misi, tujuan, jadwal kegiatan, serta sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor. Pada bab ini, penulis mengumpulkan data yang sudah ada di

27 Mamay Maesaroh, “Intensitas Zikir Rātib Al-Ḥaddad dan Kecerdasan Spiritual Santri”, Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi

(40)

pesantren sebagai bahan untuk mengolah data dan mempermudah pembahasan di bab IV.

Bab IV merupakan hasil penelitian yang didapat dengan mengolah data dari bab II dan III serta observasi di lapangan. Bab ini mendekripsikan tentang latar belakang dan praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam Wirīd al-Laṭīf, Rātib al-Ḥaddād, dan Wirīd al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, pemahaman jajaran pendidik dan pengaruh ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam ketiga zikir tersebut bagi santri.

Bab V merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan setelah melakukan deskripsi dan analisis terhadap praktik pembacaan ayat-ayat Qur’an dalam Wirīd Laṭīf, Rātib Ḥaddād, dan Wirīd

al-Sakrān di Pondok Pesantren Cinta Rasul Bogor, kemudian dilanjut dengan

saran bagi penulis dan juga pembaca agar penelitian ini dapat dikembangkan sebagaimana mestinya.

(41)
(42)

23

BAB II

GAMBARAN UMUM WIRĪD AL-LAṬĪF, RĀTIB AL-ḤADDĀD DAN

WIRĪD SAKRĀN SERTA TAFSIR SINGKAT AYAT-AYAT

AL-QUR’AN YANG TERDAPAT DI DALAMNYA A. Fungsi al-Qur’an Sebagai Zikir

Kata zikir dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’an tidak kurang dari 280 kali. Sebagian pakar berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah/menyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, karena mengingat sesuatu seringkali menyebutnya dengan lidah (lisan). Demikian juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu.

Secara umum, kata zikir digunakan dalam arti “memelihara sesuatu”. Karena tidak melupakan sesuatu berarti memeliharanya atau terpelihara dalam benaknya. Dari sini, kata zikir tidak harus selalu dikaitkan dengan sesuatu yang telah terlupakan, tetapi bisa saja ia masih tetap dalam benak dan terus terpelihara. Dengan berzikir, sesuatu direnungkan dan dimantapkan pemeliharaannya, melalui lidah dan bisa juga berhenti pada merenungkan tanpa melibatkan lidahnya. Karena itu pula ketika Nabi Muhammad Saw. dan orang-orang yang dekat kepada Allah Swt. diperintahkan untuk berzikir, mengingat Allah Swt. dan asma-Nya, maka bukan berarti mereka tidak berzikir sebelum perintah itu datang apalagi melupakan-Nya. Karena itu, tidaklah keliru orang yang berkata bahwa zikir adalah kondisi kejiwaan yang menjadikan seseorang memelihara sesuatu yang telah diperoleh sebelumnya. Dari sini, zikir

(43)

dapat dipersamakan dengan menghafal. Hanya saja yang ditekankan lebih pada upaya memperoleh pengetahuan dan menyimpannya dalam benak.1

Faḍl bin ‘Alwī bin Muḥammad bin Sahl al-Husainī (w. 1900 M), pada saat menulis syarh (uraian penjelasan) tentang wirid dan Rātib

al-Haddād, menyatakan bahwa hizb, wirid, dan ratib, pada hakikatnya adalah

kumpulan zikir, doa, dan kegiatan yang mengarah pada Allah Swt., yang disusun untuk mengingat, merenung, dan memohon perlindungan kepada-Nya dari berbagai macam keburukan serta meraih kebajikan. Ia adalah cara “membuka pintu” untuk meraih ma‘rifat dan pengetahuan. Itu semua disertai kebulatan hati dan tekad yang mengarah kepada Allah Swt.2

Para ulama mengembangkan nama lain yang kemudian disandangkan kepada al-Qur’an berdasarkan dari sudut isi dan substansinya, sebagaimana yang tersurat dalam buku Pengantar Studi Islam karya Yuli Umro‘atin, M.Pd. Di dalam buku tersebut setidaknya termaktub empat nama lain al-Qur’an, yaitu:

1. Al-Hudā, yang berarti petunjuk. Di dalam al-Qur’an ada tiga kategori posisi al-Qur’an sebagai petunjuk sesuai peruntukannya. Yang pertama petunjuk bagi manusia secara umum, yang kedua petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dan yang ketiga petunjuk bagi orang-orang-orang-orang yang beriman.3

a. Petunjuk bagi manusia secara umum, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 185:4

1 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Doa dan Zikir, (Tangerang: Lentera Hati, 2018), 2-5.

2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Doa dan Zikir, 158-159. 3 Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2020), 94.

(44)



























































































“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah Swt. menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah Swt. atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.5

b. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 2:6

















“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”7

5 Kementrian Agama RI, Aplikasi Qur’an Kemenag, QS. Al-Baqarah (2) :185. 6 Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2020), 96.

(45)

c. Petunjuk bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Fuṣilat (41) ayat 44:8































































“Dan jikalau Kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (Rasul Saw. adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka, mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh””.9

2. Al-Furqān, yang berarti pemisah atau pembeda. Di dalam al-Qur’an dikatakan bahwa al-Qur’an adalah kaidah untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan yang salah. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 185:10

































7

Kementrian Agama RI, Aplikasi Qur’an Kemenag, QS. Al-Baqarah (2) :2. 8 Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, 97.

9 Kementrian Agama RI, Aplikasi Qur’an Kemenag, QS. Fuṣilat (41) :44. 10 Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, 97.

(46)



























































“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah Swt. menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah Swt. atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.11

3. Al-Syifā’, yang berarti obat. Sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an bahwa al-al-Qur’an juga berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada (bisa diartikan penyakit-penyakit psikologi), seperti yang tercantum dalam QS. Yunus (10) ayat 57:12































“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)

11

Kementrian Agama RI, Aplikasi Qur’an Kemenag, QS. Al-Baqarah (2) :185. 12 Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, 97.

(47)

dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.13

4. Al-Mau‘izah, yang berarti nasihat. Di dalam al-Qur’an tersurat bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai nasihat bagi orang-orang bertaqwa, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Ali Imran (3) ayat 138:14















“(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.15

Demikian nama-nama al-Qur’an yang disubstansikan berdasarkan fungsinya. Bagi kalangan tertentu, al-Qur’an juga dapat difungsikan sebagai media untuk menjaga diri, pembuka pintu rizqi, atau pun permintaan khusus lainnya. Seperti yang dilakukan oleh penganut tarekat Alawiyyah melalui pembacaan zikir di antaranya Wirīd Laṭīf, Rātib

Ḥaddād, dan Wirīd Sakrān yang di dalamnya terkandung ayat-ayat

al-Qur’an.

B. Zikir, Wirid, Ratib dan Hizb

Menurut Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, kata zikir dan wirid dari segi bahasa memiliki makna yang sama, yaitu menyebut atau menyucikan. Keduanya pun sama-sama menjadi media yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Perbedaannya hanya dari kententuan penyebutan dan pengungkapan, jumlah, waktu dan tempat pelaksanaan. Bacaan zikir tidak ditentukan, sesuai dengan yang dikuasai, dan dibaca pada waktu kapan saja. Sedangkan bacaan wirid telah ditentukan dan biasanya membutuhkan alat bantu seperti teks bacaan atau pun tasbih.

13

Kementrian Agama RI, Aplikasi Qur’an Kemenag, QS. Yunus (10) : 57. 14

Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, 98. 15

Gambar

Tabel 3.1  Data Santri 5
Tabel 3.4  Kegiatan Bulanan

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa paling tidak ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri siswa (internal), dan

a) Kurang memadainya sarana dan prasarana yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya : keterbatasan buku paket PAI.. masih satu berdua dengan teman

Kecerdasan emosional mempunyai fungsi yang sangat penting dalam perkembangan pada remaja, dengan demikian untuk dapat berhubungan dengan orang lain secara baik

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan permasalahan pokok yang ada pada perusahaan adalah Bagaimanakah pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Iklan 3 “ Always On Bebas itu Nyata” versi cewek dan cowok berhasil menjalankan fungsi informatifnya dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penonton

8 Meskipun Aceh telah mendeklarasikan dirinya sebagai pengikut Ahl as-sunnah wa al-Jama ’ ah, namun perlu ditelusuri kebenarannya apakah doktrin- doktrin atau ajaran

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat