• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3 Tujuan Peneltian

1.3.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Kedokteran/Kesehatan

Data dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan yang baru dan sebagai sumber acuan belajar

.

2. Bagi Bidang Kesehatan

Memberi informasi tentang tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Harapan 1 terhadap akne vulgaris selama pandemi COVID-19.

3. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar masyarakat mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat pengetahuan tentang akne vulgaris selama masa pandemi COVID-19.

4. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah penginderaan manusia atau tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, maka dari itu perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Bloom (dalam Notoadmojdo, 2007). Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhann yang baru.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada .

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoattmodjo, 2007).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya : 1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkatpendidikan rendah,

7

maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang barudiperkenalkan.

2. Paparan informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari 3. Media masa / informasi

Media adalah sarana yang dapat dipergunakan seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan secara khusus dirancang untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contohnya: televisi, radio, koran, dan majalah.

4. Sosial ekonomi

Menurut WHO fasilitas dan sumber dana berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Besarnya kemampuan ekonomi berpengaruh pada kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kecakapan seseorang.

5. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan, bukan sumber kesenangan, dan kegiatan yang menyita waktu (Wawan & M., 2010) Lingkungan pekerjaan dapat membuat seeorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Lingkungan Geografis

Lingkungan geografis berpengaruh pada penyediaan sarana informasi dan kemampuan untuk mendapatkan informasi. Perbedaan desa dan kota dapat mempengaruhi akses informasi. Sehingga dapat menimbulkan perbedaan tingkat pengetahuan antara satu daerah dengan lainnya.

7. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.Sebaiknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang

sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.

Pengalaman ini akhirnya dapat membentu sikap positif dalam kehidupannya

8. Umur

Umur dapat menggambarkan kematangan psikis dan social seseorang sehingga mempengaruhi baik tidaknya seseorang dalam proses belajar mengajar. Bertambahnya usia seseorang mempengaruhi bertambahnya pengetahuan termasuk pengetahuan kesehatan reproduksi yang bisa juga diperoleh dari pengalamannya (Sitorus, 2013).

2.1.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu : pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh adalah 76%-100% dari nilai tertinggi, pengetahuan sedang apabila nilai yang diperoleh berkisar antara 56%-75% dari nilai tertinggi, dan pengetahuan kurang apabila nilai yang diperoleh 0-55% dari nilai tertinggi (Notoatmodjo, 2012; Notoatmodjo, 2010).

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

9

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport pada tahun 1954 menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.2.3 Tingkat Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) .

2. Merespon (responding) dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap .

3. Menghargai (valuating) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga .

4. Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan yang paling tinggi.

2.3 Akne Vulgaris 2.3.1 Definsi

Akne Vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum. Penyakit tersebut biasanya menyerang remaja walaupun bisa terdapat disegala umur (Rathi,2011).Akne Vulgaris (AV) adalah penyakit inflamasi kronik dari unit pilosebasea yang diinduksi oleh androgen dan menyebabkan peningkatan

produksi sebum, perubahan keratinisasi, kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis di folikel rambut wajah, leher, dada dan punggung. Akne sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu acne yang berarti sebuah titik (Adhi D, 2015).

2.3.2 Epidemiologi

Akne vulgaris dianggap penyakit kulit fisiologis karena hampir semua orang pernah menderita penyakit ini. Insidens akne vulgaris 85-100% dan biasanya terjadi pada usia dewasa muda, yaitu umur 14-17 tahun pada wanita, dan 16- 19 tahun pada pria (Wasitaatmadja, 2010). Berdasarkan penelitian, prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83- 85% dan pada pria berkisar 95-100%. Meskipun demikian, akne vulgaris dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut (Wasitaatmadja, 2010).

Kadang-kadang pada wanita akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahk30-an lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih cepat berkur30-ang, namun pada penelitian terdahulu diketahui bahwa gejala berat justru terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasitaatmadja, 2010).

2.3.3 Etiologi

Faktor penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh, seperti:

a. Sebum

Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.

b. Bakteri

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium

11

acnes, Staphylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.

c. Herediter

Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.

d. Endokrin, di antaranya:

Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, kadar testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne.

Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

Progesteron. Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.

Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus, hormon tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal dari bagian tengah (lobus intermediat) kelenjar hipofisis.

e. Diet

Diet tidak begitu berpengaruh terhadap timbulnya akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan

akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.

f. Iklim

Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.

g. Faktor psikis

Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi akne-nya secara mekanis sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat.

h. Kosmetika

Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tidak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya. Penyelidikan terbaru di Leeds tidak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dan jumlah kosmetika yang dipakai dengan hebatnya akne.

i. Bahan-bahan kimia

Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erosi yang mirip dengan akne (acneform eruption), seperti iodida, kortikosteroid, INH, obat anti konvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion), tetrasiklin, vitamin B12.

j. Reaktivitas

Di samping faktor-faktor diatas masih ada faktor X pada kulit yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne.

13

2.3.4 Patogenesis

Gambaran klinis akne cenderung polimorf dan etiologinya sangat beragam.

Namun semua itu melibatkan unit pilosebasea. Di dalam folikel rambut, sekresi dan retensi sebum yang abnormal terjadi. Pertama sekali, kelainan terlihat pada bagian bawah infundibulum folikel, yang merupakan bagian antara epitel duktus sebasea dan epitel folikel (Adhi,2015). Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma. Androgen dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sekresi sebum, hingga akhirnya dapat menyebabkan pembesaran kelenjar sebasea. Sebum bersifat komedogenik dan telah terbukti dapat menyebabkan inflamasi jika disuntikkan ke dalam tubuh (Hay,2014) Sebum ini tersusun dari campuran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kolesterol, lipid polar, dan trigliserida (Adhi,2015).

Produksi sebum yang abnormal juga dapat menjadi predisposisi terjadinya deskuamasi dan hiperkeratinisasi (Adhi, 2015). Hiperkeratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat disebabkan bertambahnya erupsi korniosit pada saluran pilosebasea, pelepasan korniosit yang tidak adekuat, atau kombinasi kedua faktor tersebut. Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleat dalam sebum. Akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam linoleat. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam linoleat pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi sawar dari epitel.

Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan- bahan yang menimbulkan peradangan (Richard,2015). Inilah yang menyebabkan retensi pada saluran pilosebasea dan proliferasi bakteri seperti Propionibacterium acnes.

Kemudian, kolonisasi mikroba ini meningkatkan lipolisis dan menginduksi faktor-faktor kemotaktik yang mengakibatkan datangnya neutrofil (Richard,2015). Faktor-faktor kemotaktik ini dinding sel dan produk yang

dihasilkan oleh bakteri seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan nioranidase . Produksi enzim-enzim hidrolitik dan sekresi protease berhubungan dengan formasi asam lemak bebas, ruptur dinding saluran pilosebasea, dan inflamasi. Proses ini merupakan lingkaran setan sehingga lesi tersebut dapat berkembang (Richard,2015).

2.3.5 Manifestasi Klinis

Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada bagian tubuh yang memiliki kelenjar sebasea yang terbesar dan terbanyak, yaitu pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas (Feldman, 2004). Lokasi kulit lainnya seperti leher, lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena (Wasitaatmadja, 2010). Lesi berpusat di sekitar folikel pilosebasea yang terbuka pada permukaan kulit sebagai pori-pori kulit. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetik. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne yang berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum. Bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedones, open comedones). Bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedones, closed comedones) (Wasitaatmadja, 2010).

Lesi inflamasi lainnya seperti papul, pustula, dan nodul. Pustula dan papul terjadi karena inflamasi superfisial atau profundal yang berhubungan dengan ruptur mikroskopik komedo. Kista atau nodul merupakan abses yang besar dan dalam yang berfluktuasi saat dipalpasi. Isi kista biasanya pus dan darah. Pada kasus yang berat (akne konglobata) lesi destruktif ini menonjol dan meninggalkan jaringan parut (Richard, 2015).

Manifestasi lain yang dapat terjadi pada akne yaitu jaringan parut dan hiperpigmentasi. Jaringan parut dapat berupa suatu atropi yang menyebabkan parut tusukan es (ice-pick scars), atau hipertropi (keloid). Hiperpigmentasi lebih sering terjadi dan biasanya terjadi pada pasien dengan kulit yang berwarna gelap.

(Richard,2015).

15

2.3.6 Gradasi Akne Vulgaris

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan (Wasitaatmadja, 2010). Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang dikemukakan. Gradasi sebagai berikut:

1. Komedo di muka.

2. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.

3. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, dan punggung.

4. Akne konglobata.

Frank (1970) membuat gradasi sebagai berikut:

1. Akne komedonal non-inflamatoar 2. Akne komedonal inflamatoar 3. Akne papular

4. Akne papulo pustular 5. Akne agak berat 6. Akne berat

7. Akne nodulo kistik/konglobata

Plewig dan Kligman (1975) membuat gradasi sebagai berikut:

1. Komedonal yang terdiri atas gradasi:

a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka b. Bila ada 10 sampai 24 komedo

c. Bila ada 25 sampai 50 komedo d. Bila ada lebih dari 50 komedo 2. Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi:

a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka b. Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul

c. Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul 3. Konglobata

Gradasi akne vulgaris ada pula yang berasal dari klasifikasi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai berikut:

1. Ringan, bila: a.beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi b. sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat

predileksi

c. sedikit lesi beradang pada 1 predileksi

2. Sedang, bila: a. banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi b. beberapa lesi tidak beradang pada beberapa

tempat predileksi

c. beberapa lesi beradang pada 1 predileksi d. sedikit lesi beradang pada lebih dari 1

predileksi

3. Berat, bila: a. banyak lesi tidak berada pada lebih dari 1 predileksi

b. banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi

tidak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul beradang : pustul, nodus, kista

2.4 Coronavirus 2.4.1. Definisi

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.

Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus,

17

betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus (Huang et al, 2020;

Wang et al, 2020).

2.4.2 Pencegahan

Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat, lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.

Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur respirasiseperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel airborne merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat menyebar dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogenairborne dapat menyebar melalui kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara langsung dengan kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang masuk ke tubuh melalui membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena itu, kita dapat melakukan pencegahan transmisi virus (Wang et al, 2020).

Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID- 19. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :

1 Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.

2 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.

3 Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.

4 Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.

5 Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.

6 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.

7 Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.

Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya (WHO, 2020).

8 Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat (WHO, 2020)

2.5 Cuci Tangan 2.5.1 Pengertian

Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan menurut James (2008), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.

Tangan tenaga pemberi layanan kesehatan seperti perawat merupakan sarana yang paling lazim dalam penularan infeksi nosokomial, untuk itu salah satu tujuan primer cuci tangan adalah mencegah terjadinya infeksi nosokomial serta mengurangi transmisi mikroorganisme.

2.5.2 Tujuan

Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:

a. Menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan,

19

b. Mencegah infeksi silang (cross infection), c. Menjaga kondisi steril,

d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi, e. Memberikan perasaan segar dan bersih.

2.5.3 Indikasi Cuci Tangan

Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima waktu) cuci

Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima waktu) cuci

Dokumen terkait